Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH FONOLOGIS BAHASA LOKAL ( BAHASA JAWA DI

KECAMATAN KALIJAMBE )
TERHADAP BAHASA INDONESIA

Oleh :
Kasiyati
183151010
2A TBI

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
A. Latar Belakang
Poin penting dalam latar belakang ini adalah bahasa Indonesia tidak
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi bahasa lokal. Bagaimana wujud pengaruh
tersebut terhadap bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh bahasa lokal terhadap bahasa Indonesia?
2. Apa saja kosa kata lokal yang mempengaruhi bahasa Indonesia?
3. Bagaimana analisis secara fonotis terhadap keberadaan bahasa lokal yang
mempengaruhi bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pengaruh bahasa lokal terhadap bahasa Indonesia.
2. Mendeskripsikan kosa kata lokal yang mempengaruhi bahasa Indonesia.
3. Mendeskripsikan analisis secara fonotis terhadap keberadaan bahasa lokal
yang mempengaruhi bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Adalah bahasa jawa harus tetap dipertahankan dan dipelihara, karena
bahasa jawa adalah termasuk budaya indonesia yang haru tetap dibina dan
dilestarikan.
2. Manfaar Praktis
Bahasa jawa juga mampu mendukung perkembangan bahasa
indonesia, yaitu dalam bentuk penyerupan kosakata dari bahasa jawa tersebut.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berusaha menjelaskan secara mendalam tentang semua apa yang terjadi yang
berlangsung dalam aktivitas tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan
keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menguyuhkan apa yang
terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan
dengan situasi yang terjadi,sikap atau pandangan yang terjadi di dalam suatu
masyarakat,pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan dengan
variable yang timbul, perbedaan antara fakta yang ada serta pengaruhnya
terhadap bahasa indonesia.
Pengaruh bahasa lokal terhadap bahasa Indonesia adalah
banyaknya bahasa yang ada di indonesia. Hal akan memunculkan banyak
berbagai dampak penggunaan bahasa indonesia (Fajri Bahrul,2013).
Dampak positif bahasa daerah :
1. Bahasa indonesia memiliki banyak kosakata
2. Sebagai kekayaan budaya bangsa indonesia
3. Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku atau daerah
4. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi
Dampak negatif :
1. Bahasa daerah yang sulit dipahami oleh daerah lain
2. Warga negara asing yang ingin belajar bahasa indonesia menjadi kesulitan
karena banyak kosakata.
3. Dapat menimbulkan kesalahpahaman.
F. Landasan Teori
1. Hakikat Bahasa Jawa
Bahasa jawa adalah adalah bahasa yang digunakan penduduk
bersuku bangsa jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Selain itu bahasa jawa juga digunkan oleh penduduk yang tinggal di
Banten dan Jawa Barat tapi hanya sebagian. Berdasarkan UU RI No 20
tahun 2003 ( Tambahan Lembaran Negara RI tahun 2003 No 4031)
khususnya pasal 37 ayat 1 tentang butiran bahasa dijelaskan sebagai
berikut : Bahan kajian bahasa asing dengan pertimbangan:
1. Bahasa indonesia merupakan nasional
2. Bahasa daerah merupakan merupakan bahasa ibu peserta didik.
3. Bahasa asing terutama bahasa inggris merupakan bahasa
internasional yang sangat digunakan seluruh dunia
G. Pembahasan
Bahasa Daerah atau Bahasa lokal adalah bahasa yang dituturkan dari
suatu wilayah dalam sebuah negara berdaulat, yaitu di suatu daerah terkecil,
negara bagian federal, provinsi, atau teritori yang luas. Pengaruh bahasa lokal
terhadap bahasa Indonesia adalah keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
yang mempunyai peranan yang pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh
seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu
bahasa indonesia. Contohnya ada seorang ada di wilayah kalijambe yang
membiasakan kata “ngopo” yang di bahasa indonesiakan adalah kata ucapan
“mengapa”. hal ini akan membingungkan si anak apabila berada di daerah
lain.yang gunakan bahasa yang beda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa yang ada di
indonesia banyak beragam. Oleh sebab kita harus melestarikan bahasa-
bahasa daerah menuju internasional. Banyak kosa kata lokal yang
mempengaruhi bahasa Indonesia misalnya dari segi vokal dan konsonan
bahasa jawa yang ada di wilayah kalijambe.
Variasi Bunyi Bahasa Indonesia pada Penutur Bahasa jawa secara tidak
sengaja banyak tuturan kosakata yang mengalami perubahan bunyi konsonan
bahasa jawa.berikut ini akan dipa,parkan distribusi dari masing - masing
konsonan tersebut beserta pasangan minimalnya:
1. Fonem
Konsonan I I terumasuk konsonan hambat letup bilabial tak
bersuara oral. Berikut ini contohnya:
a. pupus[pupUs] ‘daun muda’.>< wuwus [wuwUs]
‘ucapan’.
b. Arip [arIp] ‘ngantuk’ >< arit [arIt] ‘parang’.
c. Kudu [kudu] >< kuru [kuru]
2. Alofon
Adalah variasi dari fonem yang tidak mempunyai fungsi sebagai
perbedaan makna. Contoh:
a. Pithik [pithI?] >< pithik [ pithik]

