Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ILMU LOGIKA

DILALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Logika
Dosen Pengampu: Ahmadi, S.Th.I, M.Ag.

Oleh:
Rizal Maulana
Semester: I (IQT)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DIROSAT AL-ISLAMIYAH
AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA
TAHUN AKADEMIK 2021-2022 M
PENDAHULUAN
Tidak diragukan lagi bahwa adanya pemikiran yang logis telah ada terlebih dahulu
daripada ilmu logika sendiri, karena logika sebagai ilmu pasti mengambil sumber dan
konsepnya dari bentuk pemikiran manusia yang logis. Karena sebab inilah, maka banyak
sekali orang yang mampu berfikir secara logis dan sistematis namun tidak menggunakan
atau menguasai ilmu logika. Artinya banyak orang yang menggunakan dan
memanfaatkan metode berfikir logis tanpa harus menggunakan ilmu logika itu sendiri,
tetapi menggunakan naluri alamiah saja. Berdasarkan kenyataan ini, maka saya tidak
dapat menyebutkan dengan tepat sejak kapan manusia itu mampu berfikir logis, karena
pada dasarnya naluri manusia menghendaki untuk berbuat dan berfikir secara logik.
Berkaitan dengan logika sebagai ilmu untuk menjaga manusia agar tetap berfikir lurus
sesuai dengan nalurinya ini, Ibn Sina mengatakan: “Yang dimaksud dengan ilmu logika
(manthiq) adalah alat yang berisikan kaidah-kaidah untuk menjaga manusia dari
ketergelinciran dalam berfikir.

Kaidah-kaidah logika merupakan aturan-aturan berfikir yang terpatri dalam hati


manusia untuk menjaga dari kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu (istidlal).
Dikarenakan fungsinya yang menjaga fikiran dari kesesatan inilah Ibn Khaldun (w. 808
H) dalam Muqaddimah menyebutnya dengan istilah “pembatas pemikiran” (al-dlabithah
al-fikriyah). Menurut Ibn Khaldun manthiq adalah sesuatu yang menjaga dan meluruskan
naluri berfikir sehingga sesuai antara substansi dengan bentuknya.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-macam Dilalah


Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yakni daala-yadulu-
dilalah artinya petunjuk atau yang menunjukkan. Dalam logika (Ilmu mantiq)
berarti, suatu pemahaman yang dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain.
Dilalah adalah kata-kata ataupun tanda-tanda yang memberi isyarat serta
mengandung makna yang menunjukkan suatu pengertian.
Dilalah di bagi menjadi dua:
1. Dilalah Lafdziyah
Dilalah lafdhiyah merupakan tanda atau simbol yang berlafadz, baik
berupa bunyi, suara, maupun dalam bentuk tulisan. Dilalah lafdhiyah ini
dibagi menjadi tiga:
a. DILALAH THOBI’IYAH (Alamiah)
Yaitu lafadz yang secara alamiyah menunjukaan suatu pengertian,
seperti: aduuh, hahahah, Dsb.
b. DILALAH WADL’IYAH (Buatan)
Yaitu lafadz yang sngaja dibuat untuk memberi pengertian kepada
orang lain, seperti: Hati-hati, sering terjadi kecelakaan!, No, Smoking!
c. DILALAH AQLIYAH (Rasional)
Yaitu lafadz yang dapat dimengerti seetelah dipikir lebih dahulu,
seperti: keributan dalam ssebuah rumah, teriakan di malam buta, Dsb.
2. Dilalah Ghoiru Lafdiyah
Dilalah ghoiru lafdziyah merupakan dilalah yang tidak berlafadz,
tetapi hanya berupa tanda dan isyarat untuk memberikan pengertian
kepada orang lain. Dilalah ghoiru lafdhiyah dibagi menjadi tiga pula:
a. DILALAH GHOIRU LAFDHIYAH THOBI’IYAH
Yaitu merupakan tanda, isyarat, keadaan, lambang, yang secara
alamiah dapat dimengerti orang, seperti: muka pucat, mata merah,
gemetar, menggigil Dsb.
b. DILALAH GHOIRU LAFDHIYAH WADL’IYAH
Yaitu merupakan tanda, isyarat, keadaan, lambang, yang secara
sengaja dibuat agar dapat dimengerti orang, seperti: rambu-rambu lalu
lintas, tanda jejak, semaphore, Dsb.
c. DILALAH GHOIRU LAFDHIYAH AQLIYAH
Yaitu tanda, isyarat, ataupun jejak yang bisa dimengerti orang lain
setelah difikirkan terlebih dahulu, seperti: barang berserakan di dalam
kamar, bekas kaki di tembok, Dsb.

Dilalah lafdziyah wadl’iyah dibagi menjai tiga macam lagi:


1. DILALAH LAFZHIYAH WADL’IYAH MUTHOBAQIYAH
Yaitu suatu lafadz yang sengaja dibuat untuk memberi pengertian bagi
orang lain mengenai arti keseluruhan atau makna sepenuhnya sesuai
dengan kenyataannya. Misalnya:
- Belikan saya sebungkus rokok
- Disini akan dibangun sebuah pesantren
2. DILALAH LAFZHIYAH WADL’IYAH ILTIZAMIYAH
Yaitu suatu lafadz yang sengaja dibuat untuk memberi pengertian
mengenai sesuatu yang pasti ada pada lafadz itu tetapi tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Namun sudah lazim dipergunakan.
Misalnya: mau ke dokter, sikat saja Dsb.
3. DILALAH LAFZHIYAH WADL’IYAH TADLOMUNIYAH
Yaitu lafadz yang sengaja dibuat untuk memberi pengertian mengenai
sesuatu yang menunjukkan sebagian saja dari arti sebenarnya, misalnya:
- Mau nambal ban
- Ngecat rumah

Anda mungkin juga menyukai