Anda di halaman 1dari 17

SUMBER SEMANGAT DALAM PENDAMPINGAN

ORANG SAKIT

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

1. Lewi Yeben (032020057)

2. Rehulina Silalahi (032020063)

3. Patricia Simarmata (032020067)

4. Royinda Sinaga (032020071)

Program Studi S1 Keperawatan (Ners 2B)

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna
berkatdan rahmatnya, kami dapat menyusun serta menyajikan makalah tentang
“SUMBER SEMANGAT DALAM PENDAMPINGAN ORANG SAKIT”
sebagai salah satu tugas kuliah. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurakan makalah
ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah dan tugas selanjutnya.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud kami.

Medan, 17 Maret 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................
ii

Daftar Isi .............................................................................................................................


iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................


1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................


2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................


2

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Orang Sakit ............................................................................................


1

2.2 Hubungan dan Pemakluman ....................................................................................


4

2.3 Aspek – Aspek Pendampingan Patoral ....................................................................


5

2.4 Doa dan Kitab Suci Dalam Pendampingan Pastoral ...............................................


7

2.5 Pelayanan Sakramen Dalam Pendampingan Pastoral .............................................


8

2.6 Menghadapi Masalah Fisik dan Spiritual ...............................................................


10

2.7 Berdoa Bersama ......................................................................................................


10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................


12

3.2 Saran ......................................................................................................................


12

Daftar Pustaka .....................................................................................................................


13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Banyak hal di dalam kehidupan manusia, yang memunculkan kompleksitas
permasalahan hidup. Baik permasalahan dengan diri sendiri maupun dengan
lingkungannya. Tidak dapat dipungkiri setiap orang mempunyai permasalahan
yang berbeda-beda di dalam hidupnya. Setiap permasalahan memerlukan
solusi, baik melalui diri sendiri, maupun pendampingan dari orang lain.
Pendampingan dari orang lain dapat membantu menguraikan kompleksitas
permasalahan di dalam kehidupannya. Adapun manusia sendiri mempunyai
empat aspek yang mempengaruhi kehidupannya, yaitu fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Keempat aspek tersebut sangat berpengaruh dalam permasalahan
hidup manusia. Apabila dikaitkan dengan kehidupan bergereja, pendampingan
pastoral merupakan sebuah upaya dalam rangka menolong sesama manusia
yangmengalami berbagai permasalahan hidup.
Istilah pendampingan pastoral tidak asing lagi dalam kehidupan bergereja.
Tidak jarang banyak gereja yang mulai memasukkan pendampingan pastoral
sebagai program gereja. Akan tetapi, seringkali perhatian gereja hanya terfokus
dalam segi spiritualnya saja, dan mengesampingkan aspek lain dalam hidup
manusia. Apabila seseorang datang meminta saran atau solusi atas masalahnya,
pihak gereja cenderung hanya memberi solusi berdasarkan analisis aspek
kerohanian saja. Jika gereja tidak memperhatikan keempat aspek manusia
tersebut secara menyeluruh, maka pendampingan yang dilakukan tidak dapat
menyentuh kehidupan secara utuh. Jemaat yang sangat banyak memerlukan
perhatian ekstra dari pihak gereja. Kuantitas dan kompleksitas dari manusia
menuntut kerja keras dari pendeta jemaat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Orang Sakit dan Bagaimana Pendampingan bagi Orang


Sakit?
2. Bagaimana Hubungan dan Pemakluman?
3. Apa Saja Aspek-Aspek PendampinganPastoral?
4. Bagaimana Doa dan Kitab Suci dalam Pendampingan?
5. Bagaimana Pelayanan Sakramen dalam Pendampingan Pastoral?
6. Bagaimana Menghadapi Masalah Fisik dan Spiritual?
7. Bagaimana Berdoa Bersama?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Orang Sakit dan Pendampingan bagi


Orang Sakit
2. Untuk Mengetahui Hubungan dan Pemakluman
3. Untuk Mengetahui Aspek-Aspek PendampinganPastoral
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Doa dan Kitab Suci dalam Pendampingan
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Pelayanan Sakramen dalam
Pendampingan Pastoral
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Menghadapi Masalah Fisik dan Spiritual
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Berdoa Bersama

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Orang Sakit


Secara umum orang sakit sering kita artikan adalah orang yang
terganggu tubuh dan jiwanya sehingga orang tersebut tidak mampu
melaksanakan aktifitas atau kegiatan sehari-harinya. Tetapi ada beberapa
pendapat para ahli mengenai pengertian sakit yaitu B.Kieser4, orang sakit
adalah orang yang mengalami penderitaan atau orang yang menderita, dan
mereka yang menderita ini tampil dalam beraneka ragam atau karakteristik
wajah seperti tanpa harapan, putus asa, celaka, tidak percaya, sengsara,
hancur, remuk, hilang bentuk, sedih, sepi, aib dan malu. Selain itu juga orang
sakit ini ada yang membagi dalam tiga kelompok yaitu :
1) Orang yang sungguh-sungguh sakit, dan mereka sangat terganggu karena
penyakit dan beban yang mereka alami atau derita
2) Orang yang merasa dirinya sakit dan tidak yakin bahwa dirinya
sebenarnya tidak apa-apa atau terganggu. Biasanya hal ini terjadi sebagai
akibat faktor neuresi dan psikosentris
3) Orang yang jelas sakit tetapi dirinya tidak merasakan bahwa dianya
sakit.Orang seperti ini banyak kita jumpai pada orang yang mengalami
penyakit jiwa seperti psikosa dan gangguan kepribadian anti sosial.