Vokal dan Konsonan Bahasa Jawa

1.      Fonem Vokal

Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi lidah dalam mulut, bentuk bibir, dan
tingkat pembukaan mulut.

Bunyi vokal dalam bahasa jawa ada sepuluh yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ε/, /ә/,
/ʊ/, /ͻ/, dan /I/. Sedangkan fone, bahasa jawa  ada enam yaitu [a], [i], [u], [e], [o],
dan [ͻ]. Serta simbol fonetik ada sepuluh yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ε/, /ә/, /ʊ/, /ͻ/,
dan /I/.     

2.      Fonem Konsonan

Konsonan merupakan bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru
melalui rongga mulut dan rongga hidung. Yang terpenting  dalam konsonan
adalah daerah artikulasi dan cara artikulasi.

  Bunyi Bilabial

adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh kedua bibir yang saling menyatu. Yang
termasuk bunyi bilabial yaitu [b], [p], [m], dan [w].

contoh:      -biyung [biyʊŋ]           -rebab [rәbab]              -anteb [antәb]

                  -palsu [palsu]               -sapi [sapi]                   -karep [karәp]

  Bunyi Dental atau Alveolar

adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh daun lidah yang menempel gigi/gusi
depan atas bagian dalam.  Yang termasuk bunyi dental yaitu [d], [t], [s], [n], [r],
dan [l].
contoh:      -adil [adɪl]       -babat [babat]              -wekas [wәkas]

                  -apal [apal]      -reged [rәgәd]             -sikil [sikɪl]

                  -nakal [nakal]

  Bunyi Retrofleks

adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan ujung lidah bagian bawah yang
menempel atau menyentuh langit-langit keras karena hembusan udara dari paru-
paru.

Contoh:     -dhawuh [ɖawʊh]       -godha [goɖɔ]

                  -thuthuk [ʈuʈʊʔ]           -pathi [paʈi]

  Bunyi Palatal

adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan daun lidah yang menempel pada
langit-langit keras yang disertai hembusan udara dari paru-paru. Yang termasuk
bunyi palatal adalah [j], [c], [z], [y], [ʃ], dan [ɲ].

Contoh: -jipuk [jipʊʔ]                    -lunyu [luɲu]               -cekel [cәkәl]

              -pacul [pacʊl]                  

  Bunyi Velar

adalah bunyi yang dihasilkan oleh rongga tenggorokan. Yang termasuk bunyi
velar adalah [g], [k], [x], dan [ŋ].

Contoh:     -gedhe [gәɖә]              -kawat [kawat]            -ngilo [ŋilo]

  Bunyi Glotal

Adalah bunyi yang dihasilkan oleh pita suara tertahan di tenggorokan. Yang
termasuk bunyi glottal yaitu [h] dan [ʔ].

Contoh:     -tahu [tahu]                             -takwa [taʔwa]

                  -dhahar [ɖahar]                        - bapak [bapaʔ]


3.      Konsonan Homogan

Konsonan homorgan adalah konsonan yang berasal dari satu daerah artikulasi.
Seperti bunyi [b] dan [p], [f] dan [v], [d] dan [t], [ɖ] dan [ʈ], [j] dan [c], dan [g]
dan [k].

Contoh            : -bubut [bubʊt]           ><       puput [pupʊt]

                ‘cabut’                                 ‘putus’

               -bakul [bakʊl]           ><        wakul [wakʊl]

                 ‘penjual’                             ‘tempat nasi’ 

4.      Fonem Khas Bahasa Jawa

a.       Bunyi Aspirat

Semua bunyi hambat bersuara dan tak bersuara dalam bahasa jawa cenderung
diikuti bunyi aspirat, yaitu bunyi frikatif glottal takbersuara, atau bunyi [h].

