Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Sosiolek dan contohnya

Pengantar
Dalam linguistik, sosiolek (dari sosial dialek) adalah ragam bahasa yang terkait dengan
suatu kelompok sosial tertentu (sumber: Wikipedia/Soiolek).

Menurut Nababan, sosiolinguistik hanya mengkaji sosiolek dan fungsiolek. Hakikatnya


sosiolinguistik mengkaji penggunaan bahasa oleh penutur-penutur tertentu dalm keadaan-
keadaan yang sewajarnya untuk tujuan tertentu. Dengan pengkajian seperti ini, kita menyadari
bahwa bahasa itu berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Sebelum sosiolinguistik lahir, kita hanya tahu bahwa makna kalimat hari ini panas


sekali ruangan ini adalah pemberitahuan . Akan tetapi setelah sosiolinguistik lahir, maka
kalimat itu bermakna perintah membuka jendela mana kala yang mengucapkan adalah
seorang guru yang mengajar di kelas dan semua jendela tertutup.

Harus disadari bahwa setiap bahasa mempunyai banyak ragam yang dipakai dalam


keadaan dan keperluan atau tujuan yang berbeda-beda. Ragam-ragam itu mewujud dalam
ucapan, intonasi, bentuk kata, kata-kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Pengertian Sosiolek
Istilah sosiolek muncul dari dua istilah yaitu sosial dan dialek. Kedua istilah tersebut
melahirkan istilah sosiolek. mengingat lagi bahwa sosiolinguistik adalah Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mengkaji pengaruh budaya terhadap bahasa yang digunakan pada
masyarakat. Elemen pada ilmu interdisipliner ini budaya, bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik
mengkaji bahasa sebagai alat komunikasi atau interaksi antara kelompok/masyarakat satu dengan
lainnya.

Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial
penuturnya.  Dalam sosiolinguisik, variasi ini paling banyak dibicarakan dan menyita waktu
karena menyangkut masalah pribadi penuturnya,  seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan,
tingkat kebangsawanan, keadaan social ekonomi, dan sebagainya.  Dalam hal usia kita bias
melihat perbedaan variasi yang digunakan oleh anak-anak, remaja, orang dewasa, dan orang
tua.  Dari tingkat pendidikan penutur kita juga bias melihat variasi bahasa orang yang
berpendidikan dan tidak berpedidikan.  Tuturan para guru, para buruh, para petani, para mubalig
dan para pengusaha merupakan wujud adanya variasi bahasa pekerjaan.  Dalam masyarakat tutur
yang masih memegang tingkat kebangsawanan dapat pula kita lihat adanya variasi tingkat
kebangsawanan. 
Kelompok sosial satu dengan yang lainya memilik perbedaan tertentu dalam jenjang
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat yang sering kita jumpai seperti kelompok pekerja,
anak-anak, guru, pekerja kantoran, buruh dan lain sebagainya. Menurut contoh yang diberikan di
samping berarti kelompok masyarakat yang dimaksud dalam ilmu sosiolinguistik, dalam
kajian sosiolek, merupakan variasi bahasa yang hadir dari kelompok-kelompok masyarakat yang
memliki perbedaan dalam jenjang status sosial, kedudukan, golongan dan kelas sosial oleh
penuturnya sendiri.

Variasi dapat terjadi karena perbedaan penuturnya sendiri, seperti umur, pekerjaan,
tingkat ekonomi, dan tingkat status kedudukan di dalam masyarakat. Kita dapat meilihat variasi
bahasa berdasarkan umur penutur, seorang anak 5-12 tahun, remaja, orang dewasa, dan usia
lanjut.

Indonesia dikenal memiliki banyak sekali budaya dan golongan yang beraneka ragam,
seperti oran cina, jawa, Sumatra, batak, papua dan lain sebagainya. Sehingga di setiap daerah
memilik keragaman bahasa yang khas dalam daerah tersebut. Hal ini merupakan variasi bahasa
yang hadir dari suatu etnik atau golongan sendiri. Misalkan saja orang belanda yang sudah
menetap dan beranak cucu di tanah jawa memilik budaya percampuran dan melahirkan golongan
etnik sendiri dalam tingkat kebahasaannya. Sehingga lahirlah suatu budaya dan dialek bahasa
yang hadir dari percampuran bahasa ibu dengan bahasa jawa yang memiliki tingkatan berbeda
dengan masyarakat pribumi.

Ilustrasi dari penjelasan di atas menjelaskan lahirnya perkawinan budaya satu dengan
budaya lain, yang melahirkan dialek baru. Sang anak dari keturunan Jawa-Belanda akan
melahirkan susunan dan pemahamam bahasa yang baru. Sehingga melahirkan bahasa dengan
keunikan yang berbeda degan kedua orang tua yang berasal dari kedua budaya yang berbeda.

Sang anak akan memahami bahsa ayahnya dan penggunaan bahasa ibunya, yang
memiliki tingkatan dan maksud yang berbeda dalam hal budaya dan penggunaanya. Berjalannya
waktu maka bahasa tersebut akan tercampur dan mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
masyarakat pribumi. Maka lahirlah percampuran budaya dan bahasa yang melahirkan dialek
baru. Contoh kecil serapan bahasa yang muncul dalam bahasa jawa dan belanda
adalah pit (sepeda) yang diserap dari bahasa Belanda fiets yang artinya juga sepeda.

Sang anak akan memahami bahsa ayahnya dan penggunaan bahasa ibunya, yang
memiliki tingkatan dan maksud yang berbeda dalam hal budaya dan penggunaanya. Berjalannya
waktu maka bahasa tersebut akan tercampur dan mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
masyarakat pribumi. Maka lahirlah percampuran budaya dan bahasa yang melahirkan dialek
baru. Contoh kecil serapan bahasa yang muncul dalam bahasa jawa dan belanda
adalah pit (sepeda) yang diserap dari bahasa Belanda fiets yang artinya juga sepeda.

Selain itu muncul pula kelahiran etnik lain seperti arab dan cina yang berkeluarga dengan
warga pribumi. Sehingga melahirkan istilah-istilah lain yang dapat dikatakan melahirkan dialek
dan pengucapan bahasa yang berbeda-beda. Seperti halnya untuk penyebutan mata uang dari
cina yang tercampur di pasar antara penjual yang mayoritas etnis cina dan pembeli yang
mayoritas pribumi. Secara tidak sadar istilah satuan mata uang akan tercampur dengan
sendirinya. Hal ini terjadi Karen sang pembeli menyesuaikan kebahasan dengan sang penjua.
Contoh satuan uang yaitu;
 Cepek = seratus
 nopek = duaratus
 cejeng = seribu
 ceban = sepuluh ribu
 goban = lima puluh ribu
 gopek = limaratus
Hal ini menandai bahwa bahasa yang digunakan oleh etni cina dan masyarat pribumi
berkontaminasi melalui pasar, yang mayoritas pembeli adalah masyarakat pribumi. Hal tersebut
menjadi lumrah karena sering terdengar di telinga masyarakat pribumi. Sampai sekarang kita
mengenal satuan mata uang yang aslinya dari bahasa Cina yang dibawa oleh etnis cina melalui
bidang perdangan.

Contoh kalimat menggunakan pemarkah hitungan angka atau uang dalam bahasa Mandarin yang
mengalami penyesuaian bunyi.

Bahasa masyarakat Cina dan jawa Bahasa Indonesia

A : kong, beras sekilo piro regane kong? A : kek, beras satu kilo berapa harganya?

B : Ceban bu. B : ‘ceban’ bu

A : ra iso dikurangi ceceng kong? A : tidak bisa dikurangi seribu kek?

B : gak iso bu, ceban wes mentok. B : tidak bisa, ‘ceban’ sudah mentok.

Ilustrasi percakapan di atas merupakan dua entik jawa dan cina, yang saling tawar
menawar harga beras. Meraka saling memahai bahasa satu dengan bahasa lainnya. Sang pembeli
menawar harga dengan panggilan kong yang digunakan untuk memanggil kakek yaitu engkong.
Hal ini menunjukan sang pembeli memahami budaya cina dan mereka terbiasa dan
menyesuaikan panggilan dalam tingkatan keluarga. Selain itu pembeli juga memahami
penggunaan mata uang yang sering digunakan dalam bahasa cina.
Hal lain menunjukan sang penjual juga mengerti dan memahami bahasa jawa dan
mencampurkannya dengan bahasa cina sendiri, seperti gak iso, wes mentok. Hal ini merupakan
tanda bahwa pedagang tersebut telah membaur dan bertoleransi dengan pribumi.

