Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU MANTIQ

KEGUNAAN DEFINISI DAN PENGGOLONGAN

Disusun Oleh:

DOSEN PENGAMPU
Arwindo, S.T, S.Pd.I, MBA, M.Ag

Disusun oleh :
Damara Muthmainah Ash-Syidiqqiyah 211310160
Hasbi Hardiansyah 211310172
Muhamad 211310181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS


TARBIYAH, INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-
QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
Kata Pengantar...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.....................................................................................................................iv
A. Latar Belakang................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................iv
C. Tujuan makalah..............................................................................................................iv
BAB II.........................................................................................................................................v
PEMBAHASAN.........................................................................................................................v
A. Pengertian Ta’rif (DEFINISI)..........................................................................................v
B Pembagian Ta’rif (DEFINISI)........................................................................................vi
C. Kegunaan ilmu logika...................................................................................................viii
D. Klasifikasi Penggolongan................................................................................................x
E. Pembagian.....................................................................................................................xi
BAB III....................................................................................................................................xiv
PENUTUP...............................................................................................................................xiv
A. Kesimpulan...................................................................................................................xiv
B. Saran..............................................................................................................................xv
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................xv

ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kemudian
kami tak lupa mengirimkan shalawat beriring salam pada nabi besar Muhammad
SAW. karena beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kebodohan kepada
alam yang berilmu pengetahuan seperti ini.
Dalam penulisan ini makalah tidak luput mengucapkan terima kasih kepada
yang telah membantu kelompok saya yang telah membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang berjudul “Kegunaan Definisi dan
Penggolongan” masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 16 November 2021


Penulis,

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan
dalam berpikir. Lebih jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas
tentang alat dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya
akan selamat dari cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir
tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali
dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia
tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Definisi?


2. Ada berapa pembagian Definisi?
3. Apa saja kegunaan Ilmu Logika?
4. Apa pengertian Klasifikasi?
5. Apa pengertian pembagian?
6. Apa pengertian penggolongan?

C. Tujuan makalah

1. Agar mengetahui pengertian Definisi, Klasifikasi, Pembagian dan


Penggolongan
2. Agar mengetahui Pembagian dari Definisi?
3. Agar mengetahui pengertian klasifikasi ?
4. Agar mengetahui berapa Cara membuat klasifikasi ?
5. Agar mengetahui tujuan dari kegunaan ilmu logika?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN TA’RIF (DEFINISI)

Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu.


Takrif disebut juga Al Qaul Al-Syarih (ungkapan yang menjelaskan).

َّ ‫قَ ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِهيَ ِة ال‬


‫ش ْي ِئ‬
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”
Sedangkan menurut ahli mantiq ta’rif adalah teknik menjelaskan sesuatu yang
dijelaskan untuk diperoleh sesuatu pemahaman secara jelas dan terang dengan
menggunakan tulisan maupun lisan. Dengan demikian, takrif menyangkut adanya
sesuatu yang dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya
Adapun pengertian yang lain juga menerangkan bahwa Ta’rif
secara lughawi, adalah memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang
mengenai sesuatu. Secara mantiki, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan
tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh pemahaman yang jelas tentang
sesuatu yang di terangkan atau di perkenalkan.
1

Selain itu menurut  Basiq Djalil, lafadz ta’rif berasal dari bahasa Arab yang
bearti memberi tahu, memperkenalkan. Maksudnya adalah dengan ta’rif, kita dapat
sesuatu dengan lengkap dan sempurna. Itulah sebabnya ta’rif, dapat disamakan
pengertiannya dengan rumusan, pengertian, atau definisi dalam bahasa Indonesia. 2

Dalam ilmu mantik, ta’rif berperan amat mendasar, kerena istidlal (penarikan
kesimpulan) yang merupakan tinjauannya yang paling fondamental, tergantung amat
eratkepada jelasnya ta’rif lafazhyang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah

1 H. Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta : Darul


Ulum Press, 2007), h. 47.

2 H. A. Basiq Djalil, Logika (Ilmu Mantik), (Jakarta : Kencana Predana Media


Group, 2010), h. 18.

v
(kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafazh tidak
jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.
Yang di Ta’rif bisa berupa dzat dan yang bukan dzat. Dzat adalah lafadz yang
bermakna dzat atau benda. Dalam ilmu mantik bearti: lafadz kulli yang menunjukkan
hakikat (makiyah) secara penuh. Sedangkan lafadz abstrak yang menyifati benda itu
seperti besar, panjang, jelek, biasa disebut lawan dari zat.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, ta’rif adalah
memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu dengan
lengkap dan sempurna.

B.     PEMBAGIAN TA’RIF
Menurut Baihaqi A. K, dalam bukunya yang berjudul ilmu mantik (teknik
dasar berfikir logik) ta’rif terbagi kepada empat:
1)  Ta’rif Had
Ta’rif had adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz Kulli
Jins dan Fashl. Contoh: Manusia adalah hewan yang berfikir. Hewan adalah jins dan
berfikir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had ada 2, yaitu Ta’rif Had Tam dan Ta’rif Had Naqish
a) .Ta’rif Had Tam
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis qorib dan fashl
Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat berfikir (Al-Insan Hayawan Al-
Nathiq)
Hewan adalah jins qarib kepada manusia karena tidak ada lagi jins di
bawahnya. Sedangkan dapat berfikir adalah fashal qarib baginya.
b) .Ta’rif Had Naqish
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis ba’id dan fashl atau fashl saja.
Contoh: Manusia adalah tubuh yang dapat berfikir (Al-Insan Jism Al-Nathiq).
tubuh adalah jins ba’id bagi manusia dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
Contoh: Manusia adalah yang dapat berfikir (hanya fashl saja).

vi
2)  Ta’rif Rasm
Ta’rif rasm adalah ta’rif yang menggunakan kulliy jins dan ‘irdhi khash.
Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat tertawa.
Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘Irdhi Khash (sifat khusus) manusia.
Ta’rif rasm ada 2, yaitu Ta’rif Rasm Tam dan Ta’rif Rasm Naqish         
a) .Ta’rif Rasm Tam
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis qorib dan khash
Contoh: Manusia adalah hewan yang mampu belajar kitab.
Hewan adalah jins qarib bagi manusia, sedangkan mampu belajar kitab
adalah khash baginya.
b) .Ta’rif Rasm Naqish
Ta’rif yang menggunakan rangkaian jenis ba’id dan khash atau khash
saja.
Contoh: Manusia adalah jism (tubuh) yang bisa ketawa.
Jism adalah jins ba’id bagi manusia dan bisa tertawa adalah khashah baginya.
Contoh: Manusia adalah yang tertawa.(dengan khashah saja)
3) Ta’rif Lafadzi
Ta’rif lafdzi adalah mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain
yang semakna dan menurut pendengar dianggap lebih masyhur.
Contoh: Bahtera adalah lautan. Tepung adalah terigu, itik adalah bebek, lembu adalah
sapi.
Kata Lautan lebih dikenal oleh pendengar daripada kata Bahtera.
4) Ta’rif mitsal adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).
Contoh: Lafazh kulli adalah seperti insan, Lafazh juz’i adalah seperti muhammad,
kalimat Bahasa Indonesia adalah seperti guru datang, dan lain-lain.
3

3 H. Baihaqi A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta : Darul


Ulum Press, 2007),  h. 48-51.

vii
Selain itu menurut M. Taib Thahir, ta’rif juga terbagi menjadi Empat yaitu:

1. Ta’rif lafdhi

Ta’rif lafdhi adalah ta’rif sutau lafadh dengan lafadh yang laindan lebih jelas
bagi pendengar mengenai lafadh itu.

2.  Ta’rif tanbihi
Ta‘rif tanbihi adalah ta’rif yang mengadirkan gambaran yang sudah tersimpan
dalam khayalan pendengar yang pada waktu itu terlupa padahal pernah dikenalnya.

3.  Ta’rif ismi dan Ta’rif haqiqi


sebenarnya hampir sama, kerena kedua-duanya merupakan gambaran atau
susunan kata. Jika telah jelas susunan pengertian itu jelas pulalah pengertian suatu
yang di ta’rifkan.

