Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TAUKID DAN BADAL


Disusun untuk memenuhi tugas kuliah
Mata kuliah : Nahwu
Dosen Pembimbing :
Bapak Abdul Muqit,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Lathifatul Istibsyaroh (221101020033)
Alia Sofiana I.H (221101020008)

UNIVERSITAS ISLAM KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
OKTOBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas


berkat dan ridho-nya makalah ini dapat terselesaikan.Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah “ Nahwu ” .

Penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang


telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kepada rekan saya
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat atau pun
di kemudian hari.penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Mudah – mudahan dengan adanya kekurangan tersebut
penulis ataupun pembaca dapat memperbaikinya dengan memberikan kritik dan
saran sehingga akan ada kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Jember, 09 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
1.3 TUJUAN MASALAH...................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN TAUKID..............................................................................3
2.2 PENGERTIAN BADAL................................................................................6
BAB 111..................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hubungan antara hukum islam dengan pengetahuan Bahasa Arab
merupakan suatu yang sangat erat dan tidak dapat terpisahkan. Alasanya
sangat jelas, karena sumber pokok dari agama islam adadlah Al-qur’an dan
Hadits yang memakai aau menggunakan Bahasa Arab standar sesuai
dengan kaidah-kaidah Bahasa Arab.

Bahasa Arab adalah bahasa Al-qur’an dan setiap muslim yang


bermaksud menyelami agama islam yang sebenarnya dan lebih mendalam
tiada jalan lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu
Al-qur’an dan hadits. Jadi, untuk memahami isinya dengan baikkita harus
mampu pula memahami kaidah-kaidah kebahasaan, struktur kalimat,
susunan kalimat, maupun kosa kata yang di dalamnya.

Dalam berbicara kita sering masih ragu dengan pembicaraan kita


atau orang lain masih belum yakin dengan apa yang kita bicarakan, kita
juga masih sering salah dalam berbicara, itu dalam bahasa Indonesia
apalagi dengan bahasa arab yang bukan bahasa kita sendiri, di dalam
bahasa arab juga terdapat kata untuk menguatkan dalam berbicara dan
mengganti kata yang salah saat kita mengucapkannya, yaitu dinamakan
TAUKID(menguatkan) dan BADAL(pengganti).oleh karena itu,kita akan
membuat makalah yang membahas tentang TAUKID dan BADAL agar
kita ebih mengetahui keduanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.Apa yang dimaksud dengan taukid dan badal?

1
2.Apakah ada pembagian di dalam taukid dan badal?

3.Bagaimana penerapannya dalam al-qur’an dan hadits?

1.3 TUJUAN MASALAH


1.Memahami apa yang dimaksud dengan taukid dan badal

2.Mengetahui dan memahami pembagiannya

3.Memahami penerapanya dalam konteks berbicara, maupun dalam


al-qur’an dan hadits

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TAUKID
Taukid menurut bahasa yaitu menguatkan, sedangkan
menurut istilah yaitu ahli nahwu yaitu adalah tabi’yang mengikuti
ketijakjelasan hukum, seperti contoh ‫( َج اَء َزيٌد َنفُسُه‬zaid sendiri yang
datang).
Taukid menguatkan lafadh sebelumnya dalam hal
I,rab(rofa’, nashab, jer) dan ta’rifnya (ma’rifah). Lafal-lafal taukid,
menurut ulama’ basrah, semuanya adalah ma’rifah. Jika ditemukan
dalam bentuk nakiroh, maka ha tersebut dinamakan syadz, seperti
sya’ir dibawah ini:
‫ َتحِم ُلِني الَذ لَفاُءَح واًل اأكَتَع ا‬# ‫َياليَتِني ُك نُت َص ِبيًاُم رِض ًع‬
‫ ِإذًا َظِللُت الَدهَر َأبِك ي َأجَم َع ا‬# ‫ِإَذ اَبَك يُت َقَّبَلتِني َأرَبَع ا‬
Aduhai seandainya aku adalah anak kecil yang masih
menyusui, niscaya dzalfa menggendngku selama setahun penuh.
Yaitu apabila aku menangis ia pasti menciumku empat kali,
dengan demikian maka aku akan terus menangis selama setahun
penuh.

Taukid ada dua macam, yaitu:

 Taukid lafdzi( ‫د اللفظّي‬tt‫ )التوكي‬, yaitu menaukidi dengan cara mengulangi


lafadz itu sendiri atau dengan lafadz yang lain yang memiliki ma’na yang
sama. Contoh: ‫ َج اَء َزيٌد َزيٌد‬,‫ َنَع م َنَع م‬, ‫َج اء َج اءَزيٌد‬
 Taukid ma’nawi(‫د معنوي‬tt‫ )التوكي‬, yaitu: menaukidi dengan menggunakan
lafadz-lafadz taukid.

