Anda di halaman 1dari 13

SAWERIGADING

Volume 15 No. 2, Agustus 2009 Halaman 274—285

ANALISIS FONETIK BAHASA BUGIS DIALEK BARRU:


CERITA LA PESOK SIBAWA LABUTA
(Phonetic Analysis of Buginese Language of Barru Dialect:
Story of La Pesok sibawa La Buta)

Herianah
Balai Bahasa Ujung Pandang
Jalan Sultan Alauddin Km 7, Tala Salapang, Makassar
Telepon (0411) 882401, Fax. (0411) 882403
Pos-el: anaherianah@yahoo.co.id
2 Mei 2009; Disetujui: 5 Juni 2009

Abstract
This writing discusses concerning phonetic analysisof Buginese Language of Barru
dialect. Phonetic analysis is intended to investigate and to analyze pronouncing
sounds produced by human articulator. Method used in this writing is descriptive. In
the first part of discussion, the writer makes transliteratoin the story of La Pesok
sibawa La Buta. Furthermore, phonetic is done in addition to clarify sound bases on
phonetic analysis, description of vowel and consonant illustration in the word and
making map is of vowel and consonant sound.

Key words: phonetic analysis, Buginese, Barru dialect

Abstrak
Tulisan ini mengkaji tentang analisis fonetik bahasa Bugis dialek Barru. Analisis
fonetik bertujuan menganalisis dan meneliti pengucapan bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif. Pada awal pengkajian ini, penulis menerjemahkan cerita La Pesok sibawa
La Buta, lebih lanjut fonetik telah digunakan. Selain itu, penjelasan bunyi berdasarkan
pada analisis fonetik, penggambaran ilustrasi huruf vokal dan konsonan dalam kata
serta pembuatan peta mengenai bunyi huruf vokal dan konsonan.

Kata kunci: analisis fonetik, Bugis, dialek Barru

1. Pendahuluan dalam masyarakat sangat bergantung pada


Bahasa berperanan penting dalam penggunaan bahasa. Demikian pula
tertib pergaulan antarmanusia. Melalui konflik yang terjadi bersumber dari
pengguna bahasa akan terjalin komunikasi pemakaian bahasa yang dilakukan oleh
yang lancar dan menunjang proses kerja penuturnya.
sama demi kelangsungan hidup bersama. Penelitian bahasa Bugis merupa-
Keberhasilan kehidupan setiap individu kan salah satu usaha untuk membina dan

274
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

mengembangkan bahasa Bugis. Dalam Penelitian bahasa Bugis sudah


rangka pembinaan dan pengembangan itu, banyak dilakukan oleh pakar-pakar
penelitian aspek-aspek kebahasaan perlu bahasa, antara lain M. Ide Said DM.
terus diusahakan secara berkesinam- meneliti tentang Morfologi dan Sintaksis
bungan. Sehubungan dengan upaya Bahasa Bugis (1979) dan Kamus Bahasa
memelihara bahasa Bugis yang memunyai Bugis-Indonesia (1979). Tata Bahasa
fungsi sebagai lambang kebanggaan Bugis oleh Sikki dkk (1991), Frase
daerah, lambang identitas daerah, alat Nomina Bahasa Bugis Dialek Sidenreng:
untuk mengungkapkan perasaan, dan Suatu Analisis Transformasi Generatif
bahasa pengantar pada tingkat permulaan oleh Usmar (1993), Deskripsi Frase
sekolah dasar, maka sewajarnyalah jika Numeralia Bahasa Bugis Dialek
kita berusaha meneliti struktur bahasa Sidenreng oleh Usmar (1998). Salah satu
tersebut secara sempurna (Said, dkk. tulisan tentang fonologi adalah ”Pola
1979:1). Bunyi Bahasa Bugis” (Disertasi) oleh
Timothy dan Friberg (dalam Sikki, Kulla Lagousi (1992).
dkk. 1991:2-3) mengatakan bahwa dialek
Bugis berjumlah 11 dialek, yaitu 2. Kerangka Teori
(1) Luwu, (2) Wajo, (3) Bone, (4) Sinjai, 2.1 Pengertian Fonologi dan Fonetik
(5) Soppeng, (6) Sidrap, (7) Sawitto, (8) Ada beberapa pengertian fonologi
Pasang Kayu, (9) Pangkep, (10) Barru, yang diajukan oleh ahli bahasa yang pada
dan (11) Camba. Di antara sebelas dialek dasarnya memunyai kesamaan. Berikut ini
Bugis tersebut terdapat dialek Barru yang beberapa pengertian atau definisi fonologi
menjadi sumber data penelitian ini. Dialek menurut para ahli.
Barru meliputi beberapa subdialek yakni, Hartman R.R.K. dan Strok F.C
(1) Nepo, (2) Soppeng Riaja. (3) Tompo, (1972:175) dalam Dongoran (1997)
dan (4) Tanete. mengatakan bahwa Phonology study of
Dalam penelitian ini yang menjadi speech of a given language and then
sampel adalah subdialek Soppeng Riaja. function the sound system of that language
Soppeng Riaja adalah salah satu in contemporary usage the therm covers
kecamatan yang ada di Kabupaten Barru. not only the field of but also the study of
Pada tahun 2000 Kecamatan Soppeng sound in of given language, i, e,
Riaja mengalami pemekaran menjadi phonology. Demikian pula Fromkin, V. et
Kecamatan Balusu dengan Ibukota al, (1984:64) dalam Dongaran (1997)
Takkalasi. bahwa Phonology is the study at the sound
Pelengkahu, dkk (1974:17) patterns of human language, it is elso the
mengatakan bahwa dialek Parepare lund of knowledge that speakers have
terdapat di dalam wilayah Kota Parepare about the patterns of them partiacular
dan menyebar ke selatan serta bercampur language.
dengan unsur dialek Soppeng Riaja di Berdasarkan pendapat di atas dapat
sekitar Takkalasi Ibukota Kecamatan disimpulkan bahwa fonologi adalah ilmu
Balusu. Sekarang ini terdapat pula yang mempelajari bunyi suara manusia.
percampuran dialek dengan Kabupaten Fonologi juga merupakan jenis ilmu
Soppeng bahkan ada yang telah menetap pengetahuan yang dimiliki oleh si penutur
di sekitar pasar Takkalasi baik sebagai bahasa tentang bunyi bahasa (bentuk-
pedagang maupun pegawai di lingkungan bentuk bunyi) yang mereka miliki.
pemerintahan. Verhaar (1982) merumuskan bahwa

