Manusia adalah makhluk sosial (Homo sosius), yang dibekali Tuhan dengan akal. Pada
akal inilah menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu. Pendidikan merupakan proses yang
dilakukan oleh sebagian masyarakat dibelahan dunia manapun. Namun, pendidikan yang
diharapkan sebagai bagian dari proses kehidupan yang dapat mengentaskan manusia dari
penindasan dan kesengsaraan ternyata menjadi bagian yang menindas manusia itu sendiri. Oleh
karena itu, bagaimana kita sekarang memposisikan proses pembelajaran sebagai hal yang suci
dan sesuai dengan harapan masyarakat, yaitu sebuah proses pembelajaran yang tidak menindas
dan tidak ada yang tertindas.
Pendidikan adalah bagian dari proses sosial, dan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Sebagai kebutuhan dasar, pendidikan sama pentingnya dengan kebutuhan makanminum. Tetapi pendididkan era modern memerlukan sebuah system kerja interaktif yang
meliputi banyak bidang meskipun dalam system itu masih menyisakan celah untuk improvisasi.
Jadi, bukan buah system baku yang kaku, yang tidak melihat kenyataan di lapangan dan cepatnya
masyarakat berkembang dan berubah.
A.
Miskawaih mendefinisikannya sebagai keadaan yang tertanam dalam jiwa yang mendorong
seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Dengan demikian, akhlak adalah suatu kondisi, sifat dan sikap yang tertanam dan
melekat dalam jiwa, serta menjadi kepribadian, yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan
mudah dan gampang, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, dan penelitian. Jadi, suatu
perbuatan baru bisa dikatakan sebagai perbuatan akhlak apabila ia telah memenuhi lima ciri;
Pertama, perbuatan tersebut telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan si A, misalnya, sebagai orang yang berakhlak
dermawan, artinya sikap dermawan itu telah mendarah daging dalam dirinya, kapan dan
dimanapun sikap itu dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan
orang lain. Tapi jika si A tersebut kadang-kadang dermawan dan kadang-kadang bakhil, maka si
A tersebut belum bisa dikatakan sebagai orang yang dermawan.
Kedua, perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak
berarti bahwa saat melakukan perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukanperbuatan, ia tetap sehat akal
pikirannya dan sadar.
Ketiga, perbuatan tersebut timbul dalam diri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar
kemauan, pilihan, dan keputusan dari yang bersangkutan sendiri.
Keempat, perbuatan tersebut dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, atau
karena bersandiwara. Seperti yang kita lihat di film dan lain sebagainya.
Kelima, perbuatan tersebut (khususnya perbuatan baik) adalah perbuatan yang dilakukan
dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan Karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah, tidak dapat dikatakan
sebagai perbuatan akhlak.
Dalam Al-Quran kata khuluq disebut sebanyak dua kali, yaitu pada surah al-Qalam ayat
4, dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung, dan surah asy-Syuara
ayat 137, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.
Istilah akhlak juga mengandung pengertian etika dan moral. Etika adalah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral ialah sesuai dengan ideide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Dalam kajian
filsafat, istilah etika dibedakan dengan moral, yakni etika lebih bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis; etika memandang laku perbuatan manusia secara universal(umum),
sedangkan moral secara lokal; dan moral menyatakan ukuran, sedang etika menjelaskan ukuran
itu.
Perbedaan akhlak dengan etika dan moral terutama menyangkut sumbernya. Akhlak
bersumber dari khaliq (Allah Swt), sunnah nabi Muhammad, dan ijtihad manusia. Sedangkan
etika dan moral hanya bersumber dari manusia. Karena itu penggunaan istilah etika dan moral
yang mengandung pengertian akhlak, perlu ditambah dengan kata Islam, yaitu etika Islam
atau moral Islam.
B.
C.
Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
4. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan.
5. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari
terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulangulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat:
perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Adapun warisan adalah:
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan).
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu
mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. MILIEU
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan
lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat. milieu ada 2 macam:
1. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah
laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang
dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing
di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat
menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak
akan tau norma-norma yang berlaku.
2. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya,
begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan
oleh guru-guru disekolah.
