Anda di halaman 1dari 19

KONSEP ULUL ALBAB QS.

ALI IMRON AYAT 190-191

DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluq

lain, ini semua dikarenakan manusia dibekali potensi yang luar biasa yaitu berupa akal, akal

juga yang membedakan manusia dari mahluk Allah yang lain, keintlektualan dan bentuk jasad

sempurna yang dianugrahkan Allah kepadanya. Sehingga manusia mampu berfikir dan

memungkinkan pula baginya untuk mengamati, menganalisis apa-apa yang di ciptakan Allah

di alam bumi ini. Kemampuan manusia untuk berfikir inilah menjadikannya

sebagaimakhlukNYA yang diberi amanat untuk dapat beribadah kepadaNYA serta diberi

tanggung jawab dengan segala pilihandan keinginan. Akalpula yang menjadikan manusia

terpilih untuk menjadi khalifah di mukabumi ini dan berkewajiban untuk membangunnya

dengan sebaik-bainnya.

Agama islam memandang manusia memandang kepribadian manusia, secara umum

manusin tersusun dari dua dimensi yaitu jasmani dan ruh,atau juga disebut dimensi jasad dan

ruh.Menerut ibnu khaldun manusia mahluk berpkir. Hal ini membedakanya dari hewan-

hewan dan makhluk lainya .kesanggupan berpikir ini merupakan sumber dari segala

kesempurnaan, puncak dari segala kemulian,dan ketinggian diatas makhluk lain.

Manusia memiliki kelebihan jika dibandingkan hewan, selain memiliki kemampuan

idrak,manusia juga memiliki akal pikiran yang bersifat pada siste syaraf otak,sehingga mampu

melakukan apersepsi ,abstraksi, dan imajenasi. Aktifitas berpikir merupakan proses

1
penserapan indrawi dan proses aplikasi kognitif dalam mengabtraksi dan mensistematisasi

serapan indrawi tersebut. Inilah yang disebut al-af’idah dalam firman Allah :

    

  

    



23. Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.( QS. Al-Mulk:

23)

Dalam tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup,

yaitu tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia

untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupaun sebagai makhluk

sososial. Kalau begitu, tujuan pendidikan haruslah berpangkal dari tujuan hidup, dengan

menampilkan pertanyaan, apakah tujuan hidup itu? Dari sinilah para filsuf berbeda pendapat.

Orang-orang sparta,salah satu kerajaan Yunani lama, dahulu perpendapat bahwa tujuan hidup

adalah untu berbakti terhadap Negara, untuk memperkuat negara. Pengertian “kuat” menurut

orang orang sparta adalah sejajar dengan tujuan hidup mereka, yaitu memeperkuat,

memperindah dan memperteguh jasmani.

2
Manusia sendiri terdiri dari roh dan jasad. Roh itu bentuk, sedang jasadnya adalah mteri.

Karenanya segala usha untuk membersihkan, memelihara dan menjaga roh itu disebut

pendidikan. Menurut Prof.

Abdurahman An Nahlawi dalam bukunya, dasar dasar pendidikan islam dan metode

metode pengajaranya tujuan pendidikan yaitu pendidikan akal dan persiapan pikira.

Pendidikan islam memenadang dengan penuh terhadap pemikiran, renungan dan meditasi.

Allah menyuruh kita untuk memikirkan kejadian langit dan bumi supaya kita bergantung pada

akal kita untuk mencapai kepada keimanan yang sempurna terhadap Allah Swt. Dengan ini

maka persiapan diantara perkara perkara terpenting yang digalakan oleh agama islam.

Kualitas insan kamil atau ulul albab meskipun akan selalu merupakan idola (taraf

sepenuhnya hanyalah Rosulullah SAW yang telah mampu mencapainya), jelas bukan

berkembang dari pribadi manusia yang terpecah, pribadi yang timpang, amoral egisentrik

ataupun antroposentrik, sebagai mana yang secara ironis masih banyak yang dihasilkan oleh

sistem pendidikan yang ada. Sebaliknya kualitaskelulusan pendidikan insan kamil niscaya

akan merupakan perpaduan wajah –wajah qurani.

Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh manusia yang

dirahmatkan sang khaliq tersebut, maka manusia harus bisa memposisikan diri sebagai

mahluk yang tidak hanya memikirkan atau peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi harus

senantiasa peduli dan peka terhadap keberadaan sekelilingnya, sehingga potensi fikir dan

dzikir senantiasa menyelimuti aktifitasnya sehari-hari sebagai bahwa manusia adalah tidak

3
hanya sebagai mahluk Allah yang paling sempurna tetapi juga sebagai keharusan untuk

menuju insan kamil yang di dalam Al-Qur’an sering disebut dengan istilah ulul albab.

Konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-195 memberikan

penjelasan bahwa orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu tazakur

yakni mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati dalam situasi dan kondisi apapun dan

tafakkur memikirkan ciptaan Allah, yakni kejadian di alam semesta. Dengan melakukan dua

hal tersebut, seseorang diharapkan ia sampai kepada hikmah yang berada dibalik proses

mengingat dan berfikir, yaitu mengetahui, memahami, menghayati bahwa dibalik fenomena

alam dan segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta, Allah

SWT.

Sedangkan didalam buku tafsir pendidikan karangan Drs.H.A.Izzan mengungkapkan

bahwa didalam al-qur’an kata akal terkadang sering diidentikan dengan lubb yang jamaknya

al-albab diartikan sebagai orang-orang yang berakal. Seperti yang terdapat didalam QS.Ali

Imron. Dalam ayat tersebut terlihat,bahwa orang –orang yang berakal (ulul albab) adalah

orang yang yang melakukan dua hal yaitu tadzakur (selalu mengingat allah), dan tafakur

(selalu memikirkan ciptaan kan). dalam kesempatan yang lain Abi Fida Ismail

mengungkapkan bahwa ynag dimaksud ulul albab adalah :

dijiwai oleh ajaran Islam.Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai mencakup aspek

kognitif (akal), aspek afektif (moral)dan spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian

yang seimbang, yang tidak hanya menekan kan perkembangan akal, tetapi juga

perkembangan spiritual.

4
Tujuan akhir dari pendidikan islam pada hakikatnya realisasi dari cita-cita Anbiya ayat

107, yang artinya: “ dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi

semesta” ayat tersebut mengandung hakikat misi islam, yaitu memwa kesejaterahan didunia

dan diakhirat, jika ayat tersebut dikaitkan dengan pendidikan, maka dapat dipahami bahwa

pendidikan berorientsi untuk melahirkan generasi yang mampu melaksanakan misi rahmatan

lil alamin.

Meskipun demikian, dalam suasana kehidupan modern dan kabudayaan yang mengglobal

serta terpenuhinya berbagai mobilitas kehidupan secara teknologis saat ini, manusia mulai

berhadapan dengan masalah klasik mengenai jati diri dan hidupnya serta perkembangan dan

kemajuan IPTEK juga mengakibatkan munculnya nilai nilai baru.

Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal datersen nurani, ia sebagai

pengontrol utama atas semua yang berlaku dalam aktifitas manusia, namun dalam prakteknya,

posisi dan peran akal sering kali tersalahkan oleh nafsu dan kehendak syaitan.Hasilnya,

kemaksiatan dimana-mana. Kemaksiatan yang terjadi merupakan dampak yang ditimbulkan

oleh pertentangan yang luar biasa antara akal dan nafsu. Ketika akal lebih dominan maka

tindakan positif yang terjadi, sebaliknya jika hawa nafsu lebih dominan, maka tindakan

negatiflah yang akan muncul.

Sudah menjadi rahasia umum kejahatan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai saat ini telah

dilakukan oleh berbagai golongan dalam lapisan masayarakat dan berbagai aspek kehidupan,

ironisnya kejahatan dan pelanggaran nilai nilai itu justru banyak dilakukan oleh kaum atau

golongan yang seharusnya memberika suritauladan kepada masyarakat. Tindakan yang

5
merugikan masyarakat luas ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh golongan terpelajar,

pengusaha, pejabat dalam menjalankan peran dan fungsinya.

Jika dikaitkan dengan dikaitkan pendidikan, hal ini menunjukan rapuhnya landasan moral

dan nilai nilai dalam pendidikan. Sistem dan moral dari yang terbangun dari pendidikan masih

jauh dari harapan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pendidikan islam perlu

merekonstruksi kembali konsep dan sistem pendidikanya sesuai dengan moral dan nilai nilai

islam sehingga dapat membangun peradaban sesesuai dengan misi islam.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, pen eliti tertarik untuk mengkaji konsep ulul

albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-191 yang direlevansikan dengan tujuan

pendidikan Islam

B.Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah Kajian

Wilayah kajian dalam penelian ini adalah Filsafat Pendidikan Islam

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif, yakni

dengan melakukan kajian terhadap buku-buku terkait dengan konsep Ulul Albab .

2. Pertanyaan Penelitian

A.Bagaimana konsep ulul Albab dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 190-191?

6
B.Bagaimana tujuan pendidikan islam?

C.Bagaimana relevansi ulul Albab pada tujuan pendidikan islam ?

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

A.Untuk mengetahui bagaimanakah konsep ulul Albab dalam Al-Qur'an surat ali imronayat

190-191.

B.Untuk mengetahui bagamana tujuan pendidikan islam/

C.Untuk mengetahui relevansi ulul Albab pada tujuan pendidikan

2. Kegunaan Penelitian

A.Secara teori

Dapat mengetahui bagaimana kita seharusnya mendidik tanpa membekas sesuatu

yang dinamakan kegagalan dalam mendidik bagi orang tua, pendidik dan semuanya.

Sesuai dengan judul sekripsi yaitu “KONSEP ULUL ALBAB DAN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM SURAT ALI

IMRON AYAT 190-191"

B.Secara praktis

1.Bagi peneliti

7
Dapat mengetahui isi tersebut dan menambah kan pengalaman dan

pengetahuan baruk hususnya di bidang pendidikan degan menggunakan konsep

ulul Albab .

2.Bagi pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dipakai oleh para pendidik dalam mendidik

anak muridnya, dan bahkan si penulis berharap luas dan tetap di kontrol .

D. Kerangka Pemikiran

IstilahUlulAlbab (‫ )اولو االلباب‬dapat ditemukan dalam teks Al-Qur’an sebanyak 16

kali di beberapa tempat dan topik yang berbeda, yaitu dalam QS Al Baqarah: 179, 197,

269, QS Ali Imran: 7, 190, QS Al Maidah: 100, QS Yusuf: 111, QS Al Ra’d: 19, QS

Ibrahim: 52, QS Shad: 29, 43, QS Al Zumar: 9, 18, 21, QS Al Mu’minun: 54, dan QS

Al Thalaq: 10.

Jika diamati kata lain yang menyertainya, dapat diketahui bahwa ‫اولو االلباب‬

berhubungan dengan qishash, haji, hikmah, teks dan pemaknaan terhadap teks Al-

Qur’an, penciptaan makro kosmik, kebaikan dan keburukan, kisah para nabi, respon

masyarakat terhadap Al-Qur’an, ajaran tauhid sebagai tujuan utama Al-Qur’an

diturunkan, fungsi Al-Qur’an sebagai renungan, berkumpulnya keluarga rahmat,abid

(orang ahli ibadah) dan ‘alim (orang berpengetahuan/ intelektual) memiliki stratifikasi

lebih tinggi dari yang lain, orang yang mendengarkan lalu mengikuti kebaikan,

8
perintah memperhatikan makro kosmik, hidayah dan dzikir, dan perintah bertaqwa

agar terhindar dari siksa Allah.

Berdasarkan atas ayat-ayat tersebut di atas, para intelektual muslim Indonesia

memahami, memberikan definisi dan karakteristik ‫اولو االلباب‬secara etimologis, kata

albab adalah bentuk plural dari katalubb, yang berarti saripati sesuatu. Kacang

misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang disebut lubb. Berdasarkan

definisi etimologi ini, dapat diambil pengertian terminologi bahwa ulul albabadalah

orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut

ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Agar sedikit berbeda, AM

Saefuddin menyatakan bahwa ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir yang

memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses alamiah, dan menjadikan

kemampuan tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslahatan bagi

kehidupan manusia.

Dengan bahasa yang lebih rinci lagi, Jalaluddin Rahmat mengemukakan lima

karakteristik ulul albab, yakni:

Kesungguhan mencari ilmu dan kecintaannya mensyukuri nikmat Allah (QS. Ali Imran: 190).

