Anda di halaman 1dari 4

BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA

Faktor faktor di luar bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia di
dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa berhubungan dengan bahasa . oleh karena itu ,
hal hal yang menjadi objek kajian linguistik makro itu sangat luas dan beragam. Mulai dari kegiatan yang
betul betul merupakan kegiuatan berbahasa, seperti penerjemahan , penyusunan kamus , pendidikan
bahasa, sampai yang hanya berkaitan dengan bahasa sepertri pengobatan dan pembangunan.

MASYARAKAT BAHASA

Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang ( dalam jumlah yang banyak relatif), yang
merasa sebangsa, seketurunan , sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial
yang sama . karena itu bisa disebutkan masyarakat Indonesia ,masyarakat Betawi atau juga masyarakat
Eropa. Apakah yang dimaksud masyarakat bahasa? Yang di maksud dnegan masyarakat bahasa adalah
sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Dengan demikian, kalau ada
sekelompok orang yang merasa sama-sana menggunakan bahasa sunda, maka bisa dikatakan mereka
adalah masyarakat Sunda.

Masyarakat bahasa bisa melewati batas Provinsi, batas Negara, bahkan juga batas Benua. Masyarakat
bahasa Badui dan masyarakat bahasa Osing (di Jawa Timur) tentu saja sangat sedikit atau sempit;
masyarakat bahasa jawa dan masyarakat bahasa sunda tentu lebih luas; dan masyarakat bahasa
Indonesia tentu lebih luas lagi. Masyarakat bahasa prancis dan masyarakat bahasa Inggris, malah bukan
hanya melewati batas negara, tetapi juga melewati batas benua.

Secara Linguistik bahas Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa yang sama, karena kedua bahasa
itu banyak sekali persamaannya, sehingga orang makaysia daoat mengerti dengan baik akan bahasa
Indonesia, dan sebaliknya orang Indonesia dapat pula mengerti dengan baik baha Malaysia. Contoh lain,
bahasa Denmark , bahasa Swedia , dan bahasa Norwegia secara linguistik juga merupakan satu bahasa,
sebab penduduk ketiga negara itu dapat berkomunikasi dengan bahasa meraka tanpa hambatan.
Namun, merka merasa mempunyai bahasa yang berbeda , yaitu bahasa Denmark, bahasa Swedia , dan
bahasa Norwegia.jadi disana ada tiga masyarakat bahasa.

VARIASI DAN STATUS SOSIAL BAHASA

Telah disebutkan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat
beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam- ragam pulak

Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatanbuntuk membedakan adanya dua
macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama adalah tinggi
(biasa disingkat variasi bahasa T), dan yang lain variasi bahasa rendah(* biasanya disingkat R). variasi T
digunakan daklam situasi – situasi resmi , seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam
pendiidikan , khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran.

Variasi bahasa T dan R ini biasanya mempunyai kosakata masing- masing yang berbeda, sekdar contoh :
Bahasa Yunani

Ragam T Ragam R
ikos spiti ‘rumah’
Idhor Nero ‘air’
Ala Ma ‘ tetapi’

Bahasa Arab

Ma eh ‘apa’
Anfun manaxir ‘hidung’
A l’ana Dilwa’ti ‘sekarang’

Bahasas Indonesia

Uang duit
Tidak Nggak, kagak
Istri bini

PENGGUNAAN BAHASA

Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah, bagaimana kita harus
menggunakan bahsa itu di dalam masyarakat. Ikutilah kaidah-kaidah gramatikal, maka pasti bahasa yang
anda gunakan sudah benar. Sebab dengan hanya mematuhi kaidah gramatikal saja, bahasa yang kita
gunakan mungkin tidak bisa berterima kasih di dalam masyarakat. Umpamanya dalam bahasa Indonesia
ada disebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa indonesia adalah kamu atau engkau.
Kenyataannya, secara sosial kedua kata ganti itu tidak dapat dipakai untuk menyapa orang kedua yang
lebih tua atau yang dihormati. Kedua kata ganti itu, kamu dan engkau, hanya dapat digunakan untuk
kedua yang sebaya, lebih muda, atau kedudukan sosialnya lebih rendah. Akibatnya, kedua kata ganti itu
jarang dipakai, meskipun dalam kaidah ada.

KONTAK BAHASA

Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota
dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yangb disebut
kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling mempengaruhi dengan
bahasa dari masyarakat yang datang. Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak
bahasa ini adalah terjadinya atau terdapatnya yang disebut bilingualisme dan multilinguawalisme
dengan berbagai macam kasus nya, seperti interferensi, integerasi, alihkode, dan campurkode
BAHASA DAN BUDAYA

Dalam secara linguistik ada suatau hipotesis yang terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan
ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang pakar , yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf ( dan
oleh karena itu disebut hipotesis sapir –whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi
kebudayaan. Atau dengan lebih jelas, bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota
masyarakat penuturnya. Jadi, bahasa itu menguasain cara berpikir dan bertindak manusia. Apa yang
dilakukan manusia selalu di pengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya. Misalnya , katanya, dalam bahasa-
bahasa yang mempunyai katagori kala atau waktu segala hal yang mereka lakukan selalu sesuai dengan
waktu yang telah di jadwalkan. Tetapi dengan bahasa-bahasa yang tidak mempunyai katagori kala,
masyarakatnya sangat tidak menghargai waktu . jadwal acara yang disusun seringkali tidak dapat
dipatuhi waktunya. Itulah barangkali sebabnya kalau di indonesia ada ungkapan “ jam karet” ,
sedangkan di eropa tidak ada. Hipotesis sapir- whorf ini memang tidak banyak di ikuti orang ; tetapi
hingga kini masih banyak di bicarakan orang, termasuk juga dalam kajian antropologi yang banyak di
ikuti orang mala pendapat yang merupakan kebalikan dari hipotesis safir –whorf itu , yaitu bahwa
kebudayaan lah yang mempengaruhi bahasa. Umpamanya , karena masyarakat inggris tidak berbudaya
makan nasi, maka dalam bahasa inggris tidak ada kata untuk menyatakan padi , gabah, beras, dan nasi.
Yang ada cuman kata rice untuk keempat konsep itu. Sebaliknya karena bangsa indonesia berbudaya
makan nasi , maka keempat konsep itu ada kosakatanya . masyarkat Eskimo yang sehari-hari bergelut
dengan salju mempunyai lebih dari sepuluh buah kata untuk menyebut berbagai jenis salju. sedangkan
masyarakat indonesia yang tidak di kenai salju hanya mempunyai satu kata, yaitu saju. Itupun sarapan
dari bahasa arab.

Anda mungkin juga menyukai