Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Khiyar

(Fasal) menjelaskan hukum-hukum khiyar (memilih untuk meneruskan atau membatalkan akad jual beli).

Khiyar Majlis

Kedua orang yang melakukan akad jual boleh diperkenankan melakukan khiyar (memilih) di antara
meneruskan akad jual beli dan merusaknya.

Maksudnya, kedua orang tersebut memiliki hak khiyar majlis di berbagai macam akad jual beli seperti
akad salam.

Selama keduanya belum berpisah, maksudnya di waktu keduanya belum berpisah secara ‘urf.

Maksudnya, khiyar majlis bisa terputus / selesai adakalanya sebab badan kedua orang yang melakukan
akad jual beli tersebut telah berpisah dari tempat akad.

Atau sebab keduanya telah memilih untuk menetapkan akad.

Seandainya salah satunya memilih untuk menetapkan akad dan tidak segera memilih pilihan yang lain,
maka hak khiyarnya telah habis dan hak khiyar masih dimiliki oleh orang yang satunya.

Khiyar Muddah (Masa)

Bagi ke dua orang yang melakukan akad jual beli, begitu juga salah satunya ketika orang yang satunya
lagi sepakat, diperbolehkan untuk memberi syarat khiyar di dalam segala bentuk barang yang dijual
hingga masa tiga hari.

Masa tiga hari tersebut dihitung sejak akad tidak dari saat berpisah.

Seandainya syarat khiyar lebih dari tiga hari, maka akadnya menjadi batal.

Seandainya barang yang dijual termasuk barang yang akan rusak pada masa yang telah disyaratkan,
maka akad jual belinya menjadi batal.

Khiyar Aib

Ketika pada barang yang dijual ditemukan cacat yang sudah ada sebelum barang itu diterima, dan bisa
mengurangi harga atau barangnya dengan bentuk kekurangan yang bisa menghilangkan tujuan yang sah,
dan biasanya pada jenis barang yang dijual tersebut tidak ada cacat tersebut seperti zina, mencuri, dan
minggatnya budak yang dibeli, maka bagi pembeli diperkenankan untuk mengembalikannya, maksudnya
barang yang dijual.

Tebasan / Borong Buah

Tidak boleh menjual buah tanpa pohonnya dengan cara memutlakkan, maksudnya tanpa syarat
memanen, kecuali setelah nampak kebaikan buah tersebut.

Yang dimaksud dengan nampak baik pada buah yang tidak berubah warna adalah keadaannya sudah
sampai pada batas yang biasanya telah dikehendaki untuk dikonsumsi, seperti tebu telah manis, delima
telah terasa asam, dan buah thin (luh : jawa) telah lunak.

Dan pada buah yang berubah warna adalah buah tersebut telah beranjak merah, hitam atau kuning,
seperti buah kurma, ijash (juwet : jawa), buah yang hampir matang (yadam : jawa).

Sedangkan buah yang belum nampak baik, maka tidak sah menjualnya dengan cara memutlakkan, tidak
pada pemilik pohonnya dan tidak juga pada yang lain, kecuali dengan syarat dipotong / dipanen, baik
kebiasannya di situ adalah langsung memanen buah ataupun tidak.

Seandainya pohon yang ada buahnya telah dipotong, maka buahnya boleh dijual tanpa disyaratkan untuk
dipanen.
Memborong / Menebas Hasil Pertanian

Tidak boleh menjual tanaman persawahan yang masih hijau dan masih tumbuh di tanah kecuali dengan
syarat dipotong atau dicabut.

Jika tanaman tersebut dijual beserta lahannya, atau dijual tanpa lahannya setelah buah biji-bijian tanaman
tersebut telah mengeras, maka hukumnya diperbolehkan tanpa syarat dipanen.

Yang Harus Dilakukan Sebelum Panen

Barang siapa menjual buah atau hasil pertanian yang belum nampak baik, maka baginya wajib untuk
menyiram tanaman tersebut dengan kadar siraman yang bisa mengembangkan buah dan
menyelamatkannya dari kerusakan.

Baik si penjual telah mempersilahkan pembeli untuk mengambil buahnya ataupun belum.

Tidak diperkenankan menjual barang yang bernilai ribawi dengan sejenisnya yang masih dalam keadaan
basah. Lafadz “rathbah” dengan membaca huruf tha’nya yang tidak memiliki titik.

Dengan keterangan tersebut, mushannif memberi isyarah bahwa sesungguhnya di dalam jual beli barang-
barang ribawi harus dalam keadaan sempurna.

Sehingga tidak sah semisal menjual anggur basah dibeli dengan anggur basah.

Kemudian dari keterangan yang telah dijelaskan tadi, mushannif mengecualikan perkataan beliau yang
berbunyi, “kecuali susu”.

Maksudnya, sesungguhnya diperkenankan menjual sebagian susu dibeli dengan sebagian susu yang lain
sebelum dijadikan keju.

Mushannif memutlakkan susu, sehingga mencakup susu cair, susu kental, susu murni, dan susu asam.

Ukuran yang digunakan di dalam susu adalah takaran.

Sehingga sah menjual susu kental dibeli dengan susu cair dengan menggunakan takaran, walaupun
ukuran keduanya berbeda jika menggunakan timbangan.

Anda mungkin juga menyukai