275
Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009: 274—285

fonologi itu bertugas untuk membicarakan akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
bunyi bahasa menurut fungsi, terutama gelombang bunyi, dan fonetik auditoris
sebagai pembeda arti. Dengan demikian, menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu
apa yang terjadi secara akustis dan apa yang diterima oleh pendengar.
yang dapat ditafsirkan oleh pembicara atau Berdasarkan pada uraian beberapa
apa yang terjadi secara fonetis dan secara ahli bahasa di atas, maka dapat
fonemik akan menjadi kajian dasar disimpulkan bahwa tugas kajian fonetik
fonologi. Lanjut menurut Verhaar adalah menyelidiki dan menganalisis
(1982:36) mengartikan fonologi sebagai bunyi-bunyi ujaran serta mengkaji
bidang khusus dalam linguistik yang bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasil-
mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa kan oleh alat-alat ucap manusia.
tertentu menurut fungsinya untuk
membedakan makna leksikal dalam 2.2 Pembentukan Bunyi-Bunyi Ujar
bahasa tersebut. Untuk dapat mengenali bunyi
Istilah fonologikal atau fonologis secara tepat diperlukan pengetahuan
dipakai untuk menyatakan sesuatu mengenai proses pembentukan bunyi itu
mengenai ilmu fonologi tersebut. Dalam sendiri. Pengetahuan proses pembentukan
fonologi dibahas mengenai fon dan fonem. bunyi diperlukan untuk menuliskan bunyi-
Untuk mengidentifikasi fon-fon ini dipakai bunyi bahasa. Bunyi-bunyi bahasa dapat
pendekatan fonetik artikulasi. Sedangkan dilambangkan secara akurat apabila
fonem adalah kelas fon yang mirip secara menggunakan aksara fonetik (RTM
fonetis dalam ujaran seseorang yang Louder, 1997:5). Secara sederhana semua
berfungsi membedakan makna. Dengan alat ucap manusia dapat dibandingkan
demikian, fonem merupakan unsur abstrak dengan alat musik tiup seperti seruling.
terkecil sebagai ciri pembeda makna yang Bunyi-bunyi dihasilkan dengan meng-
berbeda dalam tataran langue. Menurut hembus udara yang dihambat, dihalang,
Samsuri (1987:91), fonetis ialah studi dan lain-lainnya (Samsuri, 1987:95).
tentang bunyi-bunyi ujar. Sebagai ilmu, Untuk memudahkan pengertian
fonetik berusaha menemukan kebenaran- artikulasi itu dapat dibagi menjadi dua
kebenaran umum dan memformulasikan bagian pokok yaitu:
hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan a. apabila secara relatif tidak ada
pengucapannya; sebagai kemahiran, hambatan rintangan antara paru-paru
fonetik memakai data deskriptif dasar dan dan udara keluar. Artikulasi demikian
pada fonetik ilmiah untuk memberi menghasilkan bunyi-bunyi vokoid/
kemungkinan pengenalan dan produksi vokal. Vokal adalah satuan fonologis
(pengucapan) bunyi-bunyi ujar itu. yang diwujudkan dalam lafal tanpa
Selanjutnya, Kridalaksana (1982: pergeseran, misalnya a, i, u, e, dan o
44) memberikan pengertian fonetik (Karidalaksana, 1983:177); dan
sebagai ilmu yang menyelidiki produk b. apabila terdapat hambatan’rintangan
penyampaian dan penerimaan bunyi. antara paru-paru dan udara keluar.
Sedangkan menurut (Kentjono, 1992:21) Artikulasi demikian itu akan
membagi tiga cabang fonetik yaitu fonetik menghasilkan bunyi-bunyi kontoid/
artikulatris, fonetik akustik, dan fonetik konsonan.
auditoris. Fonetik artikulatris mempelajari Konsonan dibagi atas lima macam
bagaimana serta oleh alat-alat ucap yang tempat artikulasi yaitu:
mana bunyi bahasa dihasilkan. Fonetik a. apabila terdapat hambatan menye-

