Oleh:
Muhammad Yunus
IBNUL FAWAIT
MOCH. TAUFIK
FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH
GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kedwibahasaan dapat terjadi pada setiap masyarakat yang mengenal dua bahasa.
Tidak dapat dipungkiri apabila bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang dikuasai
dalam masyarakat Indonesia setelah bahasa daerah.
Pemilihan dan pemilikan Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional kita akan lebih
memperkuat persatuan dan kesatuan antara suku bangsa yang ada di kawasan Nusantara
ini untuk mengenyahkan penjajah, baik yang datangnya dari dunia Barat maupun dari
dunia Timur. Tetapi dalam sejarah perkembangan Bahasa Indnesia selanjutnya,
pemilikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah menimbulkan akibat-akibat
sampingan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan dan pemakaian bahasa itu
sendiri. Keadaan tersebut juga telah menimbulkan beberapa sikap negatif terhadap
Bahasa Indonesia, sangat merugikan sekaligus menjadi kendala sebagai alat penggalang
persatuan dan kesatuan bangsa.
1
Seperti kita maklumi perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh
bangsa-bangsa Barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang
menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai
negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh tersebut. Kemudian
masuklah ke dalam Bahasa Indonesia istilah-istilah atau kata-kata asing, karena memang
pengertian dan makna yang dimaksudkan oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam
Bahasa Indonesia. Sesuai dengan sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka
kesempatan untuk itu.
Kenyataan adanya efek sosial yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa
asing ketimbang yang mampu berbahasa Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi derajat
Bahasa Indonesia di mata orang awam. Hal inilah pada makalah ini akan difokuskan
untuk membahas tentang struktur kalimat yang sesuai dengan ejaan yang berlaku dan
pelapalan bahasa indonesia yang baik dan benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat
paling kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri
tesebut ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya
dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal
itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat: Di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang
bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas.
Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku
menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas
dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai
dengan lafal bahasa Indonesia.
3
1. Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk
2. Memperjelas makna
3. Menjadi pokok pikiran
4. Menegaskan makna
5. Memperjelas pikiran ungkapan
6. Membentuk kesatuan pikiran
Ciri-ciri subjek:
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri atau subjek itu, memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri
tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu.
Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan.
Contohnya, kita selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya
dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?
Ciri-ciri predikat:
4
3. Dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, dan hampir
4. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, mesti,
selayaknya, dan lain-lain
5. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek
6. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni
7. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c. Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun
objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada
jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang
berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya predikat ini berupa kata kerja
berkonfiks me-kan, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; dan me-i, misalnya:
mengambili, melempari, mendekati.
Dalam kalimat, objek berfungsi:
1. Kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif
2. Memperjelas makna kalimat
3. Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri objek:
5
1. Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar
kebanyakan tidak bersifat wajib.
2. Tidak Terikat Posisi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir
kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Jenis Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan
yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,
besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi,
hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak
kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah,
sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata
dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat
ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang
berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina
atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
6
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau
objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda
kurang. Contoh: Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun
objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat
menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak
dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Contoh: Siswanto, mahasiswa
tingkat lima, mendapat beasiswa. Keterangan tambahan (tercetak miring) itu
tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang
mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa. Contoh diatas menjelaskan bahwa
bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa
yang mempunyai IP tiga lebih.
e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap
adalah di belakang predikat. Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek
langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain,
yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
1. Diah mengirimi saya buku baru.
2. Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan
tidak mendahului predikat.
7
1. Pemuda itu bersenjatakan
parang. Kata parang adalah
pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
2. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
2.3 POLA KALIMAT DASAR
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBIL : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan
dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
8
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. •
Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Ikuti dengan spasi.
Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2. Susunan pengiring-kutipan
Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya dulu seperti
menulis kalimat biasa.
Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
Selipkan spasi.
Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf besar.
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu
menghadapku!”
Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki dulu
masalahnya.
b) Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda
petik dua, berkata tugas (bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dsb),
intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat.
9
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung:
1. Kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3. Contoh: ratu gading mas tidak
tahu apa yang harus dia lakukan
2. Kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1. Contoh: ia menyuruh
pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.
3. Kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai
dengan isinya. Contoh: penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk
menunggu dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.
2. Kalimat Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikalnya)
a) Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan
pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata
kerja) Contoh: Ibu memasak
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh: Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata
bilangan) Contoh: Apel itu ada dua
buah.
1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
10
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan,
kemarin, lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia
sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia
lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima
medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima predikat
guru teladan.
b) Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar.
Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.
Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2
atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah
setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat
yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal. Contoh: Saya
makan; dia minum. Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu
a) Saya makan dan b) Dia minum.Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b)
masih dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung baik dari segi struktur
maupun makna kalimat. Demikian juga, jika kalimat dasar b) ditiadakan,
kalimat dasar b) masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kedua
11
kalimat tersebut memiliki kedudukan yang sama di dalam kalimat majemuk
setara.
Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara
tersebut tidak tampak jelas karena tidak digunakan konjungsi di antara
kedua kalimat dasar tersebut. Hubungan yang paling dekat dengan makna
kalimat majemuk setara tersebut adalah hubungan urutan peristiwa.
Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus, atau kemudian.
1a) Saya makan lalu dia minum.
Jika konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua
kalimat tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan
urutan peristiwa akan berubah menjadi hubungan pertentangan.
1b) Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat
majemuk. Peranan konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat
dasar di dalam kalimat majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa
bagian, yaitu:
Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata
“dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang
mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu
serta memajangnya di pameran."
Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk
yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”,
“namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya
selalu merah.", "Ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan
rumah.", "Yang membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan
kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan
itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang
didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia
bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
12
Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak
hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
2. Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB)
Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua
kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam
kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat.
Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang
berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang
digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena,
supaya, meskipun, jika,dan sehingga.
Induk Kalimat dan Anak Kalimat
Perbedaan induk kalimat dan anak kalimat dilihat dari tiga kategori:
1. Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal
Induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
mandiri, sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai
kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini tampak pada contoh berikut.
(a) Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.
(b) Sehingga banjir melanda sawah dan ladang petani desa
itu. Kalimat (a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b)
tidak.
2. Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan
induk kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya
konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang
Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi
perubahan baik struktur maupun informasi.
Ketika saya membaca buku, dia datang
Setelah dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat
merupakan anak kalimat dan unsur kedua merupakan induk
kalimat.
13
3. Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai
kebebasan tempat, kecuali anak kalimat akibat, didahului
kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak
kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk
kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk
kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan
informasi yang pokok.
Contoh : Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena
ingin meningkatkan perusahaan.
Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.
Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan
permintaan kredit investasi kecil.
Jenis Anak Kalimat
Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa
jenis.
1) Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu
seperti ketika, waktu, kala, tatkala, saat, sebelum,
sesudah, dan setelah. Contoh: Seorang pengunjung, ketika melihat
seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2) Anak Kalimat Keterangan Sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan
hubungan sebab, antara lain, sebab,
karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak
kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Contoh: Karena jatuh
dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan
pertalian akibat. Konjungsi yang digunakan adalah hingga,
sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan
akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk
kalimat. Contoh: Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar
melanda kota itu.
14
4) Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan
hubungan syarat. Konjungsi itu, antara lain, jika, kalau,
apabila, andaikata, dan andaikan. Contoh: Jika ingin berhasil
dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan
hubungan tujuan. Konjungsi yang digunakan adalah supaya,
agar, untuk, guna, dan demi. Contoh: Ana belajar dengan
tekun agar lulus ujian akhir semester.
6) Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan
cara. Konjungsi tersebut adalah dengandan dalam. Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor
nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus
menurun.
7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi
sebagai subjek, predikat, maupun objek. Konjungsi yang
digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat
ini berfungsi sebagai pewatas nomina. Contoh:
Anak yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8) Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat
ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh: Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah
berdiri sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku
meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh:
"Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
15
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat
deras di Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar
jika ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan
subur asalkan dirawat dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke
perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak
memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki
meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya sangat
jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa
menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar
mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di
daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah
anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang
itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat
menyanyi selain bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang
itu pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar
pergi berdarmawisata dengan para guru."
3. Kalimat Majemuk Campuran (KMC)
Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang
merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat
majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3
kalimat.
Contoh:
16
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti
keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas: Toni bermain dengan Kevin dan
Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
17
2. Kalimat perintah larangan adalah perintah yang melarang seseorang
melakukan sesuatu hal. Bila larangan itu bersifat umum/resmi digunakan kata
dilarang, bila bersifat khusus/tidak resmi digunakan kata jangan. Contoh:
Jangan membuang sampah sembarangan!
3. Kalimat perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan. Contoh: Marilah
kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
4. Kalimat perintah sindiran/cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan
karena yakin bahwa yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang
diperintahkan. Contoh : Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
5. Kalimat perintah bersyarat adalah perintah yang mengandung syarat untuk
terpenuhi sesuatu hal. Contoh: Bantulah dia, pasti pekerjaannya akan segera
selesai!
6. Kalimat perintah mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan
dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin. Contoh: Ambillah
buah mangga itu semaumu!
1. Intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang
lain
2. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan
kalimat lain.
