Anda di halaman 1dari 6

RIO & ANDREA

Akhir musim salju sore hari ini di Colorado; suasana yang senja membuat aku terhanyut. Aku
berjalan sendiri dengan menutup mataku karena menyukai pemandangan ini. Yah saat itu aku dalam
perjalanan pulang. Aku membuka mata dan di depanku aku melihat seorang cowok. Dia sedang
menyandarkan tangannya pada sebuah pagar dan melihat kearah lurus langit. Sepertinya dia sedang
bersedih. Aku terpesona melihat wajahnya yang terkena pancaran suasana senja dan desiran angin itu;
membuat aku seperti mencium aroma tubuhnya. Tiba-tiba dia melihatku, aku yang dari tadi melihatnya
membuat tidak bisa apa-apa, tidak bisa untuk berpaling karena kakiku langsung beku saat melihat dia
meihatku.

“Wahhhhhhhhhh, cakepnya!” aku tidak bisa melepaskan pandanganku kedia meskipun dia
kelihatan bingung dilihat seperti itu. Dia menghampiriku

“Aduh aduh, gimana ini! Hatiku meleleh dan dia semakin mendekatiku.

Desiran angin membuat mantel putihku dan mantel hitamnya berkibar dan rambut panjang
maupun rambut cepaknya ala David Beckham mengikuti arah angin. Dalam senja orange, aku semakin
kaku dan tiba-tiba menjatuhkan semua bukuku. Dia hanya tersenyum

“Ada apa? Bukumu jatuh tuh!”

Aku langsung mengambil dan ternyata dia juga melakukan tindakan yang sama.

“Ahhhhhhhh” aku langsung PINGSAN seketika. Gak nahan cakep and kharismanya. Lebay banget
hehehe

5 menit kemudian, aku terbatuk-batuk. Aku membuka mata dan masih berada di taman yang tadi
namun sekarnag aku berada di sebuah kursi dan sekarang sudah malam.

“Grrrrr dingin” aku sadar jika ini taman yang sama dan sepi lagi. Hohoho.

Hatiku langsung meleleh dan bergetar hebat saat aku melihat disampingku ada cowok itu, yahhhhhhh
cowok itu. oh oh oh. Hehehe, lebay ya. Dia melihatku dengan senyum. “Ampun, tadi aku pingsan dan
pastinya tadi dia gendong aku. Hehehehe” mukaku langsung merah dan aku memaksa bangun karena
masih bergetar hebat, aku jatuh dari kursi. Cowok itu tertawa.

“Eh, makasih banyak uda nolong. Tadi kamu gendong aku gak?”
“Mau tahu?”

aduhai suaranya, cowok banget. Aku pucat pasi)

“Nggak, gue capek abis bikin robot. Untung ada tukang kebun. Tuh, dia yang nylametin kamu”

“What!” aku langsung duduk sambil megang dahi.

Dia ketawa. “Hahahaha”

(Aduh suaranya bikin aku sesak)

“gak kok, gue emang gendong lo. Emang napa”

Aku langsung pingsan laggi.

“Yaelah ni anak, apa mau gue bawa lo ke rumah pak kebun itu”

Otomatis sebelum pingsan beneran, aku bangun dan ketawa.

Malam itu tidak begitu dingin. Kita berada di taman yang sepi. Kita berdua tenggelam akan merasakan
keindahan alam yang diciptakan-Nya. Tidak sadar aku berada di pundaknya.

“Hmmmmm, aroma tubuh aslinya tanpa parfume membuat aku semakin memejamkan mata” Tiba-tiba
cowok tadi mendekatkan wajahnya padaku dan semakin dekat, aku belum siap dan belum siap. Tiba-tiba
dia dengan keras memukul kepalaku dengan kepalanya.

“Aduh! Aduhh! Sakit” aku langsung berdiri dan mengelus-elus kepalaku dengan rambutku karena
jitaknya terlalu keras.

“Hahaha, kamu cewek gampangan ternyata ya!” ak agak marah namun tawanya yang emmmmm g bisa
aku nolak. Aku haya tertawa dan mencubit lengannya. Dia berusaha menghindar dan kita berkejar-
kejaran di sekitar taman itu. Yah itulah pertemuan pertamaku. Sungguh menyenangkan.

Aku tidak habis pikir karena aku sungguh lupa dimana rumahnya dan buruknya aku tidak mengajak dia
ketemuan lagi. Hanya aku tahu namanya, Rio. Rio adalah seorang cowok Indonesia dengan hidung
mancung dan rahang yang kuat. Kulit sawo matangnya membuat ketampanannya semakin bertambah
apalagi matanya. Aduh g bisa dikatakan lagi. Kegundahan hatiku ternyata disambut hujan.
“Yah, dasar aku lupa gak bawa coat. Terpaksa aku duduk di halte. Hujan yang deras tidak mereda
hingga jam 10 malam. Sebenarnya temen2nya udah banyak yang nyuruh buat ikut tapi aku sedikit
trauma dengan kebiasaan temen2 yang ke pub dulu buat menghangatkan badan dan… aku tidak suka
lifestyle mereka yang bagian itu.

