Abstrak:
Muhammadiyah merupakan salah satu ormas yang memiliki pengaruh besar di Indonesia dengan bergerak di
bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Tujuan dari organisasi Muhammadiyah adalah memelihara dan
menegakkan agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Muhammadiyah harus memiliki landasan sebagai pedoman tindakannya agar langkah-langkah yang
diambil dapat tepat sasaran. Selain itu landasan organisasi juga berfungsi untuk mempererat persatuan dan
kesatuan antar kader dan pimpinan organisasi Muhammadiyah.
Salah satu landasan organisasi Muhammadiyah adalah Mukaddimah Anggaran Dasar dan Rumah Tangga
Muhammadiyah. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar bisa membuka secara lebih luas wawasan
masyarakat awam tentang pengertian dasar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah
dengan mengetahui latar belakang lahirnya dan faktor-faktor pendorong akan hal tersebut,serta bagaimana
proses penyusunan dan perumusannya dalam satu kesatuan yang utuh sehingga menjadi sebuah cita-cita yang
luhur dan khittah (garis perjuangan) yang sangat fundamental.
Pendahuluan
Muhammadiyah telah tumbuh dan berkembang hingga usia satu abad menjadi organisasi Islam yang
terbesar baik di Indonesia maupun di dunia Islam. Muhammadiyah juga dikenal luas sebagai gerakan
tajdid atau pembaruan,Spirit dan gagasan awal pembaruan Muhammadiyah selanjutnya dapat
ditemukan pada perumusan tujuan sebagaimana terkandung dalam Statuen (Anggaran Dasar) pertama
yang dirumuskan dan diajukan kepada Pemerintah Hindia Belanda tahun 1912 (Nashir, 2016).
Pembaruan Islam yang bercorak tajdid modernisme atau reformisme Islam selain menjadi tolak ukur
yang paling signifikan dalam menilai kepeloporan dan kebesaran Muhammadiyah, justru dalam
proses perjalanan yang sarat dinamika menjadi identitas atau karakter spesial dari keberadaan gerakan
Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan tersebut. Bahwa apapun bentuk dan karya yang
dihasilkan dari gerakan Muhammadiyah tahun 1912,gerakan Islam ini telah memelopori gerakan
tajdid atau pembaruan Islam di Indonesia pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya (Nashir,
2016).
Nilai-nilai Modernisme dalam Muhammadiyah, dapat dilacak lewat pemahaman pengertian modern
yang mengacu bukan hanya kepada zaman (kita mengenal pembagian zaman menjadi zaman purba,
zaman pertengahan dan zaman modern), tetapi yang lebih penting mengacu kepada cara berfikir dan
bertindak (Karimi, 2021).
Di sisi yang lain, kita tidak bisa menafikan bahwa globalisasi di abad modern ini membawa dampak
dan pengaruh sosial. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, pengaruh Barat sudah terasa melekat
dalam sanubari manusia di abad modern ini.Dominasi Barat telah mengglobal dan mengisi relung-
relung kehidupan manusia termasuk umat Islam di Indonesia (Karimi, 2021).
Memang peradaban Barat memiliki perbedaan yang fundamental dengan Islam. Mereka mendasarkan
liberalisme, materialisme, pragmatisme, dan sekularisme pada filsafat kehidupannya. Oleh karenanya,
penegasian Tuhan merupakan hal yang lumrah. Praktik-praktik irreligious serta mengarusutamakan
akal dan rasio jamak terjadi di Barat (Anshoriy Ch, 2020).
Berdasarkan pandangan terhadap perkembangan arus globalisasi yang tidak bisa dibendung, terutama
dalam bidang religiusitas, maka seluruh umat Islam, walaupun posisi dan kedudukannya sama di
hadapan Allah Subhanahu wata’ala, tetapi karena belum menguasai syariat, maka mereka harus
mengikuti (taklid atau ittiba’) pada orang yang disebut ulama (Anshoriy Ch, 2020).