276
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

luruh pada salah satu tempat antara membuat gambaran secara sistematis,
paru-paru dan udara luar, sehingga faktual dan akurat mengenai data, sifat,
jalan arus udara tertutup. Bunyi- serta hubungan fenomena-fenomena yang
bunyi yang dibentuk tersebut diteliti (Djajasudarma, 1993:8). Variabel
dihambat, misalnya p, t, k, d, g, ?, di dalam penelitian ini adalah fonologi
dalam kata-kata papa, tata, baba, bahasa Bugis Dielek Barru. Teknik
dada, gagu, anak; analisis data menggunakan teknik:
b. jalan arus udara di mulut seperti pada 1. teknik simak lihat cakap,
(a), tetapi dengan membuka jalan ke maksudnya peneliti terlihat
rongga hidung. Artikulasi semacam langsung pada saat informan
ini akan menghasilkan bunyi-bunyi melafalkan bunyi-bunyi bahasa
yang kami sebut nasal, umpamanya : berdasakan instrumen penelitian
m, n, n , ŋ, di dalam kata-kata yang telah disediakan;
mana, nama, ñata, ŋaŋa; 2. teknik catat, yaitu melakukan
c. jalan arus udara mungkin dihalangi pencatatan pada kartu data;
pada salah satu tempat, sehingga 3. teknik rekam, yaitu merekam
hanya merupakan sebuah lubang bunyi yang diucapkan oleh
kecil yang berbentuk sebagai lembah informan; dan
panjang atau sebagai celah yang 4. teknik klasifikasi, data yang
dilalui oleh udara itu. Bunyi-bunyi diklasifikasi kemudian dianalisis
yang dihasilkan secara demikian dengan menggunakan tanda tanda
kami sebut spiran, umpamanya: f, s, fonetis sesuai dengan kata-kata
sy di dalam kata-kata fakta, sama, yang diucapkan oleh informan.
syarat; Data penelitian diambil dan naskah
d. garis tengah jalan di mulut mungkin Sastra Lisan Bugis berjudul La Pesok
terhambat, tetapi sebuah lubang Sibawa La Buta yang disusun oleh
mungkin tinggal sepanjang sebelah Fachruddin Ambo Enre dkk. (1981).
atau kedua belah sisi yang dilalui Sampel penelitian ini adalah tuturan para
arus udara. Bunyi-bunyi yang penutur bahasa Bugis Dialek Barru dengan
dihasilkan semacam itu kami sebut subdialek Soppeng Riaja.
lateral, umpamanya: l, yang terdapat
dalam kata lalat; dan 4. Pembahasan
e. arus udara yang lalu itu mungkin 4.1 Transliterasi La Pesok Sibawa
menyebabkan sebuah alat yang Labuta
elastis bergetar dengan cepat. Bunyi Engka dua to kasiasi, worowane
yang dihasilkan semacam itu disebut mabbali bola. Seddi pesok, seddi to buta. Iami
getar. umpamanya: r, yang terdapat pallaonna esso-esso tudang e ri wiring laleng
dalam kata rata. e tajeng passidekka ri to lalo e. La Buta
maddengek, La Pesok rirengek mita laleng.
Engka seua esso nasipakkeda ada dua-dua
3. Metode dan Teknik sirengek na nrewek ri bolana ri labuesso e.
Metode yang digunakan dalam Makkedai La Pesok, “Pedek lao esso. pedek
penelitian ini adalah metode dekriptif. manipi uwita poleatta. Pada esso ewe
Metode ini bertujuan untuk melukiskan tenggennessa siseng rioloi”.
secara sistematis fakta atau karakteristik Mettekni La Buta mappabali
populasi tertentu atau bidang tertentu makkeda, “Ba, makkutongessatu mupoada e.
secara faktual dan cermat. Metode ini Na agana pattujummu laing e?”

