Berjalan Bersama
Saudaraku sekalian,
Tidak ada yang lebih berharga, tidak ada yang lebih terhormat, tidak ada yang lebih mulia
dari Tuhan. Tuhan adalah realitas, Bapa di surga adalah realitas, yang hadir bersama-sama
dengan kita setiap saat, yang memelihara kesetiaan-Nya, dan Dia tidak pernah meninggalkan
perbuatan tangan-Nya.
Tetapi ironis sekali, sangat sedikit orang yang benar-benar bersentuhan dengan Allah secara
benar dan ideal. Jadi ketika Tuhan berkata, "Apakah Anak Manusia mendapati iman di bumi
ketika datang?" Itu berarti apakah Tuhan mendapati orang-orang yang bersekutu dengan Dia,
berjalan dengan Dia secara ideal seperti yang Allah inginkan?
Sebab dunia kita ini fasik, seperti yang saya telah kemukakan kemarin. Dunia kita ini makin
ateis, tidak percaya Allah itu ada. Bahkan orang-orang beragama yang mengaku Allah itu
ada, kelakuannya tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada.
Apa yang dikatakan Pemazmur dalam Mazmur 14:1, Orang bebal berkata dalam hatinya
"tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik." Jadi kalau
perbuatan orang itu busuk dan jijik, orang itu sebenarnya tidak percaya bahwa Allah itu
benar-benar ada.
Nah, dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, kalau kita masih hidup di dalam dosa,
sebenarnya kita belum berjalan dengan Tuhan secara ideal. Ok, Saudara percaya Allah itu
ada, Ok, dan Anda berusaha juga untuk bersentuhan dengan Dia, tetapi kalau Saudara masih
hidup di dalam dosa, saudara itu belum berjalan dengab Allah secara benar.
Bisa saja kadang-kadang kita berbuat salah, tapi kita akan bangkit kembali dan tidak akan
bisa hidup di dalam dosa. Kalau kita benar-benar berjalan bersama dengan Tuhan, kita tidak
akan tahan hidup dalam dosa. Ketidakjujuran, ketidaktulusan, kemunafikkan, kebohongan
terselubung, itu tertelanjangi.
Lalu efek lainnya, kita memiliki keberanian menghadapi hidup ini dengan segala
tantangannya. Yang ketiga, dunia menjadi tidak menarik bagi kita. Kalau kita berjalan
dengan Tuhan, kita bisa tidak hidup di dalam dosa, kita bisa hidup dalam kesucian dan
semakin meningkat. Kita tidak takut menghadapi keadaan, atau paling tidak kita memiliki
keberanian yang lebih di dalam menghadapi segala ancaman di dalam hidup kita. Yang
ketiga, dunia menjadi tidak menarik. Kita tidak akan terikat lagi oleh keindahan dunia.
Walaupun kita memiliki rumah, mobil, dan semua fasilitas; hati kita tidak lagi tertambat, hati
kita tidak lagi melekat atas dunia ini, tidak tertambat, tidak melekat.
Yang berikutnya, kita akan bersedia hidup bagi Kerajaan Surga tanpa mengharapkan
upah apa pun di bumi ini. Tidak merasa memberi ketika kita berkorban. Kita berjalan
dengan Tuhan, kita melakukan segala sesuatu bagi Dia tanpa mengharapkan pujian,
sanjungan, upah dari manusia, luar biasa. Dan kita bisa membela Dia tanpa batas.
Selanjutnya, kalau kita berjalan bersama dengan Tuhan, kita menikmati damai sejahtera
Allah, sukacita surgawi, inilah yang membuat kita tidak terikat dengan dunia, dan tidak
tertarik dengan keindahan dunia. Kalau kita berjalan bersama dengan Tuhan, kita tidak akan
membalas kejahatan orang terhadap kita. Mengapa? Kita menyerahkan pembalasan kepada
Tuhan.
Tentu hidup suci yang telah saya sebut tadi, termasuk di dalamnya kita tidak akan
menyakiti siapa pun, kita tidak bisa menyakiti orang lain, kita tidak bisa melukai orang lain
dengan perkataan maupun perbuatan, bukan tidak mau, tetapi tidak bisa. Kalau kita berjalan
bersama dengan Tuhan, kita tidak bisa menyakiti orang lain. Kalau kita berjalan dengan
Tuhan kita akan merasakan bagaimana makan enak, tidur nyenyak, walaupun makan apa
saja, asal sehat.
Kita bisa menikmati alam semesta ini, karena memang alam semesta diciptakan untuk
manusia, dan di surga nanti kita akan kembali menikmati alam semesta yang baru, dunia dan
langit baru. Garam asin, gula manis, kita menikmati. Ayo, kita mengalami berjalan bersama
dengan Tuhan di dunia yang fasik dan makin ateis ini.
Layak Dilindungi
Saudaraku sekalian,
Menjadi kebiasaan atau bisa dikatakan kodrat; banyak orang yang tidak sungguh-sungguh
berurusan dengan Allah. Kecuali ketika menghadapi pergumulan persoalan-persoalan berat.
Misalnya, mengidap penyakit yang berat, baik dirinya maupun orang yang dikasihi.
Menghadapi bencana-bencana yang tidak diduga. Apakah wabah penyakit, kecelakaan,
terlibat masalah hukum terancam hukuman belasan atau puluhan tahun, atau orang yang
Saudara kasihi terlibat kejahatan, terlibat narkoba, atau harus menghadapi ancaman hukuman.
Baru orang berurusan dengan Allah sungguh-sungguh memohon pertolongan untuk
dihindarkan dari persoalan-persoalan.
Mestinya kita benar-benar membutuhkan Tuhan, bukan menunggu ada persoalan berat dalam
hidup ini. Kita pasti akan menghadapi persoalan berat. Kita sendiri makin tua pasti
menghadapi kelemahan kerentanan tubuh. Pasti kita akan menghadapi persoalan-persoalan
berat di dalam hidup ini, sakit, bahkan kematian. Kematian, orang-orang yang dikasihi atau
kematian kita sendiri. Dan yang lebih dahsyat lagi ketika ada di hadapan pengadilan Tuhan.
Sejak manusia jatuh dalam dosa, hidup ini tragis. Saya bukan mengajak Saudara berpikir
fatalistik. Memang hidup ini tragis. Sangat tragis! Yang ditunggu oleh setiap insan itu hanya
persoalan, sakit, tua, mati. Memang di sela-sela itu ada kesenangan-kesenangan, tetapi tidak
ada artinya jika dibandingkan dengan fakta ini. Persoalan pasti, sakit penyakit pasti, paling
tidak sakit tua, makin tua makin rentan dan mati. Tiga hal yang itu pasti kita hadapi. Dan
setelah kematian, pasti yang kita hadapi adalah pengadilan yang mengerikan!
Saya bukan mengajak Saudara menjadi pengecut atau penakut. Memang kita harus memiliki
perasaan takut yang hebat hidup tanpa Tuhan itu. Orang yang takut akan Allah akan
berani menghadapi hidup. Tetapi orang yang tidak takut akan Allah suatu hari dia
akan ketakutan menghadapi hidup. Mungkin ketika belum ada masalah dia tidak takut.
Tetapi suatu kali orang yang engkau kasihi sakit, engkau sendiri sakit, tiba-tiba ada peristiwa
ini peristiwa itu, yang tadi saya singgung, apakah kecelakaan, apakah salah satu anggota
keluarga terlibat kejahatan, narkoba, terjerat hukum, dan lain sebagainya.
Hidup ini banyak kejutan-kejutan yang tidak pernah kita duga. Tetapi apa pun yang terjadi
kita mau berlindung kepada Tuhan. Menjadikan Tuhan perlindungan. Tetapi kita tidak bisa
menjadikan Tuhan perlindungan kalau kita tidak memiliki hati yang takut akan Allah.
Kita tidak layak mendapat perlindungan kalau kita hidup sebagai pemberontak. Bahkan kita
tidak pantas percaya kepada Tuhan kalau kita tidak hidup dalam takut akan Allah.
Karenanya melalui doa bersama dan renungan yang saat ini saya sampaikan kepada Saudara,
saya ajak Saudara-Saudara untuk sadar, untuk hidup tidak bercacat tidak bercela. Agar kita
layak mendapat perlindungan dan kita pantas percaya kepada Tuhan. Seorang berhikmat yang
di dalam kitab Pengkhotbah, di akhir tulisannya, Pengkhotbah 12:13 mengatakan, "Akhir
dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-
perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."
Saudara,
Saya bukan mau menakut-nakuti, jujur saya pun juga takut. Banyak hal yang bisa terjadi di
luar dugaan kita. Tetapi sebenarnya apa pun yang terjadi di dunia ini masih belum masalah
besar. Masalah besar kalau kita menghadap takhta pengadilan Kristus. Saat itulah, baru hal
terdahsyat, terbesar dalam hidup yang tidak dapat di-compare (dibandingkan) dengan apa
pun. Jadi ketika ada di hadapan pengadilan takhta Kristus betapa mengerikan!
Oleh sebab itu, mari kita hidup benar-benar tidak bercacat tidak bercela. Ini pergumulan yang
sangat berat tetapi bisa, kalau kita berjuang. Memiliki kesucian atau kekudusan seperti
kesucian atau kekudusan Allah sendiri. Tidak mencintai dunia, tidak terikat dunia.
Menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan kita. Ketika kita menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya kebahagiaan, Tuhan pasti akan menyenangkan Saudara juga dengan
keluarga yang baik, keadaan yang baik, ekonomi yang dipulihkan, tubuh yang sehat, dan lain
sebagainya.
Anda dan saya tidak layak mendapat perlindungan Tuhan, kalau kita
- tidak hidup di dalam ketertundukan
- tidak menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan
- tidak hidup di dalam kekudusan dan kesucian.
Saudara,
Jangan bergantung kepada pendeta atau manusia. Pendeta bisa menjadi mentor sementara
tetapi dia tidak menentukan hidup Saudara. Jangan menunggu doa pendeta, jangan menunggu
tumpang tangan pendeta atau manusia. Biar masing-masing Saudara berurusan dengan
Tuhan. Mengalami Tuhan untuk memperoleh perlindungan-Nya. Alami Tuhan secara pribadi.
Jangan bergantung kepada manusia bahkan pendeta sehebat apa pun, pendeta hebat manapun,
jangan bergantung.
Saudara harus hidup suci, jangan terikat dengan percintaan dunia, jadikan Tuhan satu-satunya
kebahagiaan, Saudara akan menikmati perlindungan Tuhan. Bukan hanya sementara di bumi,
tetapi juga sampai di kekekalan. Ikuti apa yang saya sampaikan ini supaya Saudara hidup
semakin dewasa.
Saudara sekalian,
Saya tidak sempurna. Tetapi saya belajar untuk berubah Sungguh saya mau berubah.
Bersyukur kepada Tuhan yang tiada henti-hentinya mendidik kita dan mengubah kita. Kita
bukan orang baik, kita orang-orang brengsek sebenarnya, tetapi kita mau berubah, kita mau
berubah, kita terus mau berubah. Sayang sekali tidak sedikit orang yang tadinya bersama
saya, entah karena hilang kepercayaan, entah karena mendengar suara-suara sumbang dari
luar, tidak lagi bersama dengan saya dengan setia. Sehingga mereka tidak mau mendengar,
tidak mau memperhatikan hidup saya yang berubah.
Kita mau berubah. Sampai akhirnya kita ini, sampai ke Langit baru Bumi baru. Bukan
bermaksud mau membela diri, tetapi supaya kita tetap bersama-sama. Jangan dengar fitnah
orang yang mengatakan, Pak Eras kawin dengan Roh Kudus. Saya tidak pernah menikah
dengan Roh Kudus. Saya dari muda belajar teologi, sistematika teologi. Saya tahu Roh Kudus
itu Roh Allah, Roh yang Mahaagung, bagaimana saya mengatakan saya menikah dengan
Dia? Itu gila, saya tidak pernah mengatakan hal itu.
Kalau saya dapat penglihatan, suatu hari ada seorang wanita yang menggendong anak
kepalanya seperti luka, bonyok, saya bersama anak dan isteri saya di situ, saya lihat wanita
ini seakan-akan wanita itu isteri, ada ikatan batin yang begitu berat, seakan-akan juga ibu,
saya mengatakan itu, jangan terus berkata, wah dia kawin dengan Roh Kudus. Bukan itu,
bukan itu maksud saya. Tetapi telah digoreng di luar, dan puji Tuhan
Saudara-saudara masih bersama-sama dengan saya hari ini. Walaupun Saudara mendengar
saya disesat-sesatkan orang, Saudara masih tetap bersama dan memiliki nurani bahwa kita
semua ada di jalan yang benar, di track yang benar, kita mau pulang ke surga bersama.
Saya juga seperti Saudara, juga punya kecenderungan-kecenderungan mau salah atau
menoleh ke belakang. Tetapi kita memilih tidak berbuat salah, kita memilih untuk tidak
menoleh ke belakang.
Saya rindu banget, suatu hari di hadapan takhta Kristus, Dia mengakui bahwa kita mengikut
Dia dengan sungguh-sungguh. Suatu hari kita akan bersama-sama dengan Saudara-Saudara
seiman di hadapan Tuhan Yesus. Dan kebahagiaan saya, saya telah menyelesaikan tugas, dan
saya mengajak Saudara berkemas-kemas.
Saudara sekalian,
Saya tidak sempurna. Tetapi saya belajar untuk berubah Sungguh saya mau berubah.
Bersyukur kepada Tuhan yang tiada henti-hentinya mendidik kita dan mengubah kita. Kita
bukan orang baik, kita orang-orang brengsek sebenarnya, tetapi kita mau berubah, kita mau
berubah, kita terus mau berubah. Sayang sekali tidak sedikit orang yang tadinya bersama
saya, entah karena hilang kepercayaan, entah karena mendengar suara-suara sumbang dari
luar, tidak lagi bersama dengan saya dengan setia. Sehingga mereka tidak mau mendengar,
tidak mau memperhatikan hidup saya yang berubah.
Kita mau berubah. Sampai akhirnya kita ini, sampai ke Langit baru Bumi baru. Bukan
bermaksud mau membela diri, tetapi supaya kita tetap bersama-sama. Jangan dengar fitnah
orang yang mengatakan, Pak Eras kawin dengan Roh Kudus. Saya tidak pernah menikah
dengan Roh Kudus. Saya dari muda belajar teologi, sistematika teologi. Saya tahu Roh Kudus
itu Roh Allah, Roh yang Mahaagung, bagaimana saya mengatakan saya menikah dengan
Dia? Itu gila, saya tidak pernah mengatakan hal itu.
Kalau saya dapat penglihatan, suatu hari ada seorang wanita yang menggendong anak
kepalanya seperti luka, bonyok, saya bersama anak dan isteri saya di situ, saya lihat wanita
ini seakan-akan wanita itu isteri, ada ikatan batin yang begitu berat, seakan-akan juga ibu,
saya mengatakan itu, jangan terus berkata, wah dia kawin dengan Roh Kudus. Bukan itu,
bukan itu maksud saya. Tetapi telah digoreng di luar, dan puji Tuhan
Saudara-saudara masih bersama-sama dengan saya hari ini. Walaupun Saudara mendengar
saya disesat-sesatkan orang, Saudara masih tetap bersama dan memiliki nurani bahwa kita
semua ada di jalan yang benar, di track yang benar, kita mau pulang ke surga bersama.
Saya juga seperti Saudara, juga punya kecenderungan-kecenderungan mau salah atau
menoleh ke belakang. Tetapi kita memilih tidak berbuat salah, kita memilih untuk tidak
menoleh ke belakang.
Saya rindu banget, suatu hari di hadapan takhta Kristus, Dia mengakui bahwa kita mengikut
Dia dengan sungguh-sungguh. Suatu hari kita akan bersama-sama dengan Saudara-Saudara
seiman di hadapan Tuhan Yesus. Dan kebahagiaan saya, saya telah menyelesaikan tugas, dan
saya mengajak Saudara berkemas-kemas.
Menunggu Jemputan
Mengkhianati Diri
Menyangkal diri artinya memang bersedia untuk tidak menuruti keinginan diri sendiri, tepatnya
membuang semua naluri kemanusiaan kita yang telah rusak oleh karena dosa dan mengikuti naluriah
rohani atau naluriah Ilahi supaya kita menjadi manusia Allah (man of God), dan Yesuslah model kita.
Sehingga kita bisa berkata bahwa kita sudah mati hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di
dalam Allah. Dan kita bisa berkata hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.
Mengkhianati diri sendiri salah satu prosesnya adalah kita bersedia untuk tidak mengingini
apa yang kita ingini dan bersedia mengingini apa yang tidak kita ingini. Hidup suci itu tidak kita
ingini, daging kita tidak suka, jiwa kita tidak suka.
Misalnya kita disakiti orang, jiwa kita kan maunya membalas tetapi kita harus mengingini tidak
membalas. Juga keinginan-keinginan daging kita harus dimatikan. Kita mengingini apa yang tidak
kita ingini. Kita tidak mengingini apa yang kita ingini. Sebab kita mengingini kehendak Allah,
kesucian Allah; yang itu sulit, itu berat, itu menyakitkan.
Tetapi kita harus berani menyangkal diri, mengkhianati diri kita sendiri. Ini yang benar. Seperti yang
dikatakan oleh salah seorang yang memberikan chatting ini, "Amin pak, kebutuhan saya saat ini
bukan lagi soal makan dan minum tetapi bagaimana saya hidup seperti Yesus, agar saya bisa
menyelamatkan orang-orang di sekitar saya." "Selamatkan diri kamu dulu, bro, lalu orang di sekitar
kamu." "Terima kasih pak Eras atas bimbingan Bapak, Amin."
