Anda di halaman 1dari 9

E-ISSN 2503-0329 Volume 1, No.

1, Februari 2016 ISSN 2502-5864


73

ANALISIS MORFOLOGI BENTUK PASIF BAHASA JAWA BANYUMAS

Siti Maryam
FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember
sitimaryam1402@gmail.com

Abstrak
Morfologi merupakan salah satu kajian yang menarik dalam linguistik, hal tersebut
karena morfologi menjadi bentuk lanjutan dari sintaksis. Salah satu fenomena yang
cukup menarik yaitu pada perubahan kata bahasa Jawa Banyumas atau yang sering
diketahui dengan bahasa Ngapak. Dikatakan menarik karena perubahan katanya
berbeda dengan Jawa standar/Jawa Solo-Yogya. Hasil penelitian menunjukkan (1)
terdapat prefiks penanda pasif, yakni /tek-/, /kok-/, dan /di-/. Ketiga prefiks seringkali
digunakan pada percakapan sehari-hari di masyarakat Jawa daerah Banyumas. (2)
Bentuk-bentuk prefix pasif dapat menjadi bagian yang diterima dalam kalimat aktif.
Dalam bahasa Jawa dialek Banyumas, ujaran yang dibubuhi prefiks /tek-/ dapat
diganti atau diberi prefiks /kok-/ dan /di-/ tetapi jika tidak dapat dibubuhi prefiks
/tek-/, maka kata tersebut tidak dapat menggunakan kedua prefiks pasif lainnya. (3)
Terdapat kategori berupa bentuk dasar dalam konstituen pusatnya, terbagi ke dalam
empat bentuk dasar berupa unsur pokok yaitu kata kerja, kata benda, kata sifat, dan
kata bilangan.
Kata kunci: Morfologi, prefiks penanda pasif, dialek Banyumas

Abstract
Morphology as a part of syntax has always been interesting topic to discuss in a study
of linguistics. One interesting phenomeneon in morphology can be found here is the
changes of words in the local Banyumas dialects known as “Ngapak”. The changes
are different from the Standart Language of Java found in Solo or Jogjakarta.The
results of the study showed that in the local language of Banyumas, (1) There are
three different prefixes; /tek-/, /kok-/, and /di-/, which constitute passive meaning.
These prefixes are commonly used in daily interactions of Banyumas citizens. (2)
These passive prefiexes can be meant active in Banyumas. Prefix /tek-/ added in a
word can be subtituted by , /kok-/, or /di-/, but if prefix /tek-/ cannot be added, the
other two passive prefixes cannot be added either. (3) There four basic forms in its
central constituent, namely verbs, nouns, adjectives and numbers.
Key words: Morphology, passive marker prefix, Banyumas dialects.

