DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Istiqomah _221310020
AFI 2 A
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwr.wb
Puja dan pujisyukur kamipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan inayah-Nyakepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul“DEFINISI ”ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar logika Makalah ini berisi
kantentangan hal yang berkaitan dengan penjelasan "DEFINISI " Kami menyadari
bahwamakalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik
dan saran sangat saya harapkan dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu kami dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita,amin.
Wassalamualaikum wr.wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
BAB I ................................................................................................................
4. Manfaat penulisan.......................................................................................
BAB II...............................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................
BAB II
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Sebagai ilmu pengetahuan, logika disebut juga dengan logica scientia atau ilmu logika
yang mempelajari pengetahuan, pemahaman, dan kecakapan dalam berpikir secara
tepat, lurus, benar, dan teratur. Kata logis yang sering dipergunakan juga bisa diartikan
sebagai hal yang masuk akal. Dalam buku pengantar logika dasar disebutkan, istilah
logos terkadang mengacu kepada mitos, yaitu hal yang tersembunyi atau hal-hal yang
tidak diketahui.
Melakukan penalaran yang benar atau seseorang disebut dengan karakter
berpikir nalar terlihat dari pemikirannya yang logis dan analitis. Logika digunakan
sebagai metode atau teknik untuk meneliti ketepatan penalaran. Logika mengarah
pada hal yang masuk akal dari cara berfikir, cara hidup, maupun cara bersikap.
Dilihat secara etimologis, kata logika berasal dari Bahasa Yunani yaitu logike
sebagai kata sifat dan logos sebagai kata benda yang berarti pertimbangan akal
pemikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan menggunakan bahasa. Secara
sederhana, perkataan merupakan buah dari pemikiran manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
Skema Mu'arif :
SYARAT-SYARAT TA'RIF
Suatu ta'rif definisi bisa dinilai benar dan diterima apabila memenuhi bebera
persyaratan sebagai beriku!
1,. Ta'rif harus muttharid mun'akis
Artinya, setiap kali mu'arif (definisi) di temukan maka mu'arraf (perkara yang
didefinisikan) juga ditemukan, sehingga mampu menolak masuknya individu lain di luar
cakupan individu-individu perkara yang di ta'rif-i (didefinisikan). Hai ini disebut dengan
mani' (protektif). Dan sebaliknya. setiap kali mu'arraf (perkara yang didefinisikan)
ditemukan maka mu'arif (definisi ) juga ditemukan ,sehingga mampu mengakomodir
satuan individu-individu yang masuk dalam cakupan ta'rif-nya. Hal ini disebut dengan
jami' (universal).
Dengan kata lain suatu ta'rif tidak bersifat lebih umum atau lebih khusu dibandingkan
sesuatu yang di ta'rif-i
Contoh ta'rif yang lebih umum:
( Manusia adalah hewan peng-indra)
Ta'rif ini tidak memenuhi syarat, karena tidak mampu menolak masuknya individu
hewan peng-indra selain manusia, seperti kuda, onta dan lain sebagainya.
Contoh ta’rif yang lebih khusus :
( Manusia adalah hewan yang dapat menulis )
Contoh lain:
Gula adalah benda yang rasanya manis hasil pengolahan tebu. Ta’rif ini tidak memenuhi
syaarat, karena tidak mampu mengakomodir gula kelapa, gula aren dan gula lainnya
yang tidak terbuat dari tebu.
8. Tidak boleh memasukkan lafadz; (atau) dalam ta'rif had , dan boleh
dalam ta'rif rasm.
Artinya memasukkan laladz ;1 yang memiliki makna taqsim (membagi) dan tahyir
(membuat pilihan) ke dalam bagian dari ta'rif Had tidak diperbolehkan. Namun hal ini
diperbolehkan dalam ta'rif rasm ,
Contoh dalam ta'rif had :
•( manusia adalah hewan berakal atau berpikir) .
• manusia adalah hewan yang bisa tertawa atau menangis)
Sedangkan ;AU yang memiliki makna syak (ragu-ragu) dan ibham( menyamarkan)
secara mutlak tidak di perbolehkan masuk pada ta'rif maupun rasm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mu’arrif adalah sesuatu yang dengan mengetahuinya, menjadi sebab mengetahui
perkara yang didefinisikan (mu’arrif). Mu’arrif juga dikenal dengan sebutan ta’rif dan
qaul syarih.
Macam-macam Mu’arif :
1. Had
Had secara etimologi artinya mencagah. Karena ta’rif model had ini mencegah
masuknya selain perkara yang di ta’rif.
2. Rasm
Rasm secara etimologi memiliki arti bekas atau pengaruh (atsar ). Karena dalam ta'rif
model rasm, terdapat khash yang merupakan pengaruh dan petuajuk hakikat.
3. Lafdzi
Ta'rif lafdzi adalah mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain yang
semakna dan menurut pendengar (Sami ) dianggap lebih
dikenal (masrihur).
DAFTAR ISI
Mahrus, K.A. (2012). Sulsam Al-Munawaraq. Kajian dan pembelajaran Iu lmu Mantiq.
Kediri:Santri salaf press