Anda di halaman 1dari 12

Ayub 1:1-22

Beriman dalam Penderitaan


Saudara terkasih, saya sangat percaya bahwa saudara datang hari ini untuk mendengar
Firman tidak akan sia-sia. Saudara akan membawa berkat Rohani yang akan memenuhi
hati saudara. Mari kita buka Alkitab kita dalam Ayub pasal 1:1-22. Saya begitu sukacita
mengkhotbahkan doktrin atau pengajaran dari Alkitab dalam ibadah Minggu, tapi kali ini
saya rindu kita dikuatkan dari Firman Tuhan, mungkin saja diantara kita ada yang dalam
pergumulan yang berat apapun itu bentuk pergumulannya, kita mau hari ini menemukan
jawabannya bersama Tuhan dalam perenungan Firman Tuhan. Sekalipun sebenarnya poin
utama untuk firman yang menguatkan saya lebih sering bagikan dalam forum
Persekutuan doa. Sambil sharing-sharing. Rabu ini, kalau tidak percaya, jika ada waktu
mari hadir dan kita berdoa bersama.

Saudara-saudara kitab Ayub, Mazmur, dan Amsal masuk dalam kategori kitab Hikmat
atau kitab Puisi. Ada banyak muatan yang positif yang bisa kita pelajari dari ketiga kitab
ini, oleh sebab itu tidak sembarangan untuk menafsir ketiga kitab ini, karena banyaknya
Bahasa metafora atau kiasan yang digunakan untuk menceritakan ketakjuban akan Allah.
Memang itulah Allah saudara, terkadang Bahasa umum, Bahasa sehari-hari yang masuk
dalam KBBI, kamus besar Bahasa Indonesia pun kurang cukup untuk menggambarkan
siapa Allah, dan apa saja yang bisa dilakukan oleh Allah. Itu sebabnya kitab hikmat atau
biasa disebut juga kitab puisi ini ditulis dengan ungkapan-ungkapan puitis dan terkadang
kesan-Nya melebih-lebihkan dengan memakai istilah-istilah diluar nalar, seperti cintamu
tidak ada habisnya seperti Sungai yang mengalir, gunung-gunung pun gemetar dihadapan
Tuhan, siapakah Bintang yang teramat kecil dihadapan Tuhan, sebelum gunung-gunung
dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan selama-lamanya Engkaulah Allah.
Akan tetapi saudara-saudara, waktu kembali saya renungkan hal ini, tidaklah berlebihan
memuja Tuhan dengan kata-kata yang berlebihan karena Allah itu tidak pernah cukup
dirangkaikan dengan kata-kata. Allah yang melampaui segala akal ini tentu saja layak
menerima puji-pujian yang diluar ungkapan sewajarnya. Dan kalau kita memperhatikan
siapa saja tokoh-tokoh yang masuk dalam kitab puisi ini, maka ada banyak pribadi yang
memang rekam sejaknya, Riwayat hidupnya adalah orang yang dekat dengan Allah. Karib
dengan Tuhan, bergaul dengan Tuhan dan dikatakan Allah sendiri, kepada merekalah Aku
berkenan.

Saudara-saudara apa maksudnya hikmat? Apa bedanya hikmat dan pengetahuan, mana
lebih penting pengetahuan atau hikmat? Orang berhikmat pasti berpengetahuan, orang
berpengetahuan belum tentu berhikmat. Hikmat itu bijaksana menggunakan pengetahuan.
Tahu belum tentu bijaksana. Ada orang belajar setinggi-tingginya, sampai s3, sampai
professor, tapi tidak mengerti ilmu yang dia dapat itu untuk apa, digunakan kepada siapa,
dan kapan waktu yang tepat menggunakannya, dipercayakan memimpin suatu organisasi
tidak sanggup, sedangkan ditangan orang berhikmat, pengetahuan menjadi alat yang tepat
untuk memutuskan sesuatu dengan bijaksana. Tapi perlu diingat saudara, tanpa
pengetahuan gak ada gunanya Hikmat, apa yang perlu diaplikasikan, pengetahuan apa
yang perlu dikerjakan dan dikendarai oleh hikmat, kalau tidak pernah belajar apapun tapi
mau jadi orang berhikmat. Disinilah sukarnya orang Kristen yang suka terima jadi, suka
instan. Semangat sekali dengar khotbah tentang kebijaksanaan, motivasi tentang ilmu
bijaksana, pengen jadi orang yang bijaksana, tetapi tidak mau belajar pengetahuan, maka
pendengaran kita hari ini tentang kitab Ayub pun gak ada artinya.
Hati-hati hal ini saudara, secara psikologi, semakin mudah kita mengakses video
singkat tentang Firman Tuhan, kata-kata motivasi Firman Tuhan entah dari manapun
platformnya, Facebook kah, Instagaram, atau Tik tok, perlahan itu membentuk sistem
baru di otak kita dengan berpikir, kalau ada yang mudah, tinggal buka tiktok lalu muncul
ayat-ayat Alkitab, muncul pengkhotbah dengan 3 menit Firman Tuhannya, kalau begitu
ngapain saya capek-capek buka Alkitab, ngapain saya capek-capek ikut Persekutuan Doa,
ngapain saya capek-capek ikut PA, toh saya juga dengar Firman Tuhan. Saudara, saya
tidak melarang kita mendengarkannya, karena saya juga banyak menerima refrensi dari
seminar, maupun pembahasan di Youtube dan sebagainya, namun alangkah kelirunya kita
kalau ternyata kebiasaan mencari berkat Firman Tuhan dar Tiktok menjadi lebih sering,
lebih lama waktunya daripada merenungkannya sendiri bersama dengan Alkitab yang
saya punya.