Kita yang serius benar-benar mengkhianati diri untuk hidup dalam kekudusan dan kesucian, itu sulit
sekali, jatuh bangun-jatuh bangun-jatuh bangun, sampai kita itu bisa marah terhadap diri sendiri, dan
berkata kepada diri sendiri, "kamu ngapain ya..., kamu mau apa sih?" Tetapi itu proses, yang akhirnya
nanti kita bisa menindas, membungkam, membuat tidak berdaya bahkan mematikan semua keinginan
dalam diri kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Baik itu keinginan dalam jiwa maupun dalam daging kita. Hidup adalah memilih. Ini berat. Tetapi
kalau kita mengasihi Tuhan kita berkata, "Tuhan aku mau mengingini apa yang tidak kuingini, aku
bersedia tidak mengingini apa yang kuingini, sebab aku hanya mau mengingini apa yang Kau ingini
bukan yang kuingini, aku hanya mau mengingini apa yang Engkau ingini ya Allah."
Dan itu nanti akan terus berproses sampai kita melakukan apa yang Bapa kehendaki. Ayo, kita
berjuang. Saya juga belum sempurna tetapi saya mau berjuang. Kita mau gila-gilaan, kita mau sangat
ekstrem untuk kekudusan, kesucian, yang mana itu nyaris tidak pernah terwujud dalam hidup manusia
kecuali Yesus.
Tetapi kita harus bisa dan kita pasti bisa! Karena Bapa yang berjanji, "Kuduslah kamu sebab Aku
kudus." Jadi harus berani "del" dengan manusia lama kita. "Del" artinya putus hubungan.
Menyenangkan Bapa saja.
Menyenangkan-Mu, Menyenangkan-Mu
Di mana pun dan kapan pun dalam segala perkara
Menyenangkan-Mu Menyenangkan-Mu
Sejak di bumi sampai selamanya
Contohnya, kita merasa bangga bisa bertemu dengan pejabat tinggi; kita ceritakan, kita saksikan,
kita ungkapkan kepada orang lain; kita ketemu dengan bapak anu, dengan pejabat anu. Kita bangga
bisa bertemu dengan konglomerat, orang kaya; kita ceritakan, kita ungkapkan, kita saksikan kepada
orang lain bahwa kita bertemu dengan konglomerat anu pemilik perusahaan ini.
Tanpa sadar kita telah melecehkan Allah, kita merasa itu hal terhormat. Padahal belum tentu pejabat
tersebut atau orang besar (orang ternama) tersebut orang-orang yang menghormati Allah kita. Tetapi
kita tanpa sadar meninggikan mereka dengan pernyataan tersebut.
Tidak salah pajang foto di rumah, atau di mana begitu, di instagram kita, di facebook kita; tetapi kalau
yang kita pajang itu orang-orang yang kita pAndang terhormat lalu kita menjadi bangga—apakah foto
dengan bintang film, apakah foto dengan pendeta, apakah foto dengan siapa gitu—tetapi dengan satu
indikasi kita bangga, "aku foto lho dengan bintang film itu, aku foto lho dengan pendeta."
Ya, tidak salah kalau Anda foto dengan orang yang Anda cintai, orangtua, pendeta, atau siapa pun
karena Anda punya kecintaan dengan dia, tidak salah. Tetapi kalau itu bermaksud pansos (panjat
sosial), angkat diri, aktualisasi diri itu yang membuat kita berdosa kepada Tuhan tanpa kita sadari. Itu
juga yang saya lakukan selama bertahun-tahun; sedih kalau ingat itu, saya melukai hati Bapa di surga.
Saya sudah minta ampun atas perbuatan-perbuatan salah saya, "ampuni aku Tuhan, aku telah salah
kepada-Mu dengan kebanggaan bertemu dengan orang besar, orang ternama, dengan pejabat, dengan
konglomerat, dengan bintang film, dan lain-lain." Sekali lagi tidak salah majang foto, tetapi kalau
indikasinya untuk angkat diri, itu keliru. Seakan-akan itu terhormat.
Padahal orang yang kita ajak foto belum tentu orang yang menghormati Allah. Di kemudian hari lalu
ternyata pejabat itu korupsi yang membawa kesengsaraan bagi banyak orang, masih banggakah kita?