1. PENDAHULUAN maksud, keinginan, maupun perasaannya.


Bahasa di seluruh dunia berbeda- Pada zaman dahulu, bahasa hanya
beda maksud dan penggunaannya. merupakan bagian dari ilmu budaya dan
Sehubungan dengan hal ini, bahasa kajian filsafat. Tetapi, pada awal abad ke-20,
digunakan baik untuk menyampaikan kajian bahasa atau yang sekarang kita kenal
dengan kajian linguistik mulai populer leksem merupakan satuan leksikal dan kata
dipelajari oleh beberapa generasi muda dan merupakan satuan gramatikal.
ahli. Dalam ilmu kajian linguistik, terdapat Dalam setiap bahasa, proses
beberapa macam bidang kajian bentuk pembentukan kata umumnya berbeda.
seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan Pembentukan kata secara umum melalui
semantik. beberapa proses yang berbeda menurut
Morfologi menjadi cakupan kajian yang berbagai pandangan para ahli linguistik.
cukup menarik dalam linguistik, karena Samsuri (1985: 190-193) menyatakan ada
morfologi merupakan tingkat lanjutan dari lima proses pembentukan kata yaitu
sintaksis itu sendiri. Sebelum merucut ke afiksasi, reduplikasi, perubahan intern,
dalam wilayah bahasa kajian, alangkah suplisi dan modifikasi kosong. Fenomena
baiknya mengetahui dahulu pengertian dari yang cukup menarik yaitu pada perubahan
morfologi itu sendiri. Morfologi oleh Ramlan kata bahasa Jawa Banyumas atau yang
(2009: 23) diartikan sebagai seluk beluk sering dikenal dengan bahasa Ngapak.
pembentukan kata dimana satuan morfem Dikatakan menarik karena perubahan
diselidiki oleh morfologi dan tingkatan yang katanya berbeda dengan Jawa standar/Jawa
paling tinggi berupa kata. Sejalan dengan Solo-Yogya. Sebagai contoh dalam afiksasi
pernyataan tersebut, Kridalaksana (2009: 9), prefiks penanda pasif bahasa Jawa
menyatakan bahwa morfologi merupakan Banyumas dalam kata “gawa” (bawa) +
proses pengolahan leksem menjadi sebuah “tek” menjadi “tekgawa” (kubawa),
kata. Dengan kata lain, leksem menjadi sedangkan dalam bahasa Jawa Solo/Yogya
satuan leksikal dan kata menjadi satuan kata “gawa” + “tak” menjadi “takgowo”
gramatikal. Dalam hal ini, leksim tidak hanya (kubawa). Perubahan bunyi vokal /e/
berubah bentuk tetapi juga memiliki makna menjadi /a/ dalam prefiks pasif “tek” dan
baru yang disebut dengan makna “tak” tersebut merupakan salah satu
gramatikal. Setara dengan kedua teori perubahan morfologis berupa perubahan
tersebut diatas, Verhaar (1984: 52) tingkatan bahasanya. Sama halnya dengan
menyatakan bahwa morfologi merupakan “gawa” menjadi “gowo” yakni perubahan
suatu bidang linguistik yang mempelajari bunyi /a/ menjadi /o/. Bahasa Jawa
tentang susunan bagian kata secara Solo/Yogya dikenal sebagai bahasa jawa
gramatikal. Dari ketiga pengertian morfologi pusat yakni bahasa jawa sopan/krama
diatas, dapat disimpulkan bahwa morfologi sedangkan bahasa Jawa Banyumas dikenal
itu sendiri merupakan suatu proses sebagai bahasa Jawa kasar/pinggiran.
pembentukan kata dari leksem dimana Bahasan kalimat penanda pasif ini
hanya akan terfokus pada bahasa Jawa

74
Banyumas karena penggunaannya yang (1985: 190-193). Di dalam afiksasi terbagi
hampir sama dengan Jawa Solo/Yogya, lagi menjadi beberapa kategori yaitu prefiks,
hanya terdapat sedikit perbedaan mengenai infiks, sufiks, dan konfiks.
bunyi vokal dan konsonannya. Prefiks
penanda pasif bahasa Jawa ini sebenarnya 2. METODE PENELITIAN
sudah pernah diteliti oleh Arifin (1999) yang Pendekatan yang digunakan dalam
menghasilkan sebuah buku berjudul penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
“Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa”. Arifin karena menggunakan kata-kata atau kalimat
menyatakan bahwa ada 3 penanda pasif dalam suatu struktur yang logis, untuk
dalam bahasa jawa yaitu /tek-/, /kok-/, dan menjelaskan konsep-konsep dalam
/di-/. Semua penanda itu memiliki fungsi, hubungan satu sama lain. Penerapan
peran dan tujuan penggunaanya masing- metode kualitatif dilakukan secara
masing. Selain itu, Sudaryanto (1991) dalam deskriptif, artinya data yang dianalisis dan
bukunya yang berjudul “Tata Bahasa Baku hasil analisis berbentuk deskripsi fenomena,
Bahasa Jawa” juga menyatakan hal yang tetapi tidak berupa angka-angka atau
serupa mengenai prefiks penanda pasif koefisien tentang hubungan antarvariabel.
tersebut.
Berdasar pada kedua teori dalam buku 3. PEMBAHASAN
tersebut di atas, akanlah sangat menarik Morfologi bahasa Jawa Banyumas
untuk membahas mengenai prefiks umumnya memiliki kemiripan dengan Jawa
penanda pasif ini. Selain itu, terdapat juga Sentral. Persebaran wilayah bahasa
buku rujukan lainnya yang tentu untuk Banyumas itu sendiri di daerah barat
menyempurnakan teori tersebut. berbatasan dengan Tasikmalaya (bahasa
Teori tentang morfologi bahasa Jawa Sunda) dan Yogyakarta di daerah timur.
telah dipaparkan oleh beberapa ahli bahasa. Bahasa Banyumas, di satu sisi menyerap
Ramlan (2009: 21) memaparkan pengertian unsur bahasa Jawa standar dan di sisi lain
morfologi sebagai bagian ilmu bahasa yang tetap memiliki ciri khas bahasa Sunda.
menyelidiki seluk beluk bentuk kata dan Dengan kata lain, bahasa Jawa Banyumas
kemungkinan adanya perubahan akibat mengalami perbedaan dengan Bahasa Jawa
perubahan bentuk kata. Kemudian, dalam standar dikarenakan adanya pengaruh dari
morfologi terdapat beberapa perubahan bahasa sunda ke dalam bahasa Jawa
bentuk morfem yaitu afiksasi, reduplikasi, standar. Perbedaan ini sebenarnya mengacu
perubahan intern, suplisi, dan modifikasi dalam beberapa aspek linguistik yaitu
kosong Afiksasi adalah penggabungan akar fonologis, sintaksis, morfologis, dan
kata atau pokok dengan afiks (Samsuri, semantik. Akan tetapi, perubahan yang

75
cukup terlihat terdapat pada proses menunjukan penanda persona pertama
morfologis, seperti dalam proses afiksasi (saya).
pada prefiks penanda pasif. Berikut Inyong wis maca bukune mau
penjelasan mengenai proses morfologis mbengi. (aktif)
afiksasi bahasa Jawa Banyumas tersebut. “saya sudah membaca bukunya
semalam”
A. Kadar Afiksasi Prefiks Pasif Bahasa
2) Duite Kardi wis tekcolong. (pasif)
Jawa Banyumas “uangnya Kardi sudah saya curi”.
Bahasa Jawa Banyumas prefiks, infiks, Penanda prefiks pada contoh di atas
sufiks dan konfiks. Namun demikian, fokus menggunakan prefiks /tek-/ yang
pembahasan hanya akan tertuju pada menunjukan penanda persona pertama
prefiks penanda pasif. Dalam bahasa Jawa (saya).
Banyumas terdapat tiga penanda pasif yaitu Inyong wis nyolong duite Kardi.
/tek-/, /kok-/, dan /di-/. Penanda pasif ini (aktif)
seringnya dalam tata bahasa Jawa dikenal “aku sudah mencuri uangnya Kardi”.
dengan nama tripurusa. Kalimat pasif 3) Wit gedhange wis tektegor. (pasif)
penanda persona pertama ditandai oleh “pohon pisangnya sudah saya
tebang”
prefiks /tek-/. Kemudian, kalimat pasif
Penanda prefiks pada contoh di atas
penanda persona kedua ditandai dengan
menggunakan prefiks /tek-/ yang
prefiks /kok-/, sedangkan prefiks /di-/
menunjukan penanda persona pertama
sebagai penanda pasif persona ketiga.
(saya).
Ketiga penanda pasif ini memiliki kadar
Inyong wis negor wit gedhange.
kepasifan yang tinggi. Kadar tersebut (aktif)
ditimbang melalui perimbangan dengan “saya sudah menebang pohon
bentuk aktifnya. Pemarkah yang sering pisangnya.
digunakan dalam perimbangan bentuk ini 4) Sule nang Trans 7 sering tekguyu.
yaitu nasal /N-/. Berikut penjelasan beserta (pasif)
contoh mengenai ketiga prefiks tersebut “Sule di Trans 7 sering saya
tertawakan”.
pada pemarkah /N-/.
Penanda prefiks pada contoh di atas
a. Prefiks /tek-/
menggunakan prefiks /tek-/ yang
1) Bukune wis tekwaca mau mbengi.
(pasif) menunjukan penanda persona pertama
“bukunya sudah saya baca (saya).
semalam” Inyong sering ngguyu Sule nang Trans 7.
Penanda prefiks pada contoh di atas (aktif)
menggunakan prefiks /tek-/ yang “saya sering menertawakan Sule di
Trans 7.