“Wah kalo gini gue gak pulang! Kapok ni, ya udah jalan aja!” dalam perjalanan aku menikmati gerimis
yang datang.

Tiba-tiba aku melihat Rio dengan seorang bule. Saat aku ingin menyapanya, ternyata mereka sedang
bertengkar. Baru aku tahu jika cwek itu adalah pacarnya. “Ya pasti dia udah punya cewek, cakep kaya
gitu”

Sepetinya Rio sedang bertengkar hebat hingga cewek itu berkali-kali memperlihatkan sikap
memohonnya namun tidak ditanggapi saat itu. Hmmmm, Rio cakep banget saat ini. pakaian hitam dan
rambutnya yang basah membuat hmmmmmmm” TIba-tiba Rio meninggalkan cewek yang sedang
menangis itu. Aku yang kasian dengan cewek itu langsung aku hampiri…

“I am sorry make u worse but u r look bad. What’s happen and maybe I can help u” itulah yang
aku tanya dan dia hanya menjawab menggeleng. Aku terkejut saat dia hanya mengatakan baby baby.
“God, bangsat si Rio! Dia sudah menghamili cewek ini”.

Aku menangis dan menjerit. Kenangan-kenangannya kemarin saat aku melihat wajah muramnya dalam
senja membuat aku mengerti apa alasan dia muram seperti itu. Aku menangis dan mengejar mencari
Rio. Aku sangat mencintainya namun aku harus berusaha untuk membuat dia bertanggung jawab.

Hari ini sedikit beruntung karena hujan sudah berhenti hanya saja sekarang sudah pukul 12.00 dini hari.
Hingga akhrinya aku menemukan sepedanya. Sepeda roda dua yang aku anggap keren itu membuat aku
mendekatinya dan melihat Rio sedang tidur di tepi pantai. Berkali-kali ombak kecil menghempas dia.
Dalam temaram bintang dan desiran angin, aku menangis. Mungkin karena kesepian dan suaraku, dia
menoleh dan melihatku. Dia hanya diam dan tetap seperti itu.

“Terlalu hinakah gue didepan mata Lo! Gue udah nyari Lo dan sikap Lo seperti ini! bener gue gampangan
ternyata!” sayang aku hanya mengucapkannya dalam hati.

Aku langsung menemuinya dan berada di depannya. Rambut panjangku dan mantel hitamku berkibar-
kibar dan disaksikan temaran bulan yang sepertinya enggan muncul. Dia tetap menutup matanya.
Sungguh ciptaan-Mu yang luar biasa, sungguh tampan namun aku harus membuat dia bertanggung
jawab dan aku rela untuk melepaskan dia meskipun pahit. Aku menangis karena dia hanya diam saja.
Aku menangis dihadapannya yang sedang memejamkan mata itu.

“Apa yang udah Lo perbuat harus Lo tanggung” tidak ada jawaban disana

“Rio, gue emang mencintai Lo! Saat gue melihat Lo disuasana senja membuat gue bertekuk lutut ma Lo
tapi gue masih punya otak! Lo harus tanggung jawab ma bule itu! Lo bejat! Rio jawab! JAWAB!!!” aku
menangis karena dia hanya memejamkan mata.

Aku semakin menangis dan suara tangisanku semakin keras karena baru sadar jika aku sungguh tidak
ada harganya buat Rio. Otomatis aku terduduk lesu dihadapannya. Aku hanya menunduk dan menutup
wajahku dengan tanganku.

“Rio, gue ternyata sadar jika sebegitu tidak pentingkah gue dihadapan Lo! Tapi biarlah Rio, please Rio,
tanggung jawablah ma bule itu!” aku hanya mengatakan pelan sambil tetap menunduk dengan terus
menangis.

Di hadapanku hanya pasir yang dibawa ombak-ombak kecil. Rio langsung memelukku tiba-tiba. Entah
kapan Rio duduk dan memperhatikanku. Aku hanya menangis dan menangis karena sadar jika cintaku
adalah seperti ini. Rio membawa pelukannya dengan berbaring. Aku hanya bisa menangis dalam
pelukannya. Rio melapas pelukannya namun hanya membiarkan tubuhku berada diatasnya. Pantai yang
sepi dan desiran angin membuat aku tidak akan lupa akan perpisahan ini.

“Rio, kenapa Rio! Kenapa?” aku menangis di dadanya.