C. Kegunaan ilmu logika

Kegunaan Mempelajari Ilmu Manthiq (logika) berdasarkan beberapa ahlinya


adalah bahwa, Ilmu Manthiq (logika) itu dapat:
1. Membantu manusia untuk dapat tahu, mau, dan mampu berpikir
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren.
2. Melatih jiwa manusia, sehingga menjadikan ia mampu memperhalus
jiwa pikirannya.
3. Meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan manusia
dalam berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif;
4. Menambah kecerdasan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri;
5. Menjadi tuntutan dan tuntunan serta pendorong manusia untuk
berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis;
6. Meningkatkan rasa cinta manusia akan kebenaran sekaligus
menghindari kesalahan-kesalahan berpikir serta kekeliruan dan
kesesatannya;
7. Menjadi tuntutan dan tuntunan kepada manusia agar tahu, mau, dan
mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian, sehingga
menghindari klenik;

viii
8. Meningkatkan citra diri manusia sebagai konsekuensi tahu, mau, dan
mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis
sebagaimana dituntut dan dituntun oleh Ilmu Manthiq (logika).

Imam Al-Ahdhari bersenandung bahwa, Fa Ya’shimu ‘l-Afkara ‘an Ghayyi ‘l-


Khatha-i; wa ‘an Daqiqi ‘l-Fahmi Yaksyifu ‘l-Ghitha-a: Manthiq (logika) dapat
memelihara pikiran dari kesalahan berpikir; memperdalam pemahaman dan
menyingkap selimut kebodohan.

Al-Imam Al-Ghazali menandaskan bahwa, Anna Man La Ma’rifata lahu bi ‘l-


Manthiqi La Yuwtsaqu bi ‘Ilmihi: Sungguh orang yang tidak memiliki pengetahuan
dalam Ilmu Manthiq (logika) tidak dapat dipercaya ilmunya.

Pernyataan Al-Imam Al-Ghazali tersebut di atas manakala dipertautkan


dengan uraian mengenai tujuan dan kegunaan “mempelajari Ilmu Manthiq (logika)’,
maka:

1. Ilmu Manthiq (logika dapat memenuhi harapan orang yang mempelajarinya,


yakni orang mempelajari Ilmu Manthiq (logika) berharapan dapat bernalar
dengan baik, benar, dan tepat
2. Prinsip-prinsip abstrak dari dan dalam Ilmu Manthiq (logika) dapat
diaplikasikan atau diimplementasikan dalam semua bidang ilmu bahkan pada
seluruh lapangan kehidupan.
3. Ilmu Manthiq (logika) yang memuat prinsip-prinsip abstrak itu dapat
membantu kita untuk tahu, mau, dan mampu berpikir abstrak, yang menjadi
tuntutan dan tuntunan guna mengembangkan pemikiran.
4. Ilmu Manthiq (logika) bila dipelajari secara tepat dapat membantu kita untuk
berpikir lurus, tepat, dan teratur; di samping itu Ilmu Manthiq (logika) juga
dapat membantu kita untuk:

a). Menginterpretasikan secara tepat fakta dan persepsi orang lain;


b). Melacak penalaran yang sesat dan tidak logis kemudian menunjukkan di
mana letak kesalahannya.

ix
c). Mengembangkan pemikiran ilmiah dan reflektif dengan tetap setia pada
kebenaran, yang merupakan ciri khas pencari kebenaran atau pencinta
kebijaksanaan.
e). Menghindarkan:
1. Berbagai kesalahan berpikir (fallacia) yang muncul entah karena otoritas
(kuasa), emosi, prasangka, keindahan, Bahasa, atau kebiasaan. Logika
(Mantiq) adalah logos yangdi pertentangkan atau melawan mythos.
2. Terlalu gampang melakukan generalisasi dan kecendrungan menarik
kesimpulan (Natijah, konklusi) yang salah karena melebihi apa yang di
nyatakan dalam premis-premis sebelumnya.

