Anda di halaman 1dari 22

LOVE AND LIE IN CANOLAFELLAS

By: embun_forrainbow

Malam ini suasana langit begitu pekat, bintang yang biasanya mewarnai langit
Beijing berubah muram dan memilih bersembunyi dibalik kelamnya awan. Semua
seolah menunduk ikut berkabung, rintik hujan pun dengan berani turun ditengah
musim panas, membasuh percikan darah yang mewarnai aspal jalan. Beberapa
menit lalu, jalur lintas antar Provinsi ini mengaum karena orang yang begitu
dikagumi tergolek lemah membentur permukaannya, tidak hanya jalanan yang
malang, burung-burung malam pun ikut menangis menyaksikan betapa pilunya
peristiwa ini.

Bau hangus, anyir dan pekikan sirine ambulan menyatu, siap mencabik hati siapa
saja yang sedang melihatnya. Bunyi petikan kamera dan lampu flash berkilat-kilat
mengiringi para petugas evakuasi korban kecelakaan tunggal yang bersejarah di
kalangan elit China. Para warga dan wartawan didorong mundur oleh petugas
keamanan, sepasang suami istri yang tadi tertindih badan mobil perlahan berhasil
diangkat keatas tandu, tak ada yang bisa menahan tangis, suara lolongan sedih dan
histeris ikut menghantarkan jasad seorang pemimpin adil yang dicintai rakyatnya.

Tak sampai sepuluh menit setelah peristiwa, berita yang menggemparkan Negara
China tersebar luas di surat kabar dan media elektronik, hampir semua stasiun TV
dan radio memberitakan soal ini. Disuatu malam dimusim panas, Negara tirai bambu
berkabung melepas kepergian figur yang sudah mengabdikan seluruh hidupnya
untuk rakyat dan kemanusiaan.

‘Saya memberitakan langsung dari tempat kejadian, 15 menit lalu sekitar pukul
21.50, ketua Dewan Wang Rui mengalami kecelakaan tunggal di jalan Songhan,
tepatnya di sekitar jembatan Guizhou yang memang dikenal memiliki medan curam.
Dugaan sementara penyidik, kecelakaan ini dipicu oleh supir yang mengendarai
mobil dalam keadaan mengantuk, akibatnya mobil menabrak pembatas jalan dan
berguling…………”

“Ayah… Ibu… hiksss… tidak mungkin kalian.. hikss. Ayaaaahhhh !!!.” bocah sekitar
9 tahun yang tidak sengaja menonton tv segera berlari dan berteriak mencari salah
seorang supir keluarganya, mereka segera melaju menuju rumah sakit.
Dengan berlinang air mata, anak laki-laki itu berlari terseok menyusuri lorong rumah
sakit tempat orang tuanya dilarikan. Langkah kecil itu terhenti saat manik matanya
tak sengaja menangkap dua orang perawat tergesa mendorong ranjang pasien yang
bersimbah darah.

“Paman !, Paman Li !, Paman.. hikss.. dimana Ayah dan Ibuku, hikss.. aku ingin
melihat mereka, tolong katakan jika mereka baik-baik saja !. Paman !, mereka baik-
baik saja kan.. hikss” bocah itu semakin berteriak histeris, menghentikan langkah
perawat yang tengah membawa supir pribadi Ayahnya ke ruang operasi.

“Tu…tuan muda… itu… itu bu..bukan kecelakaan biasa, seseorang su..dah


merencanakannya. A...ayah anda... ada yang ingin mencelakainya. Dia be..berjubah
hitam de..ngan motif bunga canola di..bagian bawahnya. Orang itu.. di…a ada
disana saat mo..bil kehilangan ken..dali.. pppfttt.” Paman Li memuntahkan darah
segar karena berbicara dengan memaksakan diri, cairan kental berwarna merah
terang berhambur begitu saja dari celah bibirnya. Perawat yang melihat itu ingin
menghentikan obrolan keduanya, namun dengan sisa tenaganya, Paman Li
menyentuh tangan kecil sang putra majikan.

“Ini pembunuhan berencana…”

“Pembunuh.. pembunuh.. tidak mungkin.. siapa yang melakukannya ?, Ayah tidak


punya musuh.. semua orang mencintainya.. hikss..” bocah cilik itu bergumam
frustasi sambil menggigit bibir bawahnya yang gemetar, sementara air matanya tak
berenti mengalir, dia mengeratkan genggaman tangannya pada pria paruh baya
yang sudah menemaninya sejak kecil.

“Tu..tuan muda Yibo… ka..u harus menemukan pe..pembunuhnya.” suara yang


begitu lemah namun teramat kuat akan nada perintah, setelah mengatakan itu
genggaman tangan keduanya terlepas, perawat memaksa untuk membawa Paman
Li masuk ke ruang operasi.

Bocah laki-laki bernama Wang Yibo, putra tunggal Ketua Dewan Wang Rui itu hanya
bisa menggelengkan kepalanya kala melihat sang Paman perlahan menutup mata.
Seberkas senyum di bibir kering Paman Li membuat tubuh Wang Yibo mengalami
tremor hebat, senyuman terakhir itu, Wang Yibo tidak akan pernah melihatnya lagi.
Karena dihari yang sama, Paman Li menyusul kedua majikannya untuk mengawasi
Wang Yibo dari atas langit.
_______________

“Aku nobatkan kau sebagai anggota bergelar Master, Master adalah kelas anggota
tertinggi dibawah pimpinan organisasi Canolafellas. Master selalu melakukan
tugasnya dengan bersih dan rapih, mereka merupakan orang cerdik dengan track
record kegagalan kurang dari 1%. Mempertimbangkan kiprahmu selama ini, dengan
memberikan misi ini kau berhak menyandang gelar Master. Kemanapun kau pergi
dengan membawa lencana ini, anggota kita dari berbagai jaringan akan
membantumu. Lakukan tugasmu dengan benar, aku tidak mau mendengar
kegagalan dari seseorang yang bergelar Master.”

“Baik paman, aku akan mendengarkan arahanmu.”


________
15 tahun kemudian

Musim dingin bertamu sejak bulan November, Dewa langit tidak pernah lalai
memenuhi janjinya. Salju turun begitu saja, mengusir hangat sang surya dan
menyebarkan aura dingin sesukanya. Sekumpulan manusia lelah beraktivitas terlihat
mulai berkomat kamit, meluapkan rasa dongkol yang sejak beberapa jam lalu
mengisi hati mereka. Pukul 5 sore matahari sudah lama tenggelam, langit semakin
meredup dan warna remang-remang kini memenuhi seluruh kota, sebentar lagi akan
gelap, tapi butiran putih yang terjun dari langit masih setia melakukan tugasnya,
sekumpulan salju memadat dan tanpa ampun mengguyur jalanan berliku yang
sekarang menyokong puluhan mobil terjebak macet. Tidak ada yang membuka kaca
mobil, suhu minus 17 derajat celcius, temperature itu sanggup meretakkan bibir
siapa saja yang berani menantangnya.

Di depan sana, seorang petugas lalu lintas berteriak menginstruksi agar pengguna
jalan tetap menjaga jarak, sementara beberapa pria berompi hijau muda tengah
sibuk mengerahkan tenaga menarik dua buah mobil yang saling melintang di tengah
jalan, beberapa orang lainnya dengan tegar menyingkirkan tumpukan salju agar
kendaraan bisa melintas. Tidak perduli bagaimana berbahayanya badai sore ini,
mereka adalah pahlawan yang akan menjamin kenyamanan para pengendara.

“Sepertinya ini akan membutuhkan waktu lama.” Seorang pria dari salah satu mobil
terjebak macet sedikit bergumam sambil menekan tombol untuk menaikkan suhu
penghangat mobilnya.
“Emm, membuatku mengantuk.” Sahut pria lain dengan kepala bersandar pada kursi
mobil, matanya sudah terpejam sejak beberapa saat lalu, tapi karena kondisi mereka
yang sedang tidak beruntung, otaknya enggan bertamasya ke alam mimpi.

