B. Pembagian Lafadz
Secara garis besar, lafadh dibagi menjadi
dua, yaitu lafadh muhmal (kata-kata yang
tidak menunjukkan arti) dan lafadh
musta’mal (kata-kata yang menunjukkan
arti). Kemudian khusus lafadh musta’mal
itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lafadz Mufrod (kata tunggal)
Lafadz mufrod adalah sebagian dari lafadz
itu tidak bisa menunjukkan arti sebagian
yang lain. Sebagai contoh lafadz kayu,
lafadz “ka” tidak mempunyai arti sendiri
dan lafadz “yu” juga tidak berarti sendiri.
Kemudian lafadz mufrod ini dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Juz-iy ((<ﺣﺰﺋﻰ
Juz-iy adalah lafadz yang tidak dapat
mencakup beberapa unit arti
b. Kulliy
Kulliy adalah lafadz mufrod yang dapat
mencakup beberapa unit arti secara
musytarok (sekutu). Artinya lafadz itu
apabila difikirkan, tercakupnya beberapa
unit arti tidak dapat dihindarkan. Bahasa
sederhananya, kelliy adalah kata-kata
mufrad yang ketika disebutkan lantas
menunjuk kepada semua arti atau
maknanya.
2. Lafadz Murakkab (susunan kata)
Lafadz murakkab adalah lafadh (yang
terangkai dari suku kata) yang sebagian
dari lafadh itu dapat menunjukkan arti dari
sebagian yang lain. Contoh: lafadh
“Bangsa Indonesia”, suku kata “Bangsa”
mempunyai arti sendiri, dan “Indonesia”
juga mempunyai arti sendiri, diaman arti-
arti tersebut adalah bagian arti dari
“Bangsa Indonesia”.[15]
a.Tamm
Tamm adalah kata-kata yang dirangkai
sedemikian sehingga dapat memberi
pengertian yang lengkap. Dalam bahasa
Indonesia, murakkab tam ini disebut
kalimat efektif atau kalimat sempurna.
Contoh:
Ø Muhammad Hatta adalah Bapak
Koperasi Indonesia.
Ø Ki Hajar Dewantara adalah Bapak
Pendidikan
Kemudian kalimat sempurna ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
1) Khabar (kalimat berita)
Khabari adalah kalimat sempurna yang
isinya mungkin benar dan mungkin pula
salah.
2) Insya’ (bukan kalimat berita)
Insya’ adalah kalimat sempurna yang tidak
mungkin benar dan tidak mungkin pula
salah. Biasanya insya’ ini muncul dalam
bentuk amr (kalimat perintah), nahi
(kalimat larangan), istifham (kalimat
tanya), dan nida’ (kalimat panggilan).
Dalam artian khabar dan insya’ ini
merupakan hal yang belum dilakukan,
sehingga belum tau benar atau salahnya.
b. Naqish
Naqish adalah rangkaian kata yang belum
memberikan pengertian efektif atau
sempurna (kalimat gantung). Contoh:
Ø Rumah besar itu.
Ø bapak guru itu.
Ø Yang mengarang buku.
Semua rangkaian kata tersebut merupakan
murakkab naqish, karena masih kurang
pengertiannya. Rangkaian kata-kata itu
akan sempurna jika dilengkapi dengan,
misalnya:
Ø Rumah besar itu terbakar
Ø Bapak guru itu disiplin
Ø Yang mengarang buku itu Drs.
Sumarsono