Bagi saya, tiktok, Instagram, Youtube, apapun itu, itu semua adalah jembatan
untuk mempermudah saya menerima banyak informasi termasuk hal-hal teologi, tapi itu
juga menjadi godaan tersendiri untuk saya tidak perlu merenungkan Firman Tuhan secara
langsung. Saudara yang diberkati Tuhan, jauh lebih indah menemukan Tuhan dalam
pengalaman pribadi kita dibandingkan dari perkataan orang lain.

Orang berhikmat bukan orang yang malas belajar, orang berhikmat bukan orang
yang rajin dengar suara Tuhan tapi malas baca Alkitab, itu yang dinamakan Iman yang
buta. Tampak dari luar hebat, tapi dalamnya kosng dan rapuh karena tidak ada kerinduan
untuk belajar tentang Allah, orang yang berhikmat itu adalah orang yang bertekun dengan
Tuhan, siapapun orang itu, apapun profesinya, dia dikatakan berhikmat jika hari-harinya
tidak terlepas dari bergantung kepada Tuhan, Saudara-saudara tahu, mengapa Ayub
dinyatakan Allah sebagai seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi
kejahatan itu karena Ayub setia dan konsisten kepada beribadah kepada Tuhan. Hikmat
yang kita maksud disini adalah hikmat yang dari Tuhan. Divine Point Of View, Divine
POV, menghadapi sesuatu dengan sudut pandang Ilahi, sudut pandang Surgawi.
Beriman kepada Tuhan itu memberikan kita percikan kemampuan Tuhan.
Hikmat Tuhan, Kasih Tuhan, Keadilan Tuhan, Wibawa Tuhan menjadi bagian dari orang
yang beriman, inilah hubungannya iman dan hikmat. Iman adalah dasar dari kita
berhikmat yang benar, memiliki hikmat Allah. Sekarang, bagi orang percaya bagaimana
memiliki hikmat, Yakobus sampaikan, jika engkau kekurangan hikmat, mintalah kepada
Tuhan. Sedangkan Pemazmur katakan Tuhan dekat kepada orang yang berseru kepada-
Nya. Saudara terkasih, iman kita tidak akan pernah berproses tidak akan pernah teruji jika
tidak diperhadapkan dengan situasi yang sulit, karena orang yang beriman pasti diproses
Tuhan.

Kisah Ayub ini dibuka dengan informasi tempat tinggal Ayub yaitu tanah Us. Kalau kita
menggali mengenai Dimana tanah Us ini berada, maka kita menemukan bahwa tempat
ini adalah asal muasal bangsa Edom. Bahkan teman-teman Ayub pun datang dari sekitar
Edom. Tahun hidupnya Ayub dan teman-temannya adalah zaman patriarch, yaitu zaman
orang-orang yang hidup dalam kitab Kejadian.