Sehubungan dengan variasi bahasa yang berakaitan dengan, tingkat, golongan, status,
kelas social para penuturnya biasanya dikemukakan variasi bahasa yang disebut akrolek, basilek,
vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, dan ken.

a. Akrolek
Akrolek adalah variasi social, yang dianggap lebih penting atau bergengsi dari pada variasi
social yang lain.  
Sebagai contoh adalah bahasa bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang khusus digunakan
oleh para bangsawan kraton.

b. Basilek
Basilek adalah variasi social yang dianggap kurang bergengsi atau dipandang
rendah.  Misalnya bahasa Inggris kaum cowboy dan kuli tambang.  Begitu juga dalam bahasa
Jawa “krama ndeso”.

c. Vulgar
Yang dimaksud vulgar adalah variasi social yang cirri- cirinya tampak pemakaian bahasa oleh
mereka yang kurang terpelajar, atau dari kalangan tidak berpendidikan.
 
d. Slang
Yang dimaksud dengan slang adalah variasi social yang bersifat khusus dan rahasia.  Variasi
ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh
kalangna di luar kelompk tersebut.  Oleh karena itu kosakata yang digunakan selalu berubah –
ubah.  Slang memang lebih merupakan bidang kosakata daripada bidang fonologi atau
gramatika.  Karena bersifat kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah
bahasa rahasianya orang jahat dan pencoleng, padahal sebenarnya tidak demikian. 

e. Kolokial
Kolokial adalah variasi social yang diguanakan dalam percakapan sehari –hari. Kata kolokial
barasal dari colloquium (percakapan, konversasi).  Jadi kolokial berarti bahasa
percakapan.   Bukan bahasa tulis.  Tidak benar jika kolokial disebut bahasa kampungan sebab
yang penting adalah konteks dalam pemakaiannya.

f. Jargon
Yang dimaksud jargon adalah variasi social yang digunakan secara terbatas oleh kelompok –
kelompok social tertentu.  Ungkapan – ungkapan yang digunakan tidak mudah dipahami oleh
masyarakat umum tetapi tidak bersiat rahasia.  Misalnya dalam kelompok tukang batu ada
istilah dieksos, disiku, dan ditimbang.
g. Argot
Yang dimaksud dengna argot adalah variasi social yang digunakan secara terbatas pada
profesi–profesi tertentu dan bersifat rahasia.  Letak kekhususan ada pada kosakata.  
Umpamanya dalam dunia kejahatan (pencuri, pencopet) diguakan istilah barang dalam arti
mangsa, kacamata dalam arti polisi.

h. Ken
Yang dimaksud ken adalah variasi social tertentu yang bernada memelas, merengek–rengek,
penuh dengan kepura–puraan.  Biasanya digunakan oleh para pengemis.

Kesimpulan
Sosiolek adalah kajian yang mempelajari penggunaan bahasa oleh penutur-penutur
tertentu dalam keadaan-keadaan yang sewajarnya untuk tujuan tertentu. Dengan pengkajian
seperti ini, kita menyadari bahwa bahasa itu berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Setiap budaya memiliki raga bahasa yang mempunyai banyak ragam yang dipakai


dalam keadaan dan keperluan atau tujuan yang berbeda-beda. Namun hal ini menunjukan
percampuran bahasa dapat terjadi karena interaksi dan komunikasi sosial.

Dengan demikian sosiolek merupakan dialek yang dapat bercampur dan menjadi ciri
setiap bahasa yang dapat melebur dalam satuan masyarakat melalui sosial dan komunikasi sehari
hari.

Sepertihalnya orang belanda dan orang jawa, yang menyebutkan sepeda dengan pit. Yang
pada masa itu sepeda hadir dari orang asing ke jawa, dan penyebutan bahasa dengan lidah orang
belanda berbeda. Namun maksud dan arti dari kata yang diucapkan adalah sama yaitu sepeda.

Etnis cina yang kental dengan budaya dagang membaur dengan masayarkat pribumi yang
saling melebur. Peleburan budaya dalam penggunaan bahsa dapat ditandai dengan penggunaan
istilah satuan uang Cepek = seratus, nopek = duaratus, cejeng = seribu, ceban = sepuluh ribu,
goban = lima puluh ribu, gopek = limaratusEtnis cina yang kental dengan budaya dagang
membaur dengan masayarkat pribumi yang saling melebur. Peleburan budaya dalam penggunaan
bahsa dapat ditandai dengan penggunaan istilah satuan uang Cepek = seratus, nopek = duaratus,
cejeng = seribu, ceban = sepuluh ribu, goban = lima puluh ribu, gopek = limaratus.
Daftar Pustaka
 Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta
 Nababan,1985. Pengantar Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia
 Wikipedia. Sosiolek. Di akses pada tanggal 21 oktober 2015. Puku 22.15 WIB.
 http://bukuisbn.blogspot.com/2013/07/sosiolinguistik-variasi-bahasa.html

Anda mungkin juga menyukai