Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
“Masuknya Agama Dan Kebudayaan Islam Di Kupang”

Guru Pembimbing :

Yohanes Beny Taediny S.Pd

Disusun Oleh :

Giovaldi Raga

JURUSAN AKUNTANSI

SMK NEGERI 1

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masuknya Agama dan Kebudayaan
Islam di Kupang”.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Yohanes Beny Taediny S.Pd yang telah membantu
saya baik secara moral maupun materi.

Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan sarang yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kupang, 07 April 2024

Giovaldi Raga
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut beberapa sumber, agama Islam pertama kali memasuki Nusa Tenggara Timur
pada abad ke-15 yang dibawa oleh para pedagang dan ulama tepatnya di Pulau Solor,
Flores Timur. Penyebaran agama Islam ini pertama kali dilakukan seorang ulama
pedagang dari Palembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang kemudian
dikenal dengan sebutan S Mengetahui ultan Menanga. Daerah selanjutnya yang
dimasuki Islam adalah Ende, Alor, seluruh Flores, Timor, dan Sumba. Mengenai pola
pendekatan penyebar agama Islam di NTT asal Palembang Syahbudin bin Salman Al Faris
mengguna Flores kan pendekatan kekeluargaan dan memegang tokoh-tokoh kunci
daerah setempat. Menurut Abdul Kadir G. Goro dalam sebuah thesisnya yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Agama Islam di Kabupaten Kupang” (1977), Sejarah masuknya
agama Islam di Kupang erat hubungannya dengan penyebaran agama Islam di Indonesia.
Dari Ternate, Islam meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku, dan juga daerah
pantau timur Sulawesi.Seorang peneliti dan penulis buku tentang sejarah Islam di NTT,
Munandjar Widiyatmika di Kupang, Selasa mengatakan bahwa “Dari sumber-sumber
sejarah yang berhasil saya himpun, agama Islam masuk pertama kali di pulau Solor di
Menanga pada abat ke-15 kemudian ke Ende dan Alor,” katanya dalam suatu wawancara
terkait masuknya agama Islam pertama di NTT.Beliau juga berpendapat bahwa Solor
menjadi daerah pertama penyebaran agama Islam di NTT karena letaknya strategis
dengan bandar-bandar penting di Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala, sangat
penting bagi kapal yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor
dan Maluku, demikian pula di Ende dan Alor.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya agama islam dan kebudayaannya di Kupang ?
2. Bagaimana pengaruh masuknya agama islam dan Kebudayaan di Kupang ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah masuknya agama islam dan Kebudayaannya di Kupang.
2. Mengetahui pengaruh masuknya agama islam dan Kebudayaannya di Kupang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah masuknya agama islam dan kebudayaannya di Kupang

Sejak jaman penjajahan ketika terjadi peperangan antara Belanda dan Portugis, Belanda
mendatangkan pasukan dari berbagai daerah. Diantaranya penduduk daerah yang
didatangkan ke Kupang adalah penduduk dari Solor. Mereka pada umumnya beragama
Islam. Diantara penduduk yang datang dari Solor terdapat seorang tokoh bernama Atu
Laganama (1749-1802) yang aktif dalam menyebarkan agama Islam dengan mendirikan
madrasah dan menjadi imam di Kampung Solor, Batu Besi (mungkin nama lain dari Fatubesi)
Kedudukan sebagai imam pada tahun 1802 digantikian oleh Sangaji Susan. Di samping
penduduk dari Solor, pada tahun 1772 datang seorang dari Benggala ke Kupang, bernama
Abdulrachman. Ia bersama Atu Laganama membangun masjid pertama di Batu Besi. Pada
waktu itu di Kupang telah ada + 300 orang Islam.

Masjid pertama itu kemudian dipindahkan ke dekat toko Cong Ah. Pada Tahun 1912
didirikan pula masjid Kampung Solor (tampak pada foto di atas), terletak dekat Hotel
Abdulrachman. Yang menjadi imam pertama Burhan bin Banit. Pada Tahun 1953 masjid
tersebut direnovasi atas prakarsa Bai Kadi, A. Arba dan Mahyun Amaradja. Dari Kampung
Solor, umat Islam mulai tersebar ke Bonipoi dan Airmata. Pemimpin Desa Airmata pada
mulanya adalah Imam Sanga. Setelah meninggal ia diganti oleh puteranya yang bernama
Sya'ban bin Sanga, Sya'ban bin Sanga memulai merintis pembangunan masjid Airmata
Kupang pada Tahun 1812. Umat Islam di Airmata semakin berkembang dengan kedatangan
tokoh dari luar Airmata. Pada Tahun 1825-1830 telah datang Pangeran Surya Mataram.
Demikian pula Syeh Syarif Abu Bakar bin Abdulrachman Algadri dari Pontianak. Ia
disingkirkan oleh Belanda ke Sumba kemudian ke Kupang akibat perdagangan budak. Pada
Tahun 1886 ia menetap di Desa Airmata sampai wafatnya 1897. Syeh Syarif Abubakar bin
Abdulrachman Algadri merupakan leluhur keturunan Arab di Desa Airmata.
Pada Tahun 1860 pernah datang pula dua orang dari Pulau Bangka bernama Dipati Amir
Bahrein dan Dipati Hamzah Bahrein. Mereka disingkirkan Belanda ke Kupang karena terlibat
dalam perlawanan di Gunung Maras. Di Kupang mereka aktif menyebarkan agama Islam dan
berhasil mendirikan sebuah masjid di Desa Bonipoi, Kupang.

