Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEJAK USIA


DINI’’
(Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian 
Karya Ilmiah) 
Dosen Pengampu: 
Dr. Aas Siti Sholichah, M.Pd. 

Disusun Oleh: 
Hasbi Hardiansyah
211310172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM  


FAKULTAS TARBIYAH / SEMESTER II 
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN 2021/2022
KATA PENGANTAR 
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan  hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang  berjudul
“PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI” ini tepat
pada waktunya. 

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi  tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengampu yakni Dr. Aas Siti Sholichah,  M.Pd. pada
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Karya Ilmiah. Selain itu, makalah  ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang akan pentingnya pendidikan karakter
pada anak sejak dini bagi para pembaca dan juga bagi penulis. 

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Aas Siti Sholichah  M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Karya Ilmiah yang telah 
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan  sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. 

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah  membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah  ini. 

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. 
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi 
kesempurnaan makalah ini. 

Tangerang, 25 Desember 2021 


Penyusun 

Hasbi Hardiansyah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
C. Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pendidikan Karakter....................................................................................3
B. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Karakter Yang Terpadu..........................5
C. Pentingnya Karakter Anak Sejak Dini.......................................................6
D. Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Di Sekolah........................8
BAB III.......................................................................................................................10
PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan telah termuat
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim
pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia Terlihat
dengan jelas GBHN mengamanatkan arah kebijakan di bidang pendidikan yaitu:
meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi
secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti
agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan;
memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai
pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi
keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai.
Sementara itu, UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan
Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi,
sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada
pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan
yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak
yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak
usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut
mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan
karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga
pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa
diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua,
pendidikan karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran
PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga,
pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui bentuk-bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter
3. Mengetahui seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini
4. Mengetahui peran guru dalam pendidikan karakteri

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini ialah:
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter ?
2. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran terpadu yang berkarakter ?
3. seberapa penting pendidikan karakter pada usia dini ?
4. Apa saja peran guru dalam pendidikan karakter ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan
masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan
merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai
sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus
mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi
kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1)
afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk
budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang
tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan
mengembang-kan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3)
psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat,
dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations),
dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di
samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang
dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

3
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak
akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini
adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan
kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian
dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan
santun; kelima, dermawan, suka tolongmenolong dan gotong royong/kerjasama;
keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan;
kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan
kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model
pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan
acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat
kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good,
yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa
membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh
kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan
perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good
itu berubah menjadi kebiasaan.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum
adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat
dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Ki Hadjar Dewantara dari Taman Siswa di Yogyakarta bulan Oktober 1949
pernah berkata bahwa “Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban,
budaya, dan persatuan”. Sedangkan menurut Prof. Wuryadi, manusia pada dasarnya

4
baik secara individu dan kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak dan
karakternya yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai apa yang disebut modal
biologis (genetik) atau hasil pengalaman yang sudah dimiliki (teori konstruktivisme),
sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnya diperoleh dari rangkaian pendidikan atau
perubahan yang direncanakan atau diprogram.1

B. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Karakter Yang Terpadu


Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi
pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam
suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari
terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum
terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui
suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga
batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari
terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau
pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin
dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang
berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1. Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan
merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran
2. Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke
konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas
3. Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir,
dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran.
4. Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras
dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil
mengingatkan konsep-konsep yang berbeda.
1
www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-karakter.html

5
5. Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin
yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.

6. Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum.
Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
7. Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir,
sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
8. Integrasi
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata
pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru
dalam model integrasi riil.
9. Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke
dalam pengalamannya.
10. Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan
keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal
dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan.

C. Pentingnya Karakter Anak Sejak Dini


Pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di
karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri
anak bangsa. Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir, bersikap dan bertindak.
Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras,
kreatif.
Berbagai permasalahan yang melanda bangsa belakangan ini ditengarai
karena jauhnya kita dari karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang
sesungguhnya. Sehingga pendidikan karakter menjadi topik yang hangat di bicarakan
belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik

6
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal
I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang
tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta
agama.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini
karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi
pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut
ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka,
bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin,
berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras,
berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat
konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas,
cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria,
komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri,
manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai
kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf,
pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa
kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela
berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil,
sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut
bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan
sejenisnya.
Sejatinya pendidikan karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini.
Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus
dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak
atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30 persen

7
berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan
atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga,
yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah
keluarga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak
sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian
hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan
karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik,
jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk
mengekspresikan diri secara leluasa.2

D. Peran Guru Dalam Pengembangan Karakter Di Sekolah


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang kemudian diimplementasikan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum yang
dirancang untuk memberikan peluang seluas-luasnya bagi sekolah dan tenaga
pendidik untuk melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka mengembangkan
semua potensi yang dimiliki peserta didik, baik melalui proses pembelajaran di kelas
maupun melalui program pengembangan diri (ekstrakurikuler). Pengembangan
potensi peserta didik tersebut dimaksudkan untuk memantapkan kesadaran diri
tentang kemampuan atau life skill terutama kemampuan personal (personal skill)
yang dimilikinya. Termasuk dalam hal ini adalah pengembangan potensi peserta didik
yang berhubungan dengan karakter dirinya.
Dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi
yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau
menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi
peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa,
sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan
demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan
transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus
dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan
dinamis. Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi

2
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pentingnya-pendidikan-
karakter-pada-anak-sejakusia-dini/

8
guru untuk memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan
pendidikan karakter peserta didik di sekolah, sebagai berikut:
1. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya
menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi
guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing,
memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan
dan menemukan sendiri hasil belajarnya.
2. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut
untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada
materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam
hubungannya dengan ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan
dalam proses pembelajaran.
3. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan
pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. Para guru (pembina program) melalui
program pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-
kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan
yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik.
4. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya karakter peserta didik. Lingkungan terbukti sangat berperan penting
dalam pembentukan pribadi manusia (peserta didik), baik lingkungan fisik maupun
lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-
fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan
pengembangan pendidikan karakter peserta didik.
5. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
pengembangan pendidikan karakter. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah
menempatkan orang tua peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara
sumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang
dilaksanakan di sekolah.
6. Menjadi figur teladan bagi peserta didik. Penerimaan peserta didik terhadap
materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantung
kepada penerimaan pribadi peserta didik tersevut terhadap pribadi seorang guru. Ini
suatu hal yang sangat manusiawi, dimana seseorang akan selalu berusaha untuk
meniru, mencontoh apa yang disenangi dari model/pigurnya tersebut. Momen seperti
ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi seorang guru, baik secara langsung
maupun tidak langsung menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri pribadi peserta

9
didik. Dalam proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai karakter tidak hanya dapat
diintegrasikan ke dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi juga pada prosesnya.
Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam konteks sistem pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan
karakter peserta didik, Guru harus diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat
yang sebenarnya, yaitu sebagai pengajar dan pendidik, yang berarti disamping
mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendidik dan mengembangkan kepribadian
peserta didik melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.3

https://www.academia.edu/38144829/
3

Makalah_Peranan_Guru_Dalam_Pembentukan_Karakter_Anak_Usia_Dini.docx

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian pendidikan karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all
dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu
perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
2. Bentuk-Bentuk pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat
diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1. – Fragmentasi
2. - Koneksi
3. - Sarang
4. - Rangkaian/Urutan
5. - Patungan
6. - Jala-jala
7. - Untaian Simpul
8. - Integrasi
9. - Peleburan
10. - Jaringan
3. Pendidikan karakter pada anak usia dini di nilai sangat penting karena anak-
anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter
anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di
kemudian hari. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi
sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen
variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun.

11
Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20 persen
sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Pada usia inilah proses
pendidikan karakter di mulai proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi
pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut
ajaran budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka,
bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin,
berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan keras,
berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat
konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdas,
cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria,
komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri,
manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai
kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf,
pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa
kasih sayang,rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela
berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil,
sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut
bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan
sejenisnya.
4. Peran guru dalam pendidikan karakter untuk peserta didik di sekolah ialah ,
guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok
yang bisa ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber
inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan perilaku seorang guru sangat
membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi
cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas
manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri
sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis,
harmonis, dan dinamis.

B. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh
karena itu Prnulis sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca dan dosen pembimbing , agar dalam pembuatan makalah ke depannya
dapat lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pentingnya-pendidikan-
karakter-pada-anak-sejakusia-dini/

https://www.academia.edu/38144829/
Makalah_Peranan_Guru_Dalam_Pembentukan_Karakter_Anak_Usia_Dini.docx

www.maxmanroe.com/vid/umum/pendidikan-karakter.html

13

Anda mungkin juga menyukai