D.
sehingga
yang
budi
paling
pekerti
baik
akhlaknya
beliau
ialah
tercantum
junjungan
dalam
kita
al-Quran,
Nabi
Allah
sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam beberapa firman-Nya, antara lain: : Tidaklah
mereka diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Tuhan yang Mahaesa; tidak ada Tuhan
kecuali Dia. (At-Taubah, 9: 31), Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam setiap umat
seorang rasul (yang memerintahkan:) Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut; (An-Nahl, 16: 36).
Peranan yang kedua adalah menyempurnakan akhlak (hablumminanns) sebagaimana ditegaskan
oleh beliau sendiri ketika bersabda, Sesungguhnya aku diutus tiada lain hanya untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.
Secara esensial akhlak merupakan fundasi hablumminanns (berhubungan dengan
sesama manusia). Hal itu dapat dipahami dari sebuah sabda Rasul yang mengisyaratkan bahwa
bekal utama yang diperlukan dalam berhubungan dengan manusia adalah akhlak, yaitu ketika
beliau menegaskan, Kalian tidak dapat memperlakukan orang dengan kekayaan kalian, tetapi
kalian harus memperlakukan mereka dengan akhlak kalian. Namun begitu, sebagaimana halnya
tharqah yang berfungsi sebagai fundasi hablumminallh tetapi juga terkait erat dengan
perbaikan akhlak dan sekaligus memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan
duniawi, akhlak pun (sebagai fundasi hablumminanns juga terkait dengandan memberikan
pengaruh terhadapefektifitas hablumminallh. Dalil-dalil al-Quran dan al-Hadis tentang hal ini
banyak sekali. Tentang akhlak buruk sombong, misalnya, al-Quran menegaskan bahwa Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-bangngakan diri (An-Nis', 4: 36).
Di tempat yang lain Allah berfirman: Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, dan
kamu kekal di dalamnya; itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong. (AlMu'min, 40: 76; Luqmn, 31: 18). Nabi pun menegaskan: Tidak akan masuk sorga orang yang
di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji dzarrah (atom). Dalam hadis yang
lain beliau bersabda: Segeralah kalian berakhlak baik, karena orang yang berakhlak baik pasti
masuk sorga; dan berhati-hatilah, jangan sampai kalian berakhlak buruk, karena orang yang
berakhlak buruk pasti masuk neraka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak
sesungguhnya merupakan bentuk lain dari hablumminallh yang manifestasi dan perwujudannya
terkait dengan aktivitas-aktivitas dan hubungan antarsesama manusia. Pelanggaran akhlak
mengakibatkan seseorang terhalang memasuki sorga-Nya. Lebih dari itu, bagaimana mungkin
seseorang dapat berdzikir dengan tenang apabila ia dimusuhi banyak orang karena akhlaknya
tidak terpuji?
Bagaimana mungkin seseorang dapat meraih ridha Tuhan dengan dzikir dan wirid jika ia
tetap mempertahankan kesombongannya sementara Allah telah menegaskan dalam al-Quran:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membanggakan
diri. (Luqmn, 31: 18)?
Akhlak yang dimaksudkan di sini tentu saja bukan hanya akhlak dalam pengertian sifatsifat lemah-lembut, sopan, atau ramah, melainkan jugayang tidak kalah pentingnyaadalah
akhlak dalam pengertian kemampuan memahami diri sendiri dan memahami perasaan orang
lain, suatu kemampuan yang melahirkan kejujuran (amanah), kepercayaan, kepemimpinan,
kerja keras, kreativitas, visi dan aktualisasi diri, tanggung jawab, kebijaksanaan, kedermawanan,
kepedulian (terhadap sesama dan lingkungan), kebersihan, dan lain sebagainya. Dalam istilah
psikologi modern, akhlak dalam pengertian ini disebut dengan kecerdasan emosional (EQ).
Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini terwujud dalam
beberapa hal diantaranya;
Rasulullah Saw. diutus kepada umatnya dengan membawa risalah yang telah diwahyukan
Allah swt. melalui Jibril, diantaranya yaitu untuk menyempurnakan akhlaq. Sebagai mana sabda
Rasulullah Saw. dalam salah satu haditsnya;
Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. (HR. Malik).
