Anda di halaman 1dari 2

Kita tahu bahwa cara mengobati sakit adalah dengan mengonsumsi obat, cara mempertahankan kekebalan

tubuh dengan mengonsumsi vitamin, dan cara mencegah virus yang masuk ke dalam tubuh adalah dengan
vaksin. Namun, apakah kita benar-benar tahu bagaimana caranya menyembuhkan luka batin yang
bersembunyi di dalam diri?

Kita mampu merawat kulit, gigi, mata, dan tubuh. Namun, apakah kita juga mampu merawat pikiran dan
perasaan kita sendiri?

Langkah Awal: Mengenali dan Menerima Luka Batin

Menelaah kembali permasalahan yang belum usai di masa lalu bisa menjadi sebuah langkah awal mengenali
sejauh mana kita telah berdamai dengan masa lalu. Psikologi mengenalkannya dengan istilah unfinished
business yang diartikan sebagai emosi dan memori masa lalu yang masih kita simpan dalam alam bawah sadar.

Meskipun kita menekannya ke alam bawah sadar, pengaruhnya dapat muncul ke permukaan. Dalam keseharian
kita jumpai dalam bentuk kesedihan yang mendalam, amarah yang tak kunjung usai, penyesalan yang
berkelanjutan, kesepian yang terus menerus, dan emosi-emosi negatif lainnya yang berakar dari masa lalu.

Mengabaikan setiap emosi negatif yang hadir di dalam diri sama saja dengan menunggu bom waktu. Emosi
tersebut akan membuat kita meledak pada suatu waktu. Membuat suasana semakin keruh dan berantakan.
Tubuh kita memang didesain untuk lari dari perasaan negatif dengan tujuan menjaga kita agar tetap bahagia.
Namun, tidak didesain untuk mendiamkan emosi negatif yang ada di dalam diri.

Diri Kita Memiliki Peran Terapeutik

Semua orang pernah menjadi korban kehidupan. Kita menerima caci maki dan tekanan dari teman,
mendengarkan komentar negatif mereka terhadap tubuh kita, atau mendapat perlakuan kasar dari pasangan.
Kita menyimpan perasaan marah, kecewa, takut, sedih, sepi, dan gelisah sendiri di dalam hati. Padahal
sebenarnya, setiap orang memiliki kemampuan terapeutik (kekuatan menyembuhkan) untuk diri sendiri. Kita
tidak harus terjerumus dalam keadaan yang tidak kita senangi, sebab kita memiliki andil untuk membuat
suasana menjadi damai. Salah satunya dengan memaafkan apa yang sudah pernah melukai hati kita.

"All healing is first a healing of the heart." - Carl Townsend

Dinamika Menyembuhkan Diri Sendiri

Self-healing adalah sebuah proses sederhana membantu menyembuhkan luka batin dengan melibatkan
kekuatan diri secara penuh untuk beranjak dan bangkit dari penderitaan. Tanpa bantuan orang lain, tanpa
media apapun. Self-healing membantu kita mengenali pikiran dan perasaan negatif yang selama ini mengurung
diri. Setelah mengenali dan menerimanya, kita akan mampu mengurai satu persatu masalah yang membebani
pikiran dan perasaan kita tadi. Tujuannya bukan mengingat-ingat luka yang telah berlalu, tetapi mengajak kita
untuk lebih memahami diri.

Menerima ketidaksempurnaan dan membentuk pikiran positif dari apa yang terjadi adalah inti dari
proses menyembuhkan diri sendiri.

Kita memiliki kendali untuk mengubah perasaan kacau menjadi bermakna. Karena bisa jadi seiring dengan
berjalannya waktu, kita kembali dihadapkan pada permasalahan yang sama sehingga membuat kita merasa
selalu “diuji” dengan hal yang sama berulang kali. Hal itu tidak jarang membuat kita kembali jatuh dan merasa
lelah menjalani kehidupan.
Tujuan Penciptaan Kita Adalah Menjadi Kuat dan Tangguh

Ketika kita berhasil self-healing, kita akan menjadi pribadi yang resilien. Pribadi yang resilien adalah pribadi
yang penuh penerimaan terhadap kesulitan, kegagalan, dan tragedi dengan tegar dan tangguh. Kita akan lebih
tegas dalam mendefinisikan masalah hidup, memandangnya sebagai ruh yang justru menguatkan dan
memberikan banyak pelajaran yang tidak diajarkan oleh siapapun melainkan permasalahan itu sendiri. Setelah
kita bangun dari keterpurukan selama ini, diri kita akan mampu untuk lebih “hadir” di lingkungan pertemanan,
lingkungan kerja, dan keluarga.

Jiwa raga kita yang telah diberkati oleh kemampuan menyembuhkan diri sendiri menandakan bahwa
penderitaan yang selama ini kita rasakan akan sembuh karena kita sendiri.

Telinga tidak hanya akan mendengar, tetapi juga merasa bahwa ada hal yang tidak layak kita dengar. Mata
tidak hanya akan melihat, tetapi juga mengerti bahwa ada hal yang tidak layak kita lihat lantas komentari.
Mulut tidak hanya akan berbicara, tetapi juga ikut berpikir bahwa ada perkataan yang tidak pantas diucapkan.

Diri kita akan menyayangi diri kita, diri kita akan menghargai mereka yang menyakiti kita, diri kita akan
melihat problematika dari sudut pandang yang lebih luas. Itu semua dapat terwujud selama kita bersiap untuk
menyembuhkan diri terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai