Anda di halaman 1dari 1

Wajah Alkitab dalam Diri Umat Allah

Setiap umat yang mengaku percaya kepada Allah di dalam Yesus dan Roh Kudus setuju
bahwa manusia adalah segambar dan serupa dengan Allah. Kata segambar dan serupa tersebut
sejatinya bukan mengacu kepada rantai dna biologis anatara orangtua dan anak. Akan tetapi, dalam
tulisan ini dimaknai kepada suatu hubungan atau relasi yang terikat dan selalu diperbaharui. Ya,
ketika umat belum mengenal dan memahami terkait apa dan siapa itu Allah, sejatinya ia sama
dengan sebuah Alkitab yang belum dibuka, di mana ia dapat dilihat secara garis besar atau ketebalan
sejauh banyaknya lembaran dari Alkitab itu, keindahan dari sampulnya yakni berbasis warna yang
tersedia: warna hitam,biru, coklat, dll atau bahkan mungkin ada yang dihias dengan sampul gambar
yang menggugah. Dan setiap bagiannya sebelum dibuka telah ada terdapat bagian khusus untuk
membuka suatu teks secara cepat dan dapat ditandai dengan adanya tali pembatas, sehingga setiap
pembaca nantinya akan tahu, di mana ia terakhir membacanya, atau bahkan dimana bagian yang
perlu untuk ia diskusikan.

Akan tetapi, seorang yang dikatakan umat Tuhan tentu tidak hanya dapat dinilai dan dibaca
dari sampulnya. Perlu ada penelisikan ke dalam. Ketika membuka Alkitab, maka bagian pertama
yang harus diketahui adalah bahwa Alkitab itu adalah buku yang kompleks. Didalamnya banyak kisah
yang mampu membawa kita penjadi umat yang sejati. Secara umum, dalamnya terdapat dua bagian,
yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tunggu sebentar, sebelum kita lebih jauh, ada pertanyaan
yang harus kita jawab: mana yang lebih banyak jumlah kitabnya kira? Perjanjian lama atau perjanjian
baru?

Yup betul, kitab terbanyak ialah di dalam perjanjian lama yakni berisikan 39 kitab, sedangkan
dalam perjanjian baru berisikan 27 kitab. Sejatinya, demikianlah kita umat Allah sebagai dokumen
hidup. Kita juga memiliki teks hidup yang lebih banyak ketika masa-masa sebelum kita benar-benar
hidup menjadi berkat dunia. Sehingga tidak heran kisah kita banyak yang bersifat menegangkan dan
benar-benar bersifat emosional. Dan secara generalisasi, setelah seseorang umat berumur diatas 50
tahun, barulah ia semakin mengerti dan memahami bagaimana untuk menampilkan teks hidup yang
menyatakan dirinya menjadi berkat bagi dunia. Dalam tahap ini, kisah yang tampilkan sudah
mengacu kepada sifat yang mencerahkan, ada teladan yang diambil, dsb.

Akhirnya sampailah kita pada pertanyaan renungan:

1. Sudah berapakah usia anda pada saat ini?


2. Secara sadar, coba anda bilangi dan tuliskan apa yang sudah anda alami ketika belum
mengenal dan memahami Allah, dan tuliskan pula setelah anda mengenal dan memahami
Allah.
3. Apa yang akan ada lakukan selanjutnya? Maukah anda dibuka dan dibaca setiap pembaca
sebagai dokumen yang menjadi berkat bagi dunia?

Sahabat terkasih, setiap kita adalah panulis buku itu. Namun kita bukan penentu, melainkan yang
mengelola dan mengerjakan. Secara jujur haruslah ada pengakuan dalam diri bahwa terkadang sisi
ke-aku an lebih tinggi dari pada sisi ke-kamu atau mereka. Layakya Alkitab ada perjanjian lama dan
perjanjian baru, demikian juga umat menyimpan banyak kisah. Disini sasarannya bukanlah kepada
benar atau salah, yang terpenting ialah lakukanlah. Kita adalah penulis yang menampilkan apa
adanya, bukan ada apanya. Segala sesuatu yang telah kita tuliskan itu telah menjadi bahagian dari
mata rantai kita, dan tidak dapat dihapuskan. Namun, pengharapan itu ada dan nyata. Bangkit,
Berlari dan Berjuang adalah dinamika yang harus saya dan kita lakukan. Karena pada dasarnya kita
semua telah dibawa kepada Terang itu, untuk itu tetaplah berjalanlah di dalam terang. Kuatkanlah
dan teguhkanlah hati mu. Karena dunia ini penuh dengan kekejutan, yang sewaktu-waktu dapat
membawa kita kepada kegelapan yang lebih kelam. (BMAS)

Anda mungkin juga menyukai