Anda di halaman 1dari 2

MENGAIS SAMPAH UNTUK KAKEK NENEK ASEP

(judul non fiksi mengharukan sekali, insyaAllah ana pingin bantu saat ane udah kerja.
Amin Ya Allah)
Asep merupakan anak miskin, perawakan pendek, kurus, mata sayu yang jika kita
melihat ingin menangis, kulit hitam namun semangat yang tinggi dan senyuman lugunya yang
terpancar dalam kurusnya tubuh Asep, wajahnya Ya Allah… Ya Allah, demi namaMu aku
mendoakan dia berada di SURGAMU Yang Teragung Ya Allah. Dia sekarang menempuh
sekolah dasar kelas V. perawakan yang kurus dan tulang yang hampir terlihat itu tidak
menyurutkan bocah kecil itu bersekolah. Kedua orang tua Asep sudah meninggal dan dia hidup
dengan kakek dan neneknya yang bekerja sebagai pengais sampai di sebuah kota besar Jakarta.
Kedua kakek neneknya sangat menyayangi Asep yang berwajah sangat lugu itu (gan, ane benar2
pingin ngadopsi tuh Asep).

Asep yang kecil itu setiap pagi selalu membantu kakek neneknya mengais sampah
dengan senyuman yang suci itu bersama kakeknya yang tersenyum melihat si Asep yang
gembira itu. Asep merupakan semangat hidup kedua orang renta yang lugu itu. Sungguh
pemandangan yang sangat menyentuh hati ane. Menangis yang tanpa guna merupakan kegiatan
ane waktu itu. Asep… setelah pagi dia bekerja, dia langung bersekolah dengan semangatnya
yang membawa dia selalu berprestasi insyaAllah Asep yang bermuka surga itu juara satu atau
dua. Siangnya setelah bersekolah, si Asep kecil itu (pingin nangis gan) dengan jalanan yang sepi,
Asep mengais ngais sampah dengan senyuman dan semangatnya yang lugu… bersama kakeknya
yang tidak tahu bertahan berapa lagi dan bagaimana senyuman Asep selanjutnya…

Setelah mengais sampah, Asep yang lugu itu tanpa capek belajar apa yang sudah didapat
dari sekolah hari itu dan mengerjakan tugas rumahnya. Tidak lupa kakek neneknya selalu
tersenyum melihat Asep. Entah berapa lama senyuman Asep bertahan… entah berapa lama Asep
bersekolah dimana tingkat atasnya lebih mahal… (kutu kupret buat pemerintah yang korup, buta
dengan nasib seperti Asep)… dan entah berapa lama lagi Asep masih memiliki keluarga yang
keduanya renta itu… asep…………. Aku merasa hina dihadapanMu Ya Allah…

Asep dengan senyuman dan sayunya dengan tubuh kecilnya itu yang masih berseragam
yang sepertinya warnanya pudar namun disetrika rapi oleh neneknya dan celana yang kebesaran
dan alat alat sekolah yang sepertinya sudah usang itu mengungkapkan IMPIANNYA dengan
tersenyum dan terpancar semangat keluguan dari mata lugunya itu:

”ASEP INGIN SEKOLAH DAN INGIN MENJADI ABRI”.

Sungguh mengharukan. Asep yang tidak kenal menyerah itu, Asep yang membantu
kedua kakek neneknya itu, Asep yang mensyukuri hidupnya itu, dan Asep yang mencintai kedua
kakek neneknya itu, Asep yang seorang pelajar namun telah menjadi pemulung cilik tanpa malu
kepada teman-temannya menjadi pelajaran bagi semua jika hidup kita terlalu hina jika keadaan
kita ini masih kurang. Asep, aku mendoakan KESUKSESANMU Asep… yang hanya aku
khawatirkan bagaimana saat dia remaja dimana jiwa pemberontak muncul? Apakah Asep akan
menjadi pribadi yang buruk atau baik ditengah KEJAMNYA dunia pemulung bagi anak-anak
dan remaja, UTAMANNYA “NGE-LEM”. Teman-temanku saudaraku, Marilah kita mendoakan
ASEP supaya menjadi ABRI dan selalu menyayangi kakek neneknya dan tentunya diberi umur
panjang bagi KAKEK NENEKNYA ASEP. Asep, aku gak bisa ngomong apa2 lagi karena aku
gak tahan melihat wajahmu yang penuh senyum, lugu, kurus, mengais sampah, sekolah, senyum
kakek nenek untuk Asep, seragam yang pudar namun tersetrika rapi oleh NENEK ASEP… aku
bener bener tidak kuasa menahan air mata melihat senyummu Asep…

Teman temanku, Asep sekarang tinggal di kramat jati, Jakarta Timur. Saat itu ane
lihat di MNTV jam 4 sore, 13 November. Jika kita ingin membantu Asep (mohon tulis
sarannya di chatbox), nanti ane Tanya alamat lengkapnya Asep… nanti kita bareng-
bareng ke rumah Asep… …SubhanAllah atau bisa kirim saran ke email ane:
nurona.muslim@ymail.com

Anda mungkin juga menyukai