Contoh:     -bapak             → [bʰapʰaʔ]

                  -sapa                →  [sɔpʰɔ]

                  -ketan              →  [kәtʰan]

                  -adus               →  [adʰʊs]

                  -adhi                →  [aɖʰi]

                  -thuyul             →  [ʈʰʊyʊl]

                  -jembar            → [jʰәmbʰar]

                  -ucul                →  [ucʰul]

                  -gulu                →  [gʰulu]

b.      Bunyi Pranasal

adalah bunyi yang mendahului nasal.


Contoh:     -bali                 → [ᵐbali]

                  -boten              → [ᵐboten]

                  -gresik             → [ᵑgʰrәsɪʔ]

5.      Diftong dan Monoftong

  Diftong atau Vokal Rangkap

Diftong merupakan deret dua fonem vokal yang berbeda yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Contoh: danau, pulau, kerbau dsb.

Bunyi [au] pada contoh tidak dapat dipisahkan menjadi *dana-u, *da-na-u, *pula-
u, *pu-la-u.

  Monoftong atau Vokal Tunggal

Contoh:     danau  → dano          satai     → sate

                  Pulau   → pulo           gulai    → gule

6.      Gugus Konsonan (Klaster)

Klaster adalah dua konsonan yang berbeda berderat dan membentuk satu
kesatuan.

Contoh:           -[bl]     → blirik, blarak, bleseg

                        -[pr]     → priya, prentah, prawan

                        -[gr]     → griya, grendhel, grudug

                        -[ky]    → kyai, mangkya

                        -[sw]    →swiwi, swara, swargi

C.     Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi dapat menyebabkan suatu fonem yang satu menjadi fonem yang
lain.

1.      Modifikasi Vokal

  Umlaut

vokal depan /ɪ/ dan /ʊ/ akan menjadi /i/ dan /u/ jika kata yang mengandung fonem
tersebut dilekati surfiks –e/-ne.

contoh: [arɪt]         +          -e         → [arite]

             [jagʊŋ]      +          -e         → [jaguŋe]

  Harmoni Vokal

adalah perunahan vokal karena pengaruh vokal yang lain. Vokal belakang [ɔ]
akan menjadi vokal depan [a], jika dilekati dengan surfiks –e/-ne.

contoh: [ɔpɔ]         +          -e         → [apane]

             [sәgɔ]        +          -e         → [sәgane]

2.      Netralisasi Bunyi

Netralisasi adalah pembatalan perbedaan minimal pada akhir kata. Bunyi [b] pada
akhir kata dinetralisasikan menjadi [p], [d] menjadi [t], dan [g] menjadi [k] jika
dilekati surfiks e/-ne.

Contoh: [rәbab]           +          -e         → [rәbape]

              [babad]          +          -e         → [babate]

              [gubʊg]         +          -e         → [gubʊke]

3.      Pergeseran Bunyi

Terjadi karena ada pergeseran tempat karena berderetnya dua fonem yang sama.

  Metatesis

merupakan proses perpindahan bunyi karena bertukar tempat.


- wira-wiri [wira wiri]        → riwa-riwi [riwa riwi]

-tepes [tәpәs]                     → sepet [sәpәt]

-bejad [bәjat]                     → jebad [jәbat]

  Disimilasi

merupakan proses perubahan bunyi dari dua fonem yang sama menjadi fonem
yang berbeda.

- lara lara [lɔrɔ lɔrɔ]           → lara lapa [lɔrɔ lɔpɔ]

-sajjana [sajjana]                → sarjana [sarjana]

-bangbang [baŋbaŋ]          → bambang [bambaŋ]

4.      Penambahan Bunyi

  Protesis

merupakan penambahan fonem pada awal kata. Itu terjadi karena kesulitan dalam
pengucapan beberapa bunyi secara berurutan pada awal kata.

- bah putri  ‘nenek’            → mbah putri

- jare ‘katanya’                  → ujare

- dalan ‘jalan’                    → ndalan                   

  Epentesis

merupakan penambahab fonem pada tengah kata.

Contoh:

Kambil ‘kelapa’                 → krambil

Akasa ‘angkasa’                → angkasa

Upama ‘andai’                  → umpama

Jumlah ‘jumlah’                 → jumblah


  Paragog

Paragog merupakan penambahan fonem pada akhir kata.

Contoh: nganti ‘sampai’                → ngantik

              Dudu ‘bukan’                  → duduk

              Ibu ‘ibu’                          → ibuk

5.      Pengurangan Bunyi (abreviasi)

  Aferesis merupakan pengurangan bunyi pada awal kata.

