Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PROBLEMATIKA SEGI FONOLOGI, SEGI MORFOLOGI, SEGI SITAKSIS, DAN


PENGARUH BAHASA LAIN TERHADAP BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu: Rafika Fajrin, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Kelompok 1 Kelas 3B

1. Kholifatul Muthia Ningtiyas P1337430120047


2. Fadila Nur’aeni P1337430120058
3. Faris Kurniawan P1337430120068
4. Nanda Faiq Widianto P1337430120085

PRODI RADIOLOGI SEMARANG PROGRAM DIPLOMA TIGA


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Table of Contents
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. PROBLEMATIKA SEGI FONOLOGI.....................................................................................6
D. PROBLEMATIKA SEGI MORFOLOGI................................................................................13
E. PROBLEMATIKA SINTAKSIS.............................................................................................14
F. PENGARUH BAHASA LAIN TERHADA BAHASA INDONESIA.....................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi, baik lisan maupun tulis, yang
digunakan oleh masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai macam etnis dan
budaya. Karena digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat antardaerah dengan
berbagai macam latar belakang etnis dan budaya, bahasa Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh bahasa dan budaya masyarakat etnis yang menggunakannya. Penggunaan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
sehari-hari diwarnai ciri-ciri masyarakat lokal yang menggunakannya. Kaidah-kaidah
bahasa Indonesia, baik pelafalan maupun penulisannya, tidak terlepas dari pengaruh
ciri-ciri masyarakat bahasa lokal (bahasa daerah). Masing – masing bahasa daerah
beserta dialek-dialeknya mempunyai kaidah-kaidah yang berbeda disertai pula dengan
ciri-ciri logatnya.

Dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-


hari baik secara lisan maupun tulis, masyarakat umum tidak jarang melakukan
kesalahan. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia umumnya dilakukan tanpa
disadari dan kadang-kadang bersifat terpola sebagai akibat dari penguasaan bahasa
daerah sebagai bahasa pertama. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia secara
umum terlihat pada dua hal, yakni kesalahan dalam ucapan (pelafalan) dan kesalahan
dalam penulisan. Sebenarnya, dalam analisis kesalahan berbahasa kesalahan-kesalahan
itu tidak hanya diklasifikasikan atas dua hal saja. Kesalahan berbahasa itu meliputi
kesalahan aspek fonologi, morfologi, dan kesalahan pada aspek sintaksis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dari Fonologi?
2. Apa saja problematika tata bahasa Indonesia dari segi fonologi?
3. Apa saja problematika tata bahasa Indonesia dari segi morfologi?
4. Apa saja problematika tata bahasa Indonesia dari segi sintaksis?
5. Apa pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari fonologi
2. Untuk mengetahui problematika bahasa Indonesia dari segi fonologi
3. Untuk mengetahui problematika bahasa Indonesia dari segi morfologi
4. Untuk mengetahui problematika bahasa Indonesia dari segi sintaksis
5. Untuk mengetahui pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. PROBLEMATIKA SEGI FONOLOGI


Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Fonologi mempunyai dua cabang ilmu yaitu fonetik dan fonemik.
Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau
bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik adalah
bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda
arti.

Berkaitan dengan aspek fonologi, beberapa konsep dasar yang perlu dikemukakan
sebagai acuan untuk menentukan gejala kebahasaan sebagai suatu problematika antara
lain:

1. fonologi, yakni ilmu tentang perbendaharaan fonem dalam sebuah bahasa


beserta distribusinya, yang di dalamnya meliputi fonetik dan fonemis;
2. fonem, yakni satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang berupa bunyi ujaran
yang berfungsi sebagai pembeda arti;
3. fonetik, yakni bagian dari fonologi yang membahas bunyi ujaran yang
dihasilkan alat ucap manusia dan sistem pelambangannya;
4. fonemis, yakni bagian fonologi yang membahas bunyi ujaran yang dihasilkan
alat ucap manusia berdasarkan fungsinya sebagai pembeda arti.

