lain, ini semua dikarenakan manusia dibekali potensi yang luar biasa yaitu berupa akal, akal
juga yang membedakan manusia dari mahluk Allah yang lain, keintlektualan dan bentuk jasad
sempurna yang dianugrahkan Allah kepadanya. Sehingga manusia mampu berfikir dan
memungkinkan pula baginya untuk mengamati, menganalisis apa-apa yang di ciptakan Allah
sebagaimakhlukNYA yang diberi amanat untuk dapat beribadah kepadaNYA serta diberi
tanggung jawab dengan segala pilihandan keinginan. Akalpula yang menjadikan manusia
terpilih untuk menjadi khalifah di mukabumi ini dan berkewajiban untuk membangunnya
dengan sebaik-bainnya.
manusin tersusun dari dua dimensi yaitu jasmani dan ruh,atau juga disebut dimensi jasad dan
ruh.Menerut ibnu khaldun manusia mahluk berpkir. Hal ini membedakanya dari hewan-
hewan dan makhluk lainya .kesanggupan berpikir ini merupakan sumber dari segala
idrak,manusia juga memiliki akal pikiran yang bersifat pada siste syaraf otak,sehingga mampu
1
penserapan indrawi dan proses aplikasi kognitif dalam mengabtraksi dan mensistematisasi
serapan indrawi tersebut. Inilah yang disebut al-af’idah dalam firman Allah :
23. Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.( QS. Al-Mulk:
23)
Dalam tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup,
yaitu tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia
untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupaun sebagai makhluk
sososial. Kalau begitu, tujuan pendidikan haruslah berpangkal dari tujuan hidup, dengan
menampilkan pertanyaan, apakah tujuan hidup itu? Dari sinilah para filsuf berbeda pendapat.
Orang-orang sparta,salah satu kerajaan Yunani lama, dahulu perpendapat bahwa tujuan hidup
adalah untu berbakti terhadap Negara, untuk memperkuat negara. Pengertian “kuat” menurut
orang orang sparta adalah sejajar dengan tujuan hidup mereka, yaitu memeperkuat,
2
Manusia sendiri terdiri dari roh dan jasad. Roh itu bentuk, sedang jasadnya adalah mteri.
Karenanya segala usha untuk membersihkan, memelihara dan menjaga roh itu disebut
Abdurahman An Nahlawi dalam bukunya, dasar dasar pendidikan islam dan metode
metode pengajaranya tujuan pendidikan yaitu pendidikan akal dan persiapan pikira.
Pendidikan islam memenadang dengan penuh terhadap pemikiran, renungan dan meditasi.
Allah menyuruh kita untuk memikirkan kejadian langit dan bumi supaya kita bergantung pada
akal kita untuk mencapai kepada keimanan yang sempurna terhadap Allah Swt. Dengan ini
maka persiapan diantara perkara perkara terpenting yang digalakan oleh agama islam.
Kualitas insan kamil atau ulul albab meskipun akan selalu merupakan idola (taraf
sepenuhnya hanyalah Rosulullah SAW yang telah mampu mencapainya), jelas bukan
berkembang dari pribadi manusia yang terpecah, pribadi yang timpang, amoral egisentrik
ataupun antroposentrik, sebagai mana yang secara ironis masih banyak yang dihasilkan oleh
sistem pendidikan yang ada. Sebaliknya kualitaskelulusan pendidikan insan kamil niscaya
Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh manusia yang
dirahmatkan sang khaliq tersebut, maka manusia harus bisa memposisikan diri sebagai
mahluk yang tidak hanya memikirkan atau peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi harus
senantiasa peduli dan peka terhadap keberadaan sekelilingnya, sehingga potensi fikir dan
dzikir senantiasa menyelimuti aktifitasnya sehari-hari sebagai bahwa manusia adalah tidak
3
hanya sebagai mahluk Allah yang paling sempurna tetapi juga sebagai keharusan untuk
menuju insan kamil yang di dalam Al-Qur’an sering disebut dengan istilah ulul albab.
Konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-195 memberikan
penjelasan bahwa orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu tazakur
yakni mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati dalam situasi dan kondisi apapun dan
tafakkur memikirkan ciptaan Allah, yakni kejadian di alam semesta. Dengan melakukan dua
hal tersebut, seseorang diharapkan ia sampai kepada hikmah yang berada dibalik proses
mengingat dan berfikir, yaitu mengetahui, memahami, menghayati bahwa dibalik fenomena
alam dan segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta, Allah
SWT.
bahwa didalam al-qur’an kata akal terkadang sering diidentikan dengan lubb yang jamaknya
al-albab diartikan sebagai orang-orang yang berakal. Seperti yang terdapat didalam QS.Ali
Imron. Dalam ayat tersebut terlihat,bahwa orang –orang yang berakal (ulul albab) adalah
orang yang yang melakukan dua hal yaitu tadzakur (selalu mengingat allah), dan tafakur
(selalu memikirkan ciptaan kan). dalam kesempatan yang lain Abi Fida Ismail
dijiwai oleh ajaran Islam.Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai mencakup aspek
kognitif (akal), aspek afektif (moral)dan spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian
yang seimbang, yang tidak hanya menekan kan perkembangan akal, tetapi juga
perkembangan spiritual.
4
Tujuan akhir dari pendidikan islam pada hakikatnya realisasi dari cita-cita Anbiya ayat
107, yang artinya: “ dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta” ayat tersebut mengandung hakikat misi islam, yaitu memwa kesejaterahan didunia
dan diakhirat, jika ayat tersebut dikaitkan dengan pendidikan, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan berorientsi untuk melahirkan generasi yang mampu melaksanakan misi rahmatan
lil alamin.
Meskipun demikian, dalam suasana kehidupan modern dan kabudayaan yang mengglobal
serta terpenuhinya berbagai mobilitas kehidupan secara teknologis saat ini, manusia mulai
berhadapan dengan masalah klasik mengenai jati diri dan hidupnya serta perkembangan dan
Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal datersen nurani, ia sebagai
pengontrol utama atas semua yang berlaku dalam aktifitas manusia, namun dalam prakteknya,
posisi dan peran akal sering kali tersalahkan oleh nafsu dan kehendak syaitan.Hasilnya,
oleh pertentangan yang luar biasa antara akal dan nafsu. Ketika akal lebih dominan maka
tindakan positif yang terjadi, sebaliknya jika hawa nafsu lebih dominan, maka tindakan
Sudah menjadi rahasia umum kejahatan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai saat ini telah
dilakukan oleh berbagai golongan dalam lapisan masayarakat dan berbagai aspek kehidupan,
ironisnya kejahatan dan pelanggaran nilai nilai itu justru banyak dilakukan oleh kaum atau
5
merugikan masyarakat luas ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh golongan terpelajar,
Jika dikaitkan dengan dikaitkan pendidikan, hal ini menunjukan rapuhnya landasan moral
dan nilai nilai dalam pendidikan. Sistem dan moral dari yang terbangun dari pendidikan masih
merekonstruksi kembali konsep dan sistem pendidikanya sesuai dengan moral dan nilai nilai
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, pen eliti tertarik untuk mengkaji konsep ulul
albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-191 yang direlevansikan dengan tujuan
pendidikan Islam
B.Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Kajian
b. Pendekatan Penelitian
dengan melakukan kajian terhadap buku-buku terkait dengan konsep Ulul Albab .
2. Pertanyaan Penelitian
A.Bagaimana konsep ulul Albab dalam Al-Qur'an surat Ali Imron ayat 190-191?
6
B.Bagaimana tujuan pendidikan islam?
1. Tujuan Penelitian
A.Untuk mengetahui bagaimanakah konsep ulul Albab dalam Al-Qur'an surat ali imronayat
190-191.
2. Kegunaan Penelitian
A.Secara teori
yang dinamakan kegagalan dalam mendidik bagi orang tua, pendidik dan semuanya.
B.Secara praktis
1.Bagi peneliti
7
Dapat mengetahui isi tersebut dan menambah kan pengalaman dan
ulul Albab .
2.Bagi pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dipakai oleh para pendidik dalam mendidik
anak muridnya, dan bahkan si penulis berharap luas dan tetap di kontrol .
D. Kerangka Pemikiran
kali di beberapa tempat dan topik yang berbeda, yaitu dalam QS Al Baqarah: 179, 197,
269, QS Ali Imran: 7, 190, QS Al Maidah: 100, QS Yusuf: 111, QS Al Ra’d: 19, QS
Ibrahim: 52, QS Shad: 29, 43, QS Al Zumar: 9, 18, 21, QS Al Mu’minun: 54, dan QS
Al Thalaq: 10.
Jika diamati kata lain yang menyertainya, dapat diketahui bahwa اولو االلباب
berhubungan dengan qishash, haji, hikmah, teks dan pemaknaan terhadap teks Al-
Qur’an, penciptaan makro kosmik, kebaikan dan keburukan, kisah para nabi, respon
(orang ahli ibadah) dan ‘alim (orang berpengetahuan/ intelektual) memiliki stratifikasi
lebih tinggi dari yang lain, orang yang mendengarkan lalu mengikuti kebaikan,
8
perintah memperhatikan makro kosmik, hidayah dan dzikir, dan perintah bertaqwa
albab adalah bentuk plural dari katalubb, yang berarti saripati sesuatu. Kacang
misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang disebut lubb. Berdasarkan
definisi etimologi ini, dapat diambil pengertian terminologi bahwa ulul albabadalah
orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut
ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Agar sedikit berbeda, AM
Saefuddin menyatakan bahwa ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir yang
memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses alamiah, dan menjadikan
kehidupan manusia.
Dengan bahasa yang lebih rinci lagi, Jalaluddin Rahmat mengemukakan lima
Kesungguhan mencari ilmu dan kecintaannya mensyukuri nikmat Allah (QS. Ali Imran: 190).
mengarahkan kemampuannya untuk memilih dan mengikuti kebaikan tersebut (QS. Al Maidah:
3).
