Manusia diciptakan bukan saja sebagai makhluk individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial
(Kejadian 2:18; 3:8). Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus juga bergaul satu
dengan yang lain. Pergaulan juga merupakan alat sosialisasi bagi manusia, yang melaluinya kita
dipersiapkan untuk hidup bermasyarakat. Ternyata, hubungan antar manusia (human relation) ini
sangat menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang, baik dalam bidang pekerjaan
maupun dalam hidup berumahtangga. Karena itu penting sekali kita mempelajari seni bergaul yang
baik.
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar kita dapat bergaul dengan baik di tengah-
tengah masyarakat, yaitu :
1. Tinggalkan persoalan sendiri dan pikirkan hal yang menarik perhatian orang.
4. Belajarlah mengingat nama orang lain (terutama yang telah kita kenal atau temui).
6. Belajarlah untuk memuji dan memberi penghargaan kepada orang lain dengan tulus.
7. Berilah kesempatan dan dorongan agar orang lain mau bicara.
10 Selalu memohon kepada Tuhan untuk membentuk hidup kita lebih baik.
Pergaulan khusus antar muda-mudi terbagi atas kencan, pertunangan dan pernikahan. Namun yang
akan dibahas di sini adalah masalah berkencan. Istilah kencan biasanya berkaitan dengan
pengertian seorang pria dan seorang wanita yang belum menikah, mengadakan janji untuk bertemu
dan pergi bersama.
Dalam bentuk kencan ini biasanya seorang pria belum mempunyai perasaan khusus terhadap
seoran wanita, demikian pula sebaliknya. Walaupun akhirnya karena sering bertemu, pergi
bersama, bisa saja hubungan ini mengarah pada pacaran. Bentuk kencan ini bisa berupa belajar
bersama, mengikuti aktivitas gereja atau sekolah bersama, dsb.
Pada tahap ini teman kencan belum dibatasi dan biasanya sama sekali belum memikirkan atau
membicarakan kemungkinan hidup bersama.
Dalam tahap ini kedua pihak sudah saling menyatakan perasaan hatinya sehingga masing-masing
mulai belajar lebih mengenai satu dengan yang lain secara lebih mendalam. Kemungkinan untuk
hidup bersama sudah mulai dibicarakan. Dan teman kencan dibatasi hanya pada satu orang saja.
Bila sudah dewasa dan siap untuk menikah. Dianjurkan untuk tidak berpacaran pada masa remaja
atau pubertas, karena pada masa tersebut seorang masih belum stabil (lebih mudah berubah),
sehingga belum dapat membedakan cinta sejati (yang berisi pengabdian, pengertian dan
tanggungjawab), dan cinta monyet (masih meletup-letup dan mudah berubah).
Mendapatkan teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah adalah hal yang sangat penting,
karena dalam iman Kristen tidak boleh ada perceraian (Mat 19:6).
2. Sistem tunjuk Alkitab secar acak/menggunakan Alkitab sebagai buku nujum
4. Tidak menggunakan standar Alkitabiah, seperti memilih berdasarkan keinginan mata (Ams 31:
30), atau karena daya tarik materi.
Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam berkencan yang mengarah kepada
pernikahan, yaitu :
a. Dalam iman. Carilah orang yang sudah lahir baru (II Kor 6:14).
b. Dalam segi fisik. Sebaiknya pria lebih tua sekitar 4 tahun.
c. Dalam pendidikan. Bila ternyata tingkat pendidikan terlampau jauh berbeda, maka biasanya
akan menimbulkan masalah khususnya didalam hal berkomunikasi. Dianjurkan bagi yang masih
belajar untuk menyelesaikannya terlebih dahulu dengan baik (Ams. 24:27; Kid. 3:5)
d. Dalam segi sosial. Perbedaan status sosial, tingkat ekonomi, adat kebiasaan, suku atau
bangsa perlu menjadi pertimbangan, sebab hal ini sangat berpotensi untuk menimbulkan masalah
yang memerlukan banyak waktu untuk beradaptasi satu dengan yang lain.
Untuk menentukan apakah kita sudah menemukan pasangan yang sepdan dibutuhkan waktu. Cinta
sejati tahan terhadap ujian waktu. Cinta sejati tidak memudar, bahkan makin bertumbuh seiring
dengan berlalunya waktu.
Efesus 6:1–3 memerintahkan kita para muda-mudi agar taat dan hormat terhadap orang tua.
Banyak kita orang-orang muda sering menganggap orang tua sebagai penghalang bagi keinginan
hati kita, padahal Allah seringkali menyatakan kehendakNya melalui orang tua kita (yang seiman).
Biasanya orang tua memiliki pandangan yang lebih realistis dibandingkan dengan kita anak-anak
muda, apalagi yang sedang jatuh cinta. Jadi restu orang tua sangat penting bagi kebahagiaan hidup
rumah tangga kita.
Kita harus senantiasa hidup menyenangkan dan memuliakan Tuhan (II Kor. 5:9). Masa pacaran
jangan digunakan untuk melampiaskan nafsu berahi, namun untuk saling mengenal pribadi satu
dengan yang lain lebih mendalam. Karena itu hindarilah percumbuan, tempat-tempat sepi dan
gelap, dan hal-hal yang dapat menimbulkan nafsu berahi (misalnya: nonton blue film, menggunakan
pakaian yang merangsang, dll). Sebaiknya isilah waktu pacaran dengan kegiatan yang positif seperti
: berolahraga, belajar bersama, mengikuti kegiatan gereja, dsb.
2. Pilih waktu dan tempat yang tepat dan layak untuk berpacaran
3. Hindari kebiasaan yang dapat menimbulkan berahi. Contoh: berciuman. Karena biasanya
ciuman akan menimbulkan nafsu berahi.
7. Berpikirlah selalu dengan pikiran yang bersih dan memuliakan Tuhan.
1. Alkitab memandang hubungan seks itu baik hanya dalam konteks pernikahan (Kej 1:27-28).
Karena itu perlu sekali untuk menjaga kesucian (Ibrani 13:4) selama berpacaran.
§ Hubungan persekutuan dengan Tuhan akan terganggu, sehingga kita seperti kehilangan gairah
untuk hal-hal yang rohani (Yes 59:2 ; Yoh 3:20).
Selalu bersama-sama
berpegangan tangan
berpelukan
berciuman
berciuman yang lama (bibir)
mulai berahi
mulai meraba
saling terangsang
percumbuan ringan
percumbuan berat
hubungan seks.
Jadi hindarilah tindakan-tindakan seksual pada taraf yang paling dini, agar kita tidak “hangus
terbakar”. Sebaliknya milikilah hubungan pergaulan muda-mudi yang sehat yang berdasarkan
Firman Tuhan.