76
5) Buku nang meja wis tekjikot. (pasif) c. Prefiks /di-/
“buku di meja sudah saya ambil”.
1) Montore wis didol adhiku.
Penanda prefiks pada contoh di atas
“motornya sudah dijual adhiku”
menggunakan prefiks /tek-/ yang Penanda prefiks pada contoh di atas
menunjukan penanda persona pertama menggunakan prefiks /di-/ yang
(saya). menunjukan penanda persona ketiga (di).
Inyong wis njikot buku nang meja”. Adhiku wis ngedol motor.
(aktif) “adiku sudah menjual motor”
“Aku sudah mengambil buku 2) Sarunge dikumbah bojoku.
dimeja”. “sarungnya dicuci istriku”
b. Prefiks /kok-/ Penanda prefiks pada contoh di atas
1) Segane wis kokpangan? menggunakan prefiks /di-/ yang
“nasinya sudah kamu makan?” menunjukan penanda persona ketiga (di).
Penanda prefiks pada contoh di atas Bojoku ngumbah sarung.
menggunakan prefiks /kok-/ yang “istriku mencuci sarung”.
menunjukan penanda persona kedua 3) Wit jatine wis disengso Tukimin.
(kamu). “pohon jatinya sudah digergaji
Kowe wis mangan sega? Tukimin”
“Kamu sudah makan nasi?” Penanda prefiks pada contoh di atas
2) Kandhange wis kokgrendel? menggunakan prefiks /di-/ yang
“kandangnya sudah kamu gembok?” menunjukan penanda persona ketiga (di).
Penanda prefiks pada contoh di atas Tukimin wis nyengso wit jati.
menggunakan prefiks /kok-/ yang “Tukimin sudah menggergaji pohon
menunjukan penanda persona kedua jati”.
(kamu). Berdasarkan pemaparan beberapa
Kowe wis nggrendel kandhang? contoh perimbangan nasal tersebut di atas,
“kamu sudah menggembok dapat disimpulkan bahwa prefiks pasif yaitu
kandang?” /tek-/, /kok-/, dan /di-/ semuanya dapat
3) Es teh nang meja kokombe? juga dibentuk menjadi kalimat aktif
“ Es teh dimeja kamu minum? berpemarkah nasal /N-/.
Penanda prefiks pada contoh di atas
Selain perimbangan dengan nasal,
menggunakan prefiks /kok-/ yang
penanda pasif dalam bahasa Jawa
menunjukan penanda persona kedua
Banyumas juga ditandai dengan bisa
(kamu).
tidaknya kalimat tersebut dijadikan sebagai
Kowe ngombe es teh nang meja?
kalimat imperatif (-en). Berikut contohnya.
“kamu minum es teh dimeja?”
1) Bukune wis tekwaca mau mbengi.
(pasif)