“Gue gak nglakuin itu Dre. Dia nglakuin sama sahabatnya! Emang bener gue pacarnya lebih tepatnya
hanya status namun dia mencintai orang lain dan dia melakukan dengan orang lain, itulah yang buat gue
mutusin dia. Jika lo g percaya, terserah.” Aku menangis didadanya hingga bajunya semakin basah. Aku
berdiri dan tidak mau melihatnya karena aku belum percaya.

Rio beranjak berdiri. Baju dan rambut kita berdua berantakan oleh pasir. Sungguh pemandangan yang
indah hari ini. Dia sekarang berada disampingku dan sama-sama melihat pantai.

“Lo percaya apa g ke gue?” Rio berkata dengan tidak melihatku. Aku hanya menggeleng.
Dengan tampang dingin, dia meninggalkanku, “Gue salah nilai Lo! Lo g cocok ma gue” dia langsung
meninggalkan gue.

Aku menjerit sekuat-kuatnya namun tidak ada sedikitpun suaraku yang keluar hanya air mata yang
semakin deras. Seketika aku tidak punya energy lagi. Pandangan yang semakin gelap membuat aku
roboh. Aku tidak peduli lagi jika ombak membawaku. Dalam mimpi aku kembali mengingat kengangan
awalku saat bertemu dengan Rio. Aku ingat sekali saat aku menyandarkan kepalaku di bahu Rio dan kita
tidak berciuman malah Rio memukul keras kepalaku. Yah Rio bukan cowok seperti itu dan aku percaya
Rio. Aku ingat Rio saat melamun di senja itu, dia bukan terlihat sedih namun seperti menyesal, yah
menyesal telah berpacaran dengan orang yang salah. Entah siapa yang mengatakannya namun seolah-
olah hatiku mengatakannya.

Sekitar jam 2 pagi aku bangun dan terkejut karena Rio berada disampingku. Dia sedang duduk dan
ternyata sedang tidur. Aku merasa hangat dan ternyata aku sednag memakai 2 mantel hitam dan Rio
hanya berpakaian kaos hitamnya. Rambutnya terlihat berantakan, namun membuat dia semakin
tampan. Aku sadar jika Rio akan melakukan aneh-aneh saat aku pingsan sepeti itu jika dia bukan cowok
baik.

Aku menangis bahagia karena aku percaya Rio. Aku memberanikan mencium rambutnya. Karena dia
sedang tidur, saat aku memejamkan mataku dan mendekatkan kepalaku ke rambut Rio, Rio terbangun
dan mengangkat wajahnya. Karena aku memejamkan mata untuk mencium rambutnya dan saat itu Rio
bangun dan melihatku, kita benar-benar tidak sengaja berciuman. Bibir kita bertemu. Aku terkejut dan
membuka mata dan Riopun juga begitu. Aku melepaskan ciuman tadi. Aku terkejut dan pucat pasi. Rio
juga tidak seperti biasanya, dia langsung mengambil mantelnya dan memakainya. Kita saling salah
tingkah.

Suasana dini hari dengan bintang-bintang bertaburan membuat kita semakin kalut saja apalagi kejadian
kiss tadi. Andrea dan Rio berbalik arah.

“Aduh, aku harus buat candaan ni! Ngapain aku mau kiss rambut dia! Aduh! Itu kan my first kiss” aku
langsung dengan cepat setengah berlari membuatku lagsung berbalik arah dan ternyata Rio dari tadi
sudah didekatku hanya Andrea tidak sadar. Jadi saat Andrea berbalik arah, mereka secara otomatis
berpelukan. Rio dengan hangat memeluk Andrea dan Andrea membalas pelukan tersebut. Sungguh
hangat. Aku bisa mencium rambutnya saat itu. Rio hanya mengecupku sangat sebentar saja.
“Rio, coba kau liat bintang itu bagus banget ya! Jarang-jarang bisa nglihat bintang-bintang dini hari” Rio
emang orangnya mudah berubah emosinya. Dengan segera dia serius pada bintang dan tersenyum. Aku
mencium pipinya dan aku membuat keteledoran lagi karena saat aku mencium pipinya, dia menoleh
padaku dan membuat kami berciuman lagi. Ciuman pelan dengan mata kita yang saling memandang
membuat aku meleleh dan seperti yang dilakukan pertama kali, saat kita berciuman mesra tiba-tiba Rio
menjitak kepalaku sedikit lembut dari yang pertama dengan kepalanya. Kita berkejar-kejaran di pantai
yang dingin tersebut. Dunia seperti milik kita berdua. “Yah, aku suka Rio yang ingin menjagaku dan dia
orang yang sangat baik.” Thank for u Rio. End………

PS: for Rio in Singapore

Anda mungkin juga menyukai