A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia selalu saja berhadapan dengan ragam persoalan dan
permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Menggunakan dimensi akal dalam
berpikir untuk menemukan solusi dari sebuah permasalahan sejatinya bukan sesuatu
yang mudah. Akan tetapi optimalisasi fungsi akal dalam berpikir sudah pasti akan
memberikan jawaban dari ragam permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Ragam
sudah pasti berkeinginan untuk segera mengakhirinya atau menemukan jawaban dan
solusinya. Obsesi untuk segera keluar dari masalah yang dihadapi seringkali membuat
Islam sebagai agama yang komperhensif juga tidak abai terhadap aktifitas berfikir
pada diri manusia. Hal ini dapat dilihat dari sumber primer agama Islam yakni al-
tersebut terdapat pada kosa-kata al-Qur’an seperti sebutan ulil albab,1 yang istilah ini
1
Lihat: Q.S. Ali Imran ayat 190
1
Dalam ilmu logika, berfikir menjadi perbedaan yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hal ini sebagaimana yang umum dipahami oleh setiap
penuntut ilmu bahwa manusia diinterpretasikan sebagai hewan yang berakal atau
Sejatinya aktifitas berfikir ini dimiliki oleh semua manusia, akan tetapi kadar
kemampuan berfikir pada setiap orang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, hal
kemampuannya dalam berfikir. Dengan demikian, dalam tulisan ini penulis akan
mendeskripsikan tentang apa itu berpikir, proses berpikir dan problem solving ditinjau
dari berbagai teori dan khususnya perspektif Islam yang menjadi pokok tulisan ini.
Kemudian bagaimana proses berpikir dan problem solving dan apa saja faktor yang
mempengaruhi keduanya dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam berpikir
dan problem solving tersebut. Dan keseluruhan pembahasan dalam tulisan ini akan
2
B. PENGERTIAN DAN PROSES BERFIKIR
1. Pengertian Berpikir
Berpikir merupakan fitrah alami yang dimiliki oleh manusia, sejatinya setiap
berpikir, tentu tidak terlepas dari pengertian secara umum dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia. “Berpikir” berasal dari kata “pikir” yang dalam KBBI
diartikan dengan akal, budi, ingatan, angan-angan.2 Sementara itu kata “berpikir”
penyebutan dan pemahaman makna bahasa sebagaimana hal ini, sangat biasa
terjadi disebabakan besar kemungkinan adanya serapan bahasa Arab pada bahasa
Indonesia, dan ini wajar saja ketika melihat catatan panjang sejarah Indonesia
lampau. Sementara itu dalam bahasa Inggris “pikir” disebut dengan kata
pengertian yang serupa namun digunakan pada penggunaan kata yang berbeda
pada kalimat.5 Dari tiga pendekatan bahasa di atas, terlebih ketika merujuk kepada
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/pikir.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ibid.
4
Ahmad Warson Munawir, Al Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, cet. ke-14 (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997) h. 1068
5
John. M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, Third Edition, (Jakarta: Gramedia,
1989) h. 428
3
sebuah aktifitas yang melibatkan akal untuk menghasilkan dan menentukan
Para ahli filsafat juga tidak luput dari mengemukakan pengertian dari
merupakan sebuah aktivitas. Aktivitas yang dimaksudkan oleh Plato ini adalah
ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya
berpikir adalah sebagai suatu proses assosiasi saja. Sedangkan kaum fungsionalis
6
Lihat: Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) h. 54
7
Pendapat ini dikemukakan oleh Drever (dalam Walgito, 1997) yang dikutip oleh Khodijah, 2006.
Lihat: Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 229.
8
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 229.
9
Ibid, h. 229
10
Sobur, 2009 dalam Nurussakinah Daulay, Pengantar Psikologi dan Pandangan Al Qur’an tentang
Psikologi, cet. Ke 2 (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2019) h. 160
4
Dari serangkaian defenisi yang dikemukakan para ahli di atas penulis dapat
memahami bahwa berfikir itu adalah sebuah aktifitas internal pada diri seseorang
mengembangkan ide, gagasan dan konsep yang ada di dalam diri seseorang.
Dalam perspektif Islam, terma berpikir terdapat pada banyak ayat dalam al-
Artinya:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali
Imran: 190-191).