77
“bukunya sudah saya baca teratur. Sebagai contohnya pada bentuk
semalam” dasar “gawa” jika mendapat imbuhan ketiga
Inyong wis maca bukune mau prefiks tersebut menjadi /tekgawa/,
mbengi. (aktif)
/kokgawa/, dan /digawa/. Ketiga kata ini
“saya sudah membaca bukunya
semalam” memiliki kesamaan kategori yaitu pasif
Bukune wacanen! tetapi berbeda penggunaan pronoun/kata
“bukunya bacalah!” gantinya. Berikut contoh kalimatnya.
Contoh kalimat di atas menunjukan 1) Inyong kelalen bukune tekgawa
bahwa bahasa Jawa Banyumas juga dapat “saya lupa bukunya saya bawa”
dijadikan sebagai kalimat imperatif ketika Inyong kelalen bukune kokgawa?
adanya penambahan /-en/ di akhir kalimat. “saya lupa bukunya kamu bawa?”
Inyong kelalen bukune digawa
2) Duite Kardi wis tekcolong. (pasif)
“saya lupa bukunya dibawa”
“uangnya Kardi sudah saya curi”.
Data tersebut di atas menunjukan
Inyong wis nyolong duite Kardi.
(aktif) bahwa penggunaan pada amsing-masing
“aku sudah mencuri uangnya Kardi”. prefiks penanda pasif memiliki perbedaan
Duite colongen! sesuai dengan konteks kalimatnya.
“uangnya curilah!” 2) Duite Kardi wis tekcolong
Contoh kalimat di atas menunjukan “uang Kardi saya curi”
bahwa bahasa Jawa Banyumas juga dapat Duite Kardi wis kokcolong?
dijadikan sebagai kalimat imperatif ketika “uang Kardi sudah kamu curi?”
adanya penambahan /-en/ di akhir kalimat. Duite Kardi wis dicolong
“uang Kardi sudah dicuri”.
3) Wit gedhange wis tektegor. (pasif)
Data tersebut di atas menunjukan
“pohon pisangnya sudah saya
tebang” bahwa penggunaan pada amsing-masing
Inyong wis negor wit gedhange. prefiks penanda pasif memiliki perbedaan
(aktif) sesuai dengan konteks kalimatnya.
“saya sudah menebang pohon Berdasarkan kedua ilustrasi di atas
pisangnya. dapat disimpulkan bahwa terdapat
Wit gedhange tegoren! keterkaitan hubungan prefiks tersebut
“pohon pisangnya tebanglah!”
karena ditunjukkan dengan distribusi
Contoh kalimat di atas menunjukan
pemakaian yang sama. Hal ini dapat
bahwa bahasa Jawa Banyumas juga dapat
dipersepsikan jika pada suatu kata terdapat
dijadikan sebagai kalimat imperatif ketika
prefiks /tek-/ pasti dapat diganti atau diberi
adanya penambahan /-en/ di akhir kalimat.
prefiks /kok-/ dan /di-/, sedangkan jika tidak
Sesungguhnya penanda pasif /tek-/,
bisa menggunakan prefiks /tek-/ maka kata
/kok-/ dan /di-/ memiliki hubungan erat dan

78
tersebut tidak akan bisa menggunakan Berdasarkan contoh di atas, dapat
kedua prefiks pasif lainnya. Contohnya diketahui bahwa prefiks penanda pasif /tek-
dalam kata /tiba/ “jatuh”. Kata tersebut /, /kok-/ dan /di-/ dapat bergabung dengan
tidak bisa mendapat awalan /tek-/, sehingga segala bentuk dasar verba dan biasanya
tidak bisa juga mendapat prefiks /kok-/ dan verba tersebut melakukan suatu pekerjaan
/di-/. atau hal yang bekerja.
b. Bentuk Dasar Konstituen Pusat
B. Afiksasi Prefiks Pasif Berdasarkan berkategori Nomina
Kategori Kata pada Bentuk Dasarnya Biasanya konstituen pusat yang dapat
Dalam bahasa Jawa Banyumas prefiks bergabung dengan ketiga prefiks tersebut
/tek-/, /kok-/ dan /di-/ dapat bergabung adalah berupa alat yang lazim dan sering
dengan konstituen pusat berkategori verba, digunakan oleh manusia. Berikut
nomina, adjektiva, dan numeralia. contohnya.
a. Bentuk Dasar Konstituen Pusat 1) Klambine teksabun
berkategori Verba “bajunya saya sabun”
Semua bentuk dasar konstituen pusat Klambine koksabun?
“bajunya kamu sabun?”
dapat bergabung dengan prefiks /tek-/,
Klambine disabun
/kok-/ dan /di-/. Selebihnya, untuk “bajunya disabun”
memahami pernyataan tersebut, berikut 2) Umaeh tekcet
contoh dan penjelasannya. “rumahnya saya cat”
1) Lawange arep tekbukak Umaeh kokcet?
“pintunya akan saya buka” “rumahnya kamu cat?”
Lawange arep kokbukak? Umaeh dicet
“pintunya akan kamu buka?” “rumahnya dicat”
Lawange arep dibukak Contoh di atas menunjukan bahwa
“pintunya akan dibuka” bentuk dasar keonstituen pusat berkategori
Contoh di atas membuktikan bahwa nomina dapat bergabung dengan prefiks
bentuk dasar konstituen pusat dapat /tek-/, /kok-/ dan /di-/.
bergabung dengan prefiks /tek-/, /kok-/ dan c. Bentuk Dasar Konstituen pusat
/di-/. berkategori Adjektiva
2) Salake wis tektandur Bentuk konstituen pusat yang dapat
“salaknya sudah saya tanam” bergabung dengan ketiga prefiks itupun
Salake wis koktandur?
hanya terdapat pada makna warna, bentuk
“salaknya sudah kamu tanam?”
Salake wis ditandur dan rasa. Berikut contohnya.
“salaknya sudah ditanam” 1) Gambare tekabang kabeh
“gambarnya saya merah semua”

