Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU MANTIQ

TENTANG
ILMU DAN DILALAH

OLEH:
KELOMPOK 2

ADINDA GUSNITA : 2230302004


ABDULLAH AZZAM : 22303020

DOSEN PENGAMPU:
Yuli Sabri.,MA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "pengertian Al-Dilalah dan
pembagiannya".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Batuangkar, 26 Maret 2022

Pemakalah

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

A.Latar Belakang.......................................................................................................................3

B.Rumusan Masalah..................................................................................................................3

C.Tujuan.....................................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

A. PENGERTIAN ILMU..........................................................................................................4

B. PEMBAGIAN ILMU............................................................................................................4

C. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM DILALAH......................................................6

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Akal, suatu sarana super canggih, dikaruniai tuhan hanya kepada manusia,tidak kepada
mahluk lainnya. Dengan akal manusia dapat memahami sesuatuyang belum diketahuinya,
atau memahami lebih mendalam lagi sesuatu yang sudah diketahuinya baik tentang dirinya
maupun hakikat alam dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.Akan tetapi hasil
pemikiran manusia meskipun dengan menggunakan akal,tidak selalu benar. Hasil
pemikirannya kadang-kadang salah meskipun ia telah bersungguh-sungguh berupaya mencari
yang benar. Kesalahan itu bisa sajaterjadi tanpa tersengajakan olehnya. Jika hal itu memang
terjadi maka ia telahmendapat pengetahuan yang salah meskipun ia yakin akan
kebenarannya.Oleh karena itu, supaya manusia teramankan dari kekliruan berfikir
danterselamatkan dari mendapat kesimpulan yang salah. Disusunlah kaidah-kaidah berfikir
atau metodologi berfikir ilmiah. Kaidah itu dapat dipakai dalamkegiatan berfikir sehingga ia
diharapkan akan mencapai kesimpulan yang benar. Kaidah-kaidah tersebut telah tersusun
dalam ilmu manti.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Al-Dilalah

2.Apa saja pembagian Al-Dilalah.

C.Tujuan

1. Dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian Al-Dilalah

2. Dapat mengetahui apa-apa saja pembagian dari Al-Dilalah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU

Ilmu, adalah satu lafadz yang mempunyai pengertian ganda, pertama, berarti apa yang
diketahui (Al-ma'rifah), yakni dipercayai dengan pasti dan sesuai dengan kenyataan yang
muncul dari satu alasan argumentasi yang disebut dalil. kedua, yang berarti gambaran yang
ada pada akal tentang sesuatu. Seperti, kuda, kambing, dan sebagainya. Dengan menyebut,
atau mendengar lafadz tersebut, dengan sendirinya muncul gambaran pada akal. Lafadz yang
ada gambaran dalam akal inilah yang disebut dengan Tasawur Ilmu, di antara fungsinya
adalah, menyelusuri sesuatu itu sesuai dengan kenyataan atau tidak.

Dalil I yang dipelajari untuk mengetahui sesuatu itu sesuai dengan kenyataan atau tidak,
itulah yang disebut Man- tiq. Dengan itulah dapat diketahui ilmu tadi benar atau ti dak. Ketika
benar karena sesuai dengan kenyataan, maka dikatakan benar atau sidik. Ketika sebaliknya
salah maka disebut batil. Namun walaupun demikian tetap dalam kategori ilmu. Karena
mantiq sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu
pengarahan man- tiq, maka karena itulah ilmu mantiq dikatakan ilmu segala yang benar atau
sering disebut bapak dari segala ilmu.

B. PEMBAGIAN ILMU

Ilmu yang telah kita sebut sebelumnya, baik yang sesuai dengan kenyataan atau tidak,
tentu memerlukan gambaran apa adanya yang ada dalam akal tanpa membebani dengan si- fat
atau hukum lain. Gambaran itulah yang disebut Tasawur.

Tasawur ada dua macam:

Pertama, tasawur yang tampak penisbahan hukum (yakni berdiri sendiri) atau tunggal/mufrad.
Yang demiki an dinamakan tasawur Asli (Sadz).

4
Kedua, tasawur yang mempunyai nisbah hukum yang demikian dinamakan Tasdiq

1. Tasawur Asli meliputi 3 bentuk:

a. Bentuk Makna Mufrad, seperti: manusia, kayu, batu, besi, dan lain-lain.

b. Bentuk Murakkab, idhafah, seperti: kebun binatang, kembang sepatu, dan lain-lain.

c. Bentuk Sifat-sifat Murakkab, seperti: hewan yang berpikir, Muhammad yang berakal,
dan lain-lain.

Tasawur yang mempunyai nisbah hukum seperti: manusia itu penulis, bunga itu bagus.
Yang dimaksud hukum di sini adalah, tersandarnya sesuatu pada yang lain, (bisa bentuk ijab
atau mujabah, bisa bentuk salibah). Kedua contoh di atas (manusia itu penulis dan bunga itu
bagus) disebut jumlah tashdiqiyah yang terdiri dari:

a. Maudhu', yakni Mahkum Alaih atau musnad ilaihi.

b. Mahmul, yakni Mahkum Bih atau musnad bih.

c. Al-nisbah al-Hukumiyah, yakni, hubungan antara Mah- kum alaih dengan mahkum
bih.

"Hukum dalam ilmu mantiq, bukanlah hukum yang disebut dalam mu bukum atau kitab-kitab
fiqh. Seperti: Ali duduk. Delam ilmu mantiq duduk di sini adalah hukum yang dikenakan pada
Ali.

Sebagian pakar menerangkan "hasil yang diusahakan oleh akal pikiran yang dengan akal
pikiran itu dapat diperoleh hakikat yang tunggal (mufrad).

