Anda di halaman 1dari 4

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI

(INSTITUT STIAMI)
UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Nama : Nur Pitriana


Nama Dosen : Vita Vitisia, S.E, S.Pd, M.M NPM : CG191120495
Hari : Selasa Semester : IV (4)
Tanggal : 20 April 2021 TA : 2020 - 2021
Nilai UTS : Program Studi : Konsentrasi : Tipe Soal : Tanda Tangan
Mahasiswa :
Manajemen Public Relation Essay
Komunikasi
(diisi oleh dosen) (boleh dikosongkan)
Silahkan isi kolom yang kosong (untuk tipe soal jika soalnya hanya satu maka tidak perlu diisi)

1. Apa yang dimaksud dengan konsep bahasa, fungsi bahasa, ragam & laras bahasa, jelaskan
secara lengkap dan berikan contohnya.
Jawab:
 Konsep bahasa adalah sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide
dan perasaan secara lisan atau tulis. Konsep bahasa menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi
ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan
akademik. Sehingga bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami masyarakat.
Contoh : “Buanglah sampah pada tempatnya!” itu berarti informasi bahwa kita tidak boleh
membuang sampah sembarangan tetapi kita diwajibkan untuk membuang sampah di tempat
sampah.
 Fungsi bahasa adalah sebagai alat interaksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta
menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Secara umum fungsi bahasa meliputi:
 Fungsi informasi (mengungkapkan perasaan)
 Alat ekspresi diri (perlakuan terhadap antar anggota masyarakat)
 Fungsi adaptasi dan integrasi sosial (berhubungan dengan sosial)
 Kontrol sosial (mengatur tingkah laku)
Contoh : Ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita mengungkapkan perasaan kita kepada orang
itu, ini lah yang dinamakan fungsi informasi (mengungkapkan perasaan).
 Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan
hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. Ragam bahasa dalam
berkomunikasi perlu memperhatikan aspek situasi yang dihadapi, permasalahan yang hendak
disampaikan, latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, serta medium atau sarana
bahasa yang digunakan.
Contoh :
Ragam Resmi : Saya berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Ragam Tidak Resmi : Saya harap kejadian kayak gini tidak terulang lagi.
 Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait
langsung sung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan sehingga dikenallah laras
bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya.
Contoh : Diperkumpulan masyarakat majemuk, seorang Nasrani meminta izin untuk berdoa di
Gereja, sehingga seorang Nasrani tersebut berkata “permisi, saya izin mau ibadah dahulu”

2. Jelaskan secara lengkap mengenai penulisan ejaan, tanda baca, kalimat & kalimat efektif
dalam penulisan lalu berikan contohnya.
Jawab:
 Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata,
penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Menurut KBBI, ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam
tataran wacana.
Ejaan membicarakan tentang pemakaian huruf vokal dan konsonan, penggunaan huruf kapital
dan kursif, penulisan kosakata dan bentukan kata, penulisan unsur serapan afiksasi dan kosakata
asing, serta penempatan dan pemakaian tanda baca.
Contoh : Saya merasa senang. >> Sa-ya-me-ra-sa-se-nang.
 Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem atau kata dan frasa pada suatu
bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga
intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar
bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Penempatan tanda baca atau pungtuasi diantaranya
yaitu:

KAMPUS PUSAT
Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Jakarta Pusat Telp. (021) 4213380 Faks. (021) 4228870 www.stiami.ac.id
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
(INSTITUT STIAMI)
UJIAN TENGAH SEMESTER
 Tanda titik (.)
 Tanda koma (,)
 Tanda titik dua (: )
 Tanda tanya (?)
 Tanda seru (!)
 Tanda hubung (-)
 Tanda pisah (--)
 Tanda petik tunggal (‘…’)
 Tanda kurung siku ([…])
 Tanda titik-titik /elipsis (….)
 Tanda apostrof (‘…)
 Dll
Contoh : “Ambilkan pulpen itu!” perintah Nova kepada Gita.
 Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan
bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai pembatas. Sifat predikatif dalam
kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsur subjek, unsur predikat,dan unsur objek (S-P+O).
Contoh : Nada sangat menyukai pelajaran Matematika.
 Kalimat efektif adalah satuan bahasa (kalimat) yang secara tepat harus mewakili gagasan atau
perasaan penulis dan harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang dimaksudkan
penulis. Jadi kalimat efektif merupakan kalimat yang harus tepat sasaran dalam penyampaian
dan pemberian bagi pembacanya.
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi syarat berikut:
 Memenuhi fungsi gramatikal S+P+(O/pel)+ket
 Kepaduan (koherensi) dalam kalimat
 Kehematan kalimat atau ekonomi Bahasa
 Penekanan dalam kalimat efektif
 Kesejajaran dalam kalimat (pararelisme)
 Kevariasian dalam kalimat efektif
 Penalaran dalam kalimat efektif
Contoh : Allea merasa sakit hati kepada Rion karena menolak ungkapan cintanya yang
diutarakan semalam di taman kota.