Ada kemungkinan mereka sezaman dengan Abraham, Ishak, atau Esau yang memang
disebut juga bapak orang Edom. Orang Edom sendiri tidaklah menyembah Tuhan Yahwe,
mereka seperti bangsa sekitarnya yang menyembah berhala, dewa dewi kesuburan dan
perdagangan. Sangkin jahatnya bangsa Edom ini, pada akhirnya mereka dimusnahkan
Tuhan, bahkan sampai sekarang tidak terdengar lagi berita tentang bangsa Edom, kecuali
pecahannya yang menyebar menjadi beberapa negara di masa kini, ini bisa kita lihat
dalam Yehezkiel 35: "Seperti engkau bersukacita mengenai milik pusaka kaum Israel,
yang sudah menjadi sunyi sepi, demikianlah akan Kulakukan terhadap engkau. Engkau
akan menjadi sunyi sepi, hai pegunungan Seir dan engkau, segenap Edom dalam
keseluruhanmu. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN" (Yehezkiel
35:15). Ini sama seperti konsekuensi yang Allah ingatkan dalam hukum Taurat yang
menyatakan jangan ada padamu Allah lain dihadapanku.
Jika itu terjadi, maka mari kita buka didalam Ulangan 5:9
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab
Aku, Tuhan Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan
keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Artinya keturunan orang
yang jatuh dalam dosa tidak akan lalu dari murka Tuhan.

Tapi Ayub berbeda saudara, dia tidak mengikuti kehidupan orang disekitarnya, seperti
orang-orang pilihan Tuhan lainnya pada zaman kejadian, bukankah Nuh berbeda dengan
orang disekitarnya, Abraham juga jangan dilupakan, dia berasal dari tanah Ur Kasdim,
mereka yang tinggal disana penyembah berhala, tapi dia memutuskan dalam hidupnya
dalam perjumpaan-Nya dengan Allah untuk hidup bergaul dengan Tuhan. Imannya
menyelamatkan dirinya dan keturunannya yang ikut menyembah Allah Abraham.
Saudara terkasih, mungkin ada diantara kita yang jalan hidupnya berbeda dengan Ayah
kita, atau moyang kita, lihatlah betapa besarnya kasih Allah dalam hidup kita sehingga Ia
memilih kita dan memutus kutuk dosa itu melalui iman yang dikaruniakan Tuhan bagi
kita dan kepada siapa iman ini tertuju, hanya kepada Yesus Kristus Tuhan kita.

Kalau melihat konteks latar belakang hidup Ayub, bukan Pak Ayub Osaka, tapi Ayub yang
dalam kitab suci, maka Ayub bukan hidup ditengah-tengah orang beriman. Sebelum kita
melihat tentang Ayub, ini sebenarnya mengingatkan kita bahwa situasi Ayub tampaknya
relate dengan kehidupan kita sekarang, Panggilan Allah kepada Ayub mengapa serupa
dengan panggilan Allah kepada kita. Mungkin kita bertanya, kenapa hidup saya beda
Tuhan, keluarga dari keluarga besar saya, hanya saya yang Tuhan pilih untuk
mengenalMu, dari teman-teman saya yang seangkatan dengan saya, hanya saya yang
Tuhan panggil untuk mengenal-Mu. Inilah Iman saudara-saudara, sekalipun ada banyak
pertanyaan tentang bagaimana misteri Allah bekerja dalam kehidupan manusia, tapi
ketika iman dikaruniakan, maka yang sebenarnya terjadi adalah, ia akan tampil beda,
hidupnya berbeda. Ia memiliki hidup yang takut akan Tuhan, dan yang pasti Ia tetap
beriman meskipun orang di sekitarya, orang dizamanya, orang di tempat pekerjaannya,
di lingkungannya, tidak beriman kepada Tuhan.
Apa yang dikerjakan Ayub sampai Tuhan mengakuinya adalah bahwa dia mengikatkan
diri-Nya kepada Tuhan. Kita baca bersama-sama Ayub 1 ayat 5.
Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka,
dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub,
lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian,
sebab pikirnya: Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah
mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.

Tampaknya Ayub tak pernah lupa akan Tuhan, bahkan anak-anaknya pun senantiasa
masuk dalam doa-doanya. Adapun tafsiran mengenai pesta disini bukanlah tentang hal
yang buruk, bukan anak-anaknya kumpul kebo dan sebagainya, tapi adanya
keharmonisan dan Persekutuan yang kuat diantara Ayub dan anak-anaknya. Kalau kita
memperhatikan sikap Ayub adalah ketekunannya kepada Tuhan, dan ini membuat saya
teringat apa yang pemazmur sampaikan, Mazmur 5:4, Tuhan pada waktu pagi Engkau
mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku
menunggu-nunggu.

Saudara terkasih, menarik disini saudara, bahwa Allah disini tidak menyatakan atau
menyebut Ayub sebagai orang kaya yang bodoh bukan seperti orang kaya pada zaman
perjanjian baru. Jadi kalau saudara katakan, Pak Michael nampaknya gak suka orang kaya,
kenapa orang kaya sering dipojokkan dalam khotbahnya. Sekarang, tokoh Ayub menjadi
jawaban yang menepis bahwa “Tuhan hanya mengasihi orang miskin.” Tuhan mengasihi
orang yang percaya kepada-Nya entah dia kaya ataupun miskin. Kali ini justru Allah
menaruh hati kepada Ayub yang memang diberkati Tuhan dengan melimpah. Saudara,
saya mau beritahu kita, bahwa Ayub waktu lembunya ditambahkan, ia tidak fokus pada
lembu yang bertambah tapi fokus pada Tuhan, waktu keledainya ditambahkan ia tidak
dibutakan oleh jumlah keledainya yang bertambah banyak tapi tetap kepada Allah, disini
yang menarik saudara, kalau Ayub meskipun bertambah kekayaannya, ia tetap beribadah
kepada Tuhan, maka hikmatnya juga ditambahkan Tuhan. Darimana tahu bahwa
hikmatnya bertambah,
saudara perhatikan Ayub 1:3:
Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus
pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di
sebelah timur.
Kekayaan yang melimpah tidak menghambatnya bertekun dan konsisten kepada Tuhan,
karena apa, perhatikan istilah budak-budak dalam jumlah besar. Oh saudara hikmat
seperti apa yang mengerti mengelola begitu banyak ternak, pekerjaan yang besar, tapi
tidak pernah mengganggu hubungannya dengan Tuhan. Ia manage (menej) pekerjaan
yang besar dengan budak-budak yang begitu banyak, Ayub tidak mengorbankan dirinya
sendiri dan anak-anaknya untuk pekerjaan yang besar itu lalu mengesampingkan ibadah.

Bukankah Firman Tuhan hari ini begitu indah?


Apakah pekerjaan kita yang melelahkan menghambat Persekutuan kita dengan Tuhan,
apakah orang-orang disekitar kita menghambat pertemuan-pertemuan ibadah kita, bagi
jemaat: jika untuk beribadah di Hari Minggu saja sulitnya tidak tanggung, padahal selalu
ada peluang untuk kita beribadah, maka Tuhan itu sebenarnya tidak terlalu berharga
bagimu, Engkau hanya melihat Tuhan sebagai aset untuk lebih safety dalam bekerja, aset
untuk melindungi dalam pekerjaan, aset untuk membuka peluang-peluang kerja, dan tidak
pernah lebih dari itu. Tetapi jika kita begitu sulit untuk mendapatkan kesempatan libur
dihari Minggu, namun kita begitu rindu beribadah, maka Tuhan akan memberikan hikmat
kepada kita untuk mengganti kehausan akan Tuhan di waktu yang lain, atau kesempatan
di Persekutuan Doa, dsb.

Bagi saudara yang dipercayakan melayani Tuhan, baik sebagai seorang pelayan maupun
majelis, tampaknya tanggung jawab bertambah, tentunya akan sedikit melelahkan, tapi
percayalah Tuhan yang mempercayakan tidak mungkin memampukan. Saudara banyak
orang salah mengerti tentang hikmat, Hikmat itu bukan soal kemampuan berpikir lalu
kemudian bisa dengan sigap menyelesaikan masalah, Hikmat yang dari Tuhan itu juga
mencakup rasa tentram dan tenang dalam badai.
Barulah sekarang kita masuk kedalam babak yang baru dalam hidup Ayub. Ia yang
tekun mempersembahkan korban bagi Tuhan, rajin berdoa, sungguh-sungguh
kepada Tuhan, orang yang saleh, tanpa ada pemberitahuan ia mengalami
kemalangan yang besar.

Mari kita membaca ayat 7


Maka bertanyalah Tuhan kepada Iblis: ”Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada
Tuhan : ”Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.”.
Saudara, perlu kita pahami bahwa Tuhan bukan sedang menyapa temannya disini,
tapi sebagai Pribadi yang berdaulat atas dunia ini Tuhan bertanya kepada Iblis.
Suadara kalau kita melihat percakapan ini dari sudut pandang otoritas, maka
terlihat disini Iblis kalah dalam otoritas keagungan dan kemahakuasaan. Waktu
Tuhan bertanya dari mana engkau, Iblis tidak bertanya balik, engkau sendiri dari
mana Tuhan? Saudara, waktu kita sekolah, masuk dalam pembelajaran, Guru
menanyakan, budi, maju kedepan kerjakan soal matematika ini. saudara di waktu
yang sama seandainya otoritas budi dan guru sama, maka budi tidak perlu
menjawab, apalagi menanyakan balik untuk apa saya maju guru?

Apa yang bisa kita pelajari adalah, bahwa Allah memperhatikan dan berdaulat atas
dunia ini, baik segala kegiatan manusia maupun iblis. Satu hal yang juga tidak
kalah pentingnya adalah bahwa dihdapan Allah, tidak ada yang mampu bersanding
dengan otoritas Allah. Bahkan pekerjaan Iblis pun Allah tahu, tapi tidak hanya tahu,
Allah sendiri lah yang menentukan ending dari suatu kejadian, kasus finalitas suatu
kejadian adalah tergantung dari pada kehendak Tuhan dan ini berlaku baik atas
kehendak manusia maupun kehendak iblis. Oleh sebab itu bagiamana pun Iblis
merancangkan kecelakaan atas diri kita, selama Allah tidak mengijinkannya, itu
tidak akan terjadi karena di ayat 10 iblis sendiri yang menegaskan bahwa Allah
sendiri yang memagari Ayub dan seisi rumahnya. Namun Jika Allah
mengijinkannya, itu untuk iman kita.
Ayat 8
Saudara-saudara, kata perhatikan disini, sesungguhnya menggunakan kata yang
dalam tapi dalam bentuk sifat yang negatif. Artinya, waktu Tuhan bertanya kepada
iblis, apakah engkau memperhatikan hambaku, Ayub? Maksud dari kata
perhatikan artinya, memantau setiap detiknya dan siap menerkam. Saudara-
saudara ingat bahwa hal ini pun pernah disinggung oleh Petrus didalam 1 Petrus
5:8: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Kalau memang saudara dan saya adalah orang pilihan Tuhan, maka tidak cukup bahwa
Tuhan itu hanya mengasihi kita saja. Waktu Tuhan mengumumkan kepada dunia bahwa
kita adalah orang pilihan-Nya, maka Tuhan sedang menyatakan bahwa, saya tidak salah
pilih dia. Kala pengumuman ini terjadi, siapapun itu orang pilihan Tuhan akan digugat
oleh seluruh dunia termasuk iblis didalamnya yang dengan masing-masing caranya
bekerja keras untuk menyatakan bahwa Tuhan salah pilih, Tuhan salah mengasihi orang.
Dia yang kau kasihi Tuhan, tidak murni mencintaiMu, dia yang kau pilih hanya senang
dengan berkkat-Mu saja Tuhan, dunia dengan sistem keduniawiannya, iblis dengan
godaannya, dengan malapetakanya, akan menargetkan saya dan saudara untuk beradu
argument dengan Tuhan soal kelayakan kita.

Saudara-saudara, iman adalah pengalaman bersama Allah. Pengalaman yang


dimaksud adalah pengalaman yang terkadang lahir dari kesediaan dan izin Allah
yang membuka ruang terjadinya situasi sulit untuk kita memilih tetap percaya atau
“meragu” dihadapan Allah, tatkala segala sesuatu bahkan termasuk pengharapan
sekalipun tampak samar akibat embun masalah menutup mata kita. Inilah
sebabnya penting untuk mengenal Allah kita itu siapa, yang kita percayai ini siapa,
yang kita sembah ini siapa, supaya waktu mata kita dipaksa untuk cenderung
kepada pergumulan, tapi hati kita tidak demikian, kita justru akan tetap bertahan
dan tetap taat kepada Allah meskipun di Tengah kesulitan, karena saya dan saudara
kenal dengan baik siapa Allah kita, yakin bahwa Allah kita tidak akan
meninggalkan kita dalam posisi terbawah sekalipun.
Sangat menarik bahwa ternyata ukuran seseorang diberkati Tuhan bukanlah
kekayaan, bukan pula kemiskinan, tapi seberapa diakuinya kita dihadapan lawan-
lawan Tuhan, seberapa besar kesetiaan kita dikala Tuhan menguji kita, seberapa
taat kita tatkala apa yang kita punya direnggut. Kalau kita memang anak-anak
Allah yang diadopsi dalam kematian dan kebangkitan Kristus, maka seberapa
bangganya Bapa di Sorga dengan kita. Seperti seorang bapa yang bangga akan
anaknya dan menyuarakan kepada dunia ini anakku.