Di samping tokoh-tokoh tersebut pernah pula datang ke Kupang dari Banten K.H.
Muhammad Arsad bin Alwan, K.H. Agus Salam dan H. Mansyur yang diasingkan pemerintah
Belanda ke Kupang karena terlibat pemberontakan di Cilegon Tahun 1886-1892. Pada Tahun
1917 mereka dibebaskan dan kembali ke Banten setelah menetap 25 Tahun di Kupang dan
aktif pada bidang keagamaan.

B. Pengaruh masuknya agama islam dan kebudayaannya di kupang

Pengaruh Awal Agama Islam di Kupang

Penyebaran agama Islam ke wilayah Kupang dimulai pada periode perdagangan laut yang
aktif antara abad ke-13 dan ke-16. Pedagang Muslim dari India, Gujarat, dan Arab datang ke
wilayah ini untuk berdagang, membawa bersama mereka ajaran Islam. Kontak perdagangan
ini membuka jalan bagi penyebaran Islam di antara penduduk asli Kupang.

 Peran Pedagang Muslim

Para pedagang Muslim tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga membawa
ajaran Islam ke Kupang. Mereka berinteraksi dengan penduduk lokal, memperkenalkan
agama dan budaya Islam. Melalui proses ini, beberapa penduduk setempat tertarik untuk
memeluk agama Islam.

 Perkawinan Campuran dan Dakwah

Perkawinan antara pedagang Muslim dan penduduk pribumi juga berperan dalam
penyebaran Islam di Kupang. Selain itu, ulama dan mubaligh melakukan dakwah untuk
menyebarkan ajaran Islam dan membimbing masyarakat setempat. Proses perkawinan
campuran dan dakwah ini berkontribusi pada pertumbuhan komunitas Muslim di wilayah
Kupang.

 Integrasi dengan Budaya Lokal

Penyebaran agama Islam di Kupang juga melibatkan integrasi antara ajaran Islam dan budaya
lokal. Masyarakat Kupang mengembangkan bentuk-bentuk Islam yang unik yang
mencerminkan identitas budaya mereka sendiri. Ini menciptakan harmoni antara ajaran
agama dan tradisi lokal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyebaran agama Islam di Kupang, Nusa Tenggara Timur, adalah hasil dari berbagai faktor
historis, termasuk perdagangan, perkawinan campuran, dan dakwah. Proses ini
menghasilkan integrasi antara Islam dan budaya lokal, menciptakan kekayaan keragaman
agama dan budaya di wilayah Kupang.

B. Saran
 Penguatan Keterbukaan dan Toleransi Antaragama: Penting untuk mendorong
keterbukaan dan toleransi antaragama di NTT. Ini bisa dilakukan melalui dialog
antarumat beragama, kegiatan bersama lintas agama, dan pendidikan agama yang
mengedepankan nilai-nilai perdamaian dan saling penghargaan.
 Pendidikan Agama yang Terintegrasi: Dalam sistem pendidikan, integrasi antara
agama Islam dan budaya lokal perlu ditingkatkan. Ini dapat membantu memperkuat
identitas keagamaan dan budaya masyarakat Muslim NTT sambil tetap menghargai
warisan budaya lokal.
 Dukungan bagi Dakwah yang Membangun: Memfasilitasi kegiatan dakwah yang
konstruktif dan informatif yang tidak hanya fokus pada penyebaran ajaran agama,
tetapi juga pada pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat. Dakwah yang
membantu memperbaiki kualitas hidup masyarakat lokal akan lebih diterima.
 Kolaborasi antara Komunitas Agama: Kolaborasi antara komunitas Muslim dan non-
Muslim dalam proyek-proyek sosial, pendidikan, dan pembangunan dapat
membantu memperkuat hubungan antaragama dan menciptakan lingkungan yang
harmonis.
 Penguatan Literasi Agama: Penting untuk meningkatkan literasi agama di kalangan
masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim. Ini akan membantu mengurangi
ketegangan antaragama dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang
perbedaan agama.
 Perlindungan Terhadap Kebebasan Beragama: Perlindungan terhadap kebebasan
beragama dan hak-hak minoritas agama harus dipertahankan. Ini termasuk hak
untuk memeluk, menjalankan, dan mengamalkan agama masing-masing tanpa
diskriminasi atau tekanan.
 Pengembangan Kepemimpinan Masyarakat: Mendorong pengembangan
kepemimpinan Muslim lokal yang memahami konteks budaya dan sosial NTT dapat
membantu memperkuat peran agama Islam dalam pembangunan masyarakat.
 Penelitian dan Pemantauan: Penting untuk melakukan penelitian terus-menerus
tentang dinamika agama di NTT dan memantau perkembangan untuk memastikan
bahwa penyebaran agama berlangsung dalam kerangka toleransi dan keseimbangan
sosial.
 Melalui pendekatan yang holistik dan kolaboratif, masuknya agama Islam ke Nusa
Tenggara Timur dapat berlangsung secara harmonis dan memberikan kontribusi
positif bagi pembangunan masyarakat yang beragam dan inklusif.

Anda mungkin juga menyukai