BAB 1
PENDAHULUAN
merupakan suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh
kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata,
kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat dan tata makna.
Teteapi, karena berbagai faktor yang terdapat di dalam pemakai bahasa itu, seperti
usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, dan latar belakang budaya
daerah, maka bahasa itu menjadi tidak seragam benar. Bahasa juga merupakan
masyarakat penuturnya.
besar pemakai bahasa Indonesia masih mempunyai bahasa daerah sebagai bahasa
ibu, bahasa daerah memiliki pengaruh yang besar terhadap bahasa Indonesia.
Dengan kata lain, peranan bahasa daerah memiliki peranan penting bagi
Salah satu dari sejumlah besar bahasa daerah yang dipelihara dan
Indonesia, bahasa ini digunakan oleh suku Jawa yang wilayahnya meliputi Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan
( Jawa ngapak, dan bahasa Jawa arekan). Yaitu terletak pada system pengucapan
atau fonologinya :
Adanya diftong “ai” untuk vocal “i”: semua leksikon berakhiran “i” pada
bahasa Jawa dialek Banyuwangi selalu terlafal “ai”. Seperti misalnya geni
Adanya diftong “au” untuk vocal “u”: leksikon berakhiran “u” hamper
Mempelajari bahasa Jawa sangat penting untuk yang ingin atau akan tinggal di
dalam lingkungan yang mayoritas penduduknya berbahasa Jawa baik itu untuk
Seiring dengan berkembangnya era globalisasi, banyak hal yang mulai berubah
Sulawesi Tengah. Bahasa Jawa dialek Banyuwangi di sana lebih banyak dikuasai
oleh orang dewasa daripada anak-anak sebagai generasi muda. Hal ini disababkan
karena anak-anak suku Jawa kini mulai mempelajari bahasa asing. khususnya
pendidikan, dan adanya pengaruh interaksi dari suku-suku lain yang lebih banyak
Jawa dialek Banyuwangiyang terfokus pada masalah struktur frasa. Adapun yang
menjadi sasaran pada penelitian ini adalah struktur frasa eksosentris dan
sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan bahasa pada
umumnya dan bahasa daerah pada khususnya. Atas dasar itulah penulis memilih
Banyuwangi?
1) frasa adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
yang lebih besar, misalnya frasa nomina ditambah dengan frasa verba
mempunyai distribusi yang sama dengan unsur lainnya dan dapat mengisi
5) frasa endosentris beraneka hulu adalah frasa yang mengandung lebih dari
satu hulu.
9) bahasa Jawa adalah bahasa yang penuturnya merupakan suku Jawa baik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dialek Ledo” (2012) dan oleh Nurhajrah dengan judul “Struktur Frase Bahasa
eksternalnya. Frasa eksosentris terbagi atas tiga yaitu (1)frasa eksosentris direktif
atau partikel, (2) frasa eksosentris konektif dan (3) frasa eksosentris predikatif.
Selanjutnya, frasa endosentris meliputi (1) frasa beraneka hulu yang terdiri atas
frasa koordinatif dan frasa apositif dan (2) frasa modifikatif (hulu
struktur frasa bahasa tersebut dengan judul penelitian “Frasa Bahasa Jawa Dialek
Banyuwangi”.
peneliti saat ini adalah dari bidang kebahasaan yang diteliti.Peneliti melakukan
penelitian dengan bidang kajian kebahasaan yaitu bahasa Jawa dialek Banyuwangi
yang belum pernah diteliti sebelumnya. Dengan perbedaan tersebut penelitian ini
Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah teori
tagmemik.Teori ini membagi bahasa atas tiga hierarki, yaitu (1) hierarki fonologi,
membagi hierarki gramatikal, yang meliputi (1) tataran kalimat, (2) klausa, (3)
Secara umum frasa dapat diartikan sebagai bagian dari sintaksis atau
dengan kata lain frasa berada satu tingkat di atas kata dan dibawah satu tingkat
dari satu klausa atau kalr1imat. Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda
tentang frasa. Cook, Elson & Pickett (dalam Putrayasa 2007:22) mengatakan
bahwa frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan
Putrayasa 2007:22), frasa tersusun atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi
batas unsur klausa. Artinya, konstruksi frasa hanya menduduki fungsi klausa,
unsur S saja, unsur P saja, unsur O saja, unsur pelengkap saja, atau unsur K saja.