 Pendampingan Pastoral Pada Orang Sakit


Adapun menurut Daniel Susanto alasan utama untuk mendampingi
orang sakit adalah meneladani dari Tuhan Yesus sendiri, alasan kedua adalah
bahwa setiap orang Kristen atau gereja terpanggil untuk melakukan caring
community atau kepedulian terhadap komunitas atau sesama. Biasanya
orang-orang yang sakit senang kalau dikunjungi karena merasa diperhatikan
dan dikasihi, dan mereka yang sedang sakit membutuhkan kawan yang dapat
mendengar, dan mendampingi di dalam pergumulannya.

Tujuan dari pelayanan pastoral terhadap orang sakit adalah memberi


pertolongan dan pendampingan, Daniel Susanto mengutip pendapat Roscam
Abbing yang menyatakan bahwa pada intinya ada tiga tujuan dalam
pelayanan pastoral terhadap orang sakit, yaitu:
 Pertama, agar orang sakit tersebut tetap tekun dalam imannya;
 Kedua, agar iman orang sakit tersebut dapat diperdalam; dan
 Ketiga, agar iman orang sakit tersebut dapat menghasilkan buah-
buah Roh walau situasinya dalam kesulitan dengan penyakit yang
diidapnya.

2.2 Hubungan dan Pemakluman

Pendampingan Pastoral dan Pemakluman

Maka yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “akulah terang
dunia; barang siapa mengikut aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12 lihat
juga Yoh 12:46;12:36;1:4;1:9, Mat 5:16). Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau roh kudus turun atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di yerusalem dan diseluruh yudea dan samaria dan sampai ke ujung bumi
(Kis 1:8 lihat juga Mrk 16:15).
Maka kata Pilatus kepadanya “jadi engkau adalah raja?” jawab yesus
“engkau mengatakan bahwa aku adalah raja. Untuk itulah aku lahir dan
untuk itulah aku dalam dunia ini, supaya aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku (Yoh 18:37).
Kata yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya. “simon, anak yohanes,
apakah engkau mengasihi aku?” jawab petrus kepada-Nya. “benar
tuhan , engkau tahu bahwa aku mengasihi engkau”. Kata yesus
kepadanya “gembalakanlah domba-dombaku” (yoh 21:16 lihat juga Mat
20:28,25:36,40).

Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasehati


kamu dengan perantaraan kami, dalam nam Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan allah (2Kor 6:20 lihat juga
Rm 15:16).
Karena jika aku memberitakan injil, aku tidak mempunyai alasan untuk
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika
aku tidak memberitakan injil (1 Kor 9:16).

2.3 Aspek-Aspek Pendampingan Pastoral

Aspek yang menopang kehidupan kita memang sangat luas. Dalam arti
tertentu aspek kehidupan kita tidak terbatas namun kita berusaha untuk
menggolongkannya ke dalam empat aspek utama (holistik), yakni fisik,
mental, spiritual dan sosial (Wiryasaputra 2019).

Empat aspek pendampingan sebagai berikut:


1. Aspek fisik

Aspek ini berkaitan dengan bagian yang tampak dari hidup


manusia. Aspek fisik mengarah kepada apa yang dapat disentuh, dilihat
dan diraba. Hal ini berkaitan pula dengan kebutuhan jasmani dari
manusia. Bila dirinci maka aspek ini meliputi: pangan, papan, sandang,
kebersihan tubuh, keutuhan tubuh, pelayanan medis, sistemik tubuh atau
metabolisme tubuh, gerak badan, rileks-istirahat, dan lingkungan alam
sekitar.

2. Aspek Mental

Aspek ini berkaitan dengan pikiran, emosi dan kepribadian


manusia. Hal ini juga menyangkut dengan cipta, rasa, karsa, motivasi, dan
integrasi diri manusia. Bagian ini meliputi pula pada hubungan seseorang
dengan bagian dalam dirinya (batin, jiwa). Adapun rincian dalam aspek ini
adalah kasih sayang baik memberi atau menerima, kedewasaan emosional,
integertas diri, kemampuan intelektual, kreativitas diri, ekspresi diri,
kebanggaan diri, rasa keindahan atau estetika, identitas seksualitas, dan
perasaan aman serta nyaman.

3. Aspek Spiritual

Bagian ini menyangkut tentang hubungan dengan jati diri manusia.


Manusia secara khusus dapat berhubungan dengan sang pencipta sejati.
Aspek ini mengacu kepada sesuatu yang berada jauh di luar jangkauannya.
Pada bagian ini memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia
lain (gaib). Bila dirinci, maka bagian ini meliputi, doa, kontemplasi, rasa
manunggal bersekutu dengan sang mahakuasa, pengharapan akan masa
depan, visi hidup, rasa bersyukur, identifikasi komunitas, relasi dengan
komunitas percaya, nilai – nilai mulia, dan kesalehan.

4. Aspek sosial

Aspek ini berkaitan dengan keberadaan manusia yang tidak


mungkin berdiri sendiri. Manusia harus dilihat dalam hubungannya
dengan pihak luar secara horizontal, yakni dunia sekelilingnya. Manusia
dalam kaitannya dengan aspek sosial tidak dapat terlepas dari relasi dan
interaksi. Aspek sosial meliputi: kondisi ekonomi yang memungkinkan
seseorang hidup layak, kemampuan keuangan dan pekerjaan, kualitas
pendidikan untuk menopang kehidupan, kondisi perpolitikkan
yangmemungkinkan seorang bertumbuh guna mengekspresikan diri,
identifikasi kultural, kondisi adat istiadat, hubungan dengan anggota
keluarga, hubungan dengan teman, hubungan dengan lingkungan sosial,
serta keterlibatan dalam aktivitas lingkungan.
2.4 Doa dan Kitab Suci Dalam Pendampingan
Menurut Morgan, doa