Seorang pria berparas menawan, memiliki garis wajah yang membuat aura pria itu
tak kalah dingin dari sergapan salju, manik matanya berwarna hitam jernih, hidung
bangir dan kulit putih membuatnya terlihat tampan meski tak banyak bereskpresi.
Pria itu sedikit menoleh begitu mendengar sahutan pria disebelahnya, baginya suara
itu bernada keluhan, rasa prihatin membuat tangan pria itu menyentuh jemari pria
yang tengah memejamkan mata. Dia dengan perlahan menjalin jemari mereka,
menggenggamnya, lalu tangan yang lain menangkup tautan jemari itu, berharap
rasa hangat bisa mengaliri seluruh pembuluh darah pria di sebelahnya.
“Maaf, aku akan memasakkan makanan enak untukmu saat kita sampai di rumah.
Ramen seafood kesukaanmu, bagaimana?.”
Kata-kata itu melantun dengan lembut dan penuh perhatian, mengundang kedua
kelopak mata yang sudah tertutup kini perlahan terbuka. Pria yang diajak bicara
sedikit menundukkan pandangannya, memperhatikan kekasihnya yang sekarang
menangkup sebelah tangannya, Pria dengan wajah manis itu tersenyum kecil lalu
menoleh pada sosok yang tadi berusaha membujuknya.
“Mengapa kau selalu memperlakukanku seperti ini ?, kita sudah berpacaran lebih
dari 2 tahun, kau jangan terlalu memikirkanku, atau… atau aku akan semakin manja
padamu.” Pria pemilik nama Xiao Zhan itu terkekeh dan membalas genggaman
kekasihnya, dia dengan nakal mengedipkan sebelah matanya, tapi siapa sangka,
maksud kedipan itu bukanlah untuk menggoda, dia ingin sang kekasih tidak lagi
terbebani hati dan pikirannya.
“Maaf, hanya ini yang bisa kulakukan, aku belum bisa membahagiakanmu, selama
ini aku hanya mengajakmu menderita. Pria tidak tau diri ini membuatmu…”
“Ssshhh !, Yibo... aku tidak mau kau membahas hal ini lagi, aku melakukannya
karena aku ingin, bukan kau yang membuatku seperti ini, harus berapa kali aku
katakan ?, bukan kau yang membuatku pergi dari rumah !.” Xiao Zhan memotong
kata-kata kekasihnya, Wang Yibo. Matanya mulai berkaca-kaca, dia begitu lekat
menatap wajah pria yang seketika menunjukkan raut bersalah, Xiao Zhan tidak bisa
menahan air matanya, dia berhambur memeluk Yibo yang masih tak bereaksi.
Tubuh Yibo menegang sejenak, dia semakin merasa bersalah karena lagi-lagi air
mata kekasihnya menetes, seperti biasanya, yang dia lakukan hanyalah membuat
pria dipelukannya ini menangis. Yibo memejamkan mata, tangannya yang kokoh
balas memeluk tubuh ramping sang kekasih, matanya dipejamkan erat-erat,
sekarang tekatnya semakin bulat, dia akan memberikan kebahagiaan seutuhnya
pada pria yang dia cintai, dia akan menikahi Xiao Zhan.

Pukul 8 malam, mobil Wang Yibo baru terparkir di rumah sederhana yang sudah
sejak 23 tahun lalu dia tinggali. Dari luar, rumah beratap genteng ini terlihat tak
terawat, selain desain kuno yang masih melekat, rumah ini tidak pernah lagi dipolesi
cat dinding, warna kuning tulang terlihat kusam dengan pagar besi setinggi dua
meter sebagai gerbangnya. Meski begitu, letak rumah ini berada di ujung kota
Beijing, suasana pemukimannya masih asri dan indah.
Beruntung selama dua tahun terakhir seorang pria berstatus kekasih Wang Yibo ikut
pindah dan menempati rumah ini, meski tak banyak melakukan perubahan berarti,
tapi suasana di dalam rumah terasa begitu hangat dan nyaman, mungkin banyak
yang tidak percaya, tapi rumah kecil dan sederhana juga bisa memberikan
kehangatan keluarga jika kau mau menghargainya. Walau begitu, Yibo bercita-cita
merenovasi rumah ini, suatu saat nanti, dia bermimpi untuk menyulap bangunan tua
peninggalan orang tuanya menjadi istana kecil untuk keluarga masa depannya
kelak.

Bunyi decakan api melahap kayu di tungku perapian membuat ruangan kecil ini
semakin hangat, Xiao Zhan duduk di lantai menghadap meja kayu berdesain bulat,
tak jauh di depan sana bisa dia lihat Wang Yibo tengah sibuk memasak satu panci
mie ramen yang dicampur aneka seafood. Mata Xiao Zhan berbinar kala Yibo
tersenyum dan berjalan kearahnya sambil membawa sepanci hidangan lezat yang
dia nanti-nantikan sejak tadi.
Yibo masih tersenyum, tak ada pembicaraan yang berarti diantara keduanya, hanya
perhatian kecil yang Wang Yibo berikan sudah cukup membuat bibir tipis Xiao Zhan
tak berhenti melengkung.
“Cepatlah makan, air liurmu menetes.” Yibo menyerahkan semangkuk ramen hangat
pada pria yang sedari tadi menatapnya, tanpa basa basi Xiao Zhan mengangguk
sambil menerima mangkuk ramen yang Yibo sajikan untuknya.

“Woaah, sangat enak. Aku iri padamu, bagaimana kau bisa memasak seenak ini ?.”
oceh Xiao Zhan ditengah-tengah melahap makanannya.
“Hanya memasak ramen, semua orang bisa melakukannya.” Yibo terkekeh lalu
mengambil sumpit dan ikut memakan bagiannya.
“Tidak, ini berbeda, ini sangat enak. Kau koki terhebat yang pernah ku temui.”
bantah Xiao Zhan tidak terima dengan ucapan Yibo yang selalu tidak mau dipuji.
Yibo sejenak menghentikan suapannya, kepalanya mendongak untuk melihat Xiao
Zhan yang tadi bicara dengan antusias.
Mata rusa milik Xiao Zhan sedikit membulat karena Wang Yib tiba-tiba saja
mencondongkan tubuhnya, jarak mereka hanya beberapa jengkal, Xiao Zhan
sampai menahan napas kala ibu jari Wang Yibo menyentuh sudut bibirnya.
“Makanmu belepotan.”
Mendengar itu Xiao Zhan segera menepis tangan Wang Yibo, Yibo pun kembali
duduk ditempatnya sambil tersenyum jahil kearah sang kekasih.
“Apa ramennya pedas ?, seingatku aku tidak menambahkan cabai, tapi wajahmu
memerah.” goda Wang Yibo sambil memberi tatapan mendamba pada wajah
merona milik seseorang yang telah dia kencani selama 2 tahun terakhir ini.
“Lagi…, lagi ?, kau menggodaku lagi ?.” protes Xiao Zhan dengan wajah kesal, dia
mengaduk mangkuk mienya dengan jengkel, tapi itu tak berlangsung lama, karena
Wang Yibo memang pandai mengembalikan senyumannya.
Makan malam ini berakhir begitu saja, suasana ramai dan bahagia sedari tadi
menemani mereka, Yibo masih sumringah sambil mencuci mangkuk dan gelas yang
tadi mereka gunakan.
Tidak pernah terlintas di pikiran Wang Yibo, hidupnya dulu yang begitu putus asa
dan kelam akhirnya menjumpai seberkas cahaya, layaknya bunga plum yang mekar
diantara jatuhan salju, hidupnya kembali bersemangat berkat pemuda yang dia
jumpai diladang bunga canola.
Jika mengingat hari itu, awalnya Wang Yibo mengira dia akan mati, tapi Dewa
berkehendak lain, hidupnya justru terasa semakin berarti karena pertemuannya
dengan pria di lahan bunga mekar yang menguning kala itu.

“Yibo..” suara berbisik begitu manja, bersamaan dengan lengan yang melingkari
pinggang Wang Yibo, Yibo cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, membilas
mangkuk dan gelas lalu menyusunnya pada rak yang tidak jauh dari washtafel,
sementara pria di belakangnya nyaman menyandarkan sebelah pipinya di punggung
Wang Yibo sembari sesekali tubuhnya ikut bergerak mengikuti kemana Wang Yibo
bergeser.
“Mengantuk ?.” tanya Yibo saat membalik tubuhnya hingga dua pemuda itu
berhadapan, yang ditanyai mengangguk kecil, Yibo tanpa aba-aba membungkukkan
tubuhnya, meraih dua paha sang kekasih dan mengangkatnya masuk ke dalam
kamar.
_____________

Pagi buta, dering handphone memekakkan telinga membuat pemuda bermarga


Wang itu terbangun, sambil mencoba membuka mata, tangannya bergerak
menggapai ponsel yang berada diatas nakas.
“Baik, akan aku lakukan.” Ucap Wang Yibo setelah mendengar suara seseorang dari
seberang telepon. Yibo menoleh kerah Xiao Zhan yang masih terlelap, dia mendekat
dan mengecup sebelah pipi sang kekasih, setelahnya Yibo beranjak ke kamar mandi
untuk membersihkan diri. Begitu kembali ke kamar tidurnya, dia melihat Xiao Zhan
sudah duduk di sisi ranjang dengan raut muram.
“Kapan kau akan berhenti ?, menyiksa sepanjang hidupmu dengan menyimpan
dendam, apa kau sama sekali tidak memikirkan soal masa depan ?, soal aku ?, soal
hidup kita.” Xiao Zhan berkata dan menatap lurus memanah lantai, Wang Yibo
adalah satu-satunya larangan yang selalu ingin dia dekati, pemuda bermarga Wang
itu telah melelehkan bongkahan es yang begitu keras dan menyimpannya didalam
gelas selama 2 tahun, Xiao Zhan hanya membutuhkan Wang Yibo untuk
membawanya kemanapun dia mau, dan baru kali ini Xiao Zhan menjadi pria tunduk
yang sampai-sampai melupakan jati dirinya.
“Ini adalah misi biasa, kau tidak perlu khawatir, dan pertanyaanmu itu kau pasti
sudah tau jawabannya, aku tidak akan berhenti sebelum menemukan
kebenarannya.” Jawab Wang Yibo seraya bergegas menuju lemari, Xiao Zhan
dengan menahan napas kini mengangkat kepalanya, tatapan sedingin udara kutub
terlempar dari pancaran matanya, tangan Xiao Zhan mengepal erat dan sebuah
seringai muncul di bibir tipisnya, namun itu tak berlangsung lama, karena wajah itu
sekarang terlihat mengeras dengan belah bibirnya sedikit bergetar menahan emosi.

Dendam, rasa tidak terima karena kejadian masa lalu merubah Wang Yibo menjadi
orang yang melakukan pekerjaan illegal, demi mencari pelaku yang merenggut
kebahagiaannya, Wang Yibo tanpa sadar sudah menggadai hidupnya sendiri.
Sebenarnya bukan hanya Wang Yibo, Xiao Zhan pun merasa telah terjebak didalam
perangkap ini, sebuah jerat yang seharusnya tidak boleh membelenggu hidupnya,
namun apa boleh dikata, manusia senantiasa tida mampu untuk menolak gejolak
didalam hati mereka. Memikirkan hal ini Xiao Zhan sangat ingin terbahak, namun dia
segera menahan keinginannya.
“Tidak bisakah kau memaafkan saja orang itu ?, kau sudah terlalu lama
mengorbankan masa hidupmu, aku tidak mau kau melangkah lebih jauh dari ini.
Lupakan soal kecelakaan itu, mari kita menikah, membangun keluarga kita sendiri
dan menghabiskan sisah hidup dengan bahagia. Aku yakin orang tuamu diatas sana
tidak ingin melihat anaknya seperti ini, mereka ingin kau bahagia dan melepaskan
dendammu.” Ucap Xiao Zhan dengan jantung mulai berdetak tidak karuan, bayang-
bayang mengerikan selama ini terus berputar di pikirannya. Tak jarang Wang Yibo
pulang dengan bersimbah darah, luka sayatan dan juga memar kerap kali
menyambangi tubuh sang kekasih. Setiap itu terjadi, Xiao Zhan hanya bisa
menguatkan hatinya, menggunakan tangannya sendiri untuk menyeka dan
mengobati luka pria yang terus membuat keteguhan hati dan tekatnya meleleh bak
sebatang lilin.
“Aku lebih tau apa yang diinginkan orang tuaku, bisakah kau tidak terlalu
mengkhawatirkanku ?.”
Pertanyaan itu tak kunjung mendapat jawaban, Xiao Zhan masih dengan posisinya
yang memandang lurus kearah lantai, wajahnya terlihat masih menegang, dengan
bibir yang sama sekali tak menggaris senyum.
“Aku pergi, aku akan menyempatkan makan malam di rumah.” Ucap Yibo, sebelum
keluar dari kamar, Yibo mencium kening Xiao Zhan. Hal itu membuat Xiao Zhan
semakin membeku di tempat. Pukul 8 pagi pun belum tiba, tapi Wang Yibo sudah
melangkahkan kaki keluar rumah, bagaimana dia bisa menikah dan hidup dengan
tenang bersama pria yang selalu membuatnya khawatir ?.

“Jika kau tidak berhenti sekarang, mungkin aku tidak akan bisa membantumu lagi.”
Jawab Xiao Zhan sebelum Yibo benar-benar meninggalkan kamar, namun ucapan
itu hanya dibalas gelengan kecil oleh Wang Yibo. Bagi Yibo, Xiao Zhan memang
suka berbicara aneh sejak setahun terakhir, sikap Xiao Zhan yang dulunya berkesan
dingin perlahan mencair dan berubah menjadi posesif, sebenarnya Yibo menyukai
ini. Tapi bukankah itu sedikit aneh ?, sejujurnya keperibadian Xiao Zhan masih
terasa cukup misterius.
Setelah Yibo keluar dan pintu kamar ditutup, Xiao Zhan sepertinya menangis, isakan
pilu itu terdengar hingga keluar ruangan yang tidak kedap suara. Baru saja Wang
Yibo meraih sepatunya, suara sedih itu terdengar seperti menampar wajah Wang
Yibo. Hal ini selalu terjadi, Xiao Zhan akan menangis setiap kali Yibo pergi untuk
menjalankan misi. Apa ini cara Xiao Zhan untuk menggagalkan tekat kuat yang
sudah Yibo jaga selama bertahun-tahun ?, sekali lagi Wang Yibo mencoba menutup
telinga, dia segera mempercepat langkahnya untuk meninggalkan rumah.
“Wang Yibo, sepertinya aku benar-benar tidak bisa menghentikanmu, jika memang
ini yang kau mau, aku akan menantikan hari itu tiba. Jangan salahkan aku karena
tidak memperingatkanmu.”
_____________

*Dor Dor Dor.

Bunyi tembakan senjata api mengarah pada tubuh yang berkelebat cepat, sambil
mempelajari medan bangunan luas ini, seorang pria yang sejak beberapa saat lalu
menjadi objek kejar-kejaran kini terus berusaha untuk menemukan jalan keluar.
“Cckk sialan !!, aku terjebak. Mereka sudah menebak kedatanganku, aku benar-
benar ceroboh menganggap misi kali ini terlalu mudah.” Gumam Wang Yibo seraya
kembali menyelinap dari satu ruangan ke ruangan lain, misinya hari ini untuk
meghabisi seorang Bandar Narkoba ternama nyatanya tidak semudah yang dia kira,
hampir saja Wang Yibo membahayakan nyawanya jika tadi nekat memasuki ruang
utama mansion besar ini.
“Disana !, tangkap orang itu !.” suara teriakan menggema mengangetkan Wang
Yibo, Pemuda Wang itu dengan tajam mengamati sekitar, sambil memperhitungkan
langkahnya, Wang Yibo keluar dari persembunyian.

*Door !
“Akhhhhh…” belum sempat Yibo berkelit, namun sebuah tembakan mengenai bahu
bagian kanannya. Wang Yibo meringis, lalu dengan cepat kembali menyelipkan
tubuhnya diantara himpitan tembok.

*Blam
Seluruh ruangan berubah gelap, seseorang mematikan lampu di seluruh mansion.
Suara ribut-ribut para penjaga mansion mulai terdengar, sepertinya mereka juga
terkejut karena lampu yang tiba-tiba padam. Sementara Wang Yibo masih meringis
sakit dengan menopangkan tubuh pada tembok, darah segar terus mengucur dari
bahunya. Yibo sudah mencoba mengunci titik aliran darahnya, namun itu tidak
berhasil, darah yang banyak terbuang membuat kepala Wang Yibo mulai terasa
pusing, ditambah suasana gelap kian membuat konsentrasi Wang Yibo menipis.
“Dimana ini ?, sial !, aku tidak bisa menemukan jalan keluarnya, sangat gelap.
Akkhhh !.” Wang Yibo seketika memekik tertahan saat seseorang membungkam
mulutnya dari belakang. Namun tak lama rasa khawatir yang semula menyelimuti
hatinya telah menguap bagaikan embun dipeluk sang mentari.
“Kau lagi ?. mengapa kau ada disini ?.” tanya Wang Yibo terkejut dengan kehadiran
sosok yang tiba-tiba saja muncul diantara kegelapan, hanya dari suara langkah dan
teknik orang itu membungkamnya, Wang Yibo sudah bisa menebak. Dia adalah
sosok misterius yang selama setahun belakangan ini kerap menyelamatkannya dari
bahaya. Wang Yibo tak mau memungkiri jika teknik berkelahi, menyelamatkan diri
juga tingkat kepekaan pria misterius itu berada jauh diatas kemampuannya.

Dua orang pria berjalan secepat hembusan angin meleati satu persatu lorong gelap
mansion Bandar narkoba yang Wang Yibo targetkan, meski itu Langkah milik dua
orang, tetap saja tak ada yang bisa menyadari keberadaan mereka. Tak butuh waktu
lama, kedua orang itu berhasil keluar melewati tembok belakang mansion, mereka
berhasil lolos dari kepungan penjaga terlatih yang jumlahnya tidak kurang dari 50
orang.

*Sraak
“Siapa kau sebenarnya !?.” Wang Yibo menarik tangannya dengan paksa saat
pelarian mereka sudah berada di jarak aman, pria yang sedari tadi berjalan di depan
dan menyeretnya seperti anak kucing masih tak bergeming, hal ini membuat Wang
Yibo semakin geram. Selama setahun belakangan dia merasa dipermainkan,
seseorang berlakon bak Dewa penolong, menyelamatkannya dari maut lalu
meninggalkannya dengan berton-ton rasa penasaran, kali ini Wang Yibo bertekat
untuk mengetahui identitas orang yang sudah mengintainya selama bertahun-tahun
ini.
“Apa kau mengawasiku ?, selalu datang disaat yang tepat, aku yakin ini bukan lagi
sebuah kebetulan.” Wang Yibo benada sinis, namun pria yang diajak bicara masih
setia membelakanginya.
“Aku tau kau tidak bisu, apa tujuanmu ?, tidak mungkin kau melakukan ini tanpa
alasan, apa kau mengambil keuntungan dariku ? atau kau menginginkan sesuatu
dariku ?.” Wang Yibo melanjutkan kata-katanya, dia melangkah mendekat, namun
pria misterius itu bahkan tak sedikitpun menggerakkan tumpuan kakinya. Yibo
hendak menyentuh bahu sang pria, bermaksud membaliknya dan menarik topeng
berwarna silver yang selalu menutupi bagian mata hingga hidung Pria asing itu.
Namun keinginan hanya sebatas keinginan, Wang Yibo menghentikan aksinya
ketika tiba-tiba sang pria berbalik dengan sendirinya, mata Wang Yibo melebar
begitu sosok itu menunjukkan sesuatu didalam genggamannya.
Benda persegi empat, berwarna perak murni yang berukir sekuntum bunga canola.
Pahatan itu begitu jelas, warna putih perak berkilat terang ditengah pekatnya malam.
Wang Yibo yang terkejut memundurkan langkahnya, dia masih tak percaya saat
melihat benda yang menggantung ditangan pria misterius itu.
“Lencana Master, apa kau pemiliknya ?, kau.. kau adalah pemegang gelar Master di
organisasi yang sama denganku. Mengapa ?, mengapa kau melindungiku ?, itu
bukan tugas seorang Master, Master tidak ditugaskan untuk menjaga road talent
sepertiku.”
Ditengah-tengah keterkejutannya Wang Yibo tak menyadari jika pria yang sedari tadi
dia ajak bicara sudah tak ada disana, lagi-lagi sosok itu meninggalkannya seperti
orang bodoh. Pria yang baru saja menunjukkan lencana padanya adalah seorang
secret talent bergelar Master di organisasi kejahatan terorganisir bernama
Canolafellas, setiap anggota organisasi ini memiliki level berbeda-beda sesuai
dengan tingkat keberhasilan misi yang mereka lakukan. Mulai dari Junior hingga
Boss, sedangkan Master adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan
pemimpin organisasi/Boss. Orang-orang yang berada di level ini bukan orang
sembarangan, bahkan tidak ada yang tau identitas mereka jika bukan sang Master
yang memperkenalkan diri.
Siapa sangka pria misterius yang setahun terakhir kerap bertemu dengannya adalah
seorang Master. Wang Yibo hanya pernah mendengar suaranya satu kali, saat itu
kondisi mereka begitu terpojok sehingga pria pemegang lencana Master itu
beberapa kali menginstruksikan sesuatu, setelah hari itu Wang Yibo tidak pernah
lagi mendengar suaranya. Meski hanya mendengar sekali, Wang Yibo tidak pernah
melupakan suara sang sosok misterius, suara yang begitu mengganggu pikirannya
dan tidak asing di telinga, namun Yibo tidak bisa memikirkan siapa pemilik suara
khas pria yang begitu merdu. Jika dipikir-pikir, ada seseorang yang memiliki suara
hampir serupa, namun itu tidak mungkin, orang yang Yibo pikirkan hanyalah pria
biasa yang menyelamatkannya saat lari dari kejaran musuh.

*Drrtt drrtt..

“Lian, ada apa ?.” lamunan Wang Yibo terusik karena rekannya menelpon. Lian
adalah gadis hebat yang Wang Yibo jumpai sejak pertama kali bergabung di
organisasi Canolafellas, meski usia mereka terpaut belasan tahun, tapi wajah Lian
masih memikat bak titisan langit yang tak lapuk dimakan usia. Selain itu, Lian adalah
salah satu anggota yang berkemampuan tinggi, ketangkasannya hampir mendekati
talent level mater, bisa dikatakan Wang Yibo banyak belajar dari wanita ini. Lian
sudah lama menjadi sahabat yang begitu memikirkan dan perhatian pada Wang
Yibo.
“Ada yang ingin kau katakan ?, informasi soal kecelakaan orang tuaku.. baiklah, aku
akan kesana.” Jawab Wang Yibo begitu mendengar suara di seberang telephone,
sejenak dia melupakan sosok misterius tadi, dia mempercepat langkahnya untuk
menuju tempat yang Lian maksud.

___________

“A-apa kau mengatakan yang sebenarnya ?.” suara Wang Yibo terdengar berat dan
bergetar, tubuhnya menegang hingga urat-urat wajahnya bermunculan, matanya
terus menatap lembar identitas beserta foto yang baru saja dia keluarkan dari
amplop cokelat, matanya memerah dan sedikit berair, dia terus membolak balik
beberapa lembar foto di tangannya, masih tak bisa mempercayai apa yang dia lihat.
“Ya, inilah kebenarannya, aku terlibat dalam misi 15 tahun lalu. Seseorang
menggunakan talent kita untuk mensabotase mobil milik ketua Dewan Wang Rui,
dan pria di foto itu adalah orang yang memerintahkan kami malam itu, dia ikut turun
memastikan misi itu berhasil.” Ucap wanita berparas tangguh yang merupakan salah
satu orang kepercayaan pimpinan Canolafellas. Tugasnya mengambil pekerjaan
kotor dari para pejabat Negara dan pebisnis besar, untuk menculik, menyiksa atau
bahkan membunuh nyawa orang-orang yang entah bersalah atau tidak. Salah satu
tugas besar yang pernah dipercayakan padanya adalah peristiwa yang
menggemparkan China belasan tahun lalu, sebuah kecelakaan maut berakhir
menewaskan ketua Dewan Wang Rui beserta istri dan supir pribadinya.
“Kau… mengapa kau mengatakan ini padaku ?, apa kau tidak takut aku akan
membencimu?. Kau terlibat dalam pembunuhan orang tuaku, apa kau tau ?, aku
tidak akan pernah memaafkan orang-orang itu, aku pasti akan membalas mereka”
Ucap Wang Yibo dengan suara bergetar, wajahnya mengeras dan berubah merah
padam mengamati foto dan dokumen berisi informasi pelaku dibalik kecelakaan
orang tuanya.
“Sudah lama aku ingin melakukan ini, tekatmu begitu tinggi membuatku tak bisa
terus menutup mata. Seorang putra ketua Dewan yang hidup dalam kenyamanan
rela mengorbankan belasan tahun hidupnya untuk melakukan pekerjaan berbahaya.
Aku tau kau melakukan ini untuk mencari pelaku pembunuhan orang tuamu, tapi
sadarkah kau jika setiap harinya kau juga selalu diintai bahaya, kapanpun nyawamu
bisa melayang, aku tidak bisa membiarkannya. Sejak lama keberanianmu sudah
membuatku tertarik, tapi kecerobohanmu setiap harinya membuatku tidak bisa
merasa tenang.” Jawab Lian pada pemuda yang mampu membuat rasa kagumnya
berlipat-lipat. Meski dididik untuk menjadi pembunuh berdarah dingin yang
mengesampingkan perasaan, tapi entah mengapa setiap kali melihat Wang Yibo,
Lian tidak bisa mengggendalikan perasaannya.

10 tahun lalu, Lian ikut menjadi saksi Wang Yibo kecil yang dengan sendirinya
menawarkan diri untuk bergabung dalam oganisasi Canolafellas.
Hal ini terjadi pasca 5 tahun kecelakaan tragis yang merenggut nyawa kedua orang
Wang Yibo, Yibo adalah bocah malang yang tidak bisa menghapus kenangan orang
tuanya, perasaan tidak terima kian hari berubah menjadi tumpukan dendam yang
membesar dan semakin besar. Selama 5 tahun itu, Wang Yibo menggali soal
informasi yang dia peroleh dari sang paman, bunga Canola adalah kunci yang Wang
Yibo ingat, disisa akhir hidup paman Li, pria tua itu mempertaruhkan nyawanya
untuk memberikan informasi ini pada Wang Yibo.
‘Jubah bermotif bunga Canola’, informasi ini membawa Wang Yibo untuk mengenal
organisasi mafia yang tersohor di Negaranya, dimana semua anggota organisasi ini
menggunakan jubah yang sama saat turun menjalankan misi, jubah panjang dengan
motif bunga canola dibagian bawahnya. Tidak salah lagi, mereka adalah orang yang
andil dalam pembunuhan berencana hari itu, tidak ada cara lain bagi Wang Yibo
selain ikut bergabung dan mulai menyelidiki kebeneran dari pembunuhan orang
tuanya.
Tak terasa 10 tahun sudah berlalu, Wang Yibo tumbuh menjadi bagian anggota
Canolafellas, jubah bermotif bunga canola sekarang menemaninya setiap
menjalankan misi. Meski rasa muak terus menyambangi uluh hatinya, tapi Wang
Yibo mencoba menepis itu, baginya membalas kematian orang tuanya adalah harga
diri yang harus dia perjuangkan.