Pada saat yang sama, umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah,harus dapat menampilkan citra
diri pada masa depan sebagai ummatan wasathan (umat moderat, Islam moderat, Islam jalan tengah),
tidak ekstrem ke kanan, apalagi ke kiri, tidak anarkistis dan tidak pula teroris,toleran, namun tetap
tegas dan teguh pendirian (Setiawan, 2020).
Islam Berkemajuan akan menusantara melalui proses sivilisasi (pemeradaban) dengan gerakan
pencerdasan dan pemberdayaan umat, pemajuan sistem pendidikan, ekonomi, sosial, hukum, politik,
budaya, dan sebagainya. Sudah saatnya dalam rangka menuju masa depan yang lebih prospektif dan
kontruksif, Muhammadiyah mereformasi sistem pendidikan yang bervisi peradaban modern
(Nurhayati, Idris, & Burga, 2020).
Untuk mewujudkan usaha itu, muktamar menerima gagasan pemikiran dari Ki Bagus Hadikusumo
untuk kemudian disempurnakan oleh tim yang dibentuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah pada waktu itu melahirkan beberapa butir pemikiran yang tercantum
dalam 12 Tafsir Langkah Muhammadiyah 1938-1940 yang di dalamnya memuat salah satunya
Mukaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah (Nata, 2018).
Berdasarkan pengamatan Ahmad Syafii Maarif, Muhammadiyah sejak berdiri pada tahun 1912
sampai tahun 1942 tidak mencantumkan Mukaddimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
organisasinya. Dalam kurun waktu itu pula tidak pernah dipermasalahkan dan menjadi masalah serius
bagi Muhammadiyah dikarenakan sudah menjadi pokok gagasan yang telah dicetuskan pada era K.H
Ahmad Dahlan (Maarif, 2010).
Pembahasan
Latar Belakang
Muhammadiyah berdiri pada tanggal 8 zulhijjah 1330 H dan mendapatkan status berbadan
hukum. Sebagai suatu organisasi sudah semestinya ketika akan mencatatkan diri menjadi
sebuah badan hukum harus memenuhi berbagai syarat antara lain harus ada anggaran dasar.
Syarat adanya anggaran dasar pada saat itu masih sederhana, yakni hanya memuat batang
tubuh saja belum ada pembukaan.
Ditinjau dari segi ilmu hukum, mukaddimah anggaran dasar menempati kedudukan yang
lebih tinggi. Mukaddimah anggaran dasar memuat pokok-pokok pikiran yang sangat
fundamental, yang didalamnya tertuang suatu pandangan hidup, tujuan hidup, serta cara dan
alat untuk mencapai suatu tujuan hidup yang di cita-citakan.
Latar belakang disusunnya Muqaddimah Anggaran Dasar oleh Ki Bagus Hadikusumo dan
kawan-kawannya tersebut, adalah :
a. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan Muhammadiyah.
b. Adanya kecenderungan kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah yang menampakkan
gejala menurun sebagai akibat terlalu berat mengejar kehidupan duniawi.
c. Semakin kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsung atau tidak
alngsung berhadapan denagn faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah.
Sejarah Perumusan
Adapun maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh persyarikatan Muhammadiyah
sebagaimana yang dicantumkan dalam AD pasal 6 berbunyi : “Menegakkan dan menjunjung
tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya”.
Sementara itu, usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program,
dan kegiatan meliputi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3 (14 sub sistem), yaitu:
4. Meningkatkan harkat martabat dan kualitas sumber daya manusia agar berkemampuan
tinggi serta berakhlak mulia.
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kekehidupan berbangsa dan
bernegara.
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan.
Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid (Mengesakan) Allah; ber-Tuhan beribadah serta tunduk
hanya kepada Allah. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai
berikut :
“Amma ba’du, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah Hak Allah semata-mata, ber-Tuhan dan
beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap
makhluk, terutama manusia.”
2. Pokok Pikiran Kedua
Hidup manusia itu bermasyarakat. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar sebagai berikut :
“Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradah) Allah atas hidup manusia di dunia
ini.”
Hanya hukum Allah yang sebenara-benarnyalah satu-satunya yang dapat dijadikan sendi untuk
membentuk pribadi yang utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (bermasyarakat) dalam
menuju hidup bahagia dan sejahtera yang haqiqi, didunia dan akhirat. Pokok pikiran tersebut
dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai berikut :
“Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan diatas
keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum
Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu”
Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah berbuat ihs dan islah kepada manusia
atau mayarakat. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar sebagai
berikut:
“Menjunjung tinggi hukum Allah lebih dari pada hukum yang manapun juga adalah kewajiban mutlak
bagi tiap-tiap orang yang mengaku bertuhan kepada Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang
dibawa oleh Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada umatnya
masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat. ”
Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam yang sebenar-benarnya, hanyalah akan
dapat berhasil bila dengan mengikuti jejak (ittiba) perjuangan para Nabi terutama perjuangan Nabi
Besar Muhammad SAW. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
sebagai berikut :
“Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentosa sebagaimana yang tersebut
diatas, tiap-tiap orang terutama ummat Islam, yang percaya kepada Allah dan Hari Kemudian,
wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci itu, beribadat kepada Allah dan berusaha segiat-
giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di
dunia ini, dengan niat yang murni tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya
mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka serta mempunyai rasa tanggung jawab dihadirat
Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala
kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya,dengan penuh pengharapan akan perlindungan dan
pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.”
Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanyalah akan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah satu-satunya alat atau cara
perjuangan yag sebaik-baiknya. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar sebagai berikut :
“untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat rahmat Allah
dan didorong oleh Firman Allah dalam Q.S ALI IMRAN 104
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh(berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar[217]; dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung.”
Pokok pikiran / prinsip / pendirian seperti yang diuraikan dan diterangkan di muka itu, adalah yang
dapat untuk melaksanakan ideloginya terutama untuk mencapai tujuan yang menjadi cita-citanya,
ialah terwujudnya masyarakat adil dan makmur lahir batin yang di ridhai Allah, ialah Masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar sebagai berikut :
“kesemua itu perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan
mengikuti Sunnah Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW guna mendapat karunia dan ridhonya di dunia
dan akhirat untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah
yang melimpah-limpah, sehingga merupakan:
“suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur dibawah lindungan Tuhan yang Maha
Pengampun”
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah diantar ke pintu gerbang
surga “Jannatun Na’im dengan keridhaan Allah Rahman dan Rahim.
Penutup
Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah merupakan salah satu landasan struktural persyarikatan
Muhammadiyah selain khittah perjuangan Muhammadiyah, dan keputusan-keputusan
Muhammadiyah.
AD Muhammadiyah merupakan anggaran pokok yang menyatakan dasar, maksud, dan tujuan
organisasi Muhammadiyah, peraturan-peraturan pokok dalam menjalankan organisasi dan usaha-
usaha yang harus dilakukan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Penjelasan AD dicantumkan
dalam ART.
Anshoriy Ch, H. (2020). Matahari Pembaruan (1 ed.). Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
Karimi, A. F. (2021). Membaca Muhammadiyah (1 ed.). (D. Efendi, Ed.) Gresik: Caramedia
Communication.
Majelis Diktilitbang dan LPI. (2010). 1 Abad Muhammadiyah (1 ed.). (S. Jurdi, Ed.) Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.
Nurhayati, Idris, M., & Burga, M. A. (2020). Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Organisasi,
dan Sistem Nilai (2 ed.). (M. A. Burga, Ed.) Yogyakarta: TrustMedia Publishing.
Setiawan, F. (2020). Muhammadiyah Mencerdaskan Anak Bangsa (1 ed.). (H. Rahmawan, Ed.)
Yogyakarta: UAD PRESS.