yang menduduki suatu fungsi di dalam kalimat walaupun tidak semua frasa terdiri
atas kelompok kata, karena ada frasa yang terdiri atas satu kata, yang sering
satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas
fungsi unsur kalusa, satu sebagai kata inti dan satunya lagi sebagai kata penjelas.
Frasa eksosentris adalah frasa yang semua unsurnya tidak berfungsi dan
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frasadi pasar, yang terdiri
dari komponen di dan komponen pasar.Secara keseluruhan atau secara utuh frasa
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan
yang direktif dan frasa eksosentris yang nondirektif. Frasa eksosentris yang
direktif unsur pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, oleh, untuk,dandari, dan
10
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori
seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan
adjektiva, atau verba. Misalnya si pencuri, si raja hutan, para pengemis, kaum
unsurnya, baik semua unsur maupun salah satu unsurnya (Putrayasa 2007:25).
endosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki
pedas.Frasasambal pedas terdiri dari nomina (kata benda) yang diikuti oleh
adjektiva (kata sifat). Kedua unsur tersebut memiliki hubungan fungsi sebagai
berikut: kata sambal berfungsi sebagai unsur inti (pusat) dan kata pedas sebagai
sambal yang rasanya pedas.Demikian pula dengan contoh lainnya yang memiliki
makna tersendiri.
terdiri dari dua kategori yaitu frasa endosentris hulu tambahan dan frasa
kelas kata yang berlaku sebagai konstitusien atau kontruksi.Kelas kata tersebut
adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia.Jika dilihat dari segi distribusi secara
eksternal, frasa merupakan bagian dari struktur klausa, sedangkan dari segi
internal frasa adalah kontruksi antar kata yang terdiri dari dua kata atau lebih
klausa. Level klausa tersusun dari empat bagian yaitu: Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), dan Ajung (Ajg) atau Keterangan (Ket). Subjek dan Objek berisi kelas
12
kata nomina, Predikat berisi kelas kata verba, Ajung atau keterangan berisi kelas
kedudukan yang setara. Hubungan yang lazim ditemukan dalam konstruksi frasa
yang dijelaskan di atas berarti dimana salah satu unsure pemjelasnya atau hulunya
dapat saling menjelaskan tanpa hadirnya salah satu hulu yang lainnya.
untuk menunjukan hubungan kepemilikan dalam arti luas. Ini dapat mencakup
kepemilikan yang ketat , atau sejumlah jenis hubungan lain dengan derajat yang
Berbeda dengan frasa yang bersifat koordinatif, frasa ini terdiri atas
kata-kata yang mengisi jalur hulu atributif dalam jalur hubungan antar frasa.
14
Frasa Frasa
eksosentris Endosentris
Gambar. 2.1
15
Dari diagram diatas diperoleh penjelasan bahwa frasa eksosentris adalah frasa
did an komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat
Frasa eksosentris terdiri atas dua yaitu frasa eksosentris direktif dan nondirektif.