Inilah perjalanan hidup yang dipilih Wang Yibo, berteman akrab dengan pisau
berhadiah kematian, Yibo terus bertahan, dia bertekat tidak akan mati sampai
menemukan siapa dalang kecelakaan 15 tahun lalu. Meski harus membawa
hidupnya untuk tinggal di jurang yang kelam, dia akan melakukannya, ditinggalkan
oleh orang tuanya adalah kesakitan terbesar yang dia terima, jika hanya tersayat
pisau dan ditembus peluru, baginya itu bukanlah apa-apa.

“Xiao Ping, 15 tahun lalu dia adalah pengusaha yang melakukan bisnis di pasar
gelap, namun geraknya semakin menyempit sejak Ayahmu menerima jabatan
sebagai ketua Dewan. Militer yang biasanya bersahabat saat itu berbalik menjadi
musuh, mulai memburu dan menangkap para anggota bisnis Xiao Ping, semua ini
terjadi karena kepemimpinan Ayahmu melarang rakyatnya melakukan bisnis illegal.
Xiao Ping pernah menemui Ayahmu untuk melakukan kerjasama, tapi tentu saja hal
itu mendapatkan penolakan mentah-mentah. Aku tidak perlu menjelaskannya lebih
dari ini lagi, aku yakin kau sudah cukup mengerti Wang Yibo.” Lian berkata dengan
prihatin, membocorkan informasi ini sama saja dengan mencari mati, namun dia
tidak keberatan jika itu untuk membantu Wang Yibo.

Wang Yibo tidak menjawab apa-apa, dia segera berlari keluar dari sana, membawa
amplop coklat berisi informasi pembunuh keluarganya. Wang Yibo melajukan
mobilnya seperti orang kesetanan, beberapa kali mobilnya tergelincir karena jalanan
bersalju yang licin, namun Wang Yibo sam sekali tak mereda, dia dengan kasar
membanting kendali kemudinya, lalu mendatangi salah satu bar elit yang ada di
pusat kota Beijing.

“Mengapa itu bisa Ayahmu ?, pembunuh !. Kau dan Ayahmu adalah orang picik
yang bersembunyi dibalik topeng selama belasan tahun. Picik dan sangat
menjijikkan !.”
________

Ketukan buru-buru di daun pintu membuat Xiao Zhan menoleh. Tanpa bisa
menyembunyikan kebahagiaannya, Xiao Zhan tersenyum senang lalu bergegas
membuka pintu, dia tau itu pasti Wang Yibo. Benar saja, itu memang orang yang dia
pikirkan, tapi penampakan ini, dia tidak pernah melihatnya. Kekasihnya terlihat
sangat mabuk dengan aroma alkohol yang menguar tajam.
“Sayang,..” suara Xiao Zhan tertahan sambil menangkap tubuh Wang Yibo yang
sedikit limbung, dengan tertatih keduanya masuk ke dalam rumah, belum sempat
mendudukkan Yibo di ranjang, Pemuda Wang itu menoleh dan memberikan tatapan
dingin pada kekasihnya. Xiao Zhan yang menyadari pun sedikit heran, tatapan itu
bukan yang biasa Yibo berikan, tatapan bengis dan lebih tajam dari ujung belati.
Xiao Zhan kembali memapah Yibo untuk duduk diranjang, namun tiba-tiba tubuhnya
sudah tersudut ke dinding.
“Akkhhh.. agghh…” nafas Xiao Zhan tertahan karena Yibo tiba-tiba mencekiknya
dengan kuat, tangan Xiao Zhan balas memegangi pergelangan Yibo dengan kuat,
mencoba melepaskan cengkraman itu dari lehernya, namun sia-sia, Yibo semakin
menekan tubuh ramping itu hingga beberapa kali kepala Xiao Zhan terhantuk
tembok.
“Sa…kit.. Yi..bo… ini akk..akuh.. le..pas.. akkh” kata-kata itu berhasil Xiao Zhan
ungkapkan dengan susah payah, wajahnya sudah memerah, jika Wang Yibo
mencekiknya sampai 3 menit dia pasti akan mati.
“Ada apa denganmu ?.” Batin Xiao Zhan dengan mulut yang terbuka karena tekanan
kuat mencekik pangkal tenggorokannya. Air mata yang sejak tadi berkumpul
perlahan berjatuhan, setetes dua tetes butiran air mata Xiao Zhan membasahi
lengan sang kekasih, dan berhasil membawa Yibo kembali kealam sadarnya.
Tubuh kecil itu merosot kebawah karena Yibo tiba-tiba menarik lengannya, tidak
sampai Xiao Zhan terjatuh ke lantai, tangan Wang Yibo lebih cepat menopang tubuh
kecil sang kekasih, dengan gelapan Wang Yibo menarik Xiao Zhan kedalam
pelukannya. Yibo memejamkan matanya, memeluk Xiao Zhan dengan posesif,
tanpa diminta air matanya ikut menetes karena deru napas sang kekasih terdengar
begitu sulit.
“Xiao Zhan, aku sangat membencimu.” Bisik Wang Yibo denga hati teriris saat
mendekap pria yang akhirnya tak sadarkan diri.
_______________

Sehari dua hari berlalu, satu minggu pun akhirnya terlewati, sejak kejadian
menakutkan hari itu, Wang Yibo semakin berubah. Sikap hangat dan perhatian yang
selalu dia tunjukkan kini tak lagi terlihat, wajahnya jarang tersenyum, tatapan mata
yang senantiasa lembut sekarang berubah lebih sinis dari milik seekor serigala. Xiao
Zhan menyadari bahwa ketakutannya selama dua tahun ini bukanlah apa-apa,
karena akhir-akhir ini Wang Yibo lebih membuatnya khawatir, daripada ketakutannya
akan Wang Yibo yang terluka saat melakukan misi, sekarang Xiao Zhan lebih takut
jika Wang Yibo akan pergi dan melupakannya.
“Apa aku melakukan kesalahan ?, kau sangat berubah, aku tidak lagi mengenalimu,
apa kau masih pria yang dua tahun lalu berjanji untuk selalu mencintaiku ?.” ucap
Xiao Zhan sambil bersandar pada pintu ruang makan, Wang Yibo baru saja kembali
setelah dia pergi entah dari mana, pria itu menenteng sekotak makanan dan
melahapnya sendiri dengan cara yang terlihat mengerikan, seperti orang yang tidak
pernah menikmati makanan enak bertahun-tahun.

*Praangg
“Hahha, omong kosong..” guman Wang Yibo lalu berdiri dan melemparkan mangkuk
makananya kedalam wastafel, setelahnya dia melewati Xiao Zhan begitu saja, lalu
masuk ke dalam kamar, meski terkejut Xiao Zhan segera bergegas menyusul Wang
Yibo.
“Tidurlah di kamar sebelah, aku tidak mau melihat wajahmumu.” Wang Yibo berkata
sambil membelakangi Xiao Zhan, seolah sudah tau pria manis itu akan
menyusulnya, Wang Yibo lantas dengan sengaja berdiri memunggunginya di muka
pintu.
“Mengapa ?, apa aku melakukan kesalahan ?.” tanya Xiao Zhan dengan suara
sendu nyaris tak mempercayai pendengarannya, tapi ini adalah kalimat sama yang
sudah beberapa hari terakhir Wang Yibo ucapkan. Xiao Zhan yang masih tak
mengerti masalahnya masih saja meminta penjelasan, tapi yang Wang Yibo lakukan
hanyalah mengabaikanya.
“Sebaiknya kau menjauh, karena aku tidak yakin bisa menjaga keselamatanmu.”
Setelah berucap seperti itu Wang Yibo berbaring dan masih membelakangi Xiao
Zhan, meski sudah mengerti dengan maksud kekasihnya, Xiao Zhan tetap nekat
untuk ikut berbaring di sebelah Wang Yibo.
Lama matanya menatap punggung bidang sang kekasih, berharap pria itu akan
berbalik dan memeluknya seperti malam yang sudah-sudah, tapi sepertinya
sekarang itu tidak akan mungkin terjadi. Kelopak mata Xiao Zhan mulai memberat,
sesekali membuka dan menutup menahan kantuk, namun Xiao Zhan Kembali
memaksa kelopak matanya untuk terbuka, namun lagi-lagi matanya menutup hingga
akhirnya dia pun terlelap. Sementara Wang Yibo masih terjaga, sejak tadi pikirannya
bergerak liar, dia hanya menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang akan
dia sesali. Dengan perlahan tangan Yibo merogoh bawah bantalnya, belati kecil
diselimuti sarung berbahan kulit kini tergenggam erat di sebelah tangannya.