2. Al-Hukmu, yakni adanya penisbahan atau tercabutnya (tidak adanya).

Keempat hal tersebut tidak boleh tidak ada, dalam pentasdikan. Sedang maudhu', mahmul, dan
nisbah menjadi syarat adanya hukum.

5
Selanjutnya, di samping yang tersebut, baik tasawur atau tasawur nisbah, tidaklah keduanya
badihi (mudah), atau nadzari (susah), sebab kalau keduanya mudah tentu kita menjadi bodoh
atau sesat. Demikian juga kalau ke- duanya susah, tentu kita akan berputar-putar (tasalsul).

Badihi adalah sesuatu yang untuk mencapainya tanpa memerlukan susah payah seperti empat
itu adalah separuh dari delapan, atau bumi itu lebih rendah dari langit.

Nadzari adalah sesuatu yang untuk mencapainya harus dengan bersusah payah. Seperti
bagaimana kecepatan bumi berputar sedang kita di atasnya tidak bergerak. Bagaimana bumi
berputar kok air di atasnya tidak tumpah.

C. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM DILALAH

Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yakni daala-yadulu-dilalah artinya
petunjuk atau yang menunjukkan. Dalam logika (ilmu mantiq) berarti, satu pemahaman yang
dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain. Sebagai contoh, seperti adanya asap di balik bukit,
berarti ada api di bawahnya. Dalam hal ini api disebut madlul (yang ditunjuk/yang
diterangkan). Sedangkan asap disebut dul/dalil (yang menunjukkan/petunjuk).

Dilalah terbagi dua:

Pertama, dilalah lafaziyah,' kedua, dilalah ghairulafd- ziyah, masing-masing terbagi pada tiga
macam yaitu:

1. Dilalah Lafdziyah

Dari sisi cakupannya ada tiga macam:

a. Dilalah lafaziyah aqliyah, yakni dilalah yang dibentuk akal. Sebagai contoh, seperti
adanya suara dibalik tembok menunjukkan adanya orang di sana. Karena akal menetapkan
bahwa mustahil ada suara orang tanpa ada orangnya.

b. Dilalah lafaziyah Thabi'iyah, yakni dilalah bentuk lafadz yang dibentuk/terbentuk secara
alami, seperti suara mengerang, menunjukkan ada yang sakit. Karena secara alami/thabi
mustahil orang mengerang bila, tidak sakit.

6
c. Dilalah lafdziyah wadh 'idiyah, yakni dilalah bentuk lafadz yang dibentuk atau dibuat
oleh manusia, seperti manusia sebagai hewan yang berpikir, Karena mustahil lafadz-
lafadz tersebut terbentuk dengan sendirinya, kalau bukan dibuat oleh manusia.

2. Dilalah Ghairu Lafdziyah:

Sebagaimana dilalah lafd-iyah, dilalah ghair lafdiyah juga dari sisi cakupannya ada tiga
macam:

a. . Dilalah Ghairu Lafdziyah Aqliyah, yakni dilalah yang bukan lafadz dibentuk atau
terbentuk oleh akal, seperti adanya perubahan itu karena alam itu baru (dengan dalil tiap
alam itu berubah, sedangkan tiap yang berubah itu baru). Maksudnya, yang menentukan
yang demikian itu adalah akal, tetapi tidak dalam bentuk lafadz.

b. Dilalah Ghairu Lafdziyah Thabi'iyah, yakni dilalah yang bukan lafadz dibentuk/terbentuk
secara Thabi'i. Seperti merahnya wajah menunjukkan ia sedang marah. Maksudnya, yang
menentukan yang demikian bukan akal tetapi tabiat memang demikian, dan ia bukan
berbentuk lafadz.

c. Dilalah Ghairu Lafdziyah Wad'iyah, yakni dilalah yang bukan lafadz yang
terbentuk/dibentuk oleh manusia, seperti merahnya lampu di prapatan, menunjukkan
dilarang lewat. Maksudnya, yang menentukan yang demikian bukanlah akal dan bukan
tabiat manusia, tetapi ciptaan sekelompok manusia, karenanya beda wilayah atau negara,
bisa berlainan atau tidak sama.

Di sini perlu dicatat bahwa, dilalah ghairulafdziyah tidak menjadi fokus bahasan Logika
atau Ilmu Mantiq, yang men- jadi bahasannya Logika (Ilmu Mantiq) adalah Dilalah Lajdzi-
yak, terutama yang Wadiyah. Di mana dilalah lafdziyah dari sisi kandungan maknanya, juga
terbagi tiga macam:

1. Mutabiqiyah yakni dilalah (petunjuk) suatu lafadz yang menunjukkan kepada satu makna
yang lengkap, seperti kata rumah menunjukkan meliputi bagian-bagiannya, termasuk
dinding, atap, pintu, dan lain-lain."

7
2. Tadhamumiyah yakni dilalah yang menunjukkan terkadang keseluruhan dan terkadang
sebagiannya, seperti kata rumah terkadang yang ditunjukkan seluruhnya dan terkadang
sebagiannya.

3. Iltizamiyah yakni dilalah lafadz yang menunjukkan keluarnya makna suatu lafadz dari
maknanya yang asli, Namun terikat dengan kandungan lafadz, seperti kata daging babi, di
sana tetap/telah tercakup makna lemak, daging, tulang dan lain sebagainya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djalil,Basiq. (2009). LOGIKA (ilmu mantiq). Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP

Suprayadi,Maryus. (2020), MANTIQ MILENIAL. Indramayu:PENERBIT ADAB

Anda mungkin juga menyukai