di,ke,oleh,untuk, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok
komponen pertamanya berupa artikulus seperti si, sang, para dankaum, dan
Frasa endosenstris terdiri atas frasa multihulu yang meliputi frasa koordinatif dan
potensial dapat dihubungkan dengan konjungsi dan dan atau. Frasa koordinatif
terbagi atas empat kelas kata yaitu : (1) nomina, (2) verba, (3) adjektiva, dan (4)
adverbial, sedangkan frasa apositif merupakan frasa yang berinti dua atau
multihulu dan kedua inti itu tidak mempunyai referensi yang sama sehingga,
kedua kedua inti tersebut tidak dapat dihubungkan oleh konektor ( Ba’dulu 2005:
59). Selanjutnya frasa atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang
tidak setara.Oleh karena itu, frasa ini tidak mempunyai potensi untuk di
hubungkan dengan kata hubung dan dengan atau. Frasa atributif terdiri atas :(1)
16
nomina meliputi H-T, T-H, T-H-T, (2) verba meliputi H-T, T-H, T-H-T, (3)
adjektiva meliputi T-H, H-T, T-H-T, (4) adverbial meliputi T-H, H-T, T-H-T.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
pada makna atau pemahaman terhadap interaksi dalam konsep data yang
dianalisis.Dengan demikian, data diolah dalam bentuk uraian berupa kata-kata dan
kalimat.
batas yang dikemukakan oleh fokus. 8) adanya kritaria khusus untuk keabsahan ,
9)desain yang bersifat sementara, 10) hasil penelitian dirundingkan, dan 11)
disepakati bersama.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan dan
tulisan.Namun sumber data difokuskan pada data lisan sebagai data utama.Data
lisan dipilih sebagai data utama sebab mudah didapatkan melalui informan yang
Dialek Banyuwangi.
5) Informan memiliki daya ingat baik, tidak malu dan suka bercerita.
6) informan memiliki daya ingat yang baik, tidak malu dan suka berbicara.
terletak pada suatu hasil penelitian yang diperoleh secara nyataserta hasilnya
sangat tergantung pada sumber data dan cara instrumen dalam mengungkapkan
hasil tersebut. Dengan demikian, penelitilah yang dalam hal ini menjadi instrumen
kunci.
cakap. Metode simak dilakukan dengan cara menyimak tuturan informan yang
teknik sadap dan teknik rekam.Teknik sadap yaitu peneliti menyadap tuturan
bahasa informan yang dilakukan dalam kegiatan pembicaraan tanpa diketahui oleh
informan sedangkan teknik rekam yaitu peneliti merekam tuturan bahasa informan
dengan menggunakan alat rekam.Selain itu, peneliti juga melakukan teknik catat
cakap dilakukan dengan teknik pancing dan cakap semuka, yaitu peneliti
20
yang diinginkan.
Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data tulisan dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan dan
H:N + T:A
/sual/ + /reget/
“celana + kotor”
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik perluas dan
satuan lingual baik arah kiri maupun arah kanan.Menurut Sudaryanto dalam
Nurhajrah (2016:23) kegunaan dari teknik perluas adalah untuk menentukan segi-
segi pemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Teknik ganti digunakan
untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur
1) Teknik perluas
Kata /watu/ ‘batu dapat diperluas kearah kiri menjadi /gowo watu/
tambahan dan /watu/ ‘batu’ sebagai hulu. Selain itu dapat diperluas kearah kanan
menjadi /watu alit/ ‘batu kecil’ sehingga berbentuk pola H-T, /watu/ ‘batu’
2) Teknik Ganti
Frase pada contoh ini dapat diganti dengan unsur lain seperti // ‘mereka’
Contoh frase diatas dapat didistribusikan dalam bentuk kalimat menjadi /Kae
dan ibu’ yang digantikan dengan frase /kae wong/ ‘mereka’ berasal dari kelas kata
yang sama yaitu kelas kata nomina. Untuk mengetahui unsur dari kelas kata
tersebut dapat diketahui dengan cara meletakkan unsur tersebut sebagai pusatnya
atau hulunya. Jadi, melalui teknik ini dapat diketahui kadar kesamaan kelas atau
yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah metode formal dan
metode informal.Metode formal adalah metode yang penyajian hasil analisis data
FN = Frasa Nomina
FV = Frasa Verba
FA = Frasa Adjektiva
H = Hulu
T = Tambahan
S = Subjek
23
P = Predikat
O = Objek
Ajg = Ajung/keterangan
menggunakan uraian atau kata-kata biasa. Contoh: frase nomina adalah kelompok