Anda di halaman 1dari 2

Beberapa karakteristik orang yang merindukan Allah, yaitu:

1. Merindukan tempat kediaman Allah. Mazmur 84 ditulis oleh bani Korah, keturunan
Lewi, yang memiliki tugas memuji Tuhan di Bait Allah. Mazmur ini ditulis ketika mereka
dalam pembuangan di Babel dan bait Allah dihancurkan. Dalam pembuangan ini, timbul
kerinduan akan Tuhan. Jiwa mereka hancur karena tidak bisa memuji Tuhan seperti dulu.
Orang yang merindukan Allah jiwanya akan hancur jika tidak bisa memuji Tuhan. Apakah
kita seperti ini? Orang Kristen sering kali tidak seperti bani korah, ke gereja kalau tidak bisa
minggu ini, ya sudah minggu depan. Boro-boro jiwanya hancur, merasa bersalah pun tidak.
Orang percaya di surga kelak tugasnya adalah memuji dan menyembah Tuhan. Kalau kita di
sini tidak betah menyembah dan memuji Tuhan, jangan-jangan besok kita akan bosan dan
tidak kerasan  di surga.
2. Pikirannya tertuju kepada tempat kediaman Allah. Bani Korah membayangkan Bait
Allah yang sudah rusak dan ditinggalkan. Tempat kudus itu kini menjadi sarang bagi burung.
Mereka jauh dari bait Allah, tetapi pikiran mereka tertuju pada tempat itu. Pikiran orang yang
merindukan Tuhan selalu tertuju kepada Allah, bukan yang lain. Namun, orang percaya sering
kali sebaliknya, pikiranya tertuju pada dirinya.
3. Terus memuji Tuhan. Memuji Tuhan baginya adalah tindakan yang terus-menerus.
Orang percaya memuji Tuhan dalam segala keadaan. Keadaan di sekitarnya tidak
memengaruhinya, tetapi dirinyalah yang memengaruhi keadaan di sekitarnya. Ia menikmati
sukacita dan kebahagiaan karena Tuhan sehingga ia bersyukur senantiasa kepada Tuhan untuk
semua yang terjadi dalam hidupnya.

Orang yang mengasihi dan merindukan Tuhan akan:

1. Hidup dalam pemeliharaan Allah (84:7). Lembah baka adalah lembah kesengsaraan,
lembah bayang-bayang maut. Bagi orang yang mencintai Allah, mereka akan membuat
tempat itu menjadi mata air. Namun, orang Kristen sering kali kebalikannya. Mereka pada
saat masuk lembah masalah bukannya menjadi mata air, melainkan air mata. Ia selalu menjadi
mata air sehingga banyak orang diberkati.
2. Berjalan semakin lama semakin kuat (84:8). Orang percaya tidak menjadi loyo karena
memiliki visi menghadap Allah di Sion. Ia tahu Tuhan dari Sion akan mencurahkan berkat-
Nya. Jadi, jangan kita menjadi loyo, takut, dan khawatir karena tantangan. Kita harus
mengatakan kepada tantangan bahwa Tuhan Yesus yang ada di dalamku lebih besar dari
tantangan. Dia akan memberikan kita kelegaan dan pertolongan.

Kesedihan, kegetiran bahkan kegagalan bisa jadi terjadi dalam hidup kita. Namun yang
terpenting bukanlah memikirkan “mengapa begini, mengapa begitu” melainkan bagaimana kita
bangkit dari hal tersebut dan semakin maju. Mazmur berkata “..makin lama makin kuat,
hendak menghadap ALLAH di Sion.” Orang yang kuat dan semakin kuat adalah yang tidak
kehilangan fokus dalam hidup ini, yaitu bahwa seluruh kehidupan ini adalah dari, oleh dan untuk
TUHAN. Orang yang memfokuskan dirinya menyenangkan hati TUHAN, mencari wajah-Nya,
bergaul semakin lama semakin intim dengan TUHAN, maka apapun yang terjadi dalam
hidupnya, ia justru berjalan menjalani kehidupan ini semakin lama semakin kuat.
Orang yang berbahagia bukanlah seorang yang lemah, yang gampang menyerah, atau yang
mudah putus asa. Orang yang berbahagia adalah orang yang semakin hari semakin kuat dan
bertumbuh dewasa secara rohani di dalam KRISTUS.

3. Selalu berdoa (84:9). Doa akan mengubah kehidupan kita. DOA: Didengar Oleh Allah.
Doa orang benar sangat besar kuasanya. Jangan meremehkan doa.
4. Selalu ada dalam hadirat Allah. Lebih baik selalu ada dalam kekuatan Allah untuk
mengatasi segala sesuatu. Mari kita hadirkan suasana ilahi dalam kehidupan kita sehingga kita
menikmati pembelaan Tuhan. Kita akan memiliki kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu.
Kita akan melihat kemuliaan dan pertolongan Allah seperti matahari yang terang. Orang yang
mencintai adalah orang yang melekat kepada orang yang dicintai.

Perhatikanlah para pahlawan iman dalam Alkitab: Abraham, Musa, Daud, Petrus, Paulus dan
lainnya, mereka semua memiliki ciri yang sama, yaitu senantiasa menjalankan keseharian hidup
mereka di dalam hadirat TUHAN. Mereka mengisi hidup mereka dengan suasana Ilahi, yaitu
senantiasa melibatkan TUHAN dalam aspek hidup mereka, tidak henti-hentinya bercakap/berdoa
dengan-Nya dan hidup dalam seluruh kepenuhan ALLAH. TUHAN hidup di dalam diri mereka,
dan mereka-pun tenggelam dalam hadirat TUHAN.

Kita pun seharusnya demikian. Isilah hidup kita dengan hadirat-Nya: jangan berhenti/bosan
berdoa, terus merenungkan Firman-Nya, hidup di dalam doa-pujian dan penyembahan dan
libatkan TUHAN dalam segala hal di hidupmu. Apabila sesuatu yang terjadi mungkin tidak
sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita tidak akan sedih atau kecewa karena kita telah
melibatkan TUHAN di dalamnya dan kita tahu bahwa ALLAH akan selalu memberikan apa
yang terbaik dalam hidup kita.

Mengapa kita dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan? Hal itu karena kita tidak mengenal secara
pribadi siapa Tuhan Yesus. Kalau kita mengenal Dia secara pribadi, kita tidak akan takut tentang
apa pun. Kita tidak takut akan penyakit karena kita tahu Dia adalah Tabib yang ajaib. Kita tidak
takut akan masalah sebab Dia lebih besar dari masalah kita dan sanggup melakukan segala
perkara.

Anda mungkin juga menyukai