Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Farhan

Nim : 225120107111072
Problematika Bahasa Indonesia
Hal-hal yang dianggap sebagai problematika bahasa Indonesia adalah berbagai gejala
kebahasaan yang meliputi aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang
bersifat problematik dalam ranah penggunaan bahasa Indonesia. Dalam hal ini
problematika bahasa Indonesia yang dibahas adalah problematika pada aspek fonologi
dan ejaan. Dengan demikian, berbagai gejala kebahasaan pada aspek fonologi dan ejaan
yang bersifat problematik dalam penggunaan bahasa Indonesia menjadi lingkup
pembahasan dalam tulisan ini.
Berkaitan dengan aspek fonologi, beberapa konsep dasar yang perlu dikemukakan
sebagai acuan untuk menentukan gejala kebahasaan sebagai suatu problematika antara
lain:
 fonologi, yakni ilmu tentang perbendaharaan fonem dalam sebuah bahasa
beserta distribusinya, yang di dalamnya meliputi fonetik dan fonemis;
 fonem, yakni satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang berupa bunyi ujaran
yang berfungsi sebagai pembeda arti;
 fonetik, yakni bagian dari fonologi yang membahas bunyi ujaran yang
dihasilkan alat ucap manusia dan sistem pelambangannya;
 fonemis, yakni bagian fonologi yang membahas bunyi ujaran yang dihasilkan
alat ucap manusia berdasarkan fungsinya sebagai pembeda arti.

A. Problematika Bahasa Indonesia pada Aspek Fonologi dan Ejaan


Problematika bahasa Indonesia yang berkaitan dengan aspek fonologi dan ejaan
umumnya meliputi kesalahan dalam ucapan (pelafalan) dan kesalahan dalam
penulisan.
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat dipandang sebagai
kasus yang bersifat problematik pada aspek fonologi dapat dipaparkan seperti
berikut ini.
1) Bunyi /b/ pada akhir setiap kata umumnya dilafalkan dengan bunyi /p/. Kasus ini
dijumpai pada semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.

2) Bunyi /f/ dan bunyi /v/ dilafalkan seperti bunyi /p/. Kasus ini dijumpai pada
hampir semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.

3) Bunyi /sy/ dilafalkan seperti bunyi /s/. Kasus ini dijumpai pada hampir semua
penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
4) Bunyi /kh/ dilafalkan seperti bunyi /k/ atau /h/. Kasus ini dijumpai pada hampir
semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.

5) Bunyi /z/ dilafalkan seperti bunyi /s/ atau /j/. Kasus ini banyak dijumpai pada
penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Bali, Sasak, Samawa.

6) Bunyi /d/ di akhir kata umumnya dilafalkan seperti bunyi /t/. Kasus ini dijumpai
pada hampir semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.

7) Bunyi e terang /ê/ dilafalkan seperti bunyi /ǝ/. Kasus ini banyak dijumpai pada
penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Samawa dan Mbojo.

8) Bunyi k keras /k/ di akhir kata dilafalkan seperti k lemah (glotal stop) /?/. Kasus
ini banyak dijumpai pada penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Bali.

9) Bunyi /a/ dan /u/ pada nama hari Rabu dilafalkan /ê/ dan /ô/ sehingga diucapkan
/rêbô/ dan bunyi /a/ pada nama hari Kamis dilafalkan seperti bunyi /ê/ sehingga
diucapkan /kêmis/.

10) Prefik me- yang melekat pada kata dasar berhuruf awal /c/ dilafalkan dengan
bunyi /ƞ/. Kasus ini banyak dijumpai pada hampir semua lapisan penutur bahasa
Indonesia dalam komunikasi lisan yang bersifat nonformal.

11) Prefik meN- pada kata /ubah/ dilafalkan merubah, yang seharusnya
dilafalkan /mengubah/.

B. Problematika Bahasa Indonesia pada aspek Morfologi


Kesalahan morfologi merupakan kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh pemilihan
afiks, penggunaan kata ulang, kesalahan penyusunan kata majemuk, dan salah memilih
bentuk kata.
C. Problematika Bahasa Indonesia pada aspek Sintaksis
Problematik dalam tataran frasa hadir karena campur-aduknya konsep antara idiom,
kata
majemuk, dan frasa.
D. Problematika Bahasa Indonesia pada aspek Semantik
Problematik dalam tataran semantik terjadi karena ketidaktepatan penggunaan leksikon
sehingga menimbulkan kekacauan makna.
E. Faktor Penyebab Problematik Bahasa Indonesia

Dari beberapa kasus yang dipandang sebagai problematika bahasa Indonesia pada aspek
fonologi dan ejaan yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
faktor penyebabnya. Hal-hal yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab
problematika bahasa Indonesia yang dimaksud dapat dipaparkan berikut ini.
1) Faktor kebiasaan dan kelumrahan dalam pengucapan.
2) Kesalahan pengucapan karena bunyi ujaran dan pelambangannya tidak
dikenal dalam bahasa daerah.
3) Faktor kebiasaan pengucapan di tiap daerah yang sudah memfosil
sehingga sulit diubah.
4) Pengaruh bahasa gaul.
5) Terjadinya anomali dalam pelafalan.
6) Tidak ada aturan tentang pelafalan yang baku dalam bahasa Indonesia.
7) Faktor kebiasaan dalam pengucapan terbawa-bawa dalam penulisan.
seperti: kata memperoleh, mempedulikan, memprakarsai, mempelopori,
mengkultuskan, dan mengkaji.
8) Faktor anomali dalam pelafalaan yang berpengaruh terhadap
pemenggalan suku kata.
9) Satu lambang grafemis untuk merealiasikan beberapa bunyi ujaran.
10) Satu lambang grafemis direalisasikan secara beragam oleh penutur
bahasa Indonesia.
11) Faktor ketidaktahuan dan ketidakmengertian pengguna bahasa Indonesia
mengenai kaidah-kaidah tatatulis (ejaan) dalam bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Tata Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi V). Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Tarigan, Henry Guntur dan Jago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Soal
1.  Kenapa Anda perlu belajar Bahasa Indonesia di perguruan tinggi?
Untuk melestarikan Bahasa Indonesia serta untuk mengasah kemampuan berbahasa dan
mengembangkan kepribadian mahasiswa. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita
selaku Warga Negara Indonesia (WNI) untuk menguasai dan menerapkan bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari–hari dengan baik dan benar, sehingga bahasa
Indonesia dapat terjaga keasliannya.
2.  Kesulitan apa yang Anda alami dalam mempelajari Bahasa Indonesia selama ini?
Kesulitan saya dalam mempelajari Bahasa Indonesia adalah ketika penulisan huruf
kapital,diksi dan juga ejaan.

Anda mungkin juga menyukai