277
Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009: 274—285

Makkedani La Pesok, “Engka Buta sibawa La Pesok, naellau sukkuruk ri Dewata


madeceng. Ajak taonro tudang siesso bujuruk seuae ri pateppainna pammase temmaka-maka.
mattajeng ri wiring laleng e. Asessa engka Sirengekni muttamak ri lalenna galempong batue.
adanna to sulessana e, madeceng Naitani koritu parewa ulaweng e ala massia-sia
egana enreng e rupanna.
tudangtudang e, madeceppisa joppa-joppa e.
Makeddani La Pesok, Madecenni ritiwik
Talao lellek ri bolana to engka-engka e mellau ulawengewe rewek ri wanua e angka riulle toha
passidekka”. mpawa. Madecenni pakdeppungenni kaminang
Na ia pappa bajanna lao tongenni ro maega e angkekna na iana riwawa lao pole,
dua e sirengek lellek ri bolana to sugik e pappabalinna La Buta. Nae madeceng i riwarui
pappalek waliwi limanna. Nae deksa anukkua paimeng batetak makkitawa i nakko lettukni ri bola
sajarennunna, nasabak ia maega rukkaeng i e”.
meddek iarekga naricalakeng tangek. Ia To makdengek e dua, to makkitae seddi,
pappahanna La Pesok silaong La Buta, majeppu padatosa puraena riassamaturusi, adanna La
mabela labokna nennia paresse babuana to sugik e Pesok. Madecenni, jaji iana tu pada riakkatenning
na to peddi e onrong ri linona. lakia massek, adanna La Buta.
sigilingengngisa. Padanna to mapeddik maega Purai kua nrewekni to dua e nok ri wanua
malabo namaraja esse babua. e. Teggennek siuleng lettukni temmareuleng ri
Narapini naengerang seddi e carita ri olo, wanue. Pada matterukni lao ri bolana La Pesok,
makkeda e ri coppokna Buluk Maniang engka apak kuwai ro maelo natawa poleanna.
seddi galempong batu maega parewa ulaweng ri Lettuknamua kuritu nabukkakni karung e
lalengna. Dek tau warani maddeppe kuritu, La Pesok nakkeda, “Pallebbakni paddoko-
nasabak metau i pangoronganna, seddi orasasak dokokmu Buta, naritawa madeceng poleang e.
pakkanre tau. Tuling madeceng i padaworoane! Tawana to
Makkedani La Buta, “Kega pada Pesok maddengek e, tawana mupa to maddengek e,
narekko talao kuritu sawung i wereta. Niga tawana tosi to makkitae, tawana mattawa e.
misseng i namaseikik Puang Alla Taala taulle i “Ho ho, appesauko ri olok Pesok”,
rukkai orasasa e kuritu”. Makkedani La Pesok, adanna La Buta tekgo i La Pesok. Tekkua satu
“Ba upujisatu, mattuak mukko rengekkak apak assamaturusettak, magasi naengka tawana to
allalengeng mabela namaserro watang nasabak mattawa e. Amaingekko. padaworoane. Ajaksa
tuppuang matanre. Kegani alek karaja riola, dua napamalikko ulaweng madeceng i paimeng, rekko
tellu salok ri letto, naulle masolok uwaena”. macekoko ukalue i lisek matammu wali-wali
Purai kua jaji tongenni La Pesok silaong mamusajuri to pakkitammu.”
La Buta saung i sungekna sirengek menrek ri Bebbekni seddi ale la Pesok napakkua
coppokna Buluk Maniang. Na ia egana anu tau. Naellau addampeng ri La Buta. Purai kua
mappakatau-tau naita ri laonna, ajaksa naita bati; inappani natawa madeceng paimeng poleang
ulak balu temmaka loppona. Ulak sawa sippada nakkadduai e.
batakkaluku, tedong liak, salok maliung penno
buaja, rilainnatopa paimeng. Laleng simata nok 4.2 Transkripsi Fonetis Bahasa Bugis
tek mappepping, sarellinna malamung Dialek Barru
mappatagerring-kering nasampo ellung. Engka i
siuleng mallaleng nalettukna ri coppokna Buluk
Maniang. Napoleini kuritu orasasa e tettong ri [la peso? sibawa la buta]
olona sumpanna galempong batu e ri awana pong [əŋka dua to kasiasi, worowanẽ
aju ara e. maBali bola. seDi peso?ˉ, seDi to buta. i ãmi
Takkinikni lapong orasana mita i engka paLaONˉã əSo- əSo tudAή ə ri wirIή laleή e
tau makalaing-laing dua ulunna, eppak limanna, tajeή paSideKa ri to lalo e. La buta mãDeŋe?ˉ,
eppak ajena, eppak matanna, eppak to duccilinna. la peso?ˉ ri rẽmbe?¯ mita laleή. əήka seuwa
Mabbere sellenni La Pesok silaong La Buta əSo nasipaKəda ada dua-dua sireŋe?¯ na
massamang i mabbere sellenna nateppa munimuna nrewe ri bolana ri labU əSo e. mãKedaI la
lette temmaka e raja, billak e, guttuk e sakdanna to peso?, “pede?¯ lao əSo, pede?¯ mãnipi?¯
makalaing-laing e iana ritu La Pesok silaong la
uwita poleaTa. pada əSo ewe tẽήgeNẽ?¯sa
Buta. Napoleini seleng temamaka-maka, maserro
tau, nanapettak lari e marang mabuang makgalette
sisəŋ rioloi”.]
ri pepping batu e temmaka liungna. Marennuni La [məTe?¯ ni Ia buta mãPabali maKəda,

278
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

“ba, mãKutoŋəSatu mũpoada e. nã aganã nãeLau suKuru?¯ri dewata seuwae ri patəPaĩNã


paTujuMũ laIŋ¯ẽ.]. pãMãse təMãkA-mãkA¯. sirEŋẽ?¯nĩ mũTãmã ri
[mãKədanĩ Ia peso?¯, əŋka mãdečEŋ. laləNã galẽmpOή batue. nãitãnĩ koritu parewa
aja?¯ taon¯ro tudAŋ siəSo bujuru?¯ maTajəή ulawəή ẽ ala mãSiya-siya egãnã ənrəήẽ rupaNã].
[mãKədani la peso?¯, “mãdečẼήi ritiwi?¯
ri wirlή laləήẽ. asəSa əήka adaNã to¯ suleSa?
ulawəή ẽwe rewə?¯ ri wãnũa əήka riuLe toha
¯nã e, mãdecEή tudAή-tudAήẽ. mãdečePisa mpawa. mãdečEή ẽNi pa?¯ dəPũŋəNi kãmĩnAή
joPa-joPae. talao leLe? ri bolanA to əήka e mãega ãήkə?¯ nã iyãnã riwawa lao pole,
meLau paSidəKa”.] paPabalĩNã la buta. nãe mãdečẽήĩ riwarui pãĩməή
[nã iya paPA bajaNã lao toŋəNi ro dua bateta?¯ maKitawa i nãKo ləTu?¯ ri bola e”.]
e sireŋẽ?¯ leLe?¯ ri bolanã to sugi?¯ e paPalə? [to ma?¯ dẽŋẽ?¯e dua, to mãKitae seDi,
¯ waliwi limãNã. nãe de?¯sa anũKua sajarNũNã, padatosa puraẽna riya Sãmãturusi, adãNã Ia peso?
nãsaba?¯iya mãega ruKaEήĩ məDe?¯ iare?¯ga ¯. madečẽNĩ, jaji iyãnã tu pada riaKatəNiή mãSə?
nãričalarəŋ taŋə?¯. ia paPahaNã Ia peso?¯ silaOŋ ¯, adãNã la buta.]
Ia buta, mãjePu mãbela labo?¯ nã nəNia parəSe [purai kuwa nrewə?¯nĩ to duwa e nõ?¯ ri
babuanã to sugi?¯e nẽNia to pəDi e onrOή ri wãnũwa e. teGəNə?¯ siuləή ləTu?¯nĩ təMãreulẽή
linönã. iyakia sigillήəήŋisa. padãNã to mãpəDi?¯ ri wãnũae. pada mãTəru?¯ nĩ lao ri bOlãnã Ia peso?
mãega mãlabo nãmãraja əSe babua.] ¯, apa?¯ kuwai ro mãelo nãtawa poleãNâ.]
[nãrapi?¯ ni nãẽŋərAήi seDie carita ri olo, [ləTũnãmũa kuritu nãluKA?¯nĩ karUήẽ la
mãKəda e ri coPo? nã bulu?¯mãniAή əήka seDi peso?¯ nãKəda, “paLeBa?¯nĩ paDoko?¯doko?¯mũ
galẽmpOή batu mãega parewa ulawəŋ ri laləNã. buta, nãritawa mãdečeŋ¯ poleAήẽ. tulIή mãdečẽήĩ
de?¯ tau warani ma? — dəPe kuritu, nãsaba mẽtau padaworoanẽ! tawãnã to mãDẽŋẽ?¯e, tawãnã mũpa
i pAήonroaNa, seDi orasãsa?¯ paKAn¯re tau.] tO mãDẽŋẽ?¯ e, tawãna tosi to rnãKitae, tawãnã
[mãKədani la buta, kega pada peso?¯ mãTawa e.]
nãreKo talao kuritu sawUή wereta. niga mĩSəήĩ [“ho ho, aPesauko ri olo?¯ peso?¯ “,
nãmãseiki puAή aLa tAla tauLe i ruKai orasasa?¯ adãNã la buta tə?¯go i Ia peso?¯. “təKua satu
e kuritu. mãKədAnĩ la peso?¯, ba upujisatu, aSãmãturusəTa, mãgasi nãəήka tawãnã to mãTawa
mãTua?¯ mũKo rẽŋeka?¯ apa? — aLã1əŋəŋ¯ e. amãiŋəKo, padaworoãnẽ. aja?¯sa nãpãmãliKo
mãbEla namãsəro watAŋ nãsaba? tuPuAή ulawəή mãdečẽήĩ paĩməή, reKo mãcekoko ukalue i
matanrE. kegani ale?¯ karaja riola, dua teLu salo?¯ lisə?¯ mãtãMũ wali-wali mãmũsajuri to
ri leTo, ñauLe mãsolo?uwaena”.] paKitãMũ.]”[beBe?¯nĩ seDi ale la peso?¯ nãpaKua
[purai kua jaji toŋẽNi la peso? silaŌή la tau. nãeLau aDãmpəή ri Ia buta. purai kua inãPãnĩ
buta saUή sũŋə?¯ nã sirẽŋẽ?¯ mẽnre?¯ri coPo? na nãtawa mãdečẼή paĩməή poleAή nãKaduwai e.]
bulu? mãniAή. nã ia Egana añu mãPakatau-tau
nãita ri laoNã, aja?¯ sa nãita bati ula?¯ balU 4. 3 Klasifikasi Data
tẽMãka loPonã, ula?¯ sawa siPada bataKaluku, Inventarisasi bunyi berdasarkan
tedŌŋ lia?¯, salo?¯ mãliUή pəNo buaja,
analisis fonetik yang dilakukan, ditemukan
rilaĩNãtopa paĩməŋ. laləή sĩmãta no?¯ te?¯
mãpəPIŋ, sarəLi?¯ nã mãlãmUή mãPata?gərIŋ- sebanyak 17 konsonan dan vokal.
gərIή nãsãmpo əLUŋ. əŋ¯ka i siuləή mãLaləή Perhatikan tabel berikut ini.
nãləTu?¯ nã ri čoPo?¯nã bulu?¯mãnIaή.
nãpoleĩnĩ¯kuritu orasanã e teToή ri yolonã
sũmpãNã galẽmpOŋ batu e ri yawanã pOή aju ara
e. taKinĩ?nĩ lapOή orasanã mĩta i əήka tau
mãkalalή-lalή dua ulũNã, əPa?¯ limãNã. əPa?¯
ajẽnã, əPa?¯ mãtãNã, əPa?¯ tO duillNã. mItBere
seLNI la peso? — silaOif la buta mItSänvif I
miBere sLNIt nãtPa duČilINã. mãBere seLẽNĩ la
peso?¯silaOή, la buta mãSãmAήi mãBere səLəNã
nãtəPa mũnĩmunã ləTə təMãka e raja, biLa?¯e,
guTu?¯ e sa?dãNã to mãkalaIή-lalή ẽ iyanã ritu Ia
peso¯ silaOή la buta. nãpolëini seləή teMãka-
mãka, mãsəRo tau, nãnãpəTa lari e marAή
mãbuAŋ mã?¯galeTe ri pəPIή batu e təMãka
liUήna. mãrəNuni Ia buta sibawa la peso?¯,

279
Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009: 274—285

Bunyi Awal Tengah Akhir


i iamĩ wirIή kasiasi
iare?¯ga paSideKa maBaLi
iya mita seDi
nasipaKeda nãmãseiki
Linõn ruKai
silaOή
kuritu
bilA?
ĩ manĩAή makədanĩ
manĩpi?¯ waranĩ
takinĩ?ni kegasnĩ
amaiήeKo seleNĩ
paiməή madecEN ĩ
napaniĩ
Ĩ wiriÍiή
sigirĨή
mãPata?gəĨή
pəPĨή
e seDi, dewata ma?¯dəPe
peso?¯ parəSe
seuwa, pede?¯ batue
E matanrE
ẽ tẽmbe?¯ worowanẽ
sireŋẽ?¯ laÍήẽ
maDẽẽ?¯
mẽnre?¯
ajẽna, mẽtau

Ẽ madecẼή

ə əSo asəSa nrəwə


majəPu
əPa paSidəKa
SarəLi?¯
təTÕή, natəPa
ə əήka siLa1ə
əneή seləή
təMakA
u uLawəή kua, dua Batu, ritu
uLUnã kuwai tau,
uwaena tudAή aju
uLa?¯, ukalue mãbuAή kaluku
buta, siu1əή
ũ mũKo paKitanMũ
wanũa matãMũ
iəTŭnãrnũa
mũpa
sajarəNũNã
anũKua
U bulU?¯
guTU?¯
suKurU?¯