Atau bintang film, tetapi ternyata kawin cerai dan hidupnya tidak senonoh, mengkonsumsi narkoba,
apakah puas kita? Foto dengan pendeta, ternyata pendeta makan uang jemaat, ternyata tidak
membawa jemaat ke surga, apakah dia tidak lebih jahat dari penjahat?
Racun yang dibungkus dengan bungkus obat, atau racun yang dibungkus dengan tulisan susu
misalnya (minuman sehat) padahal racun. Pendeta seperti itu bisa lebih dalam nerakanya. Saya tidak
sedang membicarakan siapa-siapa ya, maksud saya ada pendeta seperti itu. Saya pun juga bisa seperti
itu kalau tidak bertobat, bisa, bukan hal yang tidak mungkin. Tuhan yang tahu.
Apalagi kalau sebagai pelayan jemaat. Dengar ya, para hamba-hamba Tuhan; kalau sampai kita ini
menjilat orang kaya, atau menjilat orang yang kita anggap bisa memberikan pertolongan,
berarti kita tidak menghormati Allah. Bahwa Allah lebih besar dari siapa pun.
Langkah kita yang lain yang membuat kita tidak terhormat adalah ketika kita menjadi takut dan
cemas ketika menghadapi suatu keadaan. Kita harus waspada menghadapi suatu keadaan dan
memiliki perasaan krisis untuk bisa menanggulangi setiap keadaan. Perasaan krisis untuk bisa
menanggulangi setiap keadaan-keadaan sulit. Tetapi kalau kita sudah berusaha maksimal, kita harus
menyerahkan semua dalam tangan Tuhan.
Seperti yang sering saya katakana, "Tuhan kalau pun aku harus hancur, aku hancur di tangan-Mu."
Itu cara menghormati Allah yang benar, tidak bergantung kepada manusia, tidak takut menghadapi
keadaan apa pun. Itu bicara soal sikap hati yang tidak bisa dilihat di mata manusia.
Cara lain yang dilakukan oleh kita yang menunjukkan kita tidak hormat kepada Allah adalah kita
hidup sembarangan, kita berbuat dosa. Kadang kalau saya sudah berdoa, saya mesti minta ampun,
saya tanya salah apa ya saya? Mestinya sampai kita itu tidak menemukan salah kita itu apa. Dari jam
doa ke jam doa itu hendaknya kita bersih sehingga kita tidak merasa perlu minta ampun
karena memang tidak ada kesalahan yang kita lakukan. Harus sampai pada taraf itu. Kita akan
merasa benar-benar bahagia. Orang yang menghormati Allah itu orang yang hidup suci.
Dan yang terakhir, orang yang menghormati Allah itu orang yang rela berkorban apa pun untuk
Tuhan. Makanya sebenarnya orang kaya itu lebih berat, kenapa? Karena dia dipercayai untuk punya
lebih banyak dan dia pasti harus berkorban lebih banyak. Saya mengatakan ini tidak bermaksud saya
mencari dana supaya Saudara memberi uang ke saya atau gereja yang saya gembalakan. Sudah saya
beritahu bahwa sikap itu merendahkan Tuhan. Apalagi kalau orang kaya itu tidak mengasihi Tuhan
kita lebih melecehkan Allah.
Orang-orang kaya yang hatinya tidak mencintai Tuhan itu, uangnya tidak layak bagi Tuhan, artinya
najis. Mestinya kita tidak mengharapkan. Tetapi kalau dulu saya tidak peduli, pokoknya orang bisa
kasih sumbangan, haleluya saja. Tetapi sekarang tidak lagi. Walaupun kita tidak punya gereja besar,
tidak punya uang banyak di saldo gereja, tidak apa-apa semua jalan saja dari hari ke hari, bisa dilewati
sudah cukup.
Kalau sampai ada apa-apa ya terserah Tuhan, ini kan milik Tuhan. Supaya kita jangan tidak
menghormati Tuhan. Yuk, kita belajar menghormati Tuhan. Ke depan apa pun yang terjadi kita
pasrah. Dia Allah yang besar, kuat, dan berkuasa.
Mengerti dan memahami kebenaran ini, terus terang saya menjadi gentar. Makin sadar bahwa kita
berhadapan dengan satu Pribadi Agung yang dahsyat, luar biasa, menggetarkan! Oleh sebab itu hidup
kita jadi benar-benar indah dan beruntung kalau kita memperlakukan Allah benar-benar sebagai Allah
Yang Mahatinggi, Allah Yang Mahabesar. Benar-benar kita bisa memperlakukan Dia sebagai Allah
yang Mahabesar.