D. Klasifikasi Penggolongan
Klasifikasi secara umum artinya yaitu melakukan penggolongan sesuatu, yaitu
menemukan lingkungan sesuatu tersebut. 4

Klasifikasi adalah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari


yang berbeda menurut spesianya. Dalam kehidupan sehari-hari pekerjaan
mengelompokan semacam itu sangat sering kita lakukan. Para penjual buah-buahan
menyusun dagangannya dengan beberapa cara berdasarkan buah yang dijual,
berdasarkan harganya, dan mungkin juga berdasarkan besar kecilnya buah-buahan
yang dijual itu. Pemilik toko menyusun barang-barang yang dijajakan berdasarkan
barang yang sejenis.
Para ilmuan membuat klasifikasi itu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu
sosial, ilmu-ilmu kealaman dan ilmu humaniora. Manusia primitif mengelompokan
binatang menjadi binatang yang berbisa dan tidak berbisa, membedakan tumbuh-
tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tumbuhan yang tidak bisa
dimakan.
Pengelompokan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah dalam
berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan sulitnya mencari satu judul

4 Joesoef Sou’yb, Logika Hukum Berpikir Tepat, (Jakarta: Pustaka alhusna,


1983), h.32.

x
buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tanpa dibuat
klasifikasi.
5

E. Pembagian
Pembagian adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya.
Pembagian merupakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada
spesisnya.
Manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang. Pembagian logika atas jenis
dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia adalah spesia bila dilihat dari
jurusan binatang, tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis, ras
adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupnya maka ia
menjadi jenis. Jadi spesia yang kita kehendaki tergantung dari keluasan klasifikasi
yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan akan terlihat klasifikasi buku-
buku seperti; Karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni,
teknologi, seni sastra dan sejarah. Subjek-subjek tersebut diperlakukan sebagai jenis.6

Pembagian yang memperhatikan beberapa patokan:


Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara
menyeluruh. Spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu.
Pembagian yang bedasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh, dalam
bahasa latin disebut fundementum diviionis. Syarat ini menjamin agar bagian itu
dapat menghasilkan spesia yang langsung dibawah generanya.
Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang
berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur.
Contoh membagi manusia menjadi manusia berkulit putih, manusia Aria, manusia
asia, manusia penyabar. Disini terdapat empat macam dasr pembagian yaitu: warna
kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia.
Pembagian yang benar seharusnya atas manusia, misalnya dengan dasar
warna kulit, akan menghasilkan spesia-spesia manusia-manusia berkulit putih,
manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah.

5 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.45.

6 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.46.

xi
Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang
dicangkup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui
keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pegetahuan
kita atas kelompok barang-barang.
 Pembagian Dikotomi
Suatu ketika kita tidak bisa mmembagi dengan model diatas, karena
keterbatasan pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga kita dapati
pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model
pembagian logika jenis lain, yaitu pembagian dikotomi. Pembagian dikotomi adalah
pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicangkupnya dengan cara
mengelompokan menjadi dua golongan.
Dikotomi diambil dari bahasa Latin dichotomia, artinya pembagian secara
dua-dua, berpasangan, dalam bahasa arab disebut sunaiyyah. Metode ini masih
dianggap berguna sebagai salah satu cara membuat klasifikasi. 7

Setiap jenis hanya dibagi ke dalam dua golongan saja, yaitu penegasan dan
penidakan. Dalam penegasan berisikan lingkungan yang benar-benar telah diketahui,
di dalam penidakan tercangkup seluruh lingkungan yang lain. Dengan demikian
manusia maju setapak demi setapak di dalam pengetahuaanya.
Contohnya: membagi jenis binatang kedalam dua golongan, yaitu binatang
berinsang dan tidak berinsang. Binatang tidak berinsang ini dijadikan lingkungan
jenis dan dibagikan lagi kedalam binatang yang menyusui dan binatang tidak
menyusui. Selanjutnya binatang tidak menyusui dijadikan jenis lagi dan dibagi ke
dalam bersayap dan tidak bersayap, begitulah seterusnya.
Kelemahan pembagian dikotomi selain kurang sempurna juga dilihat dari segi
psikologis dan segi politis, karena kadand-kadang disalahgunakan untuk meninggikan
golongan-golongan sendiri dan merendahkan golongan lain. Contohnya masyarakat
feodalitas membagi manusia kedalam golongan bangsawan dan golongan bukan
bangsawan. Begitupula partai Nazi membagi manusia kedalam golongan Aria dan
bukan aria, golongan kedua berhak dijajah oleh golongan pertama dan harus tunduk
kepadanya. 8

 Perbedaan Pembagian dan Penggolongan

7 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.46-48.