Ayat ini mendeskripsikan tentang i’tibar pada penciptaan Allah pada alam ini
yakni langit dan bumi, dan orang-orang yang dapat mengambil I’tibar itu adalah
mereka yang digelari dengan ulul albab. Dalam ilmu munasabah ayat, ayat
alam ciptaan Allah dalam segala keadaan dan kondisi. Ulama tafsir
mengemukakan bahwa ulul albab adalah dzawil ‘uqul yakni orang-orang yang
11
Ahmad ibn Muhammad As-Showi, Hasyiyah as-Showi ala Tafsir al-Jalalin, (al-Haramain,tt) h. 260-
261
5
Keterangan di atas memberikan pemahaman bahwa para ulul albab adalah
mereka yang memaksimalkan potesnsi akal dan pikirannya dalam mentelaah dan
mengkaji ayat-ayat kauniyah Allah yang tersebardi semesta ini. Dimensi berpikir
yang dikuatkan dalam penjabaran ayat di atas seolah menegaskan, bahwa aktifitas
berpikir adalah pondasi dasar kehidupan manusia, jauh sebelum adanya disiplin
ilmu yang mentelaah aktifitas berpikir secara psikologis, al Quran sebagai dasar
primer agama ini telah menyajikan kabar terkait urgensi berpikir dalam hidup
sehingga al Qur’an menyebut mereka dengan ulul albab yakni mereka yang penuh
dengan keistimewaan.
secara substansial aktifitas berpikir inilah yang menjadi pembeda antara manusia
dan hewan.
Bahkan dalam Al Qur’an banyak sekali terma yang menukilkan dan mengajak
berpikir bahkan ada 100 ayat dalam Al Qur’an yang berkaitan erat dengan
berpikir. Perintah berpikir diantaranya dapat ditemui dalam Al Qur’an pada surah;
Al Baqarah:2; Al Baqarah: 266; Ali Imran: 65; Ali Imran: 118; Al An’am: 32 dan
sebagainya.
Dalam anatomi tubuh manusia, sarana berpikir adalah adalah akal yang Allah
berikan dalam otak. Akan tetapi sejatinya berpikir dalam pandangan Islam adalah
6
kinerja ruh. Ruh Allah tiupkan ke dalam jasad manusia yang dengan ruh tersbut
berfungsinya segala perangkat tubuh termasuk otak. Oleh karena itu otak hanya
sesuatu adalah ruh yang ada dalam diri manusia. Hal ini juga disampaikan oleh
Prof. Syaiful Akhyar dalam seminar makalah ini sebelum dilakukannya revisi atau
perbaikan, beliau menegaskan fungsi otak untuk berpikir adalah sarana semata,
sementara hakikatnya yang berpikir itu adalah ruh. Sementara berfikir dalam
menggunakan potensi akal dan hati untuk mentelaah sesuatu akan tetapi memiliki
adalah Al Ghazali. Imam Al Ghazali adalah salah seorang ilmuan muslim yang
dikenal dengan Hujjatul Islam pelekatan gelar ini kepada Al Ghazali bukan tanpa
dasar. Hujjatul Islam yang memberikan pengertian bahwa Al- Ghazali merpakan
kebenaran Islam dengan argumentasi yang sulit untuk terbantahkan. Dalam dunia
dikenal dalam bidang ilmu tasawuf dan belakangan dikenal sebagai pemikir
Islam. Terkait konsep berpikir, Al Ghazali dalam karyanya yang fenomenal yakni
7
hati agar dapat membuah dari keduanya akan buah yang ketiga.12 Dari pengertian
ini dapat dipahami bahwa menurut Al Ghazali berpikir itu menghadirkan dua
baru.
Setelah melalui tahapan mencari esensi dari berpikir, maka pada bagian ini
akan dijabarkan tentang bagaimana jenis, tipe dan pola berpikir. Seperti yang
diketahui, bahwa berpikir adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap individu, akan
tetapi cara berpkir masing masing individu terdapat perbedaan. Para ahli telah
merumuskan berbagai jenis dan pola berpikir, diantaranya adalah Morgan dkk
(1986) yang dikutip oleh Khodijah dalam Syaiful Akhyar Lubis mengemukakan
a. Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi
mimpi.
masalah.13
Sementara itu tipe berpikir menurut De Bono (1989) dalam Syaiful akhyar
Lubis mengemukakan bahwa berpikir memiliki dua tipe yakni, berpikir vertikal
12
Al Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, terj. Faizan (Semarang: Asy-Syifa, 1994) h. 228
13
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 230.
14
Ibid, h. 230.
8
menggunakan hanya informasi yang relevan. Sementara berpikir lateral
(divergen) adalah tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi
bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat
menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beebrapa
Berikutnya ada pola berpikir yang dikemukakan oleh beberapa ahli, adalam
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa, berpikir memiliki jenis, tipe dan pola
kebahasaan dapat dipahami perbedaan diantaranya bahwa jenis berpikir itu lebih
di atas terdapat dua jenis yakni langsung dan autistik. Kemudian tipe, tipe berpikir
lebih tepat dipahami dengan pendekatan kebahasaan adalah corak atau model
15
Ibid, h. 230.
16
Ibid, h. 231.
9
4. Proses Berpikir
Proses berpikir atau jalan untuk berpikir pada dasarnya ada tiga tahapan yang
a. Pembentukan Pengertian
- Menanalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis atau unsure satu
ciri mana yang sama dan mana yang tidak sama. Cirri mana yang selalu
ada dan yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan amna yang tidak
hakiki.
membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan menangkap ciri-ciri yang hakiki.
b. Pembentukan pendapat
17
Sumadi Suryadibrata dalam Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul
Ulum, (Medan: Perdana Publishing, 2021) h. 232-233.
10
adalah dengan meletakkan hubungan antara dua pengertian yang dapat dibuat
- Pendapat menolak, yakni dengan tidak menerima ciri dari suatu hal,
misalnya saya tidak setuju, Amir tidak rajin
- Pendapat menerima/mengiyakan, yakni menerima bahwa sifat dari sesuatu
hal. Misalnya Amir itu pandai
- Pendapat asumtif, yakni mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
suatu sifat pada suatu hal. Misalnya anda mungkin salah mengerti, saya
barangkali keliru.18
Dalam proses berpikir, harus dipahami bahwa, rentetan senarai alur berpikir
di atas, mulai dari jenis, cara, dan proses berpikir, memberikan gambaran dan
yang dihasilkan.
Problem berasal dari bahasa Inggris yang kemudian diadopsi dalam istilam
problem solving yang sudah umum dikenal oleh mayoritas pelajar di Indonesia.
Problem atau masalah yang diapahami disini adalah adalah segala sesuatu yang
18
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1990) h. 32
19
Sumadi Suryadibrata dalam Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Perspektif Wahdatul Ulum,
(Medan: Perdana Publishing, 2021) h.233
11
timbul apabila ada konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka
Istilah problem solving diartikan sebagai suatu proses mental dan intelektual
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.21
adalah sesuatu yang muncul karena adanya konflik antara satu keadaan lainnya.
Dan menurut hemat penulis masalah dapat membuat sesuatu yang berjalan dengan
semestinya akan terganggu dengan adanya masalah tersebut. Dan harus ada upaya
untuk menemukan solusi dari konflik tersebut. Proses dalam upaya memecahkan
Dalam perspektif Islam masalah dan solusinya dideskripsikan Allah dalam al-
Qur’an pada beberapa tempat. Diantaranya Q.S. al-Insyirah ayat 5-6 yang artinya:
dipahami tiga poin yakni, setiap kesulitan ada kemudahan yang mengiringinya,
kedua setelah selesai satu persoalan harus tetap optimis dalam hal lainnya, dan
ketiga adalah melabuhkan harapan kepada Tuhan sang pencipta. Menurut hemat
problem solving dalam ranah agama Islam. Ketika ada kesulitan yang notabene
20
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi,1980) h. 181
21
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 234
12
2. Prinsip Problem Solving
jalan keluar.
proses evaluasi ide; sebab yang akhir ini menghambat yang pertama.
g. Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan. Tujuan situasi
masalah, maka situasi masalah itu bisa berubah menjadi situasi pilihan.