*sraak.
Wang Yibo menarik belati tajam itu dari sarungnya, mata pisau kecil berkilat disinari
lampu tidur berwarna putih hangat, Yibo membalik tubuhnya dan beralih
mengangkangi Xiao Zhan yang terlelap. Tatapan dingin dari sorot matanya berusaha
menyusupi lubang demi lubang pori-pori wajah Xiao Zhan, dia sudah sering
melakukan ini pada targetnya, dia adalah agent yang tidak pernah menggunakan
perasan. Tapi wajah polos yang menjadi targetnya kali ini begitu berbeda, jantung
Wang Yibo mulai berdetak memburu, Yibo dengan ragu mengacungkan belatinya
untuk menusuk tenggorokan targetnya. Yibo beberapa kali memejamkan matanya,
menggeleng dan berusaha mengusir perasaan ragu yang terbesit di hatinya.
“Dia putra pembunuh, pembunuh… hidup bahagia bertahun-tahun tanpa merasa
bersalah, aku tidak akan mengampuninya.” Kepala Yibo berdenyut kalah dia
mensugesti dirinya sendiri, dia sejenak memejamkan mata untuk menenangkan diri,
namun betapa terkejutnya Wang Yibo saat membuka mata. Xiao Zhan kini menatap
kearahnya dengan sebelah tangan yang menggenggam pergelangan Wang Yibo,
menahan tangan pemegang belati itu untuk lebih dekat menusuk tenggorokannya.
“Kau sangat professional, orang bilang kau termasuk agent terbaik dalam
menjalankan misi, itu memang terbukti. Apa target terakhirmu adalah aku, Wang
Yibo ?.”

*Deg.
Meski tak begitu jelas terlihat, namun manik mata Wang Yibo sedikit melebar,
jantungnya berdentum hebat, bagaimana seorang target bisa memergoki aksinya,
dia tidak pernah seceroboh ini.
“Aku tau mengapa kau begitu menjauh akhir-akhir ini, kau sedang meyakinkan diri
untuk membunuhku. Lalu mengapa tak segera kau lakukan ?, mati karena dihianati
orang yang aku cintai, aku sangat menyukai cara kematian seperti ini.”

*Srak
Xiao Zhan menarik pergelangan Wang Yibo untuk menikam lehernya, Yibo yang
menyadari itu dengan segera menahan tangannya, dia menegang dan semakin
menguatkan tumpuan lengannya kearah belakang, entah mengapa dia melakukan
ini, padahal yang ingin dia lakukan adalah membunuh Xiao Zhan.

Sunyi, malam ini begitu sunyi, tapi tak ada yang tau jika sepasang kekasih tengah
beradu untuk membunuh dan merelakan diri agar dibunuh.
“Xiao Zhan, apa yang kau lakukan ?, lepaskan !.” bentak Wang Yibo saat melihat
Xiao Zhan tersenyum lembut kearahnya, tangan Xiao Zhan yang tadi memegang
pergelangan Wang Yibo kini beralih menahan mata belati, darah segar seketika
menetes deras, tapi tak ada sedikitpun nada kesakitan keluar dari bibir Xiao Zhan,
yang ada hanyalah senyumanan manis dengan sorot mata pilu.
“Mengapa kau berubah pikiran ?, kau tidak jadi membunuhku ?, atau kau ingin
menyiksaku lebih dulu ?.” jawab Xiao Zhan dengan masih tersenyum pahit,
sementara sudut matanya mulai meneteskan air mata sakit.
Yibo tidak bisa menahan dirinya saat melihat ini, tangannya yang bebas terpaksa
dengan kasar menekan titik lemah di pergelangan sang kekasih, mau tak mau Xiao
Zhan melepaskan pegangannya pada mata belati. Yibo membuang belati itu ke
sembarang arah, dia segera menyobek piyamanya dan membungkus telapak tangan
Xiao Zhan yang bersimbah darah.
“Ada apa Wang Yibo ?, apa karena kau mencintaiku ?, kau tidak sanggup
membunuh orang yang kau cintai kan?. Beginilah perasaan orang-orang lemah yang
menjadi korbanmu, mereka begitu ketakutan, tapi tak ada pilihan selain
menyerahkan nyawa mereka. Pernahkah kau berpikir, orang-orang itu memiliki
keluarga yang mereka cintai. Apa kau tau bagaimana sedihnya mereka ?.”
“Diamlah !, kau tidak pantas berbicara seperti itu, sementara kau dan keluargamu
tak jauh beda sepertiku. Memilih membunuh orang tak bersalah demi menikmati
hidup bahagia, kematian orang tuaku adalah tanggungjawab keluargamu !.” Desis
Wang Yibo lalu menghempaskan tangan Xiao Zhan yang telah dia balut, Yibo
beranjak dari atas Xiao Zhan lalu memilih duduk di sudut ranjang.
“Kalau begitu kau harus membunuhku sekarang.” Suara tenang dan begitu dingin,
Wang Yibo sampai menoleh tak percaya, bagaimana Xiao Zhan bisa terdengar
seolah sangat siap dengan kematiannya ?.
“Jika kau tidak membunuhku sekarang, maka kau tidak akan punya kesempatan
lagi.” Xiao Zhan melanjutkan kata-katanya, tapi Wang Yibo justru berlalu pergi keluar
kamar, meninggalkan Xiao Zhan yang kembali berkaca-kaca kedua matanya, Xiao
Zhan terus menatap kepergian Wang Yibo hingga tubuh itu menghilang dibalik pintu.
“Maafkan aku, aku tidak tau jika rasa sakitnya akan seperti ini. hikss”

________________

Sore hari dibawah guyuran salju, Wang Yibo terlihat berjongkok di belakang rumah,
meski kulitnya mulai membiru, namun matanya sama sekali tak menunjukkan rasa
gentar, mata itu terlihat nanar menatap pada belati yang sudah sejak tadi dia asah.
Dari dalam rumah, dari balik jendela, Xiao Zhan mengamati kekasihnya, dilihatnya
raut wajah itu begitu tenang, namun dengan pandangan mata yang kosong, apa
Wang Yibo bertekat untuk melakukan sesuatu ?. Xiao Zhan tidak bisa menghalau
rasa khawatirnya, ingin sekali dia menghampiri pria itu, memeluk dan membawanya
masuk ke dalam rumah, menyajikan teh hangat bersama sepotong roti gandum
seperti biasanya, namun itu tak lagi mungkin, sekarang mereka hanyalah dua orang
asing yang tinggal dalam satu atap. Lebih dari itu, mungkin Wang Yibo sudah
menganggapnya seperti musuh.
__________

Pukul 11 malam, Wang Yibo berhasil menyusup rumah mewah yang dijaga ketat
oleh penjaga, seperti bayangan, Wang Yibo mengendap untuk mencari-cari dimana
pria tua yang seharusnya dia bunuh sejak 15 tahun lalu. Mata liar Wang Yibo
menelisik ke sekitar, sebuah ruangan terlihat berbeda dari ruangan lain, sekali lihat
sepertinya ruangan ini adalah ruangan penting, namun ada hal lain yang menarik
perhatian Wang Yibo. Pintu ruangan itu sedikit terbuka, Yibo mengamati sekitar, dia
tak bisa merasakan aura siapapun di lantai ini, seperti kilat Wang Yibo sudah
menggapai gagang pintu kokoh yang tadi menarik perhatiannya. Tanpa ragu Wang
Yibo menyelipkan tubuhnya untuk masuk ke dalam ruangan itu.

*Ceklek, click
Pintu yang tadi terbuka seketika menutup otomatis, bersamaan dengan itu
seseorang memblokir gerak Wang Yibo, belati tajam kini berkilat menempel ke
lehernya. Yibo sejenak menahan napas, dugaannya salah, seseorang sengaja
menjebaknya. Yibo menoleh dengan waspada, namun saat itu juga
kewasapadaannya lenyap begitu saja.
“Kau lagi ?, apa yang kau lakukan disini ?. aku tidak perduli kau Master atau apa,
selagi kau menghalangiku, aku akan melawanmu.” Ucap Yibo dengan sedikit
berbisik marah, dia menghempaskan tangannya dari pegangan pria yang sudah
membuatnya jengkel sejak setahun lalu. Yibo lalu meraih gagang pintu karena tak
mau membuang-buang waktu berdebat dengan Pria gila yang selalu
membuntutinya, namun pria itu lagi-lagi lebih cepat menghalangi aksinya.
“Apalagi yang kau lakukan ?, menyingkir !.” bentak Wang Yibo
“Jika kau ingin membunuh Xiao Ping hari ini, kau tidak akan berhasil, kau belum
cukup kuat. Dia sudah lama mengetahui kedatanganmu, tapi dia hanya
membiarkanmu. Menurutmu mengapa dia melakukan itu ?, pergilah sebelum
hidupmu menjadi sia-sia.” Jawab Pria misterius itu, suaranya pelan dan tegas, dari
jarak ini Wang Yibo bisa merasakan aura bersungguh-sungguh menguar dari gestur
dan gerak mata sosok bertopeng di hadapannya.
“Omong kosong !, meski mati sekalipun aku akan tetap membunuhnya.” Tukas
Wang Yibo dan mencoba menggeser tubuh pria yang menutupi daun pintu.