Memiliki kemampuan memisahkan sesuatu dari kebaikan dan keburukan, sekaligus

mengarahkan kemampuannya untuk memilih dan mengikuti kebaikan tersebut (QS. Al Maidah:

3).

9
Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain, memiliki

kemampuan menimbang ucapan, teori, proposisi dan atau dalil yang dikemukakan orang lain

(QS. Al Zumar: 18).

Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggung jawab

untuk memperbaiki masyarakat serta terpanggil hatinya untuk menjadi pelopor terciptanya

kemaslahatan dalam masyarakat (QS. Ibrahim: 2 dan Al Ra’d: 19-22).

Merasa takut hanya kepada Allah (QS. Al Baqarah: 197 dan Al Thalaq: 10).

Karakteristik ulul albab yang dikemukakan oleh Jalaluddin di atas, item 1-3 dan 5

terkait dengan kemampuan berfikir dan berdzikir, dan item keempat terkait dengan

kemampuan berkarya positif dan kemanfaatanya bagi kemanusiaan. Dengan

demikian, insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keunggulan tertentu dan

berpengaruh besar pada transformasi social. Kualitas dimaksud adalah terkait dengan

kedalaman spiritual (dkikr), ketajaman analisis (fikr) dan pengaruhnya yang besar

bagi kehidupan (amal shaleh). Tegasnya, kualitas ulul albab adalah kualitas yang

komprehensif atau dalam bahasa Dawam Rahardjo sebagai orang atau sejumlah orang

yang memiliki kualitas yang berlapis-lapis.

Tiga elemen ulul albab, yakni dzikr, fikr dan amal shaleh bukanlah kualitas yang

satu sama lain saling berdiri sendiri. Di sini terdapat dialektika yang menyatakan

bahwa aspek dzikir juga mencakup fikir. Artinya bahwa kegitan berdzikir juga

kegiatan fikir, namun memiliki tingkatan lebih tinggi, karena pemikiran tersebut

mengarah kepada upaya maksimal mencapai kebenaran hakiki yang bersifat

10
transendetal. Dengan kata lain, dzikir sesungguhnya juga aktivitas berfikir namun

disertai dengan upaya sungguh-sungguh untuk mencapai hakikat sesuatu, yang

mengarah kepada pengakuan atas keagungan Maha Karya Tuhan sebagaimana

disebutkan dalam QS. Ali Imran: 190. Realitas empiris yang harus diamati dan

dipelajari, yakni pergantian siang dan malam dalam ayat tersebut, merupakan salah

satu piranti kuat bagi seseorang yang memperhatikan kekuasaan Tuhan. Dengan

demikian, aktivitas dzikir yang mengikutkan fikir merupakan kekuatan yang

mengantarkan seseorang memperoleh derajat ulul albab.

Berdasarkan pemahaman terhadap ayat di atas, dapat dinyatakan bahwa

kesombongan dan keangkuhan karena prestasi yang didapatkan seseorang dalam

mengembangkan keilmuan, jauh dari kualitas ulul albab. Pengakuan akan kekuasaan

Tuhan merupakan pernyatan yang selalu dikumandangkan oleh seseorang yang

berkualitas ulul albab.

Keragaman definisi di atas, dapat dirangkum pengertian dan cakupan makna ulul

albab dalam tiga pilar, yakni: dzikir, fikir dan amal shaleh. Secara lebih detail, ulul

albab adalah kemampuan seseorang dalam merenungkan secara mendalam fenomena

alam dan sosial, yang hal itu mendorongnya mengembangkan ilmu pengetahuan,

dengan berbasis pada kepasrahan secara total terhadap kebesaran Allah, untuk

dijadikan sebagai penopang dalam berkarya positif.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan cirri-ciri ulul albab

adalah memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir dan amal shaleh. Atau dalam

11
bahas lain, masyarakat yang mempunyai status ulul albab adalah mereka yang

memenuhi indikator berikut:

1. Memiliki ketajamanan alisis;

2. Memiliki kepekaan spiritual;

3. Optimis medalam menghadapi hidup;

4. Memiliki keseimbangan jasmani-ruhani, individual-sosial dan keseimbangan

dunia-akhirat;

5. Memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan;

6. Pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial;

7. Memiliki kemandirian dantanggung jawab; dan

8. Berkepribadian kokoh;

E. Metodologi Penelitian

1.Metode Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai Konsep Ulul Albab Qs.Ali Imron Ayat 190-191

Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Data yang dikumpulkan berasal dari sumber bibliografis dan dokumentasi,

yaitu data yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku-

buku, artikel-artikel karya ilmiah yang dimuat dalam media massa seperti majalah dan

surat kabar, serta jurnal ilmiah.


