Disusun Oleh:
DOSEN PENGAMPU
Arwindo, S.T, S.Pd.I, MBA, M.Ag
Disusun oleh :
Damara Muthmainah Ash-Syidiqqiyah 211310160
Hasbi Hardiansyah 211310172
Muhamad 211310181
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
Kata Pengantar...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.....................................................................................................................iv
A. Latar Belakang................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................iv
C. Tujuan makalah..............................................................................................................iv
BAB II.........................................................................................................................................v
PEMBAHASAN.........................................................................................................................v
A. Pengertian Ta’rif (DEFINISI)..........................................................................................v
B Pembagian Ta’rif (DEFINISI)........................................................................................vi
C. Kegunaan ilmu logika...................................................................................................viii
D. Klasifikasi Penggolongan................................................................................................x
E. Pembagian.....................................................................................................................xi
BAB III....................................................................................................................................xiv
PENUTUP...............................................................................................................................xiv
A. Kesimpulan...................................................................................................................xiv
B. Saran..............................................................................................................................xv
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................xv
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kemudian
kami tak lupa mengirimkan shalawat beriring salam pada nabi besar Muhammad
SAW. karena beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kebodohan kepada
alam yang berilmu pengetahuan seperti ini.
Dalam penulisan ini makalah tidak luput mengucapkan terima kasih kepada
yang telah membantu kelompok saya yang telah membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang berjudul “Kegunaan Definisi dan
Penggolongan” masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan
dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas
tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya
akan selamat dari cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir
tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali
dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia
tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan makalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu menurut Basiq Djalil, lafadz ta’rif berasal dari bahasa Arab yang
bearti memberi tahu, memperkenalkan. Maksudnya adalah dengan ta’rif, kita dapat
sesuatu dengan lengkap dan sempurna. Itulah sebabnya ta’rif, dapat disamakan
pengertiannya dengan rumusan, pengertian, atau definisi dalam bahasa Indonesia. 2
Dalam ilmu mantik, ta’rif berperan amat mendasar, kerena istidlal (penarikan
kesimpulan) yang merupakan tinjauannya yang paling fondamental, tergantung amat
eratkepada jelasnya ta’rif lafazhyang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah
v
(kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafazh tidak
jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.
Yang di Ta’rif bisa berupa dzat dan yang bukan dzat. Dzat adalah lafadz yang
bermakna dzat atau benda. Dalam ilmu mantik bearti: lafadz kulli yang menunjukkan
hakikat (makiyah) secara penuh. Sedangkan lafadz abstrak yang menyifati benda itu
seperti besar, panjang, jelek, biasa disebut lawan dari zat.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, ta’rif adalah
memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu dengan
lengkap dan sempurna.
B. PEMBAGIAN TA’RIF
Menurut Baihaqi A. K, dalam bukunya yang berjudul ilmu mantik (teknik
dasar berfikir logik) ta’rif terbagi kepada empat:
1) Ta’rif Had
Ta’rif had adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz Kulli
Jins dan Fashl. Contoh: Manusia adalah hewan yang berfikir. Hewan adalah jins dan
berfikir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had ada 2, yaitu Ta’rif Had Tam dan Ta’rif Had Naqish
a) .Ta’rif Had Tam
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis qorib dan fashl
Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat berfikir (Al-Insan Hayawan Al-
Nathiq)
Hewan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di
bawahnya. Sedangkan dapat berfikir adalah fashal qarib baginya.
b) .Ta’rif Had Naqish
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis ba’id dan fashl atau fashl saja.
Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfikir (Al-Insan Jism Al-Nathiq).
tubuh adalah jins ba’id bagi manusia dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
Contoh: Manusia adalah yang dapat berfikir (hanya fashl saja).
vi
2) Ta’rif Rasm
Ta’rif rasm adalah ta’rif yang menggunakan kulliy jins dan ‘irdhi khash.
Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat tertawa.
Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘Irdhi Khash (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm ada 2, yaitu Ta’rif Rasm Tam dan Ta’rif Rasm Naqish
a) .Ta’rif Rasm Tam
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis qorib dan khash
Contoh: Manusia adalah hewan yang mampu belajar kitab.
Hewan adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan mampu belajar kitab
adalah khash baginya.
b) .Ta’rif Rasm Naqish
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis ba’id dan khash atau khash
saja.
Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketawa.
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan bisa tertawa adalah khashah baginya.
Contoh: Manusia adalah yang tertawa.(dengan khashah saja)
3) Ta’rif Lafadzi
Ta’rif lafdzi adalah mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain
yang semakna dan menurut pendengar dianggap lebih masyhur.
Contoh: Bahtera adalah lautan. Tepung adalah terigu, itik adalah bebek, lembu adalah
sapi.
Kata Lautan lebih dikenal oleh pendengar daripada kata Bahtera.
4) Ta’rif mitsal adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).
Contoh: Lafazh kulli adalah seperti insan, Lafazh juz’i adalah seperti muhammad,
kalimat Bahasa Indonesia adalah seperti guru datang, dan lain-lain.
3
vii
Selain itu menurut M. Taib Thahir, ta’rif juga terbagi menjadi Empat yaitu:
1. Ta’rif lafdhi
Ta’rif lafdhi adalah ta’rif sutau lafadh dengan lafadh yang laindan lebih jelas
bagi pendengar mengenai lafadh itu.