79
Gambare kokabang kabeh?” “kalau naik motor, seringnya saya
“gambarnya kamu merah semua?” naik bertiga supaya cepat”.
Gambare diabang kabeh Nek numpak motor, biasane
“gambarnya dimerah semua” koktelon ben cepet?
Contoh di atas menunjukan bahwa “kalau naik motor, seringnya kamu
bentuk dasar konstituen pusat berkategori naik bertiga supaya cepat?”
adjektiva dapat bergabung dengan prefiks Nek numpak motor, biasane
ditelon ben cepet.
/tek-/, /kok-/ dan /di-/.
“kalau naik motor, seringnya
2) Gambare takpersegi dibertiga supaya cepat”.
“gambarnya saya persegi” Contoh di atas menunjukan bahwa
Gambare kokpersegi?
bentuk dasar konstituen pusat berkategori
“gambarnya kamu persegi?”
Gambare dipersegi numeralia dapat bergabung dengan prefiks
“gambarnya dipersegi” /tek-/, /kok-/ dan /di-/.
Contoh di atas menunjukan bahwa
bentuk dasar konstituen pusat berkategori 4. SIMPULAN
adjektiva dapat bergabung dengan prefiks Pada pembahasan afiksasi dalam
/tek-/, /kok-/ dan /di-/. bahasa Jawa Banyumas memang tidak ada
3) Tukiyem teksengit habisnya dan sangat menarik. Banyak sekali
“tukiyem saya benci” bentuk afiksasi dan salah satu contoh
Tukiyem koksengit? bentuknya adalah prefiks penanda pasif.
“Tukiyem kamu benci?”
Prefiks dalam bahasa ini ada tiga yaitu /tek-
Tukiyem disengit
“tukiyem dibenci” /, /kok-/, dan /di-/. Ketiga prefiks ini
Contoh di atas menunjukan bahwa seringkali dipergunakan dalam percakapan
bentuk dasar konstituen pusat berkategori sehari-hari dalam tataran Jawa Banyumas.
adjektiva dapat bergabung dengan prefiks Jika ditelaah dari kadar kepasifannya dapat
/tek-/, /kok-/ dan /di-/. dilakukan dengan melakukan perimbangan
d. Bentuk dasar Konstituen pusat dalam kalimat aktifnya. Pengadaran
berkategori numeralia tersebut berupa perimbangan dengan
Pada bahasa Jawa Banyumas kalimat aktif bentuk nasal /N/ dan imperatif
penggunaan kategori ini sedikit sekali /-en/. Dalam bahasa Jawa Banyumas, ketika
ditemukan dalam konteks percakapan pada suatu kata terdapat prefiks /tek-/ pasti
sehari-hari. Berikut adalah contohnya. dapat diganti atau diberi prefiks /kok-/ dan
1) Nek numpak motor, biasane /di-/, sedangkan jika tidak bisa
tektelon ben cepet. menggunakan prefiks /tek-/ maka kata
tersebut tidak akan bisa menggunakan

80
kedua prefiks pasif lainnya. Selain itu, jika
dilihat dari kategori konstituen pusat bentuk
dasarnya, bahasa Jawa Banyumas dibagi
menjadi empat konstituen pusat bentuk
dasar yaitu verba, nomina, ajektiva, dan
numeralia.

DAFTAR RUJUKAN
Arifin, S., Suwadji, Gina, Wibowo, S. 1999.
Kalimat Pasif dalam Bahasa Jawa.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa: Jakarta
Kridalaksana, Harimurti. 2009.
Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ramlan. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta:
Erlangga.
Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku
Bahasa Jawa. Duta Wacana University
Press.
Verhaar, J. W. M. 1984. Pengantar Linguistik
I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

81

Anda mungkin juga menyukai