Problematika bahasa Indonesia yang berkaitan dengan aspek fonologi dan ejaan
umumnya meliputi kesalahan dalam ucapan (pelafalan) dan kesalahan dalam penulisan.
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat dipandang sebagai
kasus yang bersifat problematik pada aspek fonologi dapat dipaparkan seperti berikut
ini.
1. Bunyi /b/ pada akhir setiap kata umumnya dilafalkan dengan bunyi /p/. Kasus ini
dijumpai pada semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
adab adap
azab azap
guyub guyup
lembab lembap
sebab sebap
sembab sembab
ujub ujup
tayub tayup
2. Bunyi /f/ dan bunyi /v/ dilafalkan seperti bunyi /p/. Kasus ini dijumpai pada hampir
semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
naif naip
pasif pasip
aktif aktip
vokal pokal
venus penus
verifikatif peripikatip
3. Bunyi /sy/ dilafalkan seperti bunyi /s/. Kasus ini dijumpai pada hampir semua
penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
syarat sarat
syuro suro
isyarat isarat
arasy aras
syahdu sahdu
syahwat sahwat
4. Bunyi /kh/ dilafalkan seperti bunyi /k/ atau /h/. Kasus ini dijumpai pada hampir
semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
kharisma karisma
khazanah hasanah
khatib hatip
tarikh tarik
5. Bunyi /z/ dilafalkan seperti bunyi /s/ atau /j/. Kasus ini banyak dijumpai pada
penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Bali, Sasak, Samawa.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
zaman jaman
zamrud jamrut
khazanah hasanah
6. Bunyi /d/ di akhir kata umumnya dilafalkan seperti bunyi /t/. Kasus ini dijumpai
pada hampir semua penutur bahasa Indonesia di semua daerah di Indonesia.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
abjad abjat
jasad jasat
zamrud jamrut
maksud maksut
wujud wujut
ahad ahat

7. Bunyi e terang /ê/ dilafalkan seperti bunyi /ǝ/. Kasus ini banyak dijumpai pada
penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Samawa dan Mbojo.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
pêrang pǝrang
apêl apǝl
têrang tǝrang
pêgang pǝgang
tênang tǝnang
sêrang sǝrang
8. Bunyi k keras /k/ di akhir kata dilafalkan seperti k lemah (glotal stop) /?/. Kasus ini
banyak dijumpai pada penutur bahasa Indonesia di kalangan etnis Bali.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
arak ara?
barak bara?
mangkrak mangkra?
truk tru?
abstrak abstra?
katarak katara?
9. Bunyi /a/ dan /u/ pada nama hari Rabu dilafalkan /ê/ dan /ô/ sehingga diucapkan
/rêbô/ dan bunyi /a/ pada nama hari Kamis dilafalkan seperti bunyi /ê/ sehingga
diucapkan /kêmis/.
10. Prefik me- yang melekat pada kata dasar berhuruf awal /c/ dilafalkan dengan bunyi
/ƞ/. Kasus ini banyak dijumpai pada hampir semua lapisan penutur bahasa
Indonesia dalam komunikasi lisan yang bersifat nonformal.
Contoh:
Seharusnya Dilafalkan
mencuci ƞuci
mencuri ƞuri
mencari ƞari
mencolong ƞolong
mencolek ƞolek
mencopet ƞopet
Contoh kasus di atas bisa dibandingkan dengan kata-kata yang lain yang berhuruf
awal /c/ yang mendapatkan prefik meN-, seperti:
Seharusnya Dilafalkan
meN + caci mencaci
meN + cicit mencicit
meN + cibir mencibir
meN + cuat mencuat
meN + capai mencapai
11. Prefik meN- pada kata /ubah/ dilafalkan merubah, yang seharusnya dilafalkan
/mengubah/.
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat dipandang
sebagai kasus yang bersifat problematik yang berkaitan dengan penulisan ejaan
dapat dipaparkan seperti berikut ini.
a. Kesalahan dalam pelafalan dan penulisan kata berimbuhan (awalan meN-) untuk
kata dasar yang berhuruf awal/p/, /t/, /k/, /s/.
Contoh:

Kata berhuruf awal /p/, /t/, Seharus Ditulis


/k/, /s/ mendapatkan prefik
meN-

meN – peroleh memeroleh memperoleh

meN – prakarsa – i memrakarsai memprakarsai

meN – pelopor – i memelopori mempelopori

meN – peduli – kan memedulikan mempedulikan

meN – transfer menransfer mentransfer


meN – transformasi – kan menransformasikan mentransformasikan

meN – transmigrasi – kan menransmigrasikan mentransmigrasikan

meN – kristal mengristal mengkristal

meN – kritis- i mengritisi mengkritisi

meN – kritik mengritik mengkritik

meN – kaji mengaji mengkaji

meN – kultus – kan mengultuskan mengultuskan

meN – sukses – kan menyukseskan mensukseskan

meN – sinkron – kan menyinkronkan mensinkronkan

meN – suplai menyuplai mensuplai

meN – sinergi – kan menyinergikan mensinergikan

Kasus yang dipandang sebagai problematika bahasa Indonesia dalam hal penulisan
ejaan di atas bisa dibandingkan dengan penulisan kata berimbuhan meN- untuk
kata dasar yang berhuruf awal/p/, /t/, /k/, /s/ yang benar berikut ini.

Kata berhuruf awal /p/, /t/, /k/, /s/ Ditulis


mendapatkan prefik meN-

meN – pamer – kan memamerkan

meN – papar – kan memaparkan

meN – pusat – kan memusatkan

meN – terjemah – kan menerjemahkan

meN – tolong menolong

meN – tenang – kan menenangkan

meN – kirim – kan mengirimkan

meN – kucil – kan mengucilkan

meN – kucur – kan mengucurkan

meN – siram – i menyirami

meN – silau – kan menyilaukan


meN – salam – i menyalami

meN – sikap– i menyikapi


b. Kesalahan dalam penulisan kata-kata baku. Kasus ini banyak dijumpai pada
tulisan-tulisan siswa dan mahasiswa.
Contoh:
Kata Baku Ditulis
sekadar sekedar
teoretis teoritis
aktivitas aktifitas
kreativitas kreatifitas
reliabelitas reliabilitas
kamuflase kamuplase
tim team
c. Kesalahan dalam penulisan gabungan kata yang mendapatkan konfiks me – kan,
ke – an, pe – an, dan di – kan.
Contoh:
Seharusnya Ditulis
meluluhlantakkan meluluh lantakkan
ketidakadilan ketidak adilan
pengambilalihan pengambil alihan
pemberitahuan pemberi tahuan
dianaktirikan dianak tirikan
disalahgunakan disalah gunakan
dijungkirbalikkan dijungkir balikkan
d. Kesalahan dalam penulisan kombinasi kata asli Indonesia dengan unsur serapan.
Kasus ini lumrah dijumpai pada tulisan-tulisan di media massa, tulisan siswa, dan
tulisan mahasiswa.
Contoh:
Seharusnya Ditulis
pascasarjana pasca sarjana
purnajual purna jual
saptamarga sapta marga
antikomunis anti komunis
ultramodern ultra modern
nonprofit non profit
multinasional multi nasional
ekstrakulikuler ekstra kurikuler
tunanetra tuna netra
kontraspionase kontra spionase

e. Kesalahan dalam penulisan kata depan di dan prefiks di-. Kasus penulisan kata
depan di dan prefiks di- yang sering dirancukan banyak dijumpai pada tulisan-
tulisan siswa dan mahasiswa. Kata depan di yang seharusnya ditulis terpisah dari
kata yang menyertainya justeru ditulis serangkai. Sebaliknya, prefiks di- yang
seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya justeru ditulis
terpisah.
Contoh: Pisau di taruh ayah diatas meja.
f. Anomali dalam pemenggalan kata. Dalam hal pemenggalan kata menjadi suku
kata, apabila di tengah kata terdapat dua buah konsonan secara berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Aturan tersebut
tidak bisa diberlakukan untuk kata caplok. Menjadi anomali apabila kata caplok
dipenggal menjadi cap – lok. Yang berterima adalah pemenggalan ca – plok.
g. Kesalahan dalam penulisan huruf kapital yang mengikuti tanda baca titik dua (:).
Contoh:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi antara lain:
1) Siapa yang menjadi lawan bicara.
2) Situasi komunikasi.
h. Kesalahan dalam penulisan singkatan nama gelar. Untuk penulisan singkatan
nama gelar yang terletak di depan nama, nama gelar yang disingkat diikuti tanda
titik (.) sedangkan nama gelar yang terletak di belakang nama, antara nama
dengan singkatan gelar diantarai tanda koma (,) dan spasi.
Contoh:
Drs. Kabul Sribali
Kabul Sribali, M.Pd. (lumrah ditulis salah menjadi Kabul Sribali M.Pd atau Kabul
Sribali, M.Pd).