Sebab orang-orang yang memperlakukan Allah secara benar adalah orang-orang yang akan
diperkenan masuk Kerajaan Surga. Bukan hanya teori, bukan hanya pengetahuan tentang Tuhan
yang bisa menjejali, memenuhi pikiran kita dan mulut kita dengan perkataan-perkataan tentang
Tuhan. Tetapi sikap hati, sikap batin, tindakan dan perbuatan kita yang benar-benar mengagungkan
dan memuliakan Allah.
Biar kiranya hidup kita hendaknya seperti alat musik yang memainkan pujian yang indah dan selalu
menyenangkan Allah. Biar perbuatan dan tindakan kita benar-benar menjadi nyanyian yang mengakui
kebesaran Allah dan menunjukkan kebesaran Allah. Dan inilah keindahan hidup itu: kebesaran dan
kemuliaan Allah menyertai kita.
Kiranya apa yang saya kemukakan ini menjadi awal perjuangan kita untuk mewujudkan pengakuan
kita bahwa Allah Mahabesar dalam perilaku dan perbuatan kita.
Jadi, ayo kita mencari Tuhan terus, jangan berhenti mencari Tuhan. Setia terus bangun jam 5 pagi atau
sebelum jam 5. Ayo, kita pulang ke surga, kita berkemas-kemas, kita hidup suci. Kita tetap bekerja
sebisa-bisanya; benar, kita menjaga protokol kesehatan dengan baik supaya kita bisa hidup sepanjang
mungkin, supaya kita membenahi diri lebih banyak dan bisa mengambil bagian dalam pekerjaan
Tuhan.
Banyak orang susah hari ini; kami pun juga mengalami kesulitan. Pelayanan kami ini sudah besar,
tanggung jawab kami ini sudah besar memikul beban pekerjaan Tuhan di daerah, di sekolah-sekolah
menjadi tanggung jawab kami, juga STTE dan banyak lagi; bukan berat, tetapi berat sekali. Tetapi
kami tetap berjalan terus.
Banyak orang hanya bisa bicara, menyalahkan dan menilai, tetapi tidak buat apa-apa; mereka
menggenggam tangannya, tidak melepaskan apa yang mereka miliki untuk pekerjaan Tuhan. Kami
juga masih membantu orang-orang prasejahtera hari ini dengan paket-paket; mereka yang susah.
Bukan hanya orang Kristen, tetapi juga orang non-Kristen. Beban kami sangat berat, tetapi kami tetap
melakukan pekerjaan Tuhan ini dan tidak mencari muka. Kami hanya menunggu pengadilan Tuhan
nanti dan semua kita akan menghadap takhta pengadilan Tuhan.
Ayo, jaga hidup untuk lebih suci, hidup tidak bercacat tidak bercela. Jangan tenggelam dengan
masalah-masalah pribadi. Ayo, kita berkarya bagi Tuhan di sisa umur hidup kita ini.
Keelokan Manusia
Bapak/Ibu/Saudaraku sekalian,
Keindahan, keelokan, keunggulan dari makhluk manusia bukan hanya sekadar memiliki
kelebihan dibanding dengan makhluk lain. Lebih dari sekadar memiliki kelebihan dibanding
dengan hewan. Tetapi keindahan, keelokan, keunggulan, keluarbiasaan menjadi manusia
adalah kita bisa, kita diperkenan berurusan dengan Sang Khalik yang menciptakan
langit dan bumi.
Kita diperkenan, kita dimungkinkan dengan potensi yang ada ini bergaul dengan Allah,
berjalan dengan Allah, berinteraksi dengan Allah, tentu Allah yang benar, Allah yang
menciptakan langit dan bumi.
Ini adalah anugerah yang besar, anugerah yang luar biasa kalau Tuhan memberikan kita
anugerah ini menjadi manusia yang terhormat adalah menjadi manusia yang benar-benar mau
berurusan dengan Tuhan, berjalan dengan Tuhan, berinteraksi dengan Tuhan.
Jangan kita berpikir kalau kita sudah beragama berarti kita sudah berjalan dengan Tuhan atau
berinteraksi dengan Tuhan. Beragama, dalam hal ini beragama Kristen, karena kita bicara
dalam konteks Kristen dan tidak perlu menyinggung agama lain. Beragama Kristen itu belum
tentu sudah ber-Tuhan dengan benar, atau berjalan dengan Tuhan.
Kadang-kadang masih sangat jauh. Bahkan jangan heran menjadi aktivis bahkan menjadi
pendeta belum tentu juga berjalan dengan Tuhan dan berinteraksi dengan Allah secara ideal.
Orang yang benar-benar mau mengalami Tuhan, memiliki pengalaman berjalan dengan
Tuhan, berinteraksi dengan Tuhan secara benar, itu orang yang memang bersedia agenda
hidup satu-satunya adalah Tuhan. Melalui segala hal di dalam segala perkara intinya
Tuhan. Jujur saja saya menjadi pendeta bertahun-tahun juga tidak menjalani hidup seperti ini.
Memang saya melayani pekerjaan-Nya. Tentu tidak sempurna, tetapi saya berusaha
berprestasi dalam pelayanan dengan baik, berusaha menjadi manusia yang santun walaupun
tentu masih saja ada salah saya. Tetapi setelah mengenal kebenaran lebih lanjut setelah usia
saya meninggi dan menghayati realitas hidup; saya lebih mengerti apa artinya berurusan
dengan Allah itu.
Jadi dalam segala hal yang kita lakukan, dalam segala perkara yang kita jalani, itu urusannya
dengan Tuhan. Jadi inti masalahnya bukan kegiatan itu sendiri, apalagi cita-cita, keinginan,
ambisi kita; bukan, tetapi intinya Tuhan sendiri. Bagaimana di dalam segala hal yang kita
lakukan, dalam segala perkara yang kita jalani, kita menyenangkan hati Tuhan.
Kita menyukakan hati Tuhan. Kita menghadirkan Allah di situ. Sebab pada akhirnya segala
sesuatu yang ada di bumi ini kita tinggalkan. Pekerjaan, usaha, hobi, keinginan-keinginan apa
pun yang bersifat dunia fana, bahkan keluarga kita tinggalkan. Tidak ada yang kita bawa.
Tetapi hanya Tuhan yang kita bawa.
Makanya Pemazmur mengatakan di Mazmur 73:25-26, "Siapa gerangan ada padaku di
sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi." Mestinya dari ayat
Mazmur 73 kalau Saudara membaca Firman Tuhan, Saudara bisa menemukan pernyataan
Pemazmur yang luar biasa yang sering menjadi syair lagu dan ini menjadi ayat yang cukup
menyenangkan, menjadi ayat favorit saya Mazmur 73 ini di ayat 25 "Siapa gerangan ada
padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi."
Kita harus selalu meng-update (memperbaharui) hubungan kita dengan Tuhan,
interaksi kita dengan Tuhan. Sejak semalam sebelum jam setengah tiga, saya sudah
memikirkan hal ini, bagaimana kita berurusan dengan Allah. Maka tidak boleh ada cacat, ada
cela yang kita lakukan, kita miliki, tidak boleh ada. Tidak boleh ada ikatan dalam hati kita
terhadap sesuatu atau seseorang yang melebihi ikatan kita dengan Allah. Ayo, kita berani
melangkah hidup.
Saya bersyukur melalui segala pergumulan hidup yang saya alami; kepicikan, kesesakan,
saya dibawa Tuhan kepada keadaan ini. Yang intinya kita ingin nanti di hadapan takhta
pengadilan Tuhan kita tidak dipermalukan. Hari ini mungkin kita dipermalukan, dimana-
mana nama kita buruk, benar-benar banyak fitnah.
Tetapi hal itu membuat kita tambah sungguh-sungguh mengoreksi diri, jangan-jangan yang
dikatakan orang itu benar, lalu kita tidak melakukan seperti yang dikatakan orang tersebut.
Tetapi lebih dari itu kita benar-benar mau berurusan dengan Allah supaya kita tahu apa yang
Allah kehendaki dalam hidup kita, apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi dan nanti
kalau kita ada di pengadilan Tuhan semua akan terbuka.
Mungkin Saudara juga sedang mengalami keadaan-keadaan seperti itu. Di tengah-tengah
keluarga besar, dalam hubungan dengan pasangan hidup, dengan rekan kerja, dengan teman
di kantor, dengan teman sepelayanan, Anda menghadapi keadaan-keadaan seperti itu. Di
mana nama Anda menjadi rusak, Anda dipersalahkan, tidak masalah.
Itu justru membuat kita mengoreksi diri, dan kita lebih menyerahkannya kepada pengadilan
Tuhan. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Apa benar begitu? Nanti di surga
semua akan ditelanjangi, akan di buka.
Kita harus takut terhadap fakta pengadilan Tuhan, kita harus gentar terhadap fakta
pengadilan Allah. Harus takut, supaya kita berhati-hati dalam segala hal yang kita
lakukan. Kiranya Tuhan memberkati Saudara-Saudara sekalian.