Ayat 9-12
Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub
takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan
rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati
dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-
Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-
Mu.” Maka firman TUHAN kepada Iblis: ”Nah, segala yang dipunyainya ada
dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap
dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.

Ukuran yang dipakai iblis adalah kebodohan manusia yang salah memahami tentang
kebaikan Allah. Dia memanfaatkan konsep bahwa orang yang baik pasti diberkati Tuhan,
orang baik pasti kaya, orang baik pasti Panjang umur, kalau tidak kaya berarti kurang
berkenan bagi Tuhan. Iblis menganut doktrin itu, sehingga yang dipahami iblis ini
menjadi ukurannya terhadap Ayub.

Kalau kita melihat kenyataan saat ini, berapa persen doktrin yang dinyatakan Iblis kepada
Tuhan ini benar? Berapa persen pula yang disampaikan Tuhan terbukti. Bukankah begitu
banyak orang yang tidak tahu bahwa ia sedang membenarkan apa yang disampaikan iblis
kepada Tuhan, benar kau iblis kalau diambil harta benda, tak kan beribadah lagi aku,
kalau diambil anak-anakku, akan ku tinggalkan Tuhan, saya sudah setia pada Tuhan tapi
Tuhan tidak membalasnya dengan baik.
Saudara-saudara, puji Tuhan kitab Ayub ini ditulis, puji Tuhan. Sekarang kita mengerti
bahwa ada orang biasa yang lahirnya bukan dari kalangan rohaniawan, tapi tahan uji.
Tidak dihanyutkan gelombang badai meskipun ditengah badai, tetap beriman meskipun
dalam penderitaan. Apa yang membuat Ayub bertahan saudara?

Kepercayaannya kepada Allah tidak setengah-setengah, Ayub percaya penuh kepada


Allah.
Maka berkatalah isterinya kepadanya: ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
Kutukilah Allahmu dan matilah!” Tetapi jawab Ayub kepadanya: ”Engkau berbicara
seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau
menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Seandainya yang diuji itu isterinya Ayub, pastilah ia gagal karena ia tidak mengerti sama
sekali tentang Tuhan. Tapi Ayub dia sudah menyatu dengan Sorga, pemikirannya,
kekuatannya untuk bertahan, dan komitmennya meyatakan masakan kita menerima yang
baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Dalam semuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah, Tuhan yang
memberi, Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan!
Sekarang refleksinya bagi kita:
1. Seperti apa kita ketika Bapa menyebut nama kita dihdapan lawannya? Saudara-
saudara bisa menjawabnya masing-masing dengan seperti apa kita selama ini
dihdapan Bapa. Saudara-saudara, seperti apa kita waktu tidak terlihat oleh orang
banyak, seperti apa kita waktu dalam Lembah kelam. Ini tantangan buat saya secara
pribadi, ketika saya waktu tidak dilihat orang, apakah saya masih mencintai Tuhan
dan tetap bertekun seperti Ayub. Ketika saudara selesai bekerja kemudian pulang
kerumah tidak terlihat, adakah saudara tetap bersyukur kepada Tuhan?
2. Saudara yang terkasih, ingatlahh ini, orang yang beriman tidak dibuang Tuhan. Ayub
42:5, demikian kata Ayub: Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau
tapi sekarang mataku sendiri yang memandang Engkau. Kenalilah Tuhan bukan dari
orang lain, kata Yesus kepada murid-muridnya, menurutmu siapa aku? Murid
menjawab: kata orang engkau Nabi, kata orang engkau ini, engku itu, tapi apa katamu
tentang Aku? Alami lah Tuhan secara pribadi, Tuhan yang memang engkau kenal
sendiri, engaku rasakan sendiri kasihnya, kelembutannya dan kedaulatan-Nya.
3. Orang yang beriman seperti yang di sampaikan Ayub dalam pasal 23:10: Karena Ia
tahu jalan hidupku: seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Tetaplah beriman meskipun sekarang juga engkau sedang bergulat dengan badai itu. Dan
nyatakan kepada Tuhan, nyatakan kepada dunia ini dalam sikap kita, seandainya Tuhan
menguji aku, aku akan timbul seperti emas.

Anda mungkin juga menyukai