12
Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan secara mendalam,

rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

adalah dengan mengkaji berbagai teori yang berlaku dengan menggunakan metode

deskriptif analitik untuk menjelaskan berbagai informasi dan data yang diperoleh secara

kritis dengan menggunakan analisa-analisa terhadap bahan pustaka (bibliografi) yang

digunakan dalam penelitian ini.

2.Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kepustakaan.

3.Sumber Data

Penelitian ini sepenuhnya mengandalkan pada riset kepustakaan (library research).

Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primera.

Data primer mencakup tulisan-tulisan yang secara khusus mengkaji obyek

penelitian dalam penyusunan skripsi.

b. Data Skunder.

Data sekunder meliputi sumber-sumber informasi pendukung seperti karya tulis,

dan literatur-literatur yang ada korelasinya dengan tema penelitian.

4.Teknik Pengumpulan Data

13
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menginventarisir buku-

buku yang relevan dengan wilayah kajian, kemudian dikelompokkan, mana yang

termasuk primer dan skunder selanjutkan proses analisis data.

5.Teknik Analisis Data

Data bibliografis dipilih berdasarkan topik dan dideskripsikan. Data-data ini

dipergunakan untuk memperkuat kerangka teoritis pada Bab III dan bab IV. Data

bibliografis akan dianalisis secara deskriptif kemudian akan dianalisa pada Bab IV.

OUT LINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

`1..Identifikasi Masalah

a.Wilayah Kajian

b.Pendekatan Penelitian

14
2.Pembatasan Masalah

3.Pertanyaan Penelitian

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan Penelitian

2.Kegunaan Penelitian

D.Kerangka Pemikiran

E.Metodologi Penelitian

1.Metode Penelitian

2.Jenis Data

3.Sumber Data

a. Data Primer

b .Data Skunder

4.Teknik Pengumpulan Data

5.Teknik Analisis Data

BAB II konsep ulul albab

A. Definisi ulul albab

B. Karakteristik ulul albab dalam al qur'an

15
BAB III tujuan pendidikan islam

A. Definisi pendidikan islam

B. Definisi tujuan pendidikan islam

C. Dasar pendidikan islam

D. Tujuan pendidikan islam

BAB IV hasil dan analisis konsep ulul albab dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan islam (qs. Ali imron ayat 190-191 )

A. Gambaran umum al quran surat ali imron

B. Analisis konsep ulul albab qs.ali imron ayat 190-191 dan tujuan pendidikan islam

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan

B.Saran

16
Dafatar pustaka

Abdullah Abdul Malik, Abdul Karim, Tafsir Al-Azhar Jilid II Singapura: PustakaNasional,

1999

Abduh, Muhammad Tafsir Al-Qur’anul Hakim, Juz IV, Beirut: Darul Fikr, 1973

Abdul Majid dan Dian Andayani (ed), Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

Abdul Wakhid, Ramli , Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo , 2002

Abu Zahrah, Muhammad Usûl al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958

Abuddinata, Tafsir ayat-ayat pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2002

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta Pustaka

Pelajar, 2006Al- Maraghi,

Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid III, Semarang: PT

Karya Thoha Putra, 1993-,

Ahmad, Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid IV, Semarang:

PT Karya Thoha Putra, 1993

Anwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pelajar Offset, 1998An-

Nahlawi,

Abdurrahman Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: CV.

Diponegoro, 1992

17
Arief, Armai Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam,

Jakarta: Ciputat Press, 2002

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, suatu Tinjauan Teoritis dan praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta : Bumi Aksara, 2000

Arifin, Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Asy-Syanawi, Abdul Aziz Keutamaan Shalawat dan Fadholah Amal, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2005

Daradjat,Zakiah dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 2001

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Semarang: CV. AL AAH, 2006

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II,

Yogyakarta: PT.Dana Bhakti wakaf UII, 1995

Mujib, Abdul Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004

18
19

Anda mungkin juga menyukai