*Srak
Gerakan itu terjadi sangat cepat, membalik keadaan dan menyudutkan Wang Yibo
ke daun pintu, Yibo terkejut bukan main, belum pernah dia melihat orang dengan
kemampuan seperti ini, bahkan Lian sekalipun belum mampu bergerak secepat ini,
hanya dalam satu kedipan mata dia sudah tersudut. Wang Yibo semakin waspada,
orang dihadapannya bukanlah orang sembarangan, selain terlatih, orang ini juga
memegang lencana Master, kemampuannya pasti lebih dari yang bisa Wang Yibo
bayangkan.
“Pergilah, aku mohon. Kembali jika kau sudah benar-benar kuat dan memiliki bekal.
Kemampuanmu sekarang benar-benar tidak cukup.” Suara itu terdengar lirih dan
sendu, Wang Yibo mengernyit heran, mengapa orang ini begitu memikirkan
keselamatannya?.
“Mengapa ?, mengapa kau perduli padaku ?.”
Pertanyaan Wang Yibo tidak cepat dijawab, pria bergelar Master itu sedikit
menunduk, dia lalu menarik tali topeng yang menempeli wajahnya. Wang Yibo
menatap dengan penasaran, tanpa perlu dipaksa, seseorang yang sudah setahun ini
begitu misterius sekarang akan membuka identitasnya.

Pria misterius itu dengan pelan menarik topengnya, wajahnya yang sedikit
menunduk membuat Wang Yibo semakin penasaran, namun tak lama pria itu
perlahan mengangkat wajahnya. Wang Yibo sempat tersentak hingga membungkam
mulutnya karena tak percaya, beberapa kali dia mencoba memastikan matanya, tapi
wajah itu tidak berubah, sosok di depannya ini adalah orang yang sudah dua tahun
menjadi warna untuk hidupnya.
“Xiao Zhan, apa kau bercanda ?. Maksudku, aku tau ini rumahmu, tapi kau bilang
kau tidak punya keinginan untuk kembali lagi. Aku akan memaafkanmu, aku
memikirkannya sangat lama, aku tidak akan menyalahkanmu. Ini adalah urusan
antara aku dan Ayahmu. Tunggulah dirumah, aku akan mengajakmu pergi jauh
setelah ini.” ucap Yibo terdengar sungguh-sungguh ditengah keterkejutannya.
“Hahaha,.. Yibo.. kau sangat polos, bagaimana kau bisa mengatakan hal itu dengan
sangat mudah ?, kau akan membunuh Ayahku, apa menurutmu aku akan duduk
menunggu dengan tenang ?.” kekehan sinis terdengar dari bibir tipis Xiao Zhan,
sikap itu tentu membuat Wang Yibo terluka, tapi siapa yang tau jika hati Xiao Zhan
lebih terluka, mengatakan hal yang membuat Yibo semakin terpuruk, Xiao Zhan
sama sekali tidak ingin melakukannya, namun harus dia lakukan karena Wang Yibo
pasti akan bersikeras.

*Drab drab drab.


Suara langkah puluhan orang terdengar mendekat, Xiao Zhan dengan panik
mencoba berpikir untuk menyembunyikan Wang Yibo, tapi itu seperti hal mustahil
karena harga diri Wang Yibo lebih tinggi dari langit ke tujuh, Wang Yibo pasti akan
menolak apapun rencananya.
“Biarkan aku keluar, atau kau sengaja mengurungku disini agar aku manti konyol ?,
kau memang picik, tidak heran karena Ayah dan anak mmhhhh..” umpatan Wang
Yibo terputus karena Xiao Zhan tiba-tiba membungkam bibirnya dengan ciuman,
lumatan paksa tak begitu lama menjadi lembut dan penuh perasaan, menyadari Xiao
Zhan memejamkan matanya, Wang Yibo tertegun tak berkutik. Xiao Zhan masih
mempercayainya, jika tidak maka tidak mungkin Xiao Zhan memejamkan mata dan
memberikan banyak celah dihadapan seorang musuh.
Yibo dengan perlahan ikut memejamkan mata, membalas lumatan Xiao Zhan
dengan tak kalah lembut dan posesif, Yibo menarik pinggang sang kekasih
mendekat, memperdalam ciuman yang sudah memancing darahnya bergejolak.
Hampir 2 minggu tak menyentuh kekasihnya, Wang Yibo tak bisa membohongi diri,
dia begitu merindukan Xiao Zhan. Yibo melonggarkan pelukannya, tangannya
membelai punggung hingga ke tengkuk Xiao Zhan, sedikit meremas rambut
belakang sang kekasih dan memperdalam cumbuannya, Yibo hendak membalik
posisi mereka untuk menguasai tubuh sang submisif. Namun itu tak berhasil, karena
mata Yibo yang tadi tertutup tiba-tiba terbelalak karena sesuatu mengejutkannya.
“Apa yang kau lakukan ?... akhh.” Yibo meringis tertahan dengan bibir bergetar
menahan sakit, belati yang tadi masih dipegang Xiao Zhan kini menancap di dada
kirinya, darah segar meresak keluar, Yibo dengan terhuyung memundurkan
langkahnya.
“Pergilah !, kau tidak bisa melawan puluhan orang dengan kondisi tubuh seperti ini.”
“K-kau !, kau menghianatiku.” Yibo berusaha bicara, namun Xiao Zhan justru dengan
cepat menarik tangan Yibo untuk keluar lewat pintu belakang, sesampainya di ujung
pintu rahasia ruangan itu, Xiao Zhan lalu mendorong Wang Yibo keluar.
“Jika kau mengikuti jalan ini, kau akan keluar dengan selamat, berlarilah dan pergi
jauh dari sini !. jangan kembali ke organisasi kalau kau tidak mau berakhir menjadi
bangkai. Kali ini kau harus mendengarkanku.” Xiao Zhan berkata tegas dan berbalik
hendak pergi, namun kata-kata yang dia dengar terpaksa menghentikan langkahnya.
“Kau tau ?, kau adalah orang yang paling berharga untukku. Setelah kepergian
orang tuaku, aku benar-benar merasa sendirian di dunia ini. Saat berusia 10 tahun,
tanpa ragu aku bergabung kedalam Canolafellas, aku tidak punya tujuan lain selain
membalas dendam. Meski pada akhirnya aku harus menyusul orang tuaku, aku
akan menerimanya dengan senang hati, aku tidak perduli dengan hidupku asal bisa
membalaskan kematian mereka. Tapi Xiao Zhan, bersamamu selama 2 tahun ini
membuatku begitu menghargai hidup, apa kau tau jika aku sangat ingin hidup lama.
Tahukah kau aku selalu takut gagal saat menjalankan misi dan berakhir harus
meninggalkanmu sendirian, kau tau itu ?, karenamu aku sangat takut mati !. Aku
ingin menikahimu Xiao Zhan !”

*Deg
Xiao Zhan seketika membeku di tempat, menikah adalah harapan yang sejak lama
dia impikan, berada disamping Wang Yibo memang sebuah misi rahasia untuknya,
tapi siapa yang bisa menolak saat hati sudah memilih ?, dia tanpa sengaja jatuh
cinta pada pemuda yang seharusnya dia awasi.
“Pergilah, jangan kembali lagi.” Ucap Xiao Zhan lirih tanpa menoleh dan bersamaan
dengan itu pintu tertutup otomatis. Xiao Zhan mempercepat langkahnya, air mata
yang sudah dia tahan sejak tadi pun jatuh, tangan Xiao Zhan menyeka air matanya,
semakin dia mencoba menguatkan diri maka air matanya semakin bercucuran.

“Wang Yibo, aku mencintaimu. Sampai bertemu lagi.”

_____________
Di ruangan lain, masih didalam bangunan rumah yang sama. Xiao Ping terbahak
melihat tingkah putranya yang terpantau lewat kamera pengawas. Demi menerima
gelar Masternya, Xiao Zhan menjalankan misi untuk membatasi gerak dan potensi
pria yang bisa menghancurkan organisasinya di masa depan, dialah putra ketua
Dewan Wang Rui, Wang Yibo.

*flashback, 10 tahun lalu


“Anak itu sangat keras kepala, dia bahkan berani mendaftar menjadi anggota
Canolafellas. apa kau ingin aku menghabisinya ?.”
“Tidak perlu Fai, aku akan mengatasinya dengan caraku sendiri. Tekatnya memang
sangat kuat, jika terus memeliharanya, dia akan menjadi ancaman bagi kita, tapi
membunuhnya sekarang bukankah itu tidak manusiawi ?, dia baru saja kehilangan
orang tuanya, bukankah sangat menyedihkan jika dia juga harus kehilangan
nyawanya ? hahaha.”
“Ya yaa, kau sangat cerdik, tidak ada salahnya untuk melatih bocah ini,
kemampuannya bisa kita gunakan untuk memperlancar urusan kita. Setelah dia
menjadi pemberontak yang tidak berguna, kita harus segera menghabisinya.
Hahahha.”
Kakak dan adik itu terkekeh bersama, salah satu diantaranya adalah pria bernama
Xiao Ping, pemilik bisnis gelap yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun,
sedangkan pria yang lain adalah Xiao Fai, seorang pemimpin organisasi gelap yang
merajai kota Beijing. Organisasi milik Xiao Fai adalah organisasi illegal bernama
Canolafellas, sebuah organisasi professional yang menerima banyak misi besar,
termasuk menculik dan membunuh pejabat Negara dan para pesaing bisnis lokal
dan internasional.
*flashback off

