Anda di halaman 1dari 5

Penggolongan kata oleh Slamet Mujana (1957:h.

13-198)
Menurut Slamet dalam bukunya yang berjudul Kaidah Bahasa Indonesia menggolongkan
kata-kata menjadi empat regu, yaitu:
1. Kata-kata yang ada pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatrra sebutan
2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan sastra tersebut
3. Kata-kata pembantu regu
4. Kata-kata pembantu pertalian

1.1 Kata-kata yang pada hakekatnya melakukan jabatan gatra sebutan :


 Kata-kata yang termasuk golongan ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kata keadaan,misalnya kata besar,bagus,sakit .
2. Kata kerja, misalnya kata mendayung, mengangkat,diangkut.
 Kata-kata golongan ini dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Kata kerja buntu, ialah kata kerja yang menyatakan bahwa perbuatan yang
ditunjuk terbatas dalam lingkungan sendiri.
2. Kata kerja langsung, ialah kata kerja yang dapat berhubungan dengan pelaku
kedua (objek) tanpa perantara kata lain.
3. Kata kerja sambung, ialah kata kerja yang dalam hubungan dengan pelaku
kedua menggunakan perantaran kata lain.
1.2 Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan:
 Kata benda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Kata benda yang menyatakan nama benda yang dapat dicapai dengan panca
indera, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa.
2. Kata benda yang tidak nyata , yaitu kata benda yang menyatakan kaeadaan,
hal, sifat, dan sebagainya.
 Kata ganti benda dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Kata penunjuk, yaitu kala itu, dan kini
2. Kata pemisah, yaitu kata yang dan tempat
3. Kata ganti diri dan milik, yang dapat digolongkan lagi menjadi kata ganti diri
pertama.
 Kata bilangan dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
1. Bilangan pokok, yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya barang apa pun,
yang dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu bilangan tunggal , dan bilangan
majemuk.
2. Bilangan bantu, yaitu kata-kata yang menerangkan jenis benda yang berfungsi
membantu bilangan pokok.
3. Bilangan tak tentu, yaitu bilangan yang menyatakan bilangan yang tidak
ditetapkan jumlahnya.
4. Bilangan himpunan, yaitu bilangan yang menyatakan banyaknya benda, orang,
dan lain-lain dalam himpunan.
5. Bilangan tuturan, yaitu bilangan yang menyatakan bilangan berturut-turut.
6. Bilangan pecahan.

1.3 Kata-kata pembantu regu


Kata-kata golongan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kata-kata yang menjelaskan tempat kedudukan kata benda, yaitu kata ini dan itu.
2. Kata-kata yang menunjukan kekinian.
3. Kata-kata keadaan dan kata benda yang memberi penjelasan kata benda tentang
keadaannya, pemilik, dan sebagainya.
1.4 Kata-kata pembantu pertalin:
Kata pembantu pertalian ialah kata-kata yang menjelaskan pertalian kata yang satu dengan
kata yang lain, kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, atau sebagai penjelas tambahan.
Kata golongan ini dapat digolongkan menjadi tiga golongan,yaitu:

1. Kata-kata yang menerangkan kata keadan dan kata kerja.


2. Kata-kata yang menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain, kalimat satu
dengan kalimat yang lain.
3. Kata-kata yang disisipkan dalam kalimat seakan-akan berdiri sendiri, lepas dari
ikatan kalimat.

Penggolongan kata oleh Anton M. Moeliono (1967:h.45-52; 1976:h. 104-


108)
Dalam tulisannya yang berjudul Suatu Reorientasi dan Tata Bahasa Indonesia
( Bahasa Kesusastraan Indonesia, 1967:h. 45-52), berdasarkan persamaan perilaku
sintatik, Anton M.Meoliono menggolongkan kata-kata menjadi tiga rumpunan, yaitu:
1. Rumpunan nominal
2. Rumpunan verbal
3. Rumpunan Partikel

2.1 Rumpunan nominal

Rumpunan nominal ialah rumpunan kata yang diingkari oleh kata bukan dalam suatu kontruksi
endosentrik yang beratribut. Rumpunan nominal dapat digolongkan menjadi dua rumpunan, yaitu:

1. Rumpunan nominal yang dapat didahului oleh partikel preposisi direktif di


anak rumpunan ini secara arbitrer disebut nominal tak bernyawa
2. Rumpunan nominal yang didahului partikel pada anak rumpunan ini secara
arbitrer disebut nominal bernyawa

2.2 Rumpunan verbal

Rumpunan verbal ialah rumpunan kata yang diingkari oleh kata tidak dalam satu konstruksi
endosentrik yang beratribut. Rumpunan verbal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Rumpunan verbal transitif ialah rumpunan verbal yang secara


potensial dapat mendahui sebuah objek nominal dalam konstruksi
objektif.
2. Rumpunan verbal tak transitif ialah rumpunan verbal yang tidak
berkonstruksi dengan sebuah objek, tetapi dapat disertai oleh atribut.
3. Rumpunan verbal adjektif ialah rumpunan verbal yang dapat didahului
oleh partikel penunjuk derajat.

