2
III. Refleksi
Belajar adalah proses di mana orang mengubah pandangan tentang dirinya
dan tentang lingkungannya, begitu kata teori Persepsi. Belajar adalah
mengkondisikan perilaku dengan dorongan dari lingkungan, begitu kata
teori Behavioristik.. Belajar adalah berubah. Apanya yang berubah? Ada
tiga hal yang berubah. Pertama, belajar adalah mengubah pikiran.
Kita mengubah pikiran dengan jalan menambah, menganalisis,
menilai, menata ulang dan mengaplikasi informasi yang ada di
pikiran kita. Kedua, belajar adalah mengubah perasaan. Yang
dimaksud dengan perasaan di sini bukanlah emosi atau impulse
melainkan sikap atau nilai-nilai hidup yang kita anut. Belajar adalah
mengubah sikap atau keengganan kita tentang gagasan, orang,
benda, dan keadaan. Belajar adalah mengubah komitmen kita pada
nilai-nilai hidup. Ketiga, belajar adalah mengubah perilaku. Belajar
adalah mengubah tindakan, cara kerja, gaya hidup dan praktik hidup
kita. Jadi, belajar adalah mengubah diri menjadi manusia yang lain
dan baru.
Dalam hal mengajar juga ada yang berpikiran sempit ada juga yang
berpikiran luas. Mengajar dalam arti sempit adalah memberi pengetahuan.
Tetapi dalam arti luas mengajar adalah menolong orang bertumbuh dalam
pemahaman dan nilai-nilai hidup. Mengajar adalah menabur benih nilai-nilai
3
hidup.Kita belajar untuk hidup. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa
kita hidup untuk belajar. Sebab kalau kita hanya belajar untuk hidup, maka apa
bedanya kita dengan anak burung yang belajar terbang supaya bisa hidup. Arti
belajar dan arti hidup menjadi dangkal. Karena itu, kita perlu tahap berikutnya,
yaitu hidup untuk belajar. Belajar rupa-rupa hal. Belajar tahu diri dan mengenal
diri. Belajar tahu apa kekuatan kita lalu menjadikan kekuatan itu berkat bagi
banyak orang. Belajar tahu apa kelemahan kita lalu memperbaikinya. Belajar
mengenal orang lain. Belajar menerima orang lain sebagaimana dia adanya,
menempatkan diri pada perasaannya, mengagumi keunggulannya dan
memaklumi kelemahannya. Belajar berterima kasih atas pemberian dan
pertolongannya biar bagaimanapun kecilnya. Belajar menghadapi kesulitan
sebab jalan hidup ini tidak selalu datar dan mulus, melainkan turun naik,
mendung dan cerah, penuh tantangan dan persoalan. Belajar jujur. Sebab hidup
ini ibarat permainan atau pertandingan yang pada akhirnya diukur bukan
dengan menang atau kalah, melainkan dengan ukuran bagaimana cara kita
memainkan pertandingan itu. Belajar bijak, mengatur waktu, menjaga
kesehatan, bertanggung jawab, membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, menyuruh diri sendiri dan melarang diri sendiri. Belajar sabar,
mengalah, memaafkan dan menerima keadaan. Belajar berprakarsa,
memanfaatkan kesempatan bahkan menciptakan kesempatan, bekerja keras,
ulet, tangguh, tahan bantingan, hemat, rajin, dan tekun; sebab perbandingan
orang jenius adalah 1% inspirasi banding 99% transpirasi alias peras keringat.
Belajar berjiwa besar, menghargai perbedaan, mengagumi yang berhasil,
memuji yang berprestasi, membela yang kecil dan lemah, melindungi minoritas
dan mengikutsertakan kaum pinggiran. Belajar menjaga keseimbangan dan
keutuhan antara kesibukan dan keteduhan, antara banting tulang dan tidur
nyenyak, antara urusan vertikal dan horizontal, antara mengatur diri dan
mempercayakan diri. Juga antara iman dan ilmu, sebab iman tanpa ilmu adalah
picik sedangkan ilmu tanpa iman adalah pincang. Hidup. Selama Tuhan masih
memberi hidup, selama itu kita masih diberi kesempatan belajar. Belajar rupa-
rupa hal. Belajar setiap hari. Hidup itu belajar.