Anda di halaman 1dari 2

Sekolah untuk: Sukses atau Berguna?

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan atau misi negara yang tertuang
dalam Undang-Undang 1945. Sehingga tidak heran hingga decade ke decade selalu terjadi
perubahan kurikulum. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, semboyan dalam dunia
Pendidikan digemakan: revolusi mental, sebagai momentum dalam membangun generasi
bangsa.
Akan tetapi, sejenak kita harus bertanya:
1. Apa yang diajarkan guru kepada anak-anak?
2. Sejauh mana peran serta sekolah melalui guru-guru kepada siswa-siswanya?
3. Sudahkah mencapai keseimbangan di dalam dunia Pendidikan: baik apresiasi terhadap
guru maupun siswa.
Sadar atau tidak, anak-anak sekolah zaman sekarang mengejar untuk menjadi sukses. Tidak
heran sedari kecil sudah mengenal uang dan bagaimana mencari uang melalui internet
(youtuber, gamers,dll). Hal itu adalah baik dan tentunya berbudi mulia, agung dang luhur.
Namun, pernahkah sekolah atau guru membekali dan membimbing manakala anak-anak
mengalami kegagalan? Sejauh mana keterlibatan sekolah guru dan orangtua murid?
Jika seorang guru digugu dan ditiru, sudah sejauh mana guru menjadi idola atau pemicu
semangat anak-anak dalam belajar dan mengejar impian? Adalah benar jika anak-anak sekolah
terinspirasi pada Albert Einstain, Thomas Alva Edison, Nicola Tesla, Newton, dll. Mereka itu
sebelum menjadi ilmuwan ternama dan terluhur, pernah mengalami ribuan kali gagal (jatuh:
down) tidak hanya dari mental, tetapi dari ekonomi juga.
Lalu bagaimana dengan guru-guru yang ada di sekolah saat ini? atau kepada generasi muda
yang mau sukses, sudahkah menemukan resep ketika menghadapi kegagalan?
Apakah hanya sebagai pekerjaan: datang,absen,belajar (guru: ngajar secukupnya) dan pulang.
Apakah hanya sebatas itu saja? Atau ada sekolah yang menekankan berbudi baik, sementara
untuk pembelajaran agama tidak merata. Dengan kata lain, mereka yang sedikit justru
“diabaikan”.
Mau jadi apa generasi muda Indonesia di 2045????
…..
Wahai kawula muda…
Menjadi sukses itu baik. Sukses tidak selalu berhubungan dengan uang dan kekayaan. Bila uang
dan kekayaan adalah menjadi tujuan mu tidak perlu belajar dan bersekolah. Cukup jual dirimu!
jual keringatmu!
Tetapi sadarlah, menjadi berguna itu jauh lebih baik. Karena di dalamnya ada moral baik dan
ilmu, itu yang membuat mu “berbeda”. Sejatinya kesadaran ini tidak harus untuk mereka
dikalangan mahasiswa/I baru bisa berpikir. Sejak dini adalah yang lebih tepat. Hal itu akan
membantu kamu menemukan visi hidupmu. Serta membuat kamu menjadi pribadi yang
berwarna. Sebab kacamata yang kamu gunakan sudah bukan kacamata kuda lagi. Bahkan ilmu
mu pun sudah selaras dengan kebertuhanan mu. Sehingga kamu benar-benar melek: melek
pengetahuan dan melek kebertuhanan.
Berilmu akan membantu mu dapat bangkit ketika kamu jatuh yang tak lain adalah oleh kalalain
sendiri. Mereka yang berilmu akan menembus sikap “menyalahkan” sehingga yang ada dan
muncul adalah sikap menyederhanakan masalah dan menemukan solusi. Layaknya ilmu
matematika, yang perlu penyederhanaan untuk penyelesaian dengan hasil yang tepat dan
akurat.
Sedangkan beriman atau berketuhanan, akan membuat mu lebih hidup, berwarna dan dapat
lebih respect dalam bersosial.
Jangan tunggu kapan harinya atau masanya.
Yang Maha Kuasa telah memberikan Waktu, sekarang Tinggal kita sendiri yang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai