Manusia merupakan makhluk bahasa, karena bahasa menjadi jembatan yang menghubungkan cara
berpikir antara satu dengan manusia lainnya.
Dalam konteks relasi manusia dengan Tuhan, biasanya manusia melakukan dua hal, yakni:
1. Bahasa Dialektis
Jalan penyataan.
Jalan penyangkalan.
Jalan transendensi atau pelampauan.
2. Bahasa Analogi
Analogi merupakan sebuah metode dalam logika. Metode alanogi menekankan bahwa ada dua hal,
yang disatu sisi, arti dari kedua hal itu sama, dan disisi lain kedua hal itu berbeda
3. Bahasa Simbol
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan arti simbol, diantaranya yaitu filsuf Erwin G. (hal: 256)
Simbol adalah media yang mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkap secara langsung. simbol-
simbol dalam setiap agama hanya bermakna bagi penganutnya. Sebagai simbol, orang beriman
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan keimanannya.
Menurut Susanne Langer, ritual merupakan uangkapan yang bersifat logis dan psikologis.
Berdasarkan perspektif fenomenologi agama, ada empat macam ritual yang umum dipraktikkan oleh
masyarakat:
1. Tindakan magis.
2. Tindakan religius.
3. Ritual konstitutif.
4. Ritual fiktitif.
Dalam bahasa Indonesia, kata "Allah" berasal dari bahasa Arab. dalam bahasa Arab, nama "Allah"
mempunyai arti konotatif yang berhubungan erat dengan kitab suci Al-Qur'an. Sedangkan kata
"Allah" dalam bahasa Indonesia, dipergunakan juga oleh orang-orang kristen.
Kata "Allah" dapat berfungsi sebagai bingkai kerja seluruh bahasa religius.
Dalam Buddhisme, pembahasan tentang Tuhan sangat sulit digambarkan. Hal ini terjadi karena
Buddhisme merupakan sebuah jalan untuk mencapai Pencerahan. Buddha artinya diri yang
tercerahkan.
Menurut Bikhu Subhadra, pembahasan tentang Allah merupakan proses konstruksi pikiran manusia.
Buddhisme bukan ateisme, melainkan jalan pengolahan diri agar menjadi diri yang tercerahkan atau
menjadi Buddha.
Penyelesaian
Membahasakan Tuhan merupakan salah satu ciri dari manusia sebagai makhluk bahasa. Ada 2 hal
penting usaha orang-orang beriman untuk membahasakan Tuhan, yaitu:
1. Orang-orang beriman mengungkapkan kedalam relasinya dengan Tuhan dan segala hal tentang
hakikat Tuhan yang diketahuinya.
2. Manusia dan bahasa juga mereduksi atau menyempitkan keseluruhan hakikat Tuhan
KETERBATASAN
Keterbatasan manusia merupakan bentuk dari segala kekurangan yang ada pada diri seseorang, tak
dapat dipungkiri setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Konsep
NAMUN
Manusia memiliki batasan dalam berbuat, berpikir, serta merasakan apa yang dirasakan, karena
manusia merupakan ciptaan Tuhan yang terbatas.
Tentu manusia berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik, namun seiring berjalannya waktu,
percaya tidak percaya, semua akan berubah. Ketika situasi atau kondisi seseorang berubah, tentu
akan berpengaruh pada perbuatan seseorang, karena timbulnya perasaan kurang enak yang
dirasakan oleh seseorang. Terlebih lagi, semua perbuatan manusia diawali dengan maksud dan
tujuan yang baik, tetapi ketika manusia tidak dapat berpikir dengan baik atau bijak, pastinya akan
memberi efek negatif. Misal, ketika seseorang membuat gadget demi kemudahan hidup manusia,
tetapi banyak orang yang tidak bijak dalam menggunakannya, maka maksud dan tujuan seseorang
akan berdampak buruk.
Setiap manusia dibekali oleh Tuhan untuk dapat bepikir, namun tentu manusia memiliki batasannya.
Pikiran manusia dapat menghasilkan suatu pendapat ataupun pandangan, misanya Negara AS yang
dikenal negara Adikuasa dan kuat, negara tersebut dapat mendeteksi apa yang menjadi ancaman
untuk negaranya dengan cepat, dengan penemuan” barunya. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa
pikiran manusia tidak dapat dikontrol dengan sempurna, pasti ada kekurangannya, sehingga negara
AS juga tidak sepenuhnya merupakan negara yang aman, dibuktikan dengan adanya bom teroris di
WTC.
Para murid sangat ketakutan ketika mengalami badai yang besar, mereka tidak sanggup
mengatasinya, karena takut tenggelam dan binasa, mereka kemudian meminta pertolongan pada
Yesus.
MENYIKAPI KETERBATASAN
Akibatnya:
Melakukan segala upaya untuk menutupi kekurangan dengan menghalalkan segala cara
Peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri
sendiri SEHINGGA menemukan kesadaran baru bahwa keterbatasan bukan merupakan halangan
untuk menggapai masa depan yang lebih baik.
•Menerima diri sendiri apa adanya dengan rasa bangga – syukur atas segala kelebihan dan
kekurangan
•Mencoba belajar, berlatih, dan bertanya pada orang lain alasan untuk maju berkembang meraih
keberhasilan atau kesuksesan
•Menyemangati diri sendiri – optimis dan motivasi diri yang tinggi untuk dapat terus
berkembang/berhasil/berprestasi
•Belajar pada murid Yesus. Selalu datang dan memohon pertolongan Tuhan
Manusia Tidak Pernah Puas
Tiada pernah puas dengan apa yang diraihnya. Tiada pula bangga dengan apa yang telah
disaksikannya apalagi terkagum-kagum dengan hasil cipta buah pikiran manusia.
Terkadang manusia terjebak dengan kata-kata yang elok namun membuat bingung. Terlena dengan
kebendaan materialis yang berlebihan dikarenakan bertahtanya otak tanpa masuk ke dalam lagi
yakni spiritual.
Dalam perspektif sufisme, ketika manusia masuk ke dalam dimensi yang sangat halus tersebut.
Bahasa itu terasa sulit untuk dibahasakan. Termasuk orang-orang yang memang tiada pernah butuh
pengakuan dalam menemukan konsep Ketuhanan itu sendiri. Ia hanya bisa dibahasakan dengan laku
atau lakon sehari-hari.
Bahasa menjadi patah jika telah menyentuh kata tuhan. Bahasa serentak pasi ketika berhadapan
dengan tuhan. Jika kata tuhan adalah sebuah meja maka makna dan fantasi yang turut hadir
bersamanya adalah kolong yang ada secara niscaya dan a priori. Tuhan ingin dibahasakan tapi
sekaligus tak ingin dijamah.
Membahasakan tuhan harus menanggalkan otak, nalar, dan rasionalitas. Tapi tentu tak hendak
secara terang-terangan menyatakan bahwa bahasa tidaklah perlu dalam kaitannya untuk mengenal
tuhan.