Anda di halaman 1dari 5

Penulis : Kartika Lestari

Tugas Besar : Menumbuhkan Profil Pancasila dalam Diri Pelajar Menuju


Indonesia Emas 2045

Indonesia sebagai negara Pancasila sangat menaruh harapan besar


terhadap bangsanya agar menerapkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
landasan tersebut, demi terwujudnya Indonesia yang bermartabat dan
senantiasa memiliki cita-cita hukum maupun cita-cita moral.
Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang luar biasa banyak,
sehingga diharapkan mampu mempersembahkan prestasi-prestasi terbaik di
kancah dunia, agar terwujudnya Indonesia sebagai negara maju, sebagaimana
yang dicita-citakan oleh pemerintah Indonesia yang berkomitmen mewujudkan
Indonesia Emas 2045.
Impian tersebut masih harus diwujudkan dengan kerja cerdas, kerja
tuntas, dan kerja ikhlas oleh segenap penduduknya. Tugas berat ini juga tidak
luput dari peran generasi muda khususnya para pelajar Indonesia, yang sangat
dibutuhkan usaha-usaha spektakulernya untuk mewujudkan Indonesia Emas
2045. Merekalah yang akan berperan di masa yang akan datang, sebagai
pemimpin dan penentu kebijakan apakah Indonesia sudah layak menjadi negara
maju ataukah masih perlu berjuang dengan hitungan masa yang masih panjang.
Menuju Indonesia Emas tersebut, bangsa ini membutuhkan profil pelajar
Pancasila, seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa profil tersebut ada 6, yakni:
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinnekaan
global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Namun, kenyataan yang terjadi hari ini, bahwa profil pelajar Pancasila
yang diharapkan sudah tumbuh dan melekat dalam diri setiap generasi muda
Indonesia masih jauh dari harapan. Indonesia justru masih memiliki tantangan
besar untuk membentuk profil tersebut dalam segenap jiwa dan raga generasi
muda Indonesia, khususnya para pelajar, karena saat ini Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah pelajar.
Sebagai contoh adalah masalah tawuran antar pelajar. Komisioner Bidang
Pendidikan KPAI Retno Listyarti mengatakan, KPAI mencatat ada 17 kasus
kekerasan yang melibatkan peserta didik dan pendidik. Adapun rincian kasus-
kasusnya terpantau mulai 2 Januari – 27 Desember 2021. Ia menyebutkan,
wilayah kasus-kasus yang terjadi meliputi 11 provinsi, seperti Jawa Barat, Jawa
Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi tenggara,
Kalimantan Utara, NTT, NTB dan Sumatera Selatan.
Sedangkan kabupaten/kota meliputi Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Bandung, Karawang (Jawa Barat); Kulonprogo dan Bantul (D.I.
Yogajakarta); Malang (Jawa Timur); Jakarta Selatan (DKI Jakarta); Tanggerang
Selatan (Banten); Kota Batam (Kepri); Bau Bau (Sulawesi tenggara); Kota Tarakan
(Kalimantan Utara); Alor (NTT); Dompu (NTB); Musi Rawas (Sumatera Selatan).
Contoh berikutnya adalah masalah penyalahgunaan narkoba oleh pelajar.
Dikutip dari Jakarta, Beritasatu.com – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Aliansi
Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan Narkoba (Artipena), bahwa 27%
pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Berita ini
dilayangkan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021.
Contoh masalah yang lain adalah hasil survei KPAI pada tahun 2007, dari
4.500 remaja yang disurvei 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton
film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja SMP dan SMA pernah berciuman serta
happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. 62,7 persen remaja SMP
mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku
pernah melakukan aborsi. Data ini dipublikasikan pada tahun 2007.
Sedangkan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, negara yang
tercinta ini harus memiliki generasi unggul dengan profil Pancasila tersebut.
Berdasarkan KEMENKO PMK -- Negara Indonesia saat ini memiliki sebanyak 84,4
juta penduduknya adalah anak-anak yang berada dibawah umur 18 tahun. Anak-
anak inilah yang diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas Tahun 2045.
Peran Guru BK harapan bersama

Siapakah yang berkewajiban untuk membimbing generasi muda ini agar


siap menyambut Indonesia masa depan yang maju? Tentu Tri Pusat Pendidikan
Indonesia (sekolah, keluarga, dan masyarakat) sangat berperan dalam hal ini.
Tiga elemen ini harus saling mendukung dalam membentuk para pelajar ideal
yang memiliki profil Pancasila.

Misalnya, sudah barang tentu keluarga menjadi tempat asuh pertama


yang membimbing anggota keluarganya agar dari waktu ke waktu mengalami
perubahan kearah yang lebih baik. Begitupun dengan masyarakat, melalui
asosiasi-asosiasinya, turut ikut andil dalam membimbing dan mengontrol
perkembangan pelajar di sekitarnya. Serta tak kalah pentingnya, adalah peran
sekolah yang memediasi perkembangan pelajar secara langsung di ranah
pendidikan formal. Kepala sekolah beserta jajarannya harus bisa bersikap sebijak
mungkin dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Dalam proses inilah, seni
mendidik dan membimbing para pelajar diterapkan di sekolah.