kurang obyektif.22
Menurut perspektif Islam, prinsip problem solving dapat ditelaah dari firman
22
Kartini Kartono, Bimbingan dan dasar-dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985) h. 142-143
13
Artinya :
“Maka berkat Rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah dan
mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad maka
bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang orang yang
beratwakal. (Q.S. Ali Imran: 159)
persoalan, dalam perspektif tulisan ini adalah problem solving. Prinsip yang dapat
a. Kasih sayang. Prinsip ini mendasari semua prinsip dalam agama Islam. Selain
agama Islam adalah rahmat atau kasih sayang. Pemecahan masalah yang
c. Musyawarah. Prinsip ini merupakan dasar dari pencarian solusi atas sebuah
d. Tekad. Prinsip tekad yang kuat untuk memecahkan masalah tercermin dalam
ini. Dan tekad untuk menjalankan solusi dari persoalan tersebut juga tampak
14
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PROSES PROBLEM
SOLVING
Setiap sesuatu pasti ada faktor yang turut mempengaruhi sesuatu tersebut. Tidak
terlepas juga dalam hal problem solving. Menurut Rahmat dalam Syaiful Akhyar Lubis
terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses dalam problem solving. Faktor tersebut
adalah motivasi, kepercayaaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi.23
Syaiful Akhyar Lubis mengutip Fitri Bona dalam tulisannya menambahkan faktor
kedewasaan sebagai faktor selain empat faktor tersebut. Ada keterkaitan antara
kedewasaan dan problem solving. Hubungan tersebut ialah apabila seseorang telah
a. Versi Barat
mungkin; (4) Mengevaluasi hipotesis; (5) Jika hipotesis tidak dapat berhasil, maka
Kesimpulan.25
23
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 235
24
Ibid, h. 236
25
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991) h. 95
15
Masalah; Menentukan Alternatif Pemecahan; (4) Mengidentifikasi Akibat atau
b. Perspektif Islam
hatio dan mendamaikan hati. Penulis memahami apabila hati seseorang damia
maka apapun persoalan akan mudah untuk dicarikan jalan keluarnya. Praktik
pendamaian hati di atas juga dapat dikatakan menanamkan nilai dalam sendi
kehidupan. Sehingga apapun yang dialami tentu akan dapat diseselsaikan. Bahasa
sederhananya adalah apabila pondasi beraga stabil maka segala sesuatunya akan
stabil pula. Terkait langkah-langkah di atas, juga sesuai dengan apa yang pernah
Artinya:
26
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 237
27
Ibid., h. 245
16
“Ada lima macam obat penawar hati: bergaul dengan orang sholih, membaca
al-Qur’an, mengosongkan perut, qiyamullail, dan bertadharru’ hingga waktu
shubuh”28
bahwa yang dimaksud dengan mbergaul dengan orang shalih adalah termasuk
menjelang shubuh.29
sangat structural dari sudut pandang keilmuan. Akan tetapi sistematika langkah
yang disusun dan dikemukakan oleh ilmuwan Barat sama sekali tidak menyentuh
aspek nilai di dalamnya. Secara integrasi ilmu pengetahuan, Islam sejatinya tidak
menolak struktur keilmuan Barat, hal ini dikarenakan posisi ilmu dalam Islam
tidak memiliki dikotomi karena bersumber dari yang satu yakni sang Khalik.
Akan tetapi apa yang sudah dirumuskan oleh ilmuan Barat perlu penyempurnaan
dengan menyandingkan konsep Islam dalam rumusan yang sudah ada sehingga
terdapat muatan nilai dalam teori keilmuan yang sudah dirumuskan. Dan nilai
Kerangka berpikir dalam problem solving Sebagaimana yang telah dikutip oleh
M. Arifin (Arifin : 1994, 46-49) mengemukakan pendapat Floyd L. Ruch, siapa saja
28
Lihat: Muhammad Nawawi Bin Umar al Jawi, (Syarah Nashoihul Ibad) Bab. 5, Maqolah 14, h. 34
29
Ibid., h. 34-35
17
melalui tahapan sebagai berikut; (1) Memperhatikan terhadap problema yang
pemecahan yang disarankan oleh pikirannya; (5) Mencoba lagi, dan kemudian
memperbaiki pola pemecahan objektif.30 Budi Suanda dalam Syaiful Akhyar Lubis
menyatakan ada tujuh kerangka berpikir dalam problem solving, yaitu: Originalitas,
Informasi, Orientasi kepada orang lain, memperbaiki jadwal dan program kerja.31
30
M.Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1994) h. 46-49
31
Syaiful Akhyar Lubis, Konseling Pendidikan Islami Perspektif Wahdatul Ulum, (Medan: Perdana
Publishing, 2021) h. 245-246
18
G. KESIMPULAN
1. Berfikir itu adalah sebuah aktifitas internal pada diri seseorang dengan segenap
2. Jenis berpikir, yaitu : Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir
pribadi. Contohnya mimpi. Dan berpikir langsung (direct thinking) yaitu berpikir
untuk memecahkan masalah. Tipe berpikir ada dua yakni; Berpikir vertikal
(konvergen) dan berpikir lateral (divergen). Pola berpikir adalah: Pola berpikir
3. Masalah adalah sesuatu yang muncul karena adanya konflik antara satu keadaan
lainnya. Dan menurut hemat penulis masalah dapat membuat sesuatu yang
berjalan dengan semestinya akan terganggu dengan adanya masalah tersebut. Dan
harus ada upaya untuk menemukan solusi dari konflik tersebut. Proses dalam
problem solving.
dengan pendekatan Barat dan kedua pendekatan Islami. Pendekatan Barat adalah
dengan terori umum dan ilmiah yang dikemukakan oleh tokoh dan ilmuan Barat.
19