Anda di halaman 1dari 4

ISTIDLAL

Istidlal, secara lughawi, adalah mencari dalil, keterangan, indikator atau petunjuk sehingga dapat
diperoleh sesuatu pengertian atau kesimpulan. Dalam terminologi Ilmu Mantik, Istidlal adalah
berpindahnya pikiran, dengan teknik tertentu, dari sesuatu yang sudah diketahui (ma’lum) kepada sesuatu
yang belum diketahui (majhul) sehingga yang belum itu dapat diketahui.

Istidlal merupakan pembahasan yang tepenting dalam Ilmu Mantik, karena mengambil
kesimpulan yang benar adalah menjadi fungsi utamanya.

Para ahli mantik membagi istidlal ke dalam beberapa bagian diantaranya Istidlal Qiyasi dan
Istidlal Istiqra’i. Qiyasi menurut bahasa berarti ukuran atau mengembalikan sesuatu kepada persoalan
pokoknya. Sedangkan secara istilah qiyasi digunakan untuk menyatakan proses penalaran sistematis dan
logis tentang maujudad yang terucapkan dan pengucapan maujudad yang disusun dari keputusan-
keputusan logis sehingga menghasilkan kesimpulan.

Jadi Istidlal Qiyasi adalah upaya akal-pikir untuk memahami sesuatu yang belum diketahui
melalui yang sudah diketahui dengan menggunakan kaidah-kaidah berpikir (logika) yang telah diterima
kebenarannya.

Sedangkan Istidlal Istiqra’i adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yang dimulai dengan
percobaan-percobaan kecil untuk menemukan kesimpulan-kesimpulan kecil yang diharapkan, setelah
percobaan-percobaan berikutnya, akan bermuara kepada penemuan kesimpulan yang sifatnya umum
(general).

Dalam pembahasan Istidlal Qiyasi ada beberapa unsur yang perlu dimengerti terlebih dahulu, yaitu :

1. Lafazh-lafazh dalam qadhiyah-qadhiyah qiyas, terbagi kepada tiga yaitu :

a. Had Ashghar adalah lafazh yang menjadi maudhu’ pada natijah. Untuk lebih jelas, adapun
contohnya yaitu :

Arak yang memabukan

Setiap yang memabukan haram

.’. Arak haram


Lafazh arak yang menjadi maudhu’ pada natijah adalah had ashghar ( lafazh kecil ). Arak disebut had
ashghar( lafazh kecil ) karena cakupannya lebih kecil dibandingkan dengan cakupan lafazh haram.

b. Had Akbar adalah lafazh yang menjadi mahmul pada natijah. Dalam contoh diatas, lafazh haram
pada natijah disebut had akbar (lafazh besar) karena cakupannya lebih besar dibandingkan dengan arak.

c. Had Ausath adalah lafaz yang di ulang dua kali, sekali dalam qadhiyah qiyas yang pertama dan
sekali lagi dalam qadhiyah qiyas yang kedua.

2. Qadhiyah-qadhiyah dalam Qiyas

Di dalam qiyas selalu terdapat 3 qadhiyah, yaitu :

a. Muqaddimah Shughra adalah qadhiyah yang didalamnya terdapat had ashghar (maudhu’).

b. Muqaddimah Kubra adalah qadhiyah yang didalamnya terdapat had akbar (mahmul).

c. Natijah adalah qadhiyah yang dibangun dengan merangkai hak ashghar dengan hak akbar.

Kata Qiyas berasal dari bahasa Arab yang berarti ukuran. Maksudnya adalah mengukur sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Qiyas dalam ilmu mantiq adalah ucapan atau kata yang tersusun dari dua atau
beberapa qadhiyah, manakala qadhiyah-qadhiyah itu benar, maka akan muncul dari padanya dan dengan
sendirinya qadhiyah benar yang lain dinamakan natijah. Tetapi perlu dicatat bahwa bila qadhiyah tidak
benar bisa saja natijahnya benar. Tetapi benarnya itu adalah kebetulan.

Qiyas terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Qiyas Iqtirani, terbagi menjadi dua yaitu :

a. Qiyas Iqtirani Hamli

Iqtirani, secara lughawi, adalah menyertakan, mengumpulkan, menyusunkan. Sedangkan hamli jika
dikaitkan dengan qadhiyah adalah kalimat sempurna (elektif) dalam bahasa indonesia. Jadi, Iqtirani
Hamli, adalah menyusun atau merangkai kalimat-kalimat sempurna. Yang disusun itu, biasanya adalah
dua kalimat (qadhiyah) yang akan memunculkan kalimat ketiga.Qiyas Iqtirani Hamli adalah qiyas yang
ketiga qadhiyahnya terdiri atas qadhiyah-qadhiyah hamliyah saja.

Contoh :

Manusia adalah hewan, tiap hewan perlu air.

Jadi setiap manusia perlu air


b. Qiyas Iqtirani Syarthi

Syarthi, secara lughawi adalah mengikat. Yang dimaksudkan di sini adalah mengikat dua qadhiyah
( kalimat ) atau lebih menjadi satu dengan menggunakan adat syarat ( kata pengandal jika, manakala,
kapanpun betapapun, dan yang semacamnya ).

Contoh :

Jika daun bergerak, ia digerakan

Setiap yang digerakan ada penggeraknya

: Setiap daun bergerak ada penggeraknya

2. Qiyas Istitsna’i

Istitna’i secara lughawi adalah pengecualian, dikecualikan. Sedangkan dalam bahasa arab disebut
Lakinna. Qiyas Istitsna’i adalah rangkaian dua muqaddimah yang muqaddimah keduanya dimasuki oleh
kata tetapi.

Sedangkan dalam Ilmu Mantik adalah qiyas yang natijah-nya bersumberkan salah satu dari dua
qadhiyah yang disatukan oleh adat syarat jika, manakala, betapapun, bagaimanapun, setiap kali atau
semacamnya pada muqaddimah pertama.

Qiyas Istitsna’i terbagi menjadi dua yaitu :

a. Ittishali

Ittishali adalah Qiyas yang muqaddimah kubra-nya terdiri atas qadhiyah syarthiyah muttashilah.

Contoh :

Jika hujan banyak maka tanaman subur.

Tetapi, hujan banyak.

:Tanaman subur
b. Infishali

Infishali adalah qiyas yang muqaddimah kubranya terdiri dari qadhiyah syarthiyah munfashilah.

Contoh :

Pasaran cengkih adakalanya ramai, adakalanya sepi.

Tetapi, pasaran cengkih ramai.

:Pasaran cengkih tidak sepi

Anda mungkin juga menyukai