8 M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992),
h.41.

xii
Antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah bertentangan.
Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan
penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari individu-individu menuju spesianya.
Pengelompokan barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persamaan
atribut dan perbedaannnya. Barang—barang yang mempunyai persamaan tertentu
dikelompokan ke dalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai
ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan lain pula. 9

Aristoteles berpendirian, bahwa lingkungan golongan hanya sebuah nomina,


sebuah nama saja, tidak dapat ditunjukan wujudnya. Sedangkan realitanya adalah
diri-diri sebagai anggota lingkugan itu dapat ditunjukan wujudnya.
Sebaliknya Plato berpendirian, bahwa lingkungan golongan itu sebuah realita
dengan alasan, bahwa diri-diri itu dapat musnah, tetapi pengertian-pengertian;
manusia, hewan, negaradan bangsa tetap ada, tidak turut musnah bersama dir-diri itu. 10

Manusia itu sebuah lingkungan golongan, di dalam lingkungan jenis hewan.


Golongan manusia itu terdiri atas himpunan diri yang bersamaan bentuk. Sifat yang
memisahkan golongan dari ragam golongan hewan lainnya ialah kempuan berpikir.
Kemampuan berpikir itu yang membuatnya mampu menciptakan ragam peralatan
bagi kebutuhan hidupnya, tidak dijumpai pada golongan hewan lainnya.
Lingkungan golongan itu dapat ditemukan pada setip jenis kebendaan
maupunsetiap jenis pengertian. Negara sebuah lingkungan pengertian, yang
didalamnya termasuk republik Indonesia, republik Filipina, kerajaan Jepang, kerajaan
Thai dan seterusnya. Setiap republik maupun kerajaan itu dipandang kedirian-
kedirian tertentu.
11

Ada dua macam penggolongan, penggolongan alam dan penggolongan


buatan. Penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita,
seperti penggolongan melati, mawar, dan kenanga ke dalam golongan bunga.
Penggolongan buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat.
Dikatakan buatan karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan

9 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.49-50.

10 M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h.42.

11 Joesoef Sou’yb, Logika Hukum Berpikir Tepat, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1983),
h.34.

xiii
tertentu. Contoh dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus,
penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokan barang-barang ditoko.
Penggolongan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin.
Penggolongan, baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan
juga klasifikasi dalam arti sempit.
12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Takrif (al-ta’rif) secara etimologi berarti pengertian atau batasan
sesuatu. Takrif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan)
atau al-had, yaitu

َّ ‫قَ ْو ٌل َدا ٌل َعلَى َما ِهيَ ِة ال‬


‫ش ْي ِئ‬
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”

Sedangkan ta’rif  secara mantiki adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan


maupun lisan, yang dengannya diperoleh yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan
/ diperkenalkan.

2. Ta’rif dibagi menjadi 3 macam, yaitu: ta’rif had (tam dan naqish), ta’rif
rasm (tam dan naqish), dan ta’rif lafadzi.

B. Saran
Makalah ini kami buat memang sangat jauh dari kesempurnaan, oleh sebab
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran pada semua pembaca agar nantinya
makalah   ini bisa diambil manfaatnya sekaligus bisa menjadi bahan kajian atau
bahkan bisa dijadikan bahan untuk dikoreksi.

12 Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.50-51.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyimy, Muhammad Ma’shum Zainy. 2008. Zubdatul Mantiqiyah (teori Berfikir


Logis), (Jombang: Darul Hikmah).

Azka, Darul. 2012.  sulam al-munawraq kanjian dan penjelasan ilmu manti,


(Lirboyo: Santri salaf press).

Baihaqi.. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik. (Jakarta : Darul Ulum Press.
2007)

Djalil, B., 2010, Logika (Ilmu Mantik), (Jakarta : Kencana Predana Media Group.


2010)

Mundiri, Logika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).

Sou’yb Joesoef, Logika Hukum Berpikir Tepat, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1983).

Ali M. Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992).

Baihaqi H. A.K, Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta : Darul Ulum
Press, 2007).
H. A. Djalil Basiq, Logika (Ilmu Mantik), (Jakarta : Kencana Predana Media Group,
2010), h. 18.

xv

Anda mungkin juga menyukai