Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DILALAH
Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni daala-yadulu-dilalah yang
artinya petunjuk atau yang menunjukan. Dilâlah (penanda) dalam bahasa arab ad-Dilâlah
jika diartikan dari sisi etimologi adalah al-Hidâyah (petunjuk). Sedangkan menurut
istilah, dilâlah merupakan suatu proses pencarian makna dari al-dâl (penunjuk) kepada
almadlûl (objek yang ditunjuk). Dalam kitab Syarh al-Quwaisiny ‘ala Matn al-Sulam fi
alManthiq telah diterangkan
.‫ والثاني مدلول‬،‫ واألمر األول دال‬،‫ كون أمر بحيث يفهم منه أمر اخر سواء فهم بالفعل أم ال‬: ‫الداللة‬
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, baik pemahaman itu dengan
perbuatan ataupun tidak dengan perbuatan. Sesuatu yang pertama disebut Aldall (petunjuk,
tanda, penerang atau yang memberi dalil), dan segala sesuatu yang kedua
disebut madlul (yang ditunjuk atau yang diterangkan). Sedangkan menurut Abi Hilal alAskari
mendefinisikan dilalah sebagai berikut :
‫الداللة مايؤدي النظر فيه الى العلم‬
Dilalah adalah satuan fenomena yang teramati dalam membentuk pengetahuan ilmiah
Contoh :
a. Adanya asap di balik bukit, berarti ada api dibawahnya. Dalam hal ini asap
disebut dal atau dalil (yang menunjukan atau Petunjuk Sedangkan api
disebut madlul (yang ditunjuk atau yang diterangkan).
b. Terdengar raungan harimau di suatu semak adalah dilalah (petunjuk atau
tanda) bahwa adanya harimau di dalam semak tersebut. Suara raungan harimau
disebut dal atau dalil (yang menunjukan atau petunjuk), sedangkan adanya
harimau disebut madlul (yang ditunjuk atau yang diterangkan)
B. MACAM-MACAM DILALAH
‫ وإلى لفظ‬،‫والدال ينقسم إلى غير لفظ‬
Dilalah / Dalalah terbagi menjadi dua macam yaitu Dilalah ghoiru lafdziyah dan
Dilalah Lafdziyah .
1. Dilalah Ghairu Lafzhiyah
‫ماكان الدال فيها غير لفظ او صوت‬
Dilalah ghairu lafzhiyah adalah petunjuk yang bukan berupa kata-kata atau suara.
Dilalah Ghairu Lafdziyah terbagi menjadi tiga macam:
1. Dilalah Ghairu Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu
‫ما كان الدال فيهاعقال‬
Dilalah (petunjuk) yang bukan berupa kata-kata atau suara yang berupa pemahaman
melalui akal pikiran (rasional).
Contoh:
(a) Berubahnya alam semesta menjadi dilalah (menunjukkan) bahwa alam adalah
sesuatu yang baru.
Dengan dalil bahwa tiap alam itu berubah, dan tiap yang berubah itu adalah hal yang
baru. Dan sesuatu yang baru itu diawali dengan tidak ada.
(b) Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah adanya pencuri yang mengambil.
(c) Terjadinya kebakaran di gunung menjadi dilalah bagi adanya orang yang membawa
api ke sana.
2. Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabi’iyah, yaitu
‫ما كان الدال فيها عرضا طبيعيا‬
Dilalah (petunjuk) yang bukan berupa kata atau suara yang berupa sifat alami atau
spontanitas (tanpa berpikir dahulu).
Contoh:
(a) Wajah cerah menjadi dilalah bagi hati yang senang.
(b) Menutup hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau kentut dan
sebagainya.
(d) Merahnya wajah menjadi dilalah bahwa orang itu sedang marah atau
Malu. Maksudnya, yang menentukan demikian itu adalah bukan akal tetapi tabiatnya
memang demikian.