2. Ta’rif tanbihi
Ta‘rif tanbihi adalah ta’rif yang mengadirkan gambaran yang sudah tersimpan
dalam khayalan pendengar yang pada waktu itu terlupa padahal pernah dikenalnya.
viii
8. Meningkatkan citra diri manusia sebagai konsekuensi tahu, mau, dan
mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis
sebagaimana dituntut dan dituntun oleh Ilmu Manthiq (logika).
ix
c). Mengembangkan pemikiran ilmiah dan reflektif dengan tetap setia pada
kebenaran, yang merupakan ciri khas pencari kebenaran atau pencinta
kebijaksanaan.
e). Menghindarkan:
1. Berbagai kesalahan berpikir (fallacia) yang muncul entah karena otoritas
(kuasa), emosi, prasangka, keindahan, Bahasa, atau kebiasaan. Logika
(Mantiq) adalah logos yangdi pertentangkan atau melawan mythos.
2. Terlalu gampang melakukan generalisasi dan kecendrungan menarik
kesimpulan (Natijah, konklusi) yang salah karena melebihi apa yang di
nyatakan dalam premis-premis sebelumnya.
D. Klasifikasi Penggolongan
Klasifikasi secara umum artinya yaitu melakukan penggolongan sesuatu, yaitu
menemukan lingkungan sesuatu tersebut. 4
x
buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tanpa dibuat
klasifikasi.
5
E. Pembagian
Pembagian adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya.
Pembagian merupakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada
spesisnya.
Manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang. Pembagian logika atas jenis
dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia adalah spesia bila dilihat dari
jurusan binatang, tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis, ras
adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupnya maka ia
menjadi jenis. Jadi spesia yang kita kehendaki tergantung dari keluasan klasifikasi
yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan akan terlihat klasifikasi buku-
buku seperti; Karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni,
teknologi, seni sastra dan sejarah. Subjek-subjek tersebut diperlakukan sebagai jenis.6
xi
Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang
dicangkup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui
keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pegetahuan
kita atas kelompok barang-barang.
Pembagian Dikotomi
Suatu ketika kita tidak bisa mmembagi dengan model diatas, karena
keterbatasan pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga kita dapati
pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model
pembagian logika jenis lain, yaitu pembagian dikotomi. Pembagian dikotomi adalah
pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicangkupnya dengan cara
mengelompokan menjadi dua golongan.
Dikotomi diambil dari bahasa Latin dichotomia, artinya pembagian secara
dua-dua, berpasangan, dalam bahasa arab disebut sunaiyyah. Metode ini masih
dianggap berguna sebagai salah satu cara membuat klasifikasi. 7
Setiap jenis hanya dibagi ke dalam dua golongan saja, yaitu penegasan dan
penidakan. Dalam penegasan berisikan lingkungan yang benar-benar telah diketahui,
di dalam penidakan tercangkup seluruh lingkungan yang lain. Dengan demikian
manusia maju setapak demi setapak di dalam pengetahuaanya.
Contohnya: membagi jenis binatang kedalam dua golongan, yaitu binatang
berinsang dan tidak berinsang. Binatang tidak berinsang ini dijadikan lingkungan
jenis dan dibagikan lagi kedalam binatang yang menyusui dan binatang tidak
menyusui. Selanjutnya binatang tidak menyusui dijadikan jenis lagi dan dibagi ke
dalam bersayap dan tidak bersayap, begitulah seterusnya.
Kelemahan pembagian dikotomi selain kurang sempurna juga dilihat dari segi
psikologis dan segi politis, karena kadand-kadang disalahgunakan untuk meninggikan
golongan-golongan sendiri dan merendahkan golongan lain. Contohnya masyarakat
feodalitas membagi manusia kedalam golongan bangsawan dan golongan bukan
bangsawan. Begitupula partai Nazi membagi manusia kedalam golongan Aria dan
bukan aria, golongan kedua berhak dijajah oleh golongan pertama dan harus tunduk
kepadanya. 8
8 M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992),
h.41.
xii
Antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah bertentangan.
Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan
penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari individu-individu menuju spesianya.
Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persamaan
atribut dan perbedaannnya. Barang—barang yang mempunyai persamaan tertentu
dikelompokan ke dalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai
ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan lain pula. 9
10 M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h.42.
11 Joesoef Sou’yb, Logika Hukum Berpikir Tepat, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1983),
h.34.
xiii
tertentu. Contoh dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus,
penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokan barang-barang ditoko.
Penggolongan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin.
Penggolongan, baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan
juga klasifikasi dalam arti sempit.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan
sesuatu. Takrif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan)
atau al-had, yaitu
2. Ta’rif dibagi menjadi 3 macam, yaitu: ta’rif had (tam dan naqish), ta’rif
rasm (tam dan naqish), dan ta’rif lafadzi.
B. Saran
Makalah ini kami buat memang sangat jauh dari kesempurnaan, oleh sebab
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran pada semua pembaca agar nantinya
makalah ini bisa diambil manfaatnya sekaligus bisa menjadi bahan kajian atau
bahkan bisa dijadikan bahan untuk dikoreksi.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi.. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik. (Jakarta : Darul Ulum Press.
2007)
Sou’yb Joesoef, Logika Hukum Berpikir Tepat, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1983).
Ali M. Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992).
Baihaqi H. A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta : Darul Ulum
Press, 2007).
H. A. Djalil Basiq, Logika (Ilmu Mantik), (Jakarta : Kencana Predana Media Group,
2010), h. 18.
xv