Kakang ‘kakak laki-laki’               → kang

Uwong ‘orang’                              → wong

Simbah ‘kakek/nenek’                   → mbah

  Sinkop merupakan pengurangan bunyi pada tengah kata.

Ngimpi ‘mimpi’                 → ngipi

Temenan ‘sungguh’           → tenan

Sethithik ‘ sedikit’                        → sithik

  Apokop merupakan pengurangan bunyi pada akhir kata.

Kuluban ‘gudangan’         → kulub

Kiyai ‘kakek’                    → ki

Kangmas ‘abang’              → kang                      

6.      Variasi Bebas

Variasi bebas merupakan variasi bunyi yang tidak menyebabkan perubahan


makna. Misalnya antara fonem /b/ dan /w/, /d/ dan /t/, serta /g/ dan /k/.

Bae                  → wae ‘saja’

Bengi               → wengi ‘malam’


Dakjupuk        → takjupuk ‘kuambil’

Gegedhen        → kegedhen ‘kebesaran’

D.    Ejaan Bahasa Jawa

Ejaan bahasa jawa dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan bahasa jawa yang
menggunakan aksara jawa dan ejaan bahasa jawa yang menggunakan aksara
latin. 

1.      Penulisan Vokal Bahasa Jawa

  Penulisan  Bunyi [ͻ]

Dalam bahasa jawa bunyi [ɔ] seharusnya ditulis dengan aksara a bukan dengan
aksara [o]. bunyi [ɔ] dan [o] dalam bahasa jawa merupakan dua bunyi yang
berbeda yang mempu membedakan makna.

Arta [artɔ]             +          -e         → artane [artane]

Bala [bɔlɔ]             +          -e         → balane [balane]

Sega [sәgɔ]            +          -e         → segane [sәgane]

  Penulisan  Bunyi [ɪ]

Bunyi /ɪ/ akan menjadi /i/ jika dalam kata tersebut terdapat imbuhan -e/-ne.
bunyi /ɪ/ ditulis dengan menggunakan /i/.

Maling [malɪŋ]       +          -e         → malinge [maliŋe]

Cilik [cilɪʔ]            +          -e         → cilice [ciliʔe]

  Penulisan  Bunyi [ʊ]

Bunyi [ʊ] ditulis dengan menggunakan huruf [u]. bunyi [ʊ] akan berubah menjadi
bunyi [u] jika mendapat imbuhan –e/-ne.

Jagung [jagʊŋ]      +          -e         → jagunge [jaguŋe]


Wedhus [wәɖʊs]   +          -e         → wedhuse [wәɖuse]

Siwur [siwʊr]        +          -e         → siwure [siwure]

H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan uraian sebelumnya, penulis menyimpulkan
bahwa bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur bahasa jawa ada  fonem
Khas Bahasa Jawa . Bunyi Aspirat : Semua bunyi hambat bersuara dan tak
bersuara dalam bahasa jawa cenderung diikuti bunyi aspirat, yaitu bunyi frikatif
glottal tak bersuara, atau bunyi [h].

Ejaan bahasa jawa dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan bahasa


jawa yang menggunakan aksara jawa dan ejaan bahasa jawa yang
menggunakan aksara latin. Penulisan Vokal Bahasa
Jawa: Penulisan  Bunyi [ͻ], Dalam bahasa jawa bunyi [ɔ] seharusnya
ditulis dengan aksara a bukan dengan aksara [o]. bunyi [ɔ] dan [o] dalam
bahasa jawa merupakan dua bunyi yang berbeda yang mempu
membedakan makna.Penulisan  Bunyi [ɪ] akan menjadi /i/ jika dalam kata
tersebut terdapat imbuhan -e/-ne. bunyi /ɪ/ ditulis dengan menggunakan
/i/.
Pengaruh bahasa lokal terhadap bahasa Indonesia adalah
banyaknya bahasa yang ada di indonesia. Hal akan memunculkan banyak
berbagai dampak penggunaan bahasa indonesia (Fajri Bahrul,2013).
I. Daftar Pustaka
Zahrotulnila. Ayu, Dewi.2014. Fonologi. [internet].tersedia di:
http://nilazahrotul.blogspot.com/2014/01/fonologi.html?m
https://id.m,wikipedia.org/wiki/Bahasajawa diakses pada tanggal (9 mei).
Mappau Ramlah.2014.Variasi Fonologi Bahasa Indonesia pada
Komunitas Penutur Bahasa Makassar.Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus
2014: 291—300.

Anda mungkin juga menyukai