3 Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadh’iyah
Dilalah (petunjuk) bukan berupa kata atau suara yang dengan sengaja dibuat oleh
manusia untuk suatu isyarat atau tanda berdasarkan kesepakatan. Maksudnya yang
menentukan bukanlah akal dan bukan tabiat manusia, tetapi memang sengaja dibuat oleh
sekelompok manusia.
Contoh:
(a) Secarik kain hitam yang diletakkan di lengan kiri orang Cina adalah dilalah bagi
kesedihan/duka cita, karena ada anggota keluarganya yang meninggal.
(b) Bendera kuning dipasang di depan rumah orang Indonesia pada umumnya,
menggambarkan adanya keluarga yang meninggal.
(c) Menganggukan kepala (orang Indonesia) menunjukkan “ iya” (bersedia/menyetujui),
sedangkan menggelengkan kepala menunjukkan ‘tidak” (menolak).
2. Dilalah Lafzhiyah
‫كان الدال فيها لفظا او صوتاما‬
Dilalah lafzhiyah adalah Petunjuk yang berupa kata atau suara. Dilalah ini
terbagi menjadi tiga bagian :
1. Dilalah Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu
‫ما كان الدال فيها عقال‬
Dilalah (petunjuk) yang dilalah (tanda) yang berdasarkan akal pikiran (rasional).
Contoh:
(a) Suara teriakan di tengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di
sana.
(b) Suara teriakan ‘Maling’ di sebuah rumah menjadi dilalah bagi adanya
maling yang sedang melakukan pencurian.
2. Dilalah Lafzhiyah Thab’iyah, yaitu
. ‫ما كان الدال فيها عرضا طبيعيا‬
Dilalah (tanda) yang besifat alamiah atau pembawaan.
Contoh :
a) Suara “aduh” (rintian) menunjukkan rasa sakit.
b) Suara “Waw” menujukkan rasa terkejut.
3. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu
‫ما كان الدال فيها وضعا اصطالحا‬
Dilalah (petunjuk) yang berupa kata yang ditunjukkan untuk suatu makna tertentu.
Dan dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu isyarat atau tanda (apa saja)
berdasarkan kesepakatan bersama.
Contoh:
(a) Petunjuk lafadz (kata) kepada makna (benda) yang disepakati:
Orang Sunda, misalnya sepakat menetapkan kata Cau menjadi dilalah bagi Pisang.
Orang Jawa, misalnya sepakat menetapkan kata Gedang menjadi dilalah bagi Pisang.
Orang Inggris, misalnya sepakat menetapkan kata Banana menjadi dilalah bagi Pisang.
Dilalah (tanda) yang menjadi obyek pembahasan dalam ilmu mantiq adalah Dilalah
Lafzhiyah Wadh’iyyah (tanda yang berbentuk kata yang bersifat penetapan).
C. MACAM-MACAM DILALAH LAFDZIYAH WADH’IYAH
Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah dibagi menjadi tiga:
1. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Muthabaqiyah, yaitu
‫داللة اللفظ على تمام معناه الموضوع له‬
Dilalah lafadz (petunjuk kata) pada makna secara keseluruhan.
Contoh:
(a) Kata rumah memberi petunjuk (Dilalah) kepada bangunan lengkap yang terdiri dari
dinding, jendela, pintu, atap dan lainnya, sehingga bisa dijadikan tempat tinggal yang
nyaman. Jika anda menyuruh seorang tukang membuat rumah, maka yang dimaksudkan
adalah rumah secara keseluruhan , bukan hanya dindingnya atau atapnya saja.
(b) Seorang murid bertanya kepada gurunya : “ Pak, rokok itu apa? “
Pak guru menjawab : “ Rokok ialah tembakau yang digulung dengan kertas. “
Rokok diartikan dengan tembakau yang digulung dengan kertas, adalah tepat dan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Tadhammuniyah, yaitu
‫داللة اللفظ على جزء معناه الموضوء له‬
Dilalah lafadz (petunjuk kata) kepada bagian-bagian maknanya, artinya hanya sebagian
dari lafadz saja,bukan secara keseluruhan.
Contoh:
(a) Jika anda, misalnya menyuruh tukang memperbaiki rumah maka yang anda
maksudkan bukanlah seluruh rumah, tetapi bagian-bagiannya yang rusak saja.
(c) Jika anda meminta dokter mengobati badan anda, maka yang dimaksudkan
adalah bagian yang sakit saja.
3. Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Iltizamiyah, yaitu
‫داللة اللفظ على شيء خارج عن معناه الزم له‬
Dilalah lafadz (petunjuk kata) kepada sesuatu yang di luar makna lafadz yang disebutkan,
yang merupakan keharusan bagi sesuatu tersebut.Dapat juga dikatakan sesuatu di luar
kandungan maknanya, tetapi terikat amat erat terhadap makna yang dikandungnya.
Contoh: Seorang anak bertanya pada ibunya : “Bu, sambal itu apa?”
Ibunya menjawab : “sambal Itu suatu yang pedas yang menambah
enaknya makanan. “kata sambal” diartikan “pedas” itu kurang tepat
dengan keadaan yang sebenarnya. Tapi pedas itu pasti ada pada
sambal.
Pengertian sambal artinya lombok/cabai/merica dan bahan-bahan lain (seperti
garam, terasi, dan lain-lain) yang diulek (dilembutkan dengan alat khusus untuk
membuat sambal). Dan semua makanan yang ada lombok/cabai atau mericanya tentu
pedas. Jadi adanya cabai atau merica itu memastikan adanya pedas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Dilalah
Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni daala-yadulu-dilalah yang
artinya petunjuk atau yang menunjukan. Dilâlah (penanda) dalam bahasa arab ad-Dilâlah
jika diartikan dari sisi etimologi adalah al-Hidâyah (petunjuk). Sedangkan menurut
istilah, dilâlah merupakan suatu proses pencarian makna dari al-dâl (penunjuk) kepada
almadlûl (objek yang ditunjuk). Dalam kitab Syarh al-Quwaisiny ‘ala Matn al-Sulam fi
alManthiq telah diterangkan
.‫ والثاني مدلول‬،‫ واألمر األول دال‬،‫ كون أمر بحيث يفهم منه أمر اخر سواء فهم بالفعل أم ال‬: ‫الداللة‬
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, baik pemahaman itu dengan
perbuatan ataupun tidak dengan perbuatan. Sesuatu yang pertama disebut Aldall (petunjuk,
tanda, penerang atau yang memberi dalil), dan segala sesuatu yang kedua
disebut madlul (yang ditunjuk atau yang diterangkan). Sedangkan menurut Abi Hilal alAskari
mendefinisikan dilalah sebagai berikut :
‫الداللة مايؤدي النظر فيه الى العلم‬
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, H., Ilmu Mantik: Teknik Dasar Berfikir Logik. Yogyakarta: Darul


Ulum Press, 1996
Sambas, Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islami. 1996, Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Thahir, M Taib, Abd. Mu’in. 1987. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: PT Bumi
Restu.
Wallace, L. 1990. Metode Logika Ilmu Sosial. Terjemah: Yayasan
Solidaritas Agama. Koordinator: Lailil Kadar. Jakarta: Bumi Aksara.

[1] . H. Baihaqi A. K , Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logika, Darul


Ulum Press. Hal 9
[2] . KH. M Taib Thahir Abd Mu’in, Ilmu Mantik ( logika). 1987, Jakarta :
PT Bumi Restu. Hal, 21
[3] . H. Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islami. 1996,
Bandung : Remaja Rosda Karya. Hal, 40.
[4] . Wallace, L. 1990. Metode Logika Ilmu Sosial. Terjemah: Yayasan
Solidaritas Agama. Koordinator: Lailil Kadar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.
1-3

Anda mungkin juga menyukai