3. Apa yang dimaksud dengan paragraph & alinea dalam teks, jelaskan secara lengkap dan
berikan contohnya.
Jawab:
 Paragraf adalah satuan bahasa yang mengemukakan sebuah pokok pikiran atau satu gagasan
utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif. Setiap paragraf harus
menyampaikan sebuah gagasan utama. Sebuah paragraf minimal terdiri dari tiga kalimat dalam
penulisan karangan ilmiah.
Contoh :
Pepaya adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari
Amerika Selatan dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk
diambil buahnya. Nama papaya dalam Bahasa Indonesia diambil dari Bahasa Belanda, “papaja”,
yang pada gilirannya juga mengambil dari Bahasa Arawak, “ papaya”.

Pepaya mempunyai banyak manfaat. Buah papaya dapat dimakan dagingnya, baik ketika muda
maupun masak. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Oleh
orang Manado, bunga papaya diurap menjadi sayuran yang biasa dimakan.

 Alinea merupakan bagian dari wacana yang mengungkapkan suatu pikiran lengkap atau juga satu
tema yang didalam tulisan ditandai oleh baris pertama yang menjorok itu ke dalam atau memiliki
atau mempunyai jarak spasi yang lebih. Alinea tersebut juga dikatakan suatu bentuk bahasa yang
terdiri dari kumpulan kalimat yang terdiri dari sekumpulan kata serta juga membentuk alinea.
Syarat pembentukan alinea, antara lain:
 Kohesi (perpaduan bentuk)
 Koherensi (perpaduan makna)
 Pengembangan (kalimat utama dikembangkan oleh kalimat penjelas)
 Menggunakan kalimat efektif dalam penyampaian ide
Contoh : Sabun cuci piring ini ampuh membersihkan noda dengan sekali usap. Sabun cuci piring
ini mampu membua piring dan dan gelas menjadi kesat dan tidak licin. Selain itu sabun cuci
piring ini juga bisa digunakan untuk mencuci buah dan sayuran.

KAMPUS PUSAT
Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Jakarta Pusat Telp. (021) 4213380 Faks. (021) 4228870 www.stiami.ac.id
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
(INSTITUT STIAMI)
UJIAN TENGAH SEMESTER
4. Buatlah karangan ilmiah dengan tema kuliah di era pandemic covid 19 minimal 2 lembar
kertas:
Jawab:
Kuliah Online sebagai Dampak dari Pandemi Global Covid 19

Upaya untuk mencegah penyebaran virus corona termasuk pembatasan perjalanan, karantina,
pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Upaya ini
termasuk karantina Hubei, karantina nasional di Italia dan di tempat lain di Eropa, serta
pemberlakuan jam malam di Tiongkok dan Korea Selatan, berbagai penutupan perbatasan negara
atau pembatasan penumpang yang masuk, penapisan di bandara dan stasiun kereta, serta informasi
perjalanan mengenai daerah dengan transmisi lokal. Sekolah dan universitas telah ditutup baik
secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan memengaruhi lebih dari 1,2 miliar siswa.
Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosioekonomi global, penundaan atau pembatalan
acara olahraga dan budaya, dan kekhawatiran luas tentang kekurangan persediaan barang yang
mendorong pembelian panik. Misinformasi dan teori konspirasi tentang virus telah menyebar
secara daring, dan telah terjadi insiden xenophobia dan rasisme terhadap orang Tiongkok dan orang-
orang Asia Timur atau Asia Tenggara lainnya.
Pandemi Covid 19 yang melanda lebih dari 200 Negara di dunia ini telah memberikan tantangan
tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Mengantisipasi penularan virus
tersebut, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, seperti isolasi, social and physical
distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan warganya
untuk tetap stay at home, bekerja, beribadah, dan belajar di rumah.
New normal adalah istilah yang digunakan dalam berbagai keadaan lain untuk menyiratkan
bahwa sesuatu yang tidak biasa atau belum pernah dilakukan sebelumnya. telah menjadi biasa. New
normal bukanlah istilah baru, Istilah new normal muncul lebih dari dua dekade yang lalu, saat
setelah krisis keuangan tahun 2007-2008 dan kemudian setelah resesi global pada tahun 2008-2012.
Belakangan ini, disebabkan pandemi Covid-19, istilah new normal kembali muncul dalam
konteks yang lebih luas, seperti; ekonomi, politik, kehidupan sosial, pendidikan dan kebiasaan
sehari-hari di masyarakat awam. Mulai dari hal yang paling sederhana, seperti pemakaian masker,
membersihkan tangan setiap kali setelah menyentuh pegangan pintu atau tombol ATM,
menempatkan petugas pengukur suhu tubuh di pintu-pintu masuk pusat perbelanjaan dan kantor-
kantor, hingga hal-hal yang kompleks seperti bekerja dari rumah dan seminar online.
Dalam konteks pendidikan, disadari atau tidak, “new normal” telah mulai terjadi secara global
sejak pandemi Covid-19. Kegiatan belajar mengajar yang bisanya dilaksanakan secara tatap muka
secara langsung, dimana pendidik dan peserta didik hadir secara fisik di ruang-ruang kelas dan
tempat-tempat belajar, kini digantikan dengan kegiatan pembelajaran melalui media elektronik (e-
learning) baik secara singkron ataupun secara nir-sinkron. E-learning nir-sinkron dapat dilakukan
secara dalam jaringan (daring) maupun secara luar jaringan (luring).
Pada pembelajaran daring, pendidik dan peserta didik pada waktu yang sama berada dalam
aplikasi atau platform internet yang sama dan dapat berinteraksi satu sama lain layaknya
pembelajaran konvensional yang dilakukan selama ini. Sedangkan pada pembelajaran luring,
pendidik melakukan pengunggahan materi melalui web, mengirim lewat surat elektronik (e-mail)
ataupun mengunggahnya melalui media sosial untuk kemudian dapat diunduh oleh peserta didik.
Dalam cara luring, peserta didik melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa terikat waktu dan
tempat. Di sisi lain, e-learning secara singron hanya dapat terjadi secara daring. Meskipun pada
kenyataannya, kegiatan belajar mengajar secara e-learning telah dilakukan oleh beberapa perguruan
tinggi dari sejak lama, namun cara pembelajaran seperti ini adalah kesadaran (awareness) terhadap
era Industrial Revolution 4.0, era yang membawa perubahan pada cara manusia dalam bekerja,
berinteraksi dan bertransaksi.
Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19
Dalam perspektif pendidikan, istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan
sebagai implikasi dari Industrial Revolution 4.0 adalah Education 4.0, untuk menggambarkan
berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi di era Industrial Revolution 4.0 baik secara fisik
maupun tidak ke dalam pembelajaran. Education 4.0 merupakan inovasi dunia pendidikan di era
Industrial Revolution 4.0, dianya merupakan sebuah jawaban dari pertanyaan “bisakah kita
melakukan?”.
Education 4.0 dapat dilihat sebagai sebuah respons kreatif di mana manusia memanfaatkan
teknologi digital, open sources contents dan global classroom dalam penerapan pembelajaran
sepanjang hayat (lifelong learning), flexible education system, dan personalized learning, untuk
memainkan peran yang lebih baik di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lain, new normal

KAMPUS PUSAT
Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Jakarta Pusat Telp. (021) 4213380 Faks. (021) 4228870 www.stiami.ac.id
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI
(INSTITUT STIAMI)
UJIAN TENGAH SEMESTER
pembelajaran secara e-learning bukanlah jawaban dari sebuah pertanyaan, tetapi adaptasi dari
sebuah kondisi yang semua orang “terpaksa” melakukannya.
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020
oleh Mendikbud dan diberlakukan beberapa hari kemudian, seluruh kegiatan belajar mengajar baik
di sekolah-sekolah maupun kampus-kampus dilaksanakan secara daring sebagai upaya pencegahan
terhadap perkembangan dan penyebaran pandemi Covid-19. Tidak ada yang bisa menjangka kapan
pandemi Covid-19 akan berakhir.
Namun demikian, pascapandemi Covid-19 nantinya, new normal pendidikan yang telah dimulai
seharusnya diteruskan dan disempurnakan hingga memenuhi konsep blended learning, yakni sebuah
konsep pendidikan yang mengkobinasikan metode kuliah tatap muka di ruang kelas dengan e-
learning, dan pada gilirannya, dunia pendidikan akan benar-benar berada dalam era education 4.0.
Terkait e-learning di perguruan tinggi, jika yang menjadi ukuran adalah “dapat dilakukan”, maka
tidak bisa dipungkiri bahwa semua kampus dapat melakukannya.
Namun, apakah kualitas e-learning tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan yang diingini? Tentu
saja akan sulit dijawab karena dalam hal ini melibatkan banyak faktor, memerlukan keterlibatan
berbagai pihak, dan harus dipersiapkan sebaik mungkin. Pada titik ini, penulis berpendapat, paling
tidak ada enam hal penting yang patut menjadi perhatian sebuah perguruan tinggi dalam
mempersiapkan e-learning.
Dosen bukan hanya dituntut untuk ahli dalam menyampaikan materi/bahan ajar secara offline
(tatap muka di kelas), tetapi dituntut juga dapat menggunakan system pelajaran daring. Beberapa
hambatan tentu akan ditemukan dalam proses pembelajaran daring, sehingga mahasiswa pun pada
umumnya harus mencari sendiri solusi akan hambatan yang dihadapi. Berbagai hambatan yang
ditemukan selama dalam proses pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap kondisi psikis
mahasiswa, sehingga diperlukan adanya solusi atas berbagai hambatan tersebut, misalnya
kemampuan dalam pengelolaan stress yang dihadapi.
6 Hal Penting dalam Menerapkan E-leraning
1. Dosen dan mahasiswa harus meningkatkan keterampilan internet dan literasi computer
Paling tidak, dosen harus mampu memanfatkan kanal-kanal yang tersedia, seperti Learning
Management System, media komunikasi berbasis audio-video, media sosial serta media
penyimpan data yang dapat digunakan membantu terjadinya kegiatan belajar mengajar yang
berkualitas.
2. Menentukan kembali capaian pembelajaran
Dosen harus melakukan penjajaran konstruktif (constructive aligment) ulang terhadap
keselarasan tiga komponen Outcome Based Education (OBE), yakni (1) capaian
pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran, dan (3) metode asesmen yang telah disusun dalam
Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
3. Dosen harus menjamin kesiapan (readiness) materi kuliah dengan perspektif
Belajar mandiri dalam format digital sedemikian rupa sehingga mahasiswa mudah memahami
materi kuliah, terutama jika diberikan secara luring. Untuk matakuliah umum, dasar keahlian
dan pengetahuan terapan, penyampaian materi kuliah dalam bentuk ringkasan kuliah
sebaiknya dihindari, akan lebih tepat jikalau dosen memberikan catatan kuliah, penggunaan
software simulasi yang open source, ataupun rekaman audio-video. Materi kuliah praktik yang
menggunakan toolbox, dosen diharapkan menyiapkan rekaman tutorial, untuk dipelajari
mahasisa secara mandiri.
4. Tentukan durasi setiap unit pembelajaran
Durasi pembelajaran erat kaitannya dengan beban belajar mahasiswa (Sudent Learning
Time/SLT) yang ditentukan dengan jumlah satuan kredit yang diambil mahasiswa. Untuk
pembelajaran daring, perhatikan waktu yang koheren sesuai dengan tingkat pengaturan diri
dan kemampuan metakognitif mahasiswa. Penentuan durasi setiap unit pembelajaran
sangatlah penting, terutama dalam memberikan tugas kepada mahasiswa.
5. Asesmen dalam bentuk kuis dan tugas mandiri harus siap
Asesmen dalam bentuk kuis dan tugas mandiri lainnya harus direncanakan sedemikian rupa,
sehingga kualitas soal tetap memenuhi taxonomy level yang sesuai dengan jenjang program
studi.
Ujian formatif dan sumatif sebaiknya tetap dilakukan secara langsung dan terjadwal
sebagaimana cara konvensional yang dipraktekan selama ini.
6. Kampus harus mempersiapkan infrastruktur dan bandwidth yang cukup
Kampus harus mempersiapkan infrastruktur dan bandwidth yang cukup jika menggunakan
jaringan kampus. Lonjakan pengguna secara tiba-tiba dan pemakaian yang simultan akan
menyebabkan server mengalami bottleneck, hang, hingga down.

KAMPUS PUSAT
Jl. Pangkalan Asem Raya No. 55 Jakarta Pusat Telp. (021) 4213380 Faks. (021) 4228870 www.stiami.ac.id

Anda mungkin juga menyukai