Mendefenisikan agama sebagai akhlaq yang baik. Dalam sabda Rasulullah saw. ketika
beliau ditanya tentang makna agama, beliau menjawab;
bahwa agama adalah akhlak yang baik.
Timbangan yang paling berat pada hari Kiamat adalah akhlak mulia. Rasulullah Saw.
besabda;
Timbangan yang berat pada hari perhitungan nanti adalah takwa kepada Allah dan akhlak
mulia.
Orang-orang mukmin yang bagus keimanannya dan lebih baik diantara mereka adalah yang
paling mulia akhlaknya. Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan bahwa Islam
menempatkan akhlaq di posisi yang sangat tinggi.
Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat mulia. Dengan sifatsifat tersebut, beliau mampu membawa risalah yang Allah Swt. amanatkan kepadanya dengan
membuahkan hasil yang memuaskan, diantaranya dengan melahirkan generasi-generasi yang
tangguh dan memiliki iman serta ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga, tak jarang beliau
mendapat acungan jempol dari musuh-musuhnya dikarenakan akhlaknya yang mulia.
Dan setelah kita mengetahui akan pentingnya akhlak mulia dalam Islam, timbul pula satu
pertanyaan, adakah kita mampu membentuk akhlak yang mulia dalam kepribadian kita seharihari ? dan mampukah kita merubah tabiat buruk seseorang dan membimbingnya untuk berakhlak
baik ?.
Akhlak yang baik secara umum dapat dibentuk didalam diri kita, karena Allah Swt.
memerintahkan kita untuk berakhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk. Dan jikalau
hal ini tidak mungkin ditetapkan kepada manusia pasti Allah tidak akan mentaklifkan kepada
manusia karena Islam tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil kepada umatnya. Dan hal ini
berdasakan kemampuan yang dimiliki setiap individu dan juga ilmu pengetahuan yang
dikuasainya.
Umumnya manusia itu telah dianugerahi oleh sebagian akhlak, dan akhlak-akhlak ini bisa
terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Sabda Rasulullah Saw. kepada Abdul Qais;
Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah Swt. dan Rasul-Nya menyukai keduanya
yaitu kelembutan dan kesabaran;
kemudian ia bertanya kepada Rasulullah;
saya akan berakhlak dengan keduanya, apakah Allah Swt. telah menciptakan keduanya
kepadaku ?. Rasulullah Saw. bersabda bahkan kedua-duanya diciptakan kepada engkau,
maka ia menjawab; alhamdulillah Allah Swt. telah menciptakan kedua sifat kepadaku yang
mana Allah dan Rasul-Nya menyukai keduanya.
Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam membentuk terhadap pembinaan akhlak
agar menjadi manusia yang khairul ummah (sebaik-baik ummat/manusia yang baik) adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik yang telah ditetapkan dalam agama Islam dan juga
macam-macam akhlak yang buruk yang telah dilarang oleh Islam. Hal ini sangat penting sekali
karena untuk membedakan akhlak yang baik dan akhlak yang tidak baik.
b. Seseorang muslim juga harus mengetahui dan menyadari akan pentingnya ia berakhlak yang baik
karena hal ini berhubungan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. sebagaimana ia
juga harus mengetahui akan bahayanya berakhlak yang buruk.
c. Tidak cukup hanya dengan mengetahuinya saja, tapi juga harus direalisasikan dalam prilaku
sehari-hari sebagai bukti nyata dari keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. karena
akhlaq yang buruk itu menunjukkan lemahnya keimanannya kepada sang Khalik, tapi akhlak
yang mulia menunjukkan tingginya iman dan takwa kepada Allah Swt.
d. Memelihara maani-maani aqidah Islam dalam diri karena ia merupakan kunci keimanan kepada
Allah Swt. dan Rasul-Nya yang bisa membuka jiwa dalam menerima akhlak-akhlak Islami serta
merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari.
Dan masih banyak lagi cara-cara dalam membina dan membentuk akhlak yang Islami.
Sekarang kita telah mengetahui bahwa akhlak merupakan sesuatu yang terbuka untuk
pengembangan, yang memerlukan pendidikan dan latihan sehingga menjadi tabiat dan karakter
yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.