menampilkan, dan kata dilâlah sendiri berarti kepemimpinan atau pengangkatan. Arti umum
Dilalah adalah "memahami sesuatu". Kata pertama "sesuatu" yang disebutkan disebut "madlul"
(ini ditunjukkan). Dalam konteks hukum, yang disebut madlul adalah "hukum" itu sendiri, dan
kata "sesuatu" yang disebutkan untuk kedua kalinya disebut "Dalil" (petunjuk). Dalam
Dalam kalimat "Asap menunjukkan adanya api." Kata "api" disebut Madlul, dan "asap" yang
menunjukkan adanya "api" disebut Dalil. Argumen "Dilalah" sangat penting dalam ilmu Mantiq
dan ilmu Usul Fikih, karena merupakan bagian dari salah satu sistem berpikir.Berpikir
1) Dilalah Lafzhiyah Thab’iyah, yaitu Dilalah yang besifat alamiah atau natural. “Aduh”
2) Dilalah Lafzhiyah Aqliyah, yaitu Dilalah yang berdasar akal pikir. Suara teriakan dari
balik dinding.
3) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu Dilalah yang berupa kata sengaja dibuat oleh
malam.
Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah dibagi 3 lagi sebagai objek pembahasan Mantiq, karena sifatnya
tidak berlaku sepanjang waktu dan tidak berlaku bagi semua orang.
Menunjukkan sebuah lafadz kata dalam artian penuh. Saya membeli rumah. Ketika seseorang
ingin membeli rumah, tentu yang dibeli bukan hanya atap, pintu, atau ruangannya, tetapi
seluruh rumah.
Biasanya kita menggunakan ungkapan, tetapi maknanya adalah sebagian dari makna
ungkapan itu. Tidak semua arti. Rumah saya bocor. Apakah ini berarti semua ruangan di
rumah orang itu bocor? Tentu saja tidak. Apa yang kita dengar adalah bagian darinya, seperti
atap.
Singkatnya, jika sebuah pernyataan mengungkapkan maknanya secara penuh, dalalah pada
saat itu adalah dilalah wadh’iyah muthabaqiyyah. Namun jika makna suatu ucapan
merupakan bagian dari kandungan maknanya, maka tanda ucapan tersebut bertipe dalalah
Mungkin kita menggunakan suatu ungkapan, dan maksud yang kita maksud bukanlah
keseluruhan makna, atau sebagian dari maknanya, melainkan makna lain di luar sifat
ungkapan, ucapan, tetapi masih memiliki kaitan. Misalnya api, namun ini tentang panas.
Ketika kita memikirkan kata api, biasanya kita langsung memikirkan panas. Api dan panas
termasuk dalam kategori dalalah lafzhiyyah iltizamiyyah. Mengapa? Karena kata itu
menunjukkan sesuatu di luar esensinya. Dengan demikian, kita bisa mengartikan dalalah
iltizamiyyah ini sebagai petunjuk suatu lafaz atas sesuatu yang berada di luar makna aslinya.
Contoh lain: Angka empat dan genap. Angka empat itu sudah pasti genap. Tapi tidak semua
yang genap itu harus berangka empat. Keduanya adalah hal yang berbeda, tapi, meski berbeda,
keduanya memiliki keterkaitan yang erat. Di mana kata empat disebut, di sinilah maknanya
akan ditemukan.
1) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabi’iyah, yaitu Dilalah yang bukan berupa kata atau suara
yang berupa sifat alami, spontanitas, natural. Merahnya wajah menjadi dilalah bahwa
2) Dilalah Ghairu Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu Dilalah yang bukan berupa kata-kata atau
3) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu Dilalah bukan berupa kata atau suara yang
dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu isyarat atau tanda berdasarkan
kesepakatan, memang sengaja dibuat oleh sekelompok manusia. Lampu merah lalu