Peran mendidik di sekolah juga sudah tentu sangat membutuhkan


keterlibatan guru bimbingan dan konseling. Apalagi disaat bangsa ini masih
menghadapi karakter para pelajar yang masih labil. Jangankan memikirkan
Indonesia Emas 2045, memahami dirinya sendiri pun masih banyak yang perlu
dibimbing. Maka dari itu, proses bimbingan dan konseling yang melibatkan para
ahli di dalamnya sangat penting untuk membentuk profil pelajar Pancasila.

Namun, apakah semua guru BK di Indonesia sudah mempunyai cukup


bekal untuk menghadapi masalah pelajar yang beragam? Ada beberapa hal yang
harus dimiliki oleh setiap guru, khususnya guru BK dalam menghadapi para
pelajar dengan segenap permasalahannya.
Pertama, guru BK harus memiliki self-convidence (rasa percaya diri) dan
self-awareness (kesadaran diri). Dalam proses bimbingan dan konseling, rasa
percaya diri mampu membantu menyelesaikan permasalahan pelajar harus lebih
kuat dari masalah yang dihadapi. Terkadang rasa percaya diri memang sudah
hadir dalam diri guru BK, namun kesadaran dirinya yang bisa jadi perlu dikoreksi.

Misal, seorang guru BK sudah merasa yakin bisa membantu masalah


pelajar, namun karena lupa dengan kebutuhan self-awarenessnya, sebagai
makhkuk ciptaan Tuhan perlu melibatkan Sang Pencipta dalam penyelesaian
masalah tersebut. Dalam hal ini, guru BK perlu mendekatkan diri pada Tuhan,
perlu melakukan ibadah wajib dan sunnah secara rutin, agar tidak ikut terpapar
masalah yang dicurhatkan pelajar misalnya. Tidak stress dengan tekanan-tekanan
seputar masalah yang ingin diselesaikan dan lain sebagainya. Tidak salah dalam
mengambil tindakan dan lain-lain. Dengan kata lain, guru BK justru harus lebih
dulu menanamkan profil Pancasila dalam dirinya, agar bisa tepat sasaran dalam
membantu masalah-masalah pelajar. Contoh, profil yang pertama adalah
beriman dan bertaqwa, maka ini menjadi ciri khas guru BK di hadapan
pelajarnya. Misalnya jika guru BK mengarahkan anak didiknya, agar berhenti dari
pergaulan bebas, sementara dirinya juga berteman dengan lawan jenisnya
melebihi batas kewajaran, maka hal ini tidak akan berefek positif dalam diri
pelajar.

Yang kedua, membantu mengentaskan berbagai permasalahan pelajar


dan berusaha membimbing mereka agar bisa menumbuhkan profil Pancasila
tidaklah bisa dilakukan secara individual. Sebagaimana keluarga, masyarakat dan
sekolah bekerjasama saling bahu-membahu membimbing pelajar, maka guru BK-
pun perlu membentuk asosiasi-asosiasai guru-guru BK di wilayah tertentu. Saling
berbagi cara dan informasi mengentaskan masalah yang serupa misalnya.
Ataupun mencari solusi bersama, ketika ada permasalahan yang dirasa cukup
berat saat dihadapi sendiri. Tentu saja hal ini dilakukan tetap dengan menjaga
azas-azas dalam bimbingan dan konseling.
Dengan demikian, peran guru BK (bimbingan dan konseling) sangat
dibutuhkan segenap upayanya untuk membantu menyelesaikan carut-marutnya
kondisi pelajar Indonesia hari ini. Tentunya dengan menanamkan dan
memunculkan karakter guru BK dari dalam dirinya sendiri serta mengeluarkan
aura positif seorang guru yang siap membimbing anak-anak dengan berbagai
permasalahannya. Kemudian mengupayakan berbagai langkah spektakuler yang
langsung menyentuh permasalahan para pelajar tersebut dari sudut pandang
bimbingan dan konseling. Bila peran bimbingan dan konseling ini dimaksimalkan,
guru BK bisa membantu memunculkan profil pelajar Pancasila yang kemudian
diharapkan akan ikut mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Daftar Referensi:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/09/sapa-siswa-smk-
mendikbudristek-sdm-unggul-adalah-profil-pelajar-pancasila
https://bogor.ayoindonesia.com/berita-bogor/pr-312179744/sepanjang-
2021-terjadi-45-kasus-tawuran-pelajar-warnai-kota-bogor-dan-146-pelajar-
diamankan
https://www.beritasatu.com/nasional/792291/27-pengguna-narkoba-dari-
kalangan-pelajar-dan-mahasiswa
https://wartakota.tribunnews.com/2021/01/01/survei-kpai-
menggambarkan-perilaku-seks-bebas-kalangan-remaja-di-indonesia?page=all

Anda mungkin juga menyukai