Anda di halaman 1dari 6

TUJUH KEBIASAAN MANUSIA

YANG EFEKTIF
Buku "7 Habits of Highly Effective People" adalah sebuah buku laris yang
disusun Stephen Covey, lulusan Harvard University dan merupakan penulis buku
terlaris mengenai kepemimpinan.
Untuk dapat memahami isi buku "7, Habits of Highly Effective People (7
Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektitl")selanjutnya akan kita sebut dengan
"7 Habits'', pertama-tama kita harus memahami dulu apa yang dinamakan
Paradigma. Sebab, dalam konsep 7 Habits of Highly Effective People ini,
paradigma merupakan sesuatu yang sangat sentral dalam kehidupan kita.
Apakah arti paradigma?

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud


dengan,paradigma adalah (1) Model/Pola; (2) kerangka pikir. Tetapi sebetulnya
paradigma termasuk kata yang cukup sulit dijelaskan. Untung Saja Cukup
banyak sinonimnya dalam bahasa Indonesia. Dari pengalaman mereka yang biasa
mengajarkan tentang paradigma disimpulkan bahwa paradigma tidak lain adalah
sebuah cerita. Cerita yang dihayati bisa oleh sekelompok orang/masyarakat/
individu, yang menjadi pedoman bagitingkah laku kita Yang menjadi panduan
bagi kehidupan kita. Cerita tersebut tidak harus berupa cerita formal yang
diulang-ulang. Dan paradigma begitu luas aplikasi bisa di dunia bisnis, rumah
tangga, pribadi, agama masyarakat.
Paradigma juga bisa tercipta dalam pikiran kita melalui teladan yang kita
lihat - dari orang tua, guru, ulama, dan sebagainya, dan kemudian menjadi cerita
mini yang kita hayati dan kita hidupi. Selain itu,.paradigma juga dapat
menentukan bagaimana cara kita hidup, cara kita berpikir, dan cara kita
berperilaku.

Bagaimana kaitan paradigma dengan 7 kebiasaan manusia efektif?


Kaitannya sangat jelas. Struktur atau konsep dari 7 Habits itu adalah
paradigma untuk berhasil. Untuk menjadi manajer teladan, untuk menjadi
manajer yang efektif untuk menjadi orang tua yang efektif. Itu sebabnya
disebut `highly"effective people. "Highly "berarti"sangat"berhasill, menurut
studi. Itu adalah paradigma yang ditawarkan oleh penulisnya. Paradigma baru
untuk berhasil terdiri dari 7 kebiasaan atau 7 karakter.
Bagaimana paradigma itu berpengaruh dan berkaitan dengan tindakan
kita? Kita melihat bahwa paradigma, kemudian menentukan sikap kita,

1
menentukan tindakan kita. Dan tentu saja dari tindakan itu ada hasilnya yang
memperkuat atau memperlemah paradigma kita. Jadi kalau itu terus-menerus
berlangsung, tindakan diulang-ulang maka terjadilah habits atau kebiasaan.
Kalau kebiasaan diulang-ulang, maka dia akan menjadi perilaku yang mulai mapan.
Istilah yang lebih kuat lagi itu disebut karakter atau watak - itu sudah berakar
berurat di dalam .diri kita sebagai hasil dari paradigma.Dari sini terlihat dua
hal: Pertama, konsep,7 Habits itu sendiri adalah paradigma. Kedua, untuk
mengembangkan karakter itu juga dibutuhkan paradigma.
Perubahan paradigma Yang dapat mengubah habit tidak cukup dengan
paradikma yang setengah-setengah.harus dengan paradigma yang super
dramatis - dalam istilah beragama itu disebut bertobat - berubah total atau
harus mengalami pengalaman pahit.

Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif

Arti kata proaktif tidak kita temukan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Proaktif artinya lebih dari sekedar mengambil inisiatif'. Menurut
Covey, pada intinya manusia diberikan anugerah oleh Sang Pencipta berupa
kebebasan untuk memilih. Kebebasan memilih ini didasarkan ada kesadaran diri,
imajinasi (kemampuan untuk mencipta di dalam benak kita di luar realitas kita
yang sekarang), Suara hati (kesadaran.batin Yang,dalam tentang benar dan salah
tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku kita, dan pengertian tentang
tingkat di mana pikiran dan tindakan kita selaras dengan prinsip-prinsip
tersebut), dan kehendak bebas (kemampuan bertindak berdasarkan kesadaran
diri kita, bebas dari seluruh pengaruh lain).
Manusia yang proaktif adalah manusia yang mampu
menggunakankebebasannya untuk memilih respon atas suatu rangsangan
berdasarkan nilai yang dianutnya. Dengan lain perkataan, manusia yang proaktif
adalah manusia Yang Dewasa, Andal danTepercaya. Dewasa bukan dalam arti
umur tapi moral. Andal artinya dapat diandalkan profesional) untuk bidang yang
menjadi profesinya serta dapat menutup kesenjangan antara antara apa yang
seharusnya dan antara apa yang ternyata ada. Terpercaya artinya terpercaya
secara moral.(Aji:mengambil tindakan dengan efektif dan efisien)

Kebiasaan 2 : Visioner (Berorientasi pada hasil)

Yang dimaksud dengan visi adalah kemampuan kita melihat hasil akhir
yang kita harapkan-bayangan cita-cita yang konkrit. Misalnya, visi
mahasiswa baru adalah membayangkan lima tahun lagi berdiri dilantik oleh
rektor dalam wisuda dengan jubah sarjana, dan gelar baru. Orang yang memiliki
visi adalah orang yang berhasil. Tapi kalau tidak memiliki kedewasaan, maka

2
visinya tinggal angan-angan,bagai pungguk merindukan bulan. Dia tidak punya
kekuatan (power) untuk mencapai cita-citanya.
Jadi kita harus mempuyai visi yang jelas, yang tidak meragukan, yang
membuat kita sendiri tertarik dan terpikat dengan visi tersebut,Dengan
visi,seseorang bisa mengubah rawa menjadi perkotaan, tempat yang kumuh
menjadi tempat yang Asri, kemiskinan menjadi kekayaan, terjajah menjadi
merdeka, sakit menjadi sehat, binasa menjadi selamat,primitif menjadi
modern, tak adil menjadi adil,kacau menjadi tertib.
Tetapi dalam bentuk yang konkrit, visi itu tidak hanya dalam bentuk yang
besar-besar saja, tapi juga yang ringkas, harian, mingguan, bulanan, tahunan,
masa tua, dan sebagainya.Kita harus bisa membayangkan,hari ini saya harus
mencapai apa, minggu ini target saya apa, bulan ini target saya apa, tahun ini
target saya apa, di masa tua nanti target apa, begitu seterusnya secara rinci
harus dikonkritkan. Inilah yang dinamakan kita memiliki tujuan hidup yang jelas.
Sebab kalau jelas targetnya kita akan bersedia bekerja keras dengan segenap
keahlian kita merealisasikan tujuan tersebut.

Orang .yang mempunyai kebiasaan berpikir hasil,berorientasi hasil


didukung dengan kedewasaan yang kuat, akan Anda saksikan beda dengan
masyarakat kebanyakan: Aktivitas mereka jelas sekali bedanya. Orang lain lagi
sibuk nonton dia belajar: Orang lain sibuk hura-hura, dia tekun melatih dirinya.
Orang lain libur menghabiskan uang, dia justru mengumpulkan uang.(Aji:Visi
harus didukung rencana.juga kesabaran dan konsisten walau banyak halangan)

Kebiasaan 3: Menqutamakan Hal-hal Utama

Kebiasaan ketiga ini erat kaitannya dengan bagaimana memanajemeni


waktu. Pertama penting tapi Belum Mendesak. Itulah.kegiatan utama yang
harus mendapat prioritas tertinggi. Umpamanya: membuat rencana kerja-
jangan tunggu pekerjaan kita mendesak, rencanakan dulu sebelumnya. Contoh
lain: menabung. Jangan menunggu kebutuhan yang biayanya besar mendesak,
baru persiapkan dan rencanakan dulu dengan menabung. Memang
konsekuensinya kita harus menunda keinginan untuk makan di restoran,
misalnya. contoh yang lain lagi: sholat. jangan sampai dekat dengan ajal, baru
terdesak untuk sholat. Konsekuensinya, kita harus berani menunda kenikmatan
tidur agar bisa sholat Subuh misalnya.tampak dari contoh tersebut, kita harus
berperang melawan kenikmatan. Penderitaan itu juga bisa didefinisikan
sebagai menunda/menolak kenikmatan. Tapi kalau kita tidak mau menunda yang
nikmat ini, kita akan kecanduan kenikmatan tsb. dan tidak pernah tumbuh
menjadi dewasa mantap, dan mapan. Ini musuh kita.

3
kedua Penting dan Mendesak. Misalnya: menyelesaikan laporan karena
besok rapat. Akhirnya hasilnya jelek karena mengerjakannya terburu-buru.
ketiga Tidak Penting dan Tidak Mendesak. Hal seperti ini biasanya
bersifat kesenangan dan kenikmatan. Jadi sedapat mungkin dihindari. Misalnya:
nonton TV kebanyakan, tidur kebanyakan, dan sebagainya.
empat, Tidak Penting tapi Mendesak. Sejumlah rapat itu tidak penting.
Banyak rapat yang berguna. Tapi banyak rapat tidak penting. Begitu juga
dengan resepsi, banyak resepsi yang tidak penting. „
konsentrasi waktu dan aktivitas kita kepada hal-hal Yang. penting-penting
saja, baik yang tidak mendesak maupun yang mendesak. Untuk hal yang tidak
penting, baik mendesak maupun tidak mendesak sedapat mungkin dihindari.
Inilah yang dimaksud dengan karakter yang ketiga tersebut: kemampuan
mengutamakan hal-hal utama.

kebiasaan 4: Berpikir Menang-menang(Win-win)

ArtinYa adalah dalam hubungan kita dengan relasi utama kita-atasan,


bawahan, pelanggan, keluarga, dsb. pola hubungan kita bersifat saling
menguntungkan. Artinya kalau kita berbisnis, dua-duanya saling memuaskan
dan menggembirakan. Ini tentu mudah diterima akal sehat, karena memang
seharusnya demikian.
Kesulitannya adalah dalam kenyataan kadang-kadang kita harus kalah
dan orang lain harus kalah. jadi dibutuhkan suatu sikap di mana kita
megembangkan suatu kreativitas supaya orang lain harus dimenangkan juga
Sebab dalam interaksi kita dengan orang lain adalah mungkin kita kalah tapi
hanya sementara. Kalau kita kalah terus itu tandanya kita bodoh. Dan kalau
kita selalu menang terus setiap interaksi itu mungkin saja kita curang
mungkinsekali saya harus mengalah untuk lain kali menang. Itu masih mungkin.
Jadi WIN-WIN.Itu yang dimaksud dengan karakter keempat, yang intinya
adalah kita harus menjadi orang yang baik hatinva tidak berniat merugikan
orang lain.

Kebiasaan 5: Memahami Dulu , Baru Dipahami.

