Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEPUTAR LAFAZH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Ilmu Mantik

Dosen Pengampu: R.Tanzil Sayyaf,S.Sy.,M.H

Oleh:

1. Mabrour Alief Normala (202110020311063)


2. Mikael Bima (202110020311010)
3. Putra Ahimsa Moumtaz Malik (202110020311060)

KELAS B

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini dengan judul “Seputar Lafazh”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Mantik dari Dosen
pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan
wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya pengertian lafadz
dan pembagiannya dalam Ilmu Mantik.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak
R.Tanzil Sayyaf,S.Sy.,M.H selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Mantik. Tidak lupa bagi pihak-
pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini kami juga mengucapkan terima
kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.

Malang, 07 November 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

Setelah mengulas pembahasan mengenai dua macam pengetahuan (tashawwur-


tashdiq), kemudian disusul dengan dalalah, dengan seluruh macamnya,
kemudian keterkaitan antar masing-masing dalalah, pada pembahasan kali ini
akan memasuki macam-macam lafazh beserta pembagiannya dan contoh-
contohnya.

Sebelum memasuki lebih kedalam pembahasan lafazh, perlu diketahui:


Mengapa Ilmu Mantik-yang tugas utamanya merumuskan kaidah berpikir-harus
berurusan dengan lafazh atau kata-kata? Bukankah pembahasan lafazh itu
merupakan domain ilmu bahasa?

Jawabnya sederhana: Karena lafazh itu merupakan perantara untuk


menyampaikan pikiran. Kita bisa berpikir melalui lafazh yang kita tangkap, dan
kita tidak akan mampu menyampaikan pikiran kecuali melalui lafazh.

Tanpa adanya lafazh, kita tidak akan mampu menyampaikan pikiran kita kepada
orang lain. Karena ia merupakan medium berpikir, maka sangat wajar ia masuk
kedalam pembahasan ilmu yang merumuskan kaidah berpikir.

Pembahasan lafazh ini akan membantu kita dalam memahami kulliyat khamsah
dan lain-lainya. Maka akan dijelaskan dalam makalah ini, apa saja macam-
macam lafazh itu? Mari kita ulas satu persatu.

BAB 2

PEMBAHASAN

SEPUTAR LAFAZH DAN PEMBAGIANNYA


Pengertian Lafazh

Adalah (‫)الص@@@وت ال@@@ذي يفهم من@@@ه عن@@@د إطالق@@@ه مع@@@نى معينا‬ suatu yang dipahami dari


keumumannya suatu makna tertentu.

Pembagian Dua Macam Lafazh Secara Umum:


1) Lafazh Mahmul
Lafazh yang diabaikan dalam pemakaiannya. Contoh ‫ ديز‬kebalikan ‫زيد‬.
2) Lafazh Musta’mal
Lafazh yang dipakai/digunakan karena memiliki makna. Lafazh ini dibagi
menjadi 2 macam:
A. Lafazh Mufrad
Lafazh yang bagian-bagian pembentuknya-baik itu huruf maupun kata-tidak
menunjukkan sebagian makna dan petunjuk yang dimaksudkan. Contoh kata
Abdullah, dalam Ilmu Nahwu akan disebut Murakkab karena ia terdiri dari dua
kata dan masing-masing kata memiliki makna tersendiri yang dimaksudkan
hamba Allah. Padahal yang dimaksudkan dalam Ilmu Mantik adalah orang yang
bernama Abdullah dan disebut Mufrad.
 Lafazh Mufrad dari segi jenisnya:
a) Kalimat dalam Ilmu Mantik sama seperti Fi’il dalam Ilmu Nahwu
Contohnya Menulis (Kataba).
b) Isim dalam Ilmu Mantik seperti Isim ‘Alam dalam Ilmu Nahwu
Contohnya Zaid.
c) Adat dalam Ilmu Mantik sama seperti Huruf dalam Ilmu Nahwu
Contohnya huruf Ba’ Majrur
 Lafazh Mufrad dari segi bentuknya:
a) Lafazh mufrad yang tidak memiliki bagian, yang terdiri dari satu
huruf. Contoh; huruf Alif, Ba’, Ta, Tsa dan lainnya.
b) Lafazh mufrad yang memiliki bagian, tetapi jika dipisah, bagian itu tidak
mempunyai arti sama sekali. Contoh; Kha dalam kata ‘Khair’, dll.
c) Lafazh mufrad yang mempunyai bagian (tersusun dari dua kata atau
lebih) dan menunjukkan satu arti/maksud yang satu, bukan sebagiannya
saja. Contoh: kata “Abdullah” (sebuah nama). Kata ‘Abdun’ mempunyai
arti tersendiri, yaitu (seorang hamba), sebagaimana juga kata ‘Allah’.
pengertiannya dalam hal ini adalah penggabungannya, bukan saat
terpecah/terpisah, karena yang dimaksudkan dengan “Abdullah” adalah
sebuah nama (yaitu, nama satu orang saja, bukan Abdun dan atau bukan
Allah).
d) Lafazh mufrad yang memiliki bagian dan dapat menunjukkan sebuah arti,
tetapi artinya bukan yang dimaksud. Contoh: Hayawan Nathiq (nama
seseorang). Kata Hayawan Nathiq memang juga mempunyai arti semua
manusia/hewan (yang berakal), tetapi bukan arti itulah yang
dimaksudkan. Melainkan nama orangnya yang kita maksud, yang mana
namanya itu kebetulan bernama “Hayawan Nathiq”.
 Lafazh Mufrad dari segi jumlah maknanya:
Memiliki satu makna:
I) Kulli, yaitu lafazh Mufrad yang bermakna satu yang berlaku baginya
banyak individu didalamnya, sekalipun itu hanya ada dalam bayangan
saja. Contoh “Kunci”.
- Kulli Dzatiy, menjelaskan lafazh Kulli yang didalam esensinya.
a) Jins
Menjelaskan separuh esensi dari sesuatu yang ingin kita ketahui dan
berlaku untuk individu yang esensinya berbeda.
Contoh: Hewan.
1. Jins Qarib/Safil (dinamakan juga dengan jins Safil), adalah lafazh kulli
yang tidak ada lagi jins dibawahnya, namun di atasnya ada jins seperti
lafaz hayawan maka dibawah lafaz hayawan tidak ada jins lagi yang ada
hanya Nau’ seperti insan, faras, dan lain-lain, tapi diatasnya ada jins
seperti jism.
2. Jins Mutawassith, adalah lafazh kulli yang dibawahnya ada jins dan
diatasnya juga ada jins seperti lafaz jism maka dibawahnya ada jins
seperti hayawan.
3. Jins Ba’id/’Aliy (dinamakan juga dengan jins ‘Ali), adalah lafazh kulli
yang diatasnya tidak ada lagi jins tetapi dibawahnya ada jins seperti
lafazh jauhar, maka diatasnya tidak ada lagi jins tapi dibawahnya ada jins
seperti hayawan dan jism.
b) Fashl
Menjelaskan sebagian esensi dari sesuatu yang ingin kita ketahui
sekaligus menjadi unsur pembeda dengan sesuatu yang lain.
Contoh: Berpikir.
1. Fashl Qarib, adalah fashl yang membedakan sesuatu dalam ruang lingkup
jinsnya yang qarib seperti natiq maka natiq adalah fashl qarib yang
membedakan insan dengan faras yang mana insan dan faras berada dalam
ruang linkup kata-kata hayawan (jins qarib).
2. Fasal Ba’id, adalah fashl yang membedakan sesuatu dalam ruang lingkup
jinsnya yang ba’id seperti hisas maka hisas adalah rasa yang
membedakan insan dengan bebatuan atau dengan pepohonan yang mana
insan, bebatuan, pepohonan berada ruang lingkup jism (jins ba’id).
c) Nau’
Hampir sama dengan Jins, namun hanya berlaku untuk individu yang
esensinya sama.
Contoh: Manusia.
1. Haqiqiy
Nau’ yang terletak dibawah jins qarib dan dibawahnya hanya ada afrad.
Contoh kata Insan yang terletak dibawah Hayawan dan dibawah Insan
hanya terdapat afrad seperti Zaid, Budi dan lain-lain.
 Munfarid (Nau’ tidak berada dibawah jins, tetapi dibawahnya
hanya ada afrad.
 Ghair Munfarid (Nau’ yang berada dibawah jins, dan dibawahnya
ada afrad. Seperti kata Insan dibawah kata Hayawan dan dibawah
Insan ada individu Zaid, Budi, dan lain-lain.
2. Idhafiy
Nau’ yang mencakup Haqiqiy dan juga Jins. Perbedaanya hanya
penisbatannya ke atas.
 Safil (Nau’ yang berada paling bawah dan hanya mempunyai afrad
saja). Contoh Insan.
 Mutawassith (Nau’ berada ditengah, dibawah jins, dan dibawahnya
ada Nau’ Idhafiy). Contoh Jismun Namin.
 ‘Aliy (Nau’ berada paling atas, dibawah jins ‘aliy dan dibawahnya
ada Nau’ Idhafiy). Contoh Jism.

- Kulli ‘Aradhiy, menjelaskan lafazh Kulli yang diluar esensinya.


a) Khashshah
Hampir sama dengan Fashl, namun berada diluar esensi dari sesuatu
yang ingin kita ketahui.
Contoh: Tertawa.
b) ‘Aradh ‘Amm
Hanya penjelas dari sesuatu yang ingin kita ketahui berada diluar
esensinya.
Contoh: Berjalan.
Mafhum dan Mashdaq
Dalam setiap lafazh Kulli mempunyai 2 segi dalam pentunjuknya:
1) Mafhum, yaitu pemahaman kita terhadap suatu lafazh yang universal
berdasar makna dan sifat-sifat dasar yang dipahami dari Lafazh.
Contoh: Hayawan Nathiq adalah Mafhum dari Insan.
2) Mashdaq, yaitu individu yang tercakup dalam lafazh yang universal. Juga
tidak harus ada dalam alam indrawi, selama sesuatu itu punya Mafhum
baik Kulli maupun Juz’iy, pasti dia mempunyai Mashdaq walaupun
bentuknya imajinasi.
Contoh: Zaid, Budi, dan Dodo adalah Mashdaq dari Insan.
II) Juz’iy, yaitu lafazh Mufrad yang bermakna satu yang tidak berlaku
baginya banyak individu didalamnya, sekalipun itu hanya ada dalam
bayangan saja.
Singkatnya antara Kulli dan Juz’iy sebagaimana contoh: Ketika kita diberikan
sebuah kata “Kunci” yang ada dalam bayangan kita maka terdiri dari banyak
macam kunci. Baik itu kunci mobil, rumah, kelas dan lain-lain. Maka “Kunci”
disini disebut Kulli/Universal/Umum. Namun jika kita hanya fokus akan kata
“Kunci Mobil” itu disebut Juz’iy.
Perbedaan Kulli dan Juz’iy
Dalam bahasa ilmu mantik suatu kata yang kalau dibayangkan oleh akal
menimbulkan adanya persekutuan itu disebut dengan istilah Kulli (universal
atau umum) yang artinya ia berlaku bagi banyak individu-individu sekalipun
hanya dalam bayangan saja.
Sedangkan jika suatu kata yang kalua dibayangkan oleh akal tidak akan
menimbulkan persekutuan itu disebut Juz’iy. Mengapa? Karena yang kedua ini
sifatnya khusus maka ia tidak berlaku bagi individu yang lain.
Contohnya ketika ada orang yang mengatakan kata “artis” di hadapan
anda, kira-kira apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata itu.
Kemungkinan besar dari kata “artis” kita dapat membayangkan banyak nama
orang karena dari kata tersebut sifatnya umum.
Namun ketika ada seseorang yang mengatakan dihadapan anda, “Aku
tadi ketemu Baim Wong lo dijalan, lagi bagi-bagiin sembako”. Saat menyimak
kata yang disebutkan tadi, jika anda mengenal sosok “Baim wong” tentu saja
langsung tertuju akan satu sosok yang banyak orang kenal bernama Baim
Wong. Memang tidak selamanya nama Baim Wong untuk seorang artis saja,
namun yang pasti ada satu orang tertentu yang Bernama Baim Wong. Entah dia
seorang ustadz, penyanyi, dokter, polisi atau siapapun. Disitulah akal kita
mencegah adanya sekutu bagi kata yang dimaksudkan, karena kata yang
ditunjuk adalah satu, yaitu orang yang Bernama Baim Wong.
Perbedaannya:
 Jika yang pertama menimbulkan adanya persekutuan maka yang
kedua ini tidak menimbulkan adanya persekutuan.
 Jika yang pertama berlaku bagi individu yang banyak maka yang
kedua ini hanya berlaku bagi individu yang tertentu saja.
 Jika yang pertama bersifat umum maka yang kedua ini sifatnya
khusus.
 Jika yang pertama sifatnya universal maka yang kedua ini sifatnya
partikular.
Yang pertama disebut Kulli yang kedua disebut Juz’iy.

Memiliki bermacam-macam makna:


1) Lafazh Musytarak, yaitu lafazh yang menunjukkan kepada pengertian
ganda atau lebih dengan penggunaan berbeda. Contoh “Mata” (Mata air,
Mata kaki)
2) Lafazh Ghair Musytarak
a) Mukhtash
Lafazh yang mempunyai 1 makna. Contoh : besi, pohon, manusia, dan
lain-lain.
b) Manqul
Yaitu apabila yang digunakan adalah makna kedua, dan meninggalkan
makna yang pertama. Contoh : shalat, zakat, dan lain lain.
c) Haqiqah
Lafazh yang digunakan dalam maknanya sebagaimana aslinya. Contoh :
harimau ketika digunakan untuk hewan dalam kebun binatang.
d) Majaz
Lafazh yang digunakan untuk selain makna aslinya karena adanya
keterkaitan antara makna yang digunakan di dalamnya dan makna yang
diinginkan darinya. Contoh : lafazh harimau jika dikaitkan dengan lelaki
maka berarti lelaki yang pemberani.
e) Murtajal
Lafazh yang diletakkan untuk suatu makna kemudian digunakan dalam
makna lain dengan tanpa adanya kesesuaian antara keduanya. Contoh :
dari naman ama isim `alam dan lain lainnya.
B. Lafazh Murakkab
Adalah lafazh (yang terangkai dari suku kata). Lafazhnya terbagi 2 macam:
a) Lafazh Murakkab Tam
Lafazh yang memberikan makna jelas sehingga orang tidak perlu
bertanya lagi. Dalam Ilmu Nahwu biasa disebut Jumlah Ismiyyah atau
Fi’liyyah. Dalam bahasa Indonesia ini disebut kalimat efektif atau kalimat
sempurna.
Contoh: Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia ke-2.
Murakkab Tam terbagi 2 macam:
 Murakkab Tam Khabariy
Lafazh yang membuka kemungkinan jujur atau bohong. Contoh Laptop
ini murah.
 Murakkab Tam Insya’iy
Lafazh yang menutup kemungkinan jujur atau bohong, biasanya
mengandung kata perintah, larangan, pengandaian, pertanyaan dan
seruan. Contoh “Jangan lakukan itu!”.
b) Lafazh Murakkab Naqish
Lafazh yang masih memerlukan penjelasan makna dan membuat orang
bertanya-tanya (kalimat gantung).
Contoh: Sepatu itu.
Murakkab Naqish terbagi 2 macam:
 Murakkab Naqish Taqyidiy
Rangkaian lafazh yang kata keduanya mengikat kata pertama. Contoh
Cowok ganteng itu.
 Murakkab Naqish Ghair Taqyidiy
Rangkaian lafazh dari Isim dan Adat atau Kalimat dan Adat. Contoh Zaid
dengan. Pergi ke.

Relasi antara Makna dan Lafazh


Nisbat lafazh Kulli pada makna ada lima macam, yaitu:
1) Tawathu’
Adalah lafazh yang mempunyai banyak arti yang semua arti itu sama,
seperti kata manusia. Kata manusia ini dapat menunjukkan beberapa
individu, Zaid, Ali dan sebagainya yang semuanya sama tidak ada
bedanya di pandang dari segi kemanusiaan.
2) Tasyakuk
Adalah lafazh yang mempunyai banyak arti yang semua arti itu tidak
sama, seperti kata cahaya, cahaya pada matahari tidak sama dengan
cahaya pada bulan, sebab cahaya pada matahari itu lebih
menyengat  kuat daripada cahaya pada bulan.
3) Takhaluf
Adalah suatu kata yang artinya tidak sama dengan kata lain atau
sejumlah lafazh yang memiliki arti sendiri-sendiri seperti “manusia”
dan kata “kuda”, dua kata yang berbeda  ini masing-masing
mempunyai arti sendiri-sendiri yang berbeda sama sekali.
4) Isytirok 
Adalah suatu lafazh yang mempunyai arti lebih dari satu. Dalam kata
lain, suatu lafazh yang sama menyatakan pengertian yang berlainan.
Contoh lain adalah kata dalam bahasa arab ‫عين‬, kata ini dapat berarti
mata dan juga dapat berarti sumber atau mata air.
5) Mutaradif
Ialah sejumlah lafazh yang berbeda diartikan dengan pengertian yang
sama, seperti kata adat, aturan, kebiasaan dan norma. Biaya, ongkos
dan upah, dalam bahasa arab seperti kata ‫انسان‬  dan ‫بشر‬  yang berarti
manusia.

BAB 3
KESIMPULAN

- Mengulas masalah konsep Lafazh dan pembagiannya serta Kulliyat Khamsah,


maka tidak akan terlepas dari ilmu mantiq itu sendiri.

- Kesimpulannya, Lafazh adalah sebuah media/perantara untuk menyampaikan


apa yang kita pikirkan. Terbagi menjadi Mufrad dan Murakkab.
- Kulliyat Khamsah, Kulli yang Lima terdiri dari Dzatiy (Jins, Fashl dan Nau’)
dan ‘Ardhiy (Khashshah dan ‘Aradh ‘Amm)

Para Logikawan memasukkan pembahasan diatas mengenai Lafazh akan


membantu kita dalam memahami Kulliyat Khamsah, sebagai unsur-usnur yang
merangkai Ta’rif. Kita tak akan memahami Kulliyat Khamsah kecuali dengan
memahami antara Kulli dan Juz’iy, antara Mufrad dan Murakkab. Dan begitu
seterusnya. Tentunya dengan fokus perhatian yang berbeda dengan Ilmu Tata
Bahasa mengenai Lafazh.

Daftar pustaka:
 Panduan Mudah & Lengkap Untuk Memahami Kaidah Berpikir,
karya : Muhammad Nuruddin, Lc. Dipl.
 Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid karya : Drs. H.A. Chaerudji
Abdulchalik & Dr. Hj. Oom Mukarromah, M.Hum.
 https://arshabibisarro.blogspot.com/2013/04/ilmu-mantik-
pembagian-isim-dan-hubungan.html
 https://baitsyariah.blogspot.com/2020/07/ilmu-mantiq-menurut-
arab-islam-bab-5.html
 https://lbm.mudimesra.com/2014/10/kulliyah-khamsah-dalam-ilmu-
mantiq.html

Anda mungkin juga menyukai