Adapun lafadz-lafadz yang digunakan untuk taukid ma’nawi yang masyhur


ada 4 (empat),yaitu:

3
 An-nafsu (‫ )النفس‬yang artinya “dirinya (dzat)”, seperti: ‫َج اَء َزيٌد نضفُسُه‬
(zaid seendiri yang datang)
 Al-ainu(‫ )العين‬yang artinya “dirinya (dzat)”, seperti: ‫( َج اَء َزيٌد َعيُنُه‬zaid
seendiri yang datang)
 Al-kullu(‫ )الكل‬yang artinya “semua’, seperti lafadz:‫( َج اَء الَقوُم كُّلُهم‬orang-
orang itu telah datang semua).
 Ajma’u (‫ )أجمع‬yang artinya “semua”, seperti: ‫( َج اَء الَقوُم َأجَم ُع وَن‬orang-
orang itu telah datang semua)
 Kata-kata yang menikuti pada lafadz ‫ أجمع‬, yaitu ‫ أبصع‬,‫ ابتع‬,‫ أكتع‬. kata-
kata ini digunakan setelah lafal ,seperti ‫( َج اَء الَقوُم َأجَم ُعوَن َأكَتُع وَن‬orang-
orang itu telah datang semua)1
Lafadh ‫ عين‬dan ‫ نفس‬ketika muakkadnya berupa mufrod maka lafadh
‫ نفس‬dan ‫ عين‬juga mufrod, jika muakkadnya berupa tasniah atau jamak
maka keduanya berupa jamak seperti contoh : ,‫َج اء الزيدان انفسهما اعينهما‬
‫ الهندات انفسهن أعينهن‬,‫ جاء الزيدون انفسهم او اعينهم‬2
Unsur-unsur taukid:
 Muakkad; yaitu lafadh yang ditaukidi. Muakkad selalu jatuh sebelum
taukid
 Taukid; yaitu lafadh yang berfungsi menguatkan atau menegaskan
muakkad.
Contoh :‫َج اَءُمَحَّم ٌد َنفُسُه‬
‫ ُمَحَّم د‬: sebagai muakkad
‫ َنفُسُه‬: sebagai taukid.

1
Syekh syarofudin yahya al-imrithi, 1996, Al-imrithi, pondok pesantren salafiyah al-falah, ploso
mojo Kediri
2
Jamaluddin muhammad bin Abdullah, 2005, syarah ibnu aqil, Al haromain Jaya Indonesia

4
2.2 PENGERTIAN BADAL
Badal menurut bahasa adalah mengganti.sedangkan
menurut istilah ahli nahwu adalah tabi’yang dimaksud dengan
hukum dengan tanpa perantara huruf ‘athaf, seperti ‫َج اَء َزيٌد أُخ وَك‬
(telah datang zaid,yakni saudaramu)
Badal ada 5 (lima) macam, yaitu:
 Kul min kul,yaitu badal merupakan isi dari mubdal minhu,
seperti ‫( َج اءَزيٌد أُخ وَك‬telah datang zaid,yaitu saudaramu)
 Ba’du min kul, yaitu badal merupakan sebagian dari
keseluruhn mubdal minhu, seperti ‫َف ُثُلَث ُه‬tt‫( َأَك لُت الَّر ِغ ي‬saya
memakan sepertiga roti)
 Isytimal, yaitu keadaan badal terkandung dalam mubdal
minhu, sepert ‫ٌد َعلُم ُه‬tt‫ ( َنَفَعِني َزي‬ilmunya zaid memberikan
manfaat padaku).
 Ghalath, yaitu badal merupakan ralatan dari mubdal
minhu,disebabkan mutakallim salah dalam berbicara
sehingga mendatangkan lafadz lain untuk
membenarkannya, seperti ‫( َر َأيُت َزيًد الَفَر َس‬saya melihat zaid,
eh kuda).
 Idhrab, yaitu badal merupakan susulan kata dari mubdal
minhu, karena mutakallim sengaja mengubah maksudnya
seperti ‫( ُخ ذِني ِكتاَبا الَقَلَم‬ambilkan aku buku,pensil)

Sebenarnya ada macam keenam yang tidak disebutkan,


yaitu badal nisyan. Pengertiannya hampir sama dengan badal
gholath, hanya perbedaannya, kalau badal ghalath kekeliruan
lisan, sedangkan badal nisyan kekeliruan akal.

Sebagaimana isim , fi’il juga bisa menjadi badal dari fi’il


lainnya.

Adapun contoh-contohnya sebagai berikut:

5
 Kul min kul,seperti‫ُيدَخل ِج نَانًا‬,‫( َم ن يؤِم ن ُيَثب‬barang siapa
beriman, maka ia akan diganjar, yakni dimasukkan
surga).
 Ba’dhu min kul, seperti ‫( إن ُتَص ل َتسُجد هلل َيرَح مَك‬jika
engkau sholat, yakni bersujud pada Allah, maka
Allah akan mengasihanimu).
 Isytimal, seperti ‫( ُيدَخ ل جَنانا َلم َيَنل فيها َتَع ًبا‬
dimasukkan surga, yakni tidak ada kepayahan
didalamnya)
 Ghalath, seperti ‫( ِإن َتأِتَنا َتسَألَنا ُنعِط َك‬jika engkau datang
pada kami,ups.... minta pada kami, maka kami akan
memberimu) jika kata ‫ َتأِتنا‬diucapkan dengan tanpa
kesengajaan.
 Idhrab, seperti ‫( ِإن َتأِتَنا َتسَألَنا ُنعِط َك‬jika engkau datang
pada kami, ups…. Minta pada kami,maka kami
akan memberimu),jika kata ‫ َتأِتنا‬diucapkan dengan
kesengajaan.3

Unsur-unsur badal:

 Mubdal minhu; yaitu lafadh yang diganti.mubdal


minhu selalu jatuh sebelum badal.
 Badal; yaitu lafadh yang mengganti.

Contoh: ‫(َج اَء ُمَحَّم ٌد َأٌخ وَك‬Muhammad, saudara laki-


lakimu telah datang).4

‫قال ابن مالك‬:


‫ َك َم ن َيِص ل ِإليَنا َيسَتِع ن ِبنا ُيَع ن‬# ‫َو ُيبَدُل الِفعُل ِم َن الِفعِل‬

3
Syekh syarofudin yahya al-imrithi, 1996, Al-imrithi, pondok pesantren salafiyah al-falah, ploso
mojo Kediri
4
Dr. H. Abdul Haris, M.Ag., 2017, Nahwu & Sharf, Al-bidayah, Kaliwaes Jember, hal 220

6
Badal tidak hanya berlaku pada isim, namun, ia juga
berlaku untuk bentuk fi’il, baik mufrad maupun
jumlah (dengan syarat mabdulnya juga fi’il,dan fi’il
yang menjadi badal harus sejenis dan sedhomir, jadi
kalau mabdul nya fi’il amar maka badalnya juga
memakai amar dengan dhomir yang sama).5
Hukum – hukum badal :
 Tidak harus seirama antara badal dan mubdal minhu
dalam hal ma’rifat dan nakirohnya, karena dalam
ketentuannya hanya sama dalam hal I’robnya saja
 Apabila mubdal minhu fi’il maka badal juga fi’il,
begitu juga dengan isim dan huruf
 Isim dhohir tidak boleh menjadi badal dari mubdal
minhu isim dhomir yang hadir (dhomir mutakallim
dan mukhotob)
 Apabila mubdal minhu berupa isim istifham / isim
syarat maka badalnya diberi hamzah istifham 6

Perbedaan badal dengan athaf bayan yaitu : apabila badal ada yang
dituju hukum, yaitu mubdal minhunya, sedangkan athaf bayan
tidak ada yang dituju hukum, tetapi hanya sebagai matbu’ (isim
yang mengikuti) saja.7

5
Ibnu malik, Alfiyah Ibnu Malik, Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri,
6
Ibnu malik, Alfiyah Ibnu Malik, Pondok Pesantren, Nurul Islam, Jember
7
Al-ghalayni Musthafa, Jam’ud Durus, Al- maktabah ashriyah, Beirut

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Taukid adalah tabi’yang mengikuti ketijakjelasan hukum, seperti contoh
‫( َج اَء َزيٌد َنفُسُه‬zaid sendiri yang datang). Taukid ada dua macam, yaitu: Taukid
lafdzi( ‫)التوكيد اللفظّي‬, Taukid ma’nawi(‫)التوكيد معنوي‬.

Badal adalah tabi’yang dimaksud dengan hukum dengan tanpa perantara


huruf ‘athaf, seperti ‫( َج اَء َزيٌد أُخ وَك‬telah datang zaid,yakni saudaramu). Badal
ada 5 (lima) macam, yaitu: Kul min kul, Ba’du min kul, Isytimal, Ghalath,
Idhrab.

3.2 Saran

Adapun beberapa hal yang perlu kami tahu sebagai penunjang dalam
pembuatan makalah ini. Kami telah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya tetapi kami meminta saran dari pembaca terkait dengan makalah ini.
Diharapkan saran dari pembaca bisa membuat makalah ini lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yahya, Syekh Syarofudin. 1996. Al-imrithi. Ploso, Kediri: Pondok Pesantren


Salafiyah Al-Falah.

Haris, Dr.H. Abdul Haris M.Ag,.2017. Nahwu & Sharf Al-bidayah, Kaliwates
Jember.

Malik, Ibnu.1274. Alfiyah Ibnu Malik, Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Malik, Ibnu.1274. Alfiyah Ibnu Malik, Pondok Pesantren Nurul Islam, Jember.

Muhammad, Jamaluddin. 2005. Syarah ibnu aqil, Al-Haromain jaya, Indonesia.

Ghalayini, Musthafa. 1993. Jami’ud Durus al- Arabiyah, Al maktabah al-


Ashriyah, Beirut

Anda mungkin juga menyukai