Inti dari kebiasaan kelima ini adalah proorang dan melayani orang lain:
atasan kita, bawahan kita, keluarga kita teman kita, dsb. Melayani berarti
bersikap memelihara dan mengayomi (melindungi). Bila itu tidak dilakukan,
artinya orana itu membunuh sendiri rejekinya.
Kalau kita bersikap melayani dengan baik kepada orang lain, mereka
akan menghasilkan pendapatan yang berlipat ganda atau istilahnya "telur-telur
emas" bagi kita. Kalau kita melayani atasan kita dengan memberi pekerjaan

4
yang baik; hasil kerja bermutu tinggi, lstiah "telur emas" bagi sang atasan.
Maka atasan akan sayang kepada kita. Dia akan memberi pekerjaan yang lebih
baik kepada kita. Dia memberi tangung jawab yang lebih besar kepada kita
sehingga kita menerima telur emas. Kalau kita besikap memelihara kepada
anak buah kita dengan membina mereka memberi perhatian menolong mereka,
maka mereka akan bertelur emas bagi kita dalam bentuk loyalitas,rasa hormat
dan pekerjaan yang baik. Kalau kita memelihara bebek kita di rumah, anak dan
Istri/Suami kita maka kita akan menerima cinta kasih dari mereka,perawatan
dari mereka, suka cita dari mereka, kebahagiaan dari mereka. Kalau kita
memelihara kawan kawan kita diluar, kita baik kepada tetangga, kita melayani
mereka,maka kita akan ditolong. Kita akan dibantu.
Karakter ini jelas kita lakukan kalau karakter karakter yang lain ada.
Urutannya memang demikian. Karena tanpa yang pertama, yang kedua tidak
akan begitu dan seterusnya sampai yang kelima.

Kebiasaan 6 :Sinergi/Kerjasama

inti dari kebiasaan keenam ini adalah sinergi agar tercapai produktivitas
yang tinggi melalui kerjasama. Jadi diperlukan kerendahan hati untuk
bersama-sama membantu dan dibantu orang lain dalam rangka membentu
kelompok tim dengan orang lain bagaikan lima jari tangan kita. untuk itu perlu
diperhatikan bahwa musuh terbesar kita adalah rasa puas diri dan
kesombongan. Inilah awal keruntuhan kita.
Dan sebetulnya, sinergi adalah inti dari gotong royong. Untuk itu
diperlukan kecerdasan. Ini. penting agar kita tahu bagaimana caranya kumpul
dalam tim itu mendatangkan hasil yang lebih besar.

Kebiasaan 7: Terus Mengasah Diri

Kebiasaaan ketujuh sifatnya adalah pengembangan diri. Semua karakter


yang enam di atas itu perlu di putar oleh sumbu yang di dalam yakni karakter
pembelajar dalam diri kita. Ini adalah karak teryang diperlukan bagi mereka
yang ingin terus maju.Dan itu terdiri dari 4 bagian/komponen:Pertama,sikap-
Sedikitnya kita harus memiliki 7. macam sikap positif yang ada dalam diri kita:
(1) Keinginan untuk. maju. (2) Kemauan untuk mencoba mengimplementasikan
enam kebiasaan tersebut agar diperoleh keterampilan, kemampuan,
kompetensi dan profesionalisme. (3) Terbuka terhadap ide-ide baru. (4)
Bersedia bingung, dalam menggabungkan ide-ide dan bertahan dalam alam
kondisi perubahan ketika terjadi pergeseran paradigma. (5) Berani untuk

5
gagal, karena setiap upaya ada risiko gagalnya. (6) Percaya diri. Berani
mengambil risiko.
kedua, ilmu. Di sini dituntut adanya concern. wawasan, pengertian, dan
paradigma Nabi Sulaeman berkata: Tanpa pengertian, kerajinan pun sia
sia,Jadi, agar sikap positif dapat berputar diperlukan pemahaman, pengertian,
dan konsepsi yang benar.

Sumber: Ceramah Jansen Sinamo - Dale Carnegle Indonesia dan Buku "7
Kebiasaan Orang-orang Yang Sangat Efektif".

MANAJEMEN / MARET - APRIL / 1996

Anda mungkin juga menyukai