Begitulah awal kisah ini dimulai, Xiao Zhan adalah pembunuh berdarah dingin yang
terlatih, dididik sejak kecil oleh pamannya, Wang Fai. Ketika berusia 20 tahun,
berkat kemampuannya yang luar biasa, Xiao Zhan menerima gelar master sekaligus
menerima misi panjang untuk mengendalikan seorang anggota baru bernama Wang
Yibo. Dihari pertemuannya dengan Wang Yibo semuanya telah diatur, malam itu
Wang Yibo menerima misi palsu yang pada dasarnya telah direncanakan untuknya,
karena kemampuan bela diri yang belum mumpuni, Wang Yibo terluka dan
melarikan diri dari kejaran orang-orang hingga pagi menjelang. Pemuda Wang itu
hampir meregang nyawa karena kondisinya yang begitu mengenaskan, kehilangan
banyak darah, juga luka sobek yang menempeli hampir di sekujur tubuhnya,
mengingat medan yang Yibo lewati adalah hutan gelap dan berduri. Saat Wang Yibo
sudah hampir mencapai batasnya, Xiao Zhan datang sebagai penolong, mereka
bertemu saat Yibo berusaha menyembunyikan dirinya diantara selipan pohon bunga
canola, semua rencana yang disusun oleh Ayah dan Paman Xiao Zhan berjalan dan
tertutupi dengan baik tanpa sepengetahuan Wang Yibo.
Xiao Zhan yang mulanya hanya menjalankan misi pun mulai menaruh perhatian
lebih pada Wang Yibo, setelah berhasil menarik perhatian Wang Yibo dan berakhir
dengan Yibo memintanya menjadi kekasih, semuanya perlahan berubah. Wang Yibo
benar-benar memperlakukannya bak kekasih yang dicintai, perhatian dan kasih
sayang berlimpah-limpah setiap hari mengisi hidup mereka berdua. Setahun berlalu,
hati Xiao Zhan mulai menentukan pilihannya, misinya pun bertambah, selain
mengawasi Wang Yibo, dia ingin membahagiakan dan mengganti setiap kepedihan
yang Wang Yibo tanggung.
_______________

5 tahun kemudian.

Sejak peristiwa hari itu, Wang Yibo tidak pernah lagi muncul di hidup Xiao Zhan.
Rasa rindu, kesepian dan perasaan bersalah terus menggerogoti Xiao Zhan,
hidupnya juga menjadi tak menentu, karena meloloskan Wang Yibo, dia
mendapatkan hukumannya. Statusnya sebagai Master dicopot dan begitu juga
keanggotaannya di organisasi pun dilepas, sekarang Xiao Zhan memilih pergi dari
rumah, menjalani hidupnya seorang diri sembari merenungi kesalahannya.
Mencukupi hidupnya dengan pekerjaan paruh waktu, cacian dan hinaan kerap dia
dapat karena penampilannya yang masih jauh untuk sekedari disebut orang miskin.
Xiao Zhan menempati rumah Wang Yibo, upah kerjanya yang tak banyak itu selalu
dia sisihkan untuk memperbaiki kerusakan rumah. Bukannya sang Ayah tidak tau
keberadaannya, tapi hukuman tetaplah hukuman, keluarganya adalah orang yang
memegang komitmen. Hukuman ini tergolong begitu ringan, dan dia sangat-sangat
pantas untuk menerimanyam, dia sudah melepaskan orang yang seharusnya
dibunuh karena percobaan berontak pada organisasi.

Sore ini Xiao Zhan duduk di teras rumah, ditemani secangkir teh hangat dan
beberapa potong roti gandum, Xiao Zhan mengeratkan mantelnya seraya menonton
guguran salju, matanya sesekali melirik pada gerbang besi yang ada di depan
rumah. Harapannya masih sama, Wang Yibo akan pulang dan memaafkannya,
andai kesempatan kedua itu memang ada, dia sangat ingin menggunakannya untuk
kali ini.
Xiao Zhan menghela napas dan merogoh saku mantelnya, meraih buku catatan kecil
dan pena yang selalu disimpannya disana. Xiao Zhan mulai menulis untuk
melepaskan kesedihannya, hal ini sudah dia lakukan bertahun-tahun, setiap musim
dingin tiba dia akan membuat banyak harapan dan melepaskan rasa sedihnya
dengan menulis. Musim dingin adalah musim yang paling ingin dia hindari, Wang
Yibo pergi tepat saat musim dingin, lalu bagaimana mungkin Xiao Zhan bisa
menenangkan hatinya jika salju yang turun selalu membawa kenangannya pada
sosok pria yang lebih hangat dari cahaya mentari.
Musim dingin…
Aku membencimu, bukan karena salju yang beberapa kali membuatku tergelincir,
memang alas kakiku sudah usang, gerigi sepatu tua itu tidak lagi mau berkompromi,
bukan juga karena matahari yang begitu cepat terbenam, meski berjalan didalam
gelap aku tidak akan memakimu, tapi setelah lima tahun berlalu, sekarang kau
kembali untuk menertawaiku. Musim dingin, bagaimana aku bisa tidak
membencimu?.
Segenggam memori berwarna abu masih begitu jelas terekam. Ingatan itu, aku
sengaja menyimpannya diurat nadi, biarkan orang memakiku karena tidak bisa
beranjak dari masa lalu, aku tidak perduli, aku tetap tidak bisa melupakan
kebodohanku.
Musim dingin, bisakah kau jangan kembali ?. Lima tahun sudah kita bertemu,
sampai sekarang hatiku masih membeku. Rasanya begitu dingin, setiap harinya
bunga salju itu terus tumbuh, mekar dan menjalari uluh hatiku. Tahukah kau ? rasa
sakitnya seperti kulit yang disinggahi ribuan belati.
Hari ini kau datang lagi, aku tau kau hanya ingin melemparkan belati yang lebih
tajam, menyiksaku dengan kenangan, dan mencekikku dengan harapan yang terus
aku bisikkan. Tapi bisakah kita berdamai saja ?, aku tidak akan membencimu lagi,
tapi sebagai gantinya bisakah kau membawa dia kembali padaku ?.
Aku sudah menunggunya terlalu lama.

Xiao Zhan mengakhiri tulisannya, dia menutup mata sambil bersandar pada kursi
yang ada diteras rumah reok Wang Yibo.
“Dingin..” batin Xiao Zhan masih betah memejamkan matanya, tubuh dan hatinya
terasa sangat dingin, dia begitu berharap melihat Wang Yibo, jika pemuda itu tidak
sudi memaafkannya, biarlah seluruh hidupnya dia gunakan untuk menebus dosa.
Hidup bak sebatang kayu mati lebih berarti jika dibandingkan hidupnya saat ini,
bernyawa tapi tak memiliki harapan hidup.

“Dulu seseorang memiliki wajah seindah rembulan, otaknya bahkan lebih cerdas dari
kancil liar, tapi dulu dan sekarang berbeda, waktu telah memakan kejayaan orang-
orang dimasa lalu. Jika terus seperti itu, apa kau yakin ada yang mau
menikahimu ?.”

“Suara ini, mengapa aku berhalusinasi ?, apa aku mulai gila ?, dia bahkan
mengomeliku.”
Xiao Zhan perlahan membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah dada
tegap seseorang tengah berdiri dihadapan kursi tempatnya duduk. Pandangan Xiao
Zhan perlahan menyusuri postur tubuh itu, tatapannya terus naik hingga ke leher,
lalu wajah. Air mata Xiao Zhan tanpa diminta kini menggenang, bibirnya sedikit
terbuka dan dengan cepat dia berdiri, setetes air matanya jatuh begitu mengenali
sosok yang berdiri di hadapannya.
“Aku bermimpi ?.” gumam Xiao Zhan seraya menyeka tetesan air matanya yang
mulai jatuh, namun tangisnya seketika mengeras saat pria yang baru saja muncul itu
memeluknya dengan hangat.
“Yibo….” Xiao Zhan tersedu dipelukan pria yang sudah lama dia nantikan, hidup
memang tidak bisa ditebak, penyesalan selalu menjadi cambuk terkuat dalam
kehidupan manusia, Xiao Zhan hanyalah sedikit orang beruntung yang sekali lagi
diberi kesempatan.
___________

“Wang Yibo aku sungguh minta maaf, aku sangat mencintaimu, tolong kembalilah.
Sampai kapan kau akan menyiksaku ?.” Lirih Xiao Zhan saat membuka mata dan
menyadari dirinya tertidur di kursi teras rumah, air matanya kembali jatuh. Namun
matanya membulat kala mendapati selembar mantel hangat tengah menyelimuti
tubuhnya, mantel yang memiliki aroma familiar. Wangi ini adalah milik Wang Yibo,
Xiao Zhan tersentak dan cepat-cepat berdiri lalu berlari masuk ke dalam rumah.

“Wang Yibo kau sungguh kembali !?.”

END

Wattpad : Embun_forRainbow
IG : _myline0061
Hp : 0853 2739 3007

Anda mungkin juga menyukai