Anda di halaman 1dari 2

PENGORBANAN ITU MENGHIDUPKAN

Pada tahun 1930 di salah satu daerah sekitaran sungai Missisipi terdapat seorang ayah yang
bernama Jhon Griffith. Ia hidup Bersama anaknya laki-laki yang bernama Greg. Pekerjaan John
ialah sebagai penjaga stasiun kereta api di pesisir sungai missisipi, bila ada kapal laut yang
hendak lewat maka ia akan menarik tuas untuk mengangkat jembatan rel sehingga kapal itu
bisa lewat. Setelah itu ia akan menurunkan Kembali tuas agar kereta api yang hendak melintas
dapat berjalan dengan baik.
7 tahun kemudian, sepulang menjemput Greg dari sekolah (diperkirakan usianya sekitar 7-8
tahun) Jhon mengajak Greg ke tempat kerjanya karena ia merasa sangat senang dan ingin
bersama Greg sepanjang waktu. tak lupa ia membawa pancing yang akan mereka gunakan
untuk mengisi waktu bersama menikmati harmonisnya hubungan ayah dengan anak.
Kala itu, setelah tiba di stasius kereta mereka langsung menuju pesisir sungai untuk
melemparkan untaian kail dan disana mereka amat menikmati yang namanya kebahagian. Ada
tawa, saling rangkul dan interaktif dialog antara keduanya. Tiba-tiba Jhon mendapat panggilan
bahwa ada kapal yang hendak menyebrang kemudian ia menjumpai Greg dan memintanya
untuk berdiam diri di tempat itu sambil menunggu mata kailnya dimakan ikan.
Setelah Jhon menaikkan tuas yang akan mengangkat jembatan itu, kemudian lewatlah secara
perlahan-lahan kapal tersebut. Tanpa menunggu sesaat agar kapal itu, John pun mengerjakan
sesuatu pekerjaan yang lainnya. Begitu kapal laut itu berlalu, ternyata kedatangan kereta api
justru lebih cepat dari yang waktu biasanya.
Greg yang melihat adanya cerobong asap dari kereta api kian mendekat, berteriak memanggil
Jhon tetapi Jhon tak kunjung mendengarnya. Namanya juga anak-anak, ia tidak pikir Panjang
dan segera menuju lintasan rel yakni untuk menurunkan tuas secara manual. Setelah itu
barulah Jhon menuju ruang kontrol dan melihat bahwa kereta sudah datang dan mendekat. Lalu
ia melihat Greg yang mencoba menurunkan tuas secara manual, dan Jhon pun meneriakinya
agar segera keluar dari sana, tetapi karena kekuatan Greg masih terbatas, dan pertahanan
tubuhnya dalam menarik tuas belum seimbang, akhirnya ia terjatuh ke bawah rel dan kakinya
sangkut di gulungan rantai.
John yang melihat greg terjatuh langsung sontak berteriak dan menangis. Sementara kereta
semakin dekat. Saat itu ia berteriak; “Tuhan…mana yang aku selamatakan anakku atau para
penumpang yang ada di dalam kereta api itu”.. ia menangis meraung dan sangat dilemma.
Sementara kereta semakin dekat dan mulai membuyikan klakson. Akhirnya, ia menetapkan
pilihan dan ia meringankan tangannya untuk menurunkan tuas itu. sehingga turunlah jembatan
rel itu.
Sontak setalah ia menurunkan tuas itu ia langusung menuju ke pinggirian rel sembari berteriak
dan menangis sedalam-dalamnya. Akhirnya kereta api itu lewat, ia melihat seorang perempuan
yang duduk dekat jendela dengan pakaian yang amat sexy, tetapi justru tidak menghiraukan
Jhon yang tengah menangis, di jendela kaca berikutnya ia melihat kumpulan lelaki yang
membuka koran sembari tertawa terbahak-bahak, seolah-olah tidak ada yang kurang dalam
dirinya. Lagi-lagi mereka pun tak menghiraukan Jhon yang berdiri sembari menangis
menyaksikan tindak tanduk mereka lainnya di dalam kereta api.
Setelah kereta api itu lewat, ia menarik tuas pengangkat jembatan. Perlahan-lahan ia turun,
dengan kaki bergetar, raut wajah yang melukiskan rasa sedih yang amat mendalam serta
kelopak mata yang menyemburkan air mata yang tidak terbendung, membuat tangannya secara
perlahan-lahan memapah Greg ke lingkupan lengannya dan pergi meninggalkan tempat
pekerjaannya untuk segera mengantarkannya ke tempat peristirahatan.
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
Saudara-saudari yang dikasihi Sang Pencipta, dalam setiap diri kita ada tempat untuk rasa sedih
atau dukacita. Dan ternyata bila mana itu terjadi dan bagaimana itu terjadi, tidak ada yang tahu.
Akan tetapi dalam keadaan yang sangat URGEN, pilihan harus kita tetapkan. Tidak ada istilah
tunggu dulu atau nanti saja. Layaknya Jhon yang membuat pilihan, ia justru membuat pilihan
tersakit dan tersulit. Bisa dikatakan sudah jatuh ditimpa tangga pula kemudian diketawain
orang lain. Demikian lah yang dilaluinya. Ia kehilangan anaknya tetapi walaupun ia menangis
dipinggiran rel kereta api, ternyata orang lain yang menyaksikannya justru tidak peduli.
Bila kita selidiki lebih dalam, ternyata ada orang yang sangat saling menyayangi tetapi justru
harus dipisihkan oleh kematian. Sementara mereka yang didalam kereta api tersebut belum
tentu semuanya adalah orang baik, bahkan Sebagian besar adalah pelaku pelanggaran. Tetapi
orang baik, kasih yang tulus, ternyata harus berujung kematian untuk kehidupan kita pelaku
pelanggaran ini.
“Kesempatan”, kata itu masih kita peroleh. Maka tidak ada moral yang lebih baik selain
“Menghormati” kematian sahabat kita tersebut. Melalui perubahan gaya hidup (life style)
menjadi yang lebih “Menghidupkan” ciptaan sang Kuasa itu adalah pengejawantahan dari dalam
diri kita bahwa kita mengenal dan benar-benar murid Dia sang KASIH; DAMAI; GURU AGUNG;
PUSAT SEMESTA.
#savelife
#menjadiberkatbagidunia
#tanyakabarkan
-Bont27Siregar-

Anda mungkin juga menyukai