280
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

Ũ sajarNŨNã
sawŨή
saŨή
mãliή
mãlamŨή
ulŨNa
karŨή
o orasasa?¯ bolana siəSo
joPa lalo
mASəRo
MŨKo
õ tõηəNi
linõna
taõnro
O pesO?
coPO?
labO?
Õ onrÕή
galempÕή
teTÕή
a aju sibawa Buta
ala galETe maTawa
adãNã laləή padatosa
aSamaturusi batu
salO?
siPada
A ADampeή əPA?
ajA?
ã mãlãmÛή limÃNä
mâdecEή laoNa
mãega lalənã
si mãta
à tudÃή
mÃPabali
mÃTajẽή
bajÃNa
padÃna
mÃBere
b batu 1abU?¯
bola mÃBali
buta nãsaba?
mÃPabali
babua
c cOPO?¯ mãdecÊή
mãcekoko

d dua tudÃή
duCilÍNã pASidəka
mãdecÊή
maDeήE?
ÃDampəή
nÃKaduwaie
pÃDokO?¯
padatosa

281
Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009: 274—285

g gUTU? sugI?¯
kega
mÃpatagerÍή-gerÍή
egana
təGəNə
j jOPa-jOPa tajəή
pATujŨMŭ
mãjəPu
upujisatu
ajA?¯
k kasiasi pASidəKa
mAKəda
mAKutoηeSatu
l lari mãliŨή
liUή əLUή
ləTu?¯ nãləTu
bulU?¯
yolõnã
lapÕή
sələNî
ulawəή
m mîta iamî
mÃDẽηÊ? nãmãraja
mãnîpI? pATujŨMŭ
makəda mãlãmŨή
məTE? mUTamA?¯
mãdecÊή
mÊLau
mãega
majəPu
n narewə?¯ bolãnã
nãsipAKəda mÃkədãnî
nasabA?¯ mãnîÃή
laləNa
adANa
õnroÃNã
matãnre
p pesO?¯ manipI?¯
pALaONa joPae
pASidəKa mAPabali
parewa majəPu
pəDi cOPO?
r rirẽmbe?¯ worowane
bujurU?
mâraja
sirẽηÊ?
parəsə
orasasA?¯
s sEDi Kasiasi
siəSo pesO
sirẽηÊ? paSidəKa
silaÕή orasasA?
si bawa

282
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

t tudÃη buta
talao poleATa
tUPuAή pATujŨMŭ
təMaka mẽtau
tAKinI? wereta
gUtU?¯
mUtama
w were Worowanẽ
worowanẽ ritiwIή
wirIή sawa
warãni u1awəή
watÃή tawãna
rewə?¯
y yolõna iyãnã
mASiya-siya
η əήka tudAή
mADẽηẽ? wirIη
sirẽηÊ?¯ galẽmpÕή
naêηêrAή onrOη
sigilîηeη sigilIή
? dE?sa ajA?¯
iare?¯ga əPA?¯
mA?¯dəPe məDe?¯
orasa?¯
pesO?¯
pedE?¯

4.4 Pemerian dan Ilustrasi Bunyi dalam vokal bundar: [u, U, , ũ, Ũ, o, O, õ, Õ]


Kata vocal tak bundar : [i, ĩ, Ỉ, ẽ, E, Ẽ, ə, ə,
Pemerian dan ilustrasi bunyi a, ã, A, Ã]
bahasa Bugis meliputi dua bagian yaiu b. Pemerian dan ilustrasi konsonan
bunyi vokal dan bunyi konsonan. Ada tiga parameter untuk
a. Pemerian dan ilustrasi bunyi vokal memerikan konsonan bahasa Bugis yaitu:
Ada tiga parameter yang 1) Berdasarkan tempat artikulasi:
digunakan untuk memerikan vokal bahasa a) konsonan bilabial: [p, b, m, w]
Bugis yaitu: b) konsonan alveolar: [t, d, s, n, l]
1) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah c) konsonan palato-alveolar : [c, j]
dalam mulut: d) konsonan palatal: [y]
vokal tinggi ; [i,u, U, ĩ, Ỉ, ũ, U] e) konsonan velar: [k, g, ŋ]
vokal sedang: [e, E, o, O, ə, Ẽ, õ, Õ] f) konsonan glotal : [?]
vokal rendah: [a, ã, A, Ã] 2) Berdasarkan bersuara tidaknya
2) Berdasarkan bagian mulut mana vokal a) konsonan bersuara: [b,d, g, j, m, n,
dihasilkan: ŋ, l, r, w, y]
vokal depan: [i, ĩ, Ỉ, ẽ, E, Ẽ] b) konsonan tak bersuara: [p, t, k, c,
vokal sentral: [ə, ə, a, ã, A, Ã] s, ?]
vokal belakang: [u, U, ũ, Ũ, o, O, õ, Õ]
3) Berdasarkan bundar tidaknya mulut:

283
Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009: 274—285

Tabel 2 Peta Bunyi Vokal

Depan Tengah Belakang


Tinggi i, ĩ, Ỉ u, ũ, U,Ũ
Sedang e, ẽ, E, Ẽ ə, ə o, õ, O, Õ
Rendah a, ã, A, Ã

Tabel 3 Peta Bunyi Konsonan

Tempat Artikulasi Labio Palato


Bilabial Alveolar Palatal Velar Glotal
Cara Artikulasi dental alveolar
Tidak bersuara p t k ?
Hambat: b d g
Bersuara

Tidak bersuara c
Afrikat: j
Bersuara
Tidak bersuara s
Frikatif:
Bersuara
Nasal m n ή

Lateral 1
Likuida: r
Tril
Luncuran w y

4.5 Peta Bunyi 5. Simpulan


Data-data bunyi bahasa Bugis yang Berdasarkan hasil analisis data
berhasil diinventarisasi berdasarkan Tabel yang telah dilakukan, didapatkan simpulan
1 di atas dapat dilihat pada bagan vokal sebagai berikut.
dan konsonan berikut. Pertama, tugas kajian fonetik
a. Berdasarkan parameter yang adalah menyelidiki dan menganalisis
digunakan, vokal bahasa Bugis dapat bunyi-bunyi ujaran serta mengkaji
dilihat pada tabel 2. bagaimana bunyi-bunyi tersebut
b. Peta Bunyi Konsonan dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia.
Bahasa Bugs memiliki 17 konsonan. Kedua, Bunyi vokal bahasa Bugis
Ketujuh belas konsonan tersebut yang terdapat pada Sastra Lisan Bugis La
adalah [b, c, d, g, j, k, l, m, n, p, r, s, t, Pesok sibawa La Buta ada 21 buah yaitu
w, y, ŋ, ?], seperti yang terdapat pada [u, U, ũ, Ũ, o, O, õ, Õ i, ĩ, Ỉ,e, ẽ, E, Ẽ ə, ə,
tabel 3. a, ã, A, Ã].

284
Herianah: Analisis Fonetik Bahasa Bugis Dialek Barru….

Ketiga bunyi konsonan bahasa Makassar: Badan Pusat Statistik.


Bugis yang terdapat pada Sastra Lisan Kentjono, Djoko. 1992. Dasar-Dasar
Bugis La Pesok sibawa La Buta ada 17 Linguistik Umum. Fakultas Sastra
buah yaitu [b, c, d, g, j, k, 1, m, n, p, r, s, t, Universitas Indonesia.
w, y, 1, ŋ].
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus
Setelah penelitian tentang fonologi
Linguistik. Jakarta: Gramedia.
bahasa Bugis pada Sastra Lisan Bugis La
Pesok sibawa La Buta ini dilakukan, Pelengkahu, R.A. et al. 1974. Peta Bahasa
peneliti merasa bahwa dalam beberapa hal Sulawesi Selatan. Ujung Pandang:
masih terdapat kelemahan. Oleh karena Lembaga Bahasa Nasional Cabang III.
itu, untuk memperoleh gambaran fonologi RTM Lauder, Multamia. 1997. Pedoman dan
yang sempurna, masih perlu dilakukan Penulisan Bunyi. Jakarta: Pusat
penelitian lanjutan untuk melengkapi hasil Pembinaan dan Pengembangan
penelitian ini. Bahasa.
Said DM, M. Ide dkk. 1979. Morfologi dan
DAFTAR PUSTAKA Sintaksis Bahasa Bugis. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan
Ambo Enre, Fachruddin dkk. 1981. Sastra Bahasa.
Lisan Bugis. Jakarta: Pusat Bahasa
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa: Jakarta:
Pembinaan dan Pengembangan
Erlangga.
Bahasa.
Sikki, Muhammad dkk. 1991. Tata Bahasa
Djadjasudarma, Fatimah. 1993. Metode
Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Linguistik. Rancangan Metode
Pengembangan Bahasa.
Penelitian dan Kajian. Bandung: PT
Erasco. Suliosusiawan, Ahadi. 1999. Fonologi Bahasa
Bedayu. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Dongoran, Tumpal H. 1997. Fonologi Bahasa
Pengembangan Bahasa.
Angkola. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Verhaar. J.W.M. 1982. Pengantar Linguistik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Kabupaten Barru dalam Angka. 2000.
Press.

285
���������������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������������

Anda mungkin juga menyukai