D. PROBLEMATIKA SEGI MORFOLOGI


Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahanperubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Problematika dalam tataran morfologi sebagian besar
berkaitan dengan bahasa tulis.
Problematika dalam tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok
afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
1. Afiksasi berkaitan dengan penentuan bentuk asal, luluh dan tidaknya suatu fonem,
penentuan variasi atau alomorf suatu morfem, dan penulisan morfem.
Afiksasi terdiri dari:
a. prefiks (awalan) : ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-
b. sufiks (akhiran): -kan, -an, -i
c. infiks (sisipan): -el, em, er
d. konfiks (awalan dan akhiran): ber-kan, ber-an, per-an, per-im, pe-an, di-
kan, di-I, me-kan, ter-kan, ter-i, ke-an
e. simulfiks: memper-kan, memper-I, diper-kan, diper-i
2. Reduplikasi berkaitan adalah pengulangan bentuk dasar sehingga menghasilkan
bentuk gramatik yang baru. Reduplikasi berkaitan dengan cara penulisan dan
penentuan bentuk dasar yang diulang. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya
reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian,
seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
bolak-balik (dari dasar balik). Selain itu, ada juga yang dinamakan dengan
reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk 17 kata yang
tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang
diulang.
Macam-macam kata ulang:
a. Dwipurwa: kata ulang atas suku awal, contoh: jaka → jajaka → jejaka.
b. Dwilingga: kata ulang seluruh kata dasar, contoh: guru-guru, siswa-siswa.
c. Dwilingga salin: kata ulang berubah bunyi, contoh: sayur-mayur, gerak-
gerik.
d. Kata ulang berimbuhan: kata ulang yang di dalamnya terdapat perulangan
kata dasar dengan memperoleh imbuhan, contoh: tertawa-tawa, perumahan-
perumahan.
e. Kata ulang semu: kata ulang yang tidak memiliki bentuk dasar yang
diulang, contoh: kura-kura, kupu-kupu.
3. Gabungan kata atau kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau
lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata majemuk berkaitan dengan cara
penulisan kata majemuk. Berdasarkan proses perpaduannya, kata majemuk ada
yang ditulis serangkai dan ada pula yang ditulis terpisah.

E. PROBLEMATIKA SINTAKSIS
Sintaksis atau yang sering disebut kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kesalahan berbahasa dalam
bidang sintaksis juga sering terjadi dalam kegiatan berbahasa seharihari sebagaimana
kesalahan berbahasa pada bidang-bidang yang lain. Penyebab kesalahan dalam bidang
sintaksis pun beragam. Adapun penyebab kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis
dijelaskan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih, yaitu: pengaruh bahasa ibu, lingkungan,
kebiasaan, dan kesadaran penutur bahasa itu sendiri. Kesalahan berbahasa dalam
berbagai bidang dan dalam berbagai situasi sepatutnya tidak dibiarkan berlarut-larut.
Artinya, kesalahan berbahasa tersebut perlu diperbaiki. Problematika bahasa Indonesia
dalam tataran sintaksis dapat berupa frasa, klausa, dan kalimat.