9
Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain, memiliki
kemampuan menimbang ucapan, teori, proposisi dan atau dalil yang dikemukakan orang lain
Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggung jawab
untuk memperbaiki masyarakat serta terpanggil hatinya untuk menjadi pelopor terciptanya
Merasa takut hanya kepada Allah (QS. Al Baqarah: 197 dan Al Thalaq: 10).
Karakteristik ulul albab yang dikemukakan oleh Jalaluddin di atas, item 1-3 dan 5
terkait dengan kemampuan berfikir dan berdzikir, dan item keempat terkait dengan
demikian, insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keunggulan tertentu dan
berpengaruh besar pada transformasi social. Kualitas dimaksud adalah terkait dengan
kedalaman spiritual (dkikr), ketajaman analisis (fikr) dan pengaruhnya yang besar
bagi kehidupan (amal shaleh). Tegasnya, kualitas ulul albab adalah kualitas yang
komprehensif atau dalam bahasa Dawam Rahardjo sebagai orang atau sejumlah orang
Tiga elemen ulul albab, yakni dzikr, fikr dan amal shaleh bukanlah kualitas yang
satu sama lain saling berdiri sendiri. Di sini terdapat dialektika yang menyatakan
bahwa aspek dzikir juga mencakup fikir. Artinya bahwa kegitan berdzikir juga
kegiatan fikir, namun memiliki tingkatan lebih tinggi, karena pemikiran tersebut
10
transendetal. Dengan kata lain, dzikir sesungguhnya juga aktivitas berfikir namun
disebutkan dalam QS. Ali Imran: 190. Realitas empiris yang harus diamati dan
dipelajari, yakni pergantian siang dan malam dalam ayat tersebut, merupakan salah
satu piranti kuat bagi seseorang yang memperhatikan kekuasaan Tuhan. Dengan
mengembangkan keilmuan, jauh dari kualitas ulul albab. Pengakuan akan kekuasaan
Keragaman definisi di atas, dapat dirangkum pengertian dan cakupan makna ulul
albab dalam tiga pilar, yakni: dzikir, fikir dan amal shaleh. Secara lebih detail, ulul
alam dan sosial, yang hal itu mendorongnya mengembangkan ilmu pengetahuan,
dengan berbasis pada kepasrahan secara total terhadap kebesaran Allah, untuk
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan cirri-ciri ulul albab
adalah memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir dan amal shaleh. Atau dalam
11
bahas lain, masyarakat yang mempunyai status ulul albab adalah mereka yang
dunia-akhirat;
8. Berkepribadian kokoh;
E. Metodologi Penelitian
1.Metode Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai Konsep Ulul Albab Qs.Ali Imron Ayat 190-191
kualitatif. Data yang dikumpulkan berasal dari sumber bibliografis dan dokumentasi,
yaitu data yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku-
buku, artikel-artikel karya ilmiah yang dimuat dalam media massa seperti majalah dan
rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah dengan mengkaji berbagai teori yang berlaku dengan menggunakan metode
deskriptif analitik untuk menjelaskan berbagai informasi dan data yang diperoleh secara
2.Jenis Data
3.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
a. Data Primera.
b. Data Skunder.
13
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menginventarisir buku-
buku yang relevan dengan wilayah kajian, kemudian dikelompokkan, mana yang
dipergunakan untuk memperkuat kerangka teoritis pada Bab III dan bab IV. Data
bibliografis akan dianalisis secara deskriptif kemudian akan dianalisa pada Bab IV.
OUT LINE
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
`1..Identifikasi Masalah
a.Wilayah Kajian
b.Pendekatan Penelitian
14
2.Pembatasan Masalah
3.Pertanyaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
2.Kegunaan Penelitian
D.Kerangka Pemikiran
E.Metodologi Penelitian
1.Metode Penelitian
2.Jenis Data
3.Sumber Data
a. Data Primer
b .Data Skunder
15
BAB III tujuan pendidikan islam
BAB IV hasil dan analisis konsep ulul albab dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan islam (qs. Ali imron ayat 190-191 )
B. Analisis konsep ulul albab qs.ali imron ayat 190-191 dan tujuan pendidikan islam
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan
B.Saran
16
Dafatar pustaka
Abdullah Abdul Malik, Abdul Karim, Tafsir Al-Azhar Jilid II Singapura: PustakaNasional,
1999
Abduh, Muhammad Tafsir Al-Qur’anul Hakim, Juz IV, Beirut: Darul Fikr, 1973
Abdul Majid dan Dian Andayani (ed), Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi,
Abu Zahrah, Muhammad Usûl al-Fiqh, Cairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1958
Nahlawi,
Diponegoro, 1992
17
Arief, Armai Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam,
Aksara, 2001
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Semarang: CV. AL AAH, 2006
Mujib, Abdul Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Pelajar, 2004
18
19