2.3 Rumpunan Partikel

Rumpunan partikel keanggotaannya terbatas. Dismping itu biasanya tidak diperluas lagi bentuknya
dengan bubuhan dan tidak dapat dijadikan bentuk alas untuk konstruksi morfologik lebih lanjut.
Menurut kedudukannya dalam kalimat, rumpun partikel dapat digolongkan menjadi lima anak
rumpunan, yaitu:

1. Preposisi yang pada umumnya mendahului nominal dan tidak pernah terdapat pada akhir
kalimat.
2. Konjungsi yang pada umumnya tidak tidak terdapat pada akhir akhir kalimat dan tidak diikuti
oleh nominal.
3. Penunjuk kecaraan atau modalita yang distribusinya lebih luas daripada preposisi dan
konjungsi.
4. Penunjuk segi atau aspek yang biasanya tidak terdapat pada akhir kalimat dan pada umumnya
mendahului verbal.
5. Penunjuk derajat yang berdistribusi praverbal atau purna verbal dan kadang-kadang terdapat
pada diakhir kalimat.

Penggolongan kata oleh Gorys Keraf (1969:90-100)


Dalam bukunya Tata Bahasa Tradisional Indonesia Gorys Keraf menggolongkan kata-kata
berdasarkan ciri-ciri struktural, baik ciri bentuk, ciri kelompok kata. Ciri bentuk digunakan sebagai
prosedur pencalonan, sedangkan ciri kelompok merupakan prosedur penentuan.

Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata , Gorys Keraf menggolongkan kata-kata menjadi empat
golongan, yaitu:

1. Kata benda
2. Kata kerja
3. Kata sifat
4. Kata tugas

3.1 Kata benda


Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuan ke-an, -i, pe-an,
pe, -an merupakan calon kata benda. Misalnya perumahan, perbuatan, pelari, jembatan, kehendak, dan
lain-lainnya, dan berdasarkan kelompok kata, kata benda mempunyai ciri dapat diperluas dengan
yang+ kata sifat. Jadi yang disebut kata benda ialah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas
denngan yang+kata sifat. Kata ganti merupakan sub-golongan kata benda.

3.2 Kata kerja


Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung imbuan me-, ber-, -kan, -i, di- dicalonkan
sebagai kata kerja, dan berdasarkan kelompok kata, segala macam kata yang dapat diperluas dengan +
kata sifat termsuk golongan kata kerja.

3.3 Kata sifat


Berdasarkan bentuknya, semua kata yang dapat mengambil bentuk se+ redupliksi kata dasar+
nya dicalonkan sebagai kata sifat, misalnya kata setinggi-tingginya, secepat-cepatnya, sebaik-
baiknya, dan berdasarkan kelompok kata semua kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling,
lebih, sekali. Kata bilangan merupakan subgolongan kata sifat.
3.4 Kata tugas
Secara negatif semua kata yang tidak termsuk kedalam golongan dan subgolongan diatas termsuk
golongan kata tugas. Dari segi bentuknya, kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk,
misalnya kata dengan, telah, dan tetapi. Ada juga yang dapat mengalami berubahan bentuk, misalnya
kata tidak, sudah.

Dari segi kelompok kata, kata tugas hanya mempunyai tugas untuk memperluas atau mengadakan
informasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat.
Disamping itu, kata tugas tidak dapat membentuk kalimat, meskipun ada juga kata tugas yang dapat
membentuk kalimat, misalnya sudah, belum, tidak, dan bukan. Kata tugas dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu:

1. Kata tugas yang monovalen ialah kata tugas yang semata-mata bertugas untuk memperluas
kalimat. Misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
2. Kata tugas yang ambivalen ialah kata tugas yang disamping fungsinya sebagai kata tugas,
dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat minim
maupun dalam mengubah bentuknya. Misalnya kata sudah, tidak, dan lain-lain.

Penggolongan Kata Secara Nontradisional

1. Menurut Slamet Muljana (1957: h. 13-198)


-Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatra sebutan. (kata
keadaan, dan kata kerja)
-Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra jabatan pangkal dan gatra sebutan.
(kata benda, kata ganti benda, dan kata bilangan)
-Kata-kata pembantu regu II. (kata-kata yang menjelaskan tempat kedudukan kata
benda, kata-kata yang menunjukan kekianan, dan kata-kata keadaan dan kata benda yang
memberi penjelasan kata benda tentang keadannya, pemiliknya, dan sebagainya)
-Kata-kata pembantu pertalian. (kata-kata yang menerangkan kata keadaan dan kata
kerja, kata-kata yang menghubungkan kata yang satu dengan yang lain, dan kata-kata yang
disisipkan dalam kalimat seakan-akan berdiri sendiri, lepas dari ikatan kalimat)

2. Menurut Anton M. Moeliono (1967: h. 45-52; 1976: h. 104-108)

-Rumpun nominal
-Rumpun verbal
-Rumpun partikel

3. Menurut Gorys Keraf (1969: 90-100)

-Kata benda
-Kata kerja
-Kata sifat
-Kata tugas

4. Menurut S. Wojowasito (1978: 38-42)

-Kata benda
-Kata kerja
-Kata sifat
-Kata tambah
-Kata penghubung
-Kata seru
-Kata bilangan
-Kata ganti
-Kata depan

5. Menurut M. Ramlan (1983: 1-41)

-Kata verbal
-Kata nominal
-Kata keterangan
-Kata tambah
-Kata bilangan
-Kata penyukat
-Kata sandang
-Kata tanya
-Kata suruh
-Kata penghubung
-Kata depan
-Kata seruan

Anda mungkin juga menyukai