F. PENGARUH BAHASA LAIN TERHADA BAHASA INDONESIA


Dalam pergaulan internasional, negara yang lebih kuat dari segi ekonomi, politik,
pertahanan dan keamanan akan lebih mudah mempengaruhi sebuah negara yang sedang
berkembang. Pilihan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan, bukan bahasa
nasional dari negara yang sedang berkembang itu, melainkan bahasa internasional, dan
bahasa internasional yang paling kuat saat ini adalah bahasa Inggris. Dalam hubungan
kebahasaan semacam ini, sebuah bahasa nasional dari sebuah negara berkembang akan
dengan mudah dipengaruhi oleh Bahasa Inggris dalam bentuk punggutan istilah. Jika
pengaruh itu dibiarkan tanpa kendali, niscaya bahasa penerima itu akan berada pada
posisi terancam.

Bahasa sendiri memiliki arti sebagai bunyi atau suara yang memiliki makna
serta dihasilkan dengan alat ucap manusia lalu dipakai untuk alat berkomunikasi oleh
seseorang maupun sekelompok orang untuk dapat melahirkan suatu fikiran dan
rangsangan perasaan. Bahasa memiliki tempat terpenting bagi seluruh manusia. Karena
dengan Sesuai dengan tempat tinggal masyarakat Indonesia, maka bahasa yang
digunakan masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah
bahasa pemersatu masyarakat Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia adalah
bahasa yang digunakan sehari-hari dan berperan sebagai bahasa resmi bagi negara
Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia tidak bisa digunakan secara asal begitu
saja. Terdapat aturan dan kaidah yang harus ditaati agar menjadikan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Selain itu bahasa Indonesia dapat membantu mengembangkan
ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK) di era globalisasi.

Tetapi di era globalisasi seperti ini terdapat beberapa pengaruh hingga merubah
bahasa keaslian Indonesia. Era globalisasi sendiri adalah era perubahan global
yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Dampak yang terjadi sangatlah
besar akibat perubahan era ini terhadap segala aspek kehidupan ini termasuk aspek
bahasa. Perubahan aspek bahasa sendiri dipicu oleh semakin canggih-nya teknologi.

Menurut Handayani (2016) saat ini penguasaan bahasa asing menjadi modal utama
dalam berkompetisi menghadapi era globalisasi. Namun, hal tersebut dapat
semakin mempengaruhi terhadap eksistensi bahasa Indonesia.

Banyak lembaga atau perusahaan yang lebih mengutamakan calon pekerja yang
memiliki keahlian di bidang bahasa asing sendiri. Hal ini yang membuat masyarakat
umum lebih tertarik untuk mempelajari bahasa asing ketimbang memperdalam
pemahaman tentang bahasa Indonesia. Pemakaian Bahasa asing yang sering
terlihat yaitu Bahasa Inggris. Tidak dipungkiri, Bahasa inggris sudah mengambil
alih ke-esistensian Bahasa Indonesia. Karena, Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang sangat luas dalam penggunaan-nya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika bahasa Indonesia yang ditandai dengan kesalahan berbahasa
khususnya ragam tulisan terjadi pada berbagai tataran linguistik.
 Kesalahan berbahasa ragam tulisan pada tataran fonologi, misalnya
penggunaan bentuk tampa dan perbankan.
 Kesalahan berbahasa ragam tulisan pada tataran morfologi, misalnya
kesalahan dalam penulisan kata berimbuhan yaitu seperti terlihat pada
penggunaan bentuk di jual.
 Kesalahan berbahasa ragam tulisan pada tataran sintaksis, seperti terlihat
pada penggunaan bentuk disini.
 Kesalahan berbahasa ragam tulisan pada tataran penerapan EYD, seperti
terlihat pada penggunaan bentuk fotocopy, aktifitas, analisa, cendera mata,
elit, filem, gubenur, hirarki, ihlas, Jum’at, khutbah, waqaf, juridis, dan
jaman. Kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulisan disebabkan
oleh dua faktor yaitu minimnya pengetahuan mayarakat tentang tata bahasa
Indonesia yang sesuai dengan EYD dan adanya asumsi yang keliru terhadap
bahasa Indonesia.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan apabila masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa maupun dari segi penyusunan
kalimatnya. Dari segi isi tentunya terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami dari kelompok pembuat makalah ini sangat mengharapkan kepada pembaca
makalah kami agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk masa depan yang cerah bagi generasi muda saat ini.

Anda mungkin juga menyukai