3. Suatu bagian dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam
hal ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian
tersebut mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang
menyertai kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.
18
2. Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang berisi pengingkaran atau kalimat
yang ditandai dengan kata ingkar yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata
"bukan".
Contoh:
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor.
(positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
d) Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi,
biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya
yang sering digunakan untuk membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan
gunanya adalah :
Apa : hal, orang, atau barang
Siapa : orang atau nama orang
Kapan, bilamana : waktu
Dimana : tempat
Mengapa : sebab
Bagaimana : keadaan, cara, proses
Contoh :
19
lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang sebelumnya
telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak meminta penjelasan, tapi
hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya dalam bentuk
ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh kalimat Tanya konfirmasi: Apakah engkau ingin pulang hari ini?
(ya/tidak)
20
sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!)
atau tanda titik (.). Adapun macam kalimat seru dan gunanya adalah :
Aduh, untuk menyatakan perasaan sakit dan kagum. Contoh: Aduh, sakitnya
tangaanku!
Aduhai untuk menyatakan perasaan sedih. Contoh: Aduhai, sungguh malang
nasibku!
Ah untuk menyatakan tidak setuju atau menolak sesuatu. Conto : Ah, saya
tetap tidak mengaku bersalah!
Amboi/wah untuk menyatakn perasaan heran atau kagum. Contoh: Amboi,
cantik sekali gadis itu!
Cis/cih untuk menyatakan perasaan marah dan benci. Contoh: Cis, berani dia
menentang aku!
Eh untuk menyatakan perasaan terkejut atau heran. Contoh: Eh, kamu sudah
sampai !
4. Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek
dan sebuah predikat. Si Jarwo Pergi
b. kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat,
bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat
tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman. Contoh:
Jangan dilempar!
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi
2 jenis, yaitu:
1. Kalimat versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi
biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama
kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi
makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada
pendengarnya. Contoh: Bawa buku itu kemari!
21
2. Kalimat Inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai
dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh: Penelitian
ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Contoh:
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
Induk kalimat/kalimat utama Anak kalimat
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat
dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh:
Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh
Anak kalimat Induk kalimat/kalimat utama
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran
bentuk dan informasinya. Contoh: Bursa saham tampaknya semakin bergairah,
investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik
tajam.
7. Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur,
mandi, dll (kecuali makan dan minum). Contoh:
Imbuhan "me-" : Koki itu membuat menu baru untuk
restorannya. Imbuhan "ber-" : Kami bermain di taman.
22
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
1. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek.
Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam
bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“. Contoh: Kami
membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi
2. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak
berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan
objek. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini
tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Kami berjaga diluar
rumah.
3. Kalimat semi transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Ciri-cirinya berupa adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan
keterangan. Contoh:
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
b) Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif
dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu
1. Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif
transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“,
“ter-“ dan “ke-an”. Contoh: Sampah dibuang Rina.
2. Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan
dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri
lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan
“di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar
yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa
menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“). Contoh: Saya berikan bukuku.
23
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat. Contoh:
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh:
Aku harus memngerjakan PR.
(aktif) PR harus kukerjakan. (pasif)
8. Kalimat Mayor dan Minor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua
unsur pusat (inti). Kalimat mayor klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan
predikat. Contoh: Saya mengantuk.
Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti).
Kalimat minor hanya dibentuk oleh subjek atau predika atau objek bahkan
keterangan saja. Meskipun hanya dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat
dipaham pesannya karena sudah diketahui konteksnya (kalimat,situasi,topic yang
dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat jawaban-jawaban singkat,seruan,
pertanyaan, salam, dan sapaan. Contoh : Pergi!, Hai!
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Makalah ini pun mengajarkan tata cara penulisan mengenai kalimat yang baik dan
benar akan bermanfaat penerapannya ketika melakukan penulisan ilmiah, karena di
dalam penulisan ilmiah memerlukan tata cara penulisan yang benar-benar sempurna dan
dipertanggungjawabkan.
Penulisan kalimat harus jelas penulisan tanda bacanya sehingga tidak mengandung
pengertian yang salah bagi pembaca. Pemahaman tentang makalah ini bisa mengetahui
letak kesalahan dan sampai dimana kemampuan seseorang dalam penggunaan kalimat
yang benar dan dapat berguna untuk pembelajaran kedepannya.
3.2 SARAN
Agar dalam setiap penulisan kalimat dapat terstruktur dengan baik, maka perlu
terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur yang membangun di dalamnya agar
penulisan dapat dipahami oleh pembaca dengan baik. Selain itu penggunaan kalimat
baku sesuai dengan EYD perlu ditingkatkan di tengah-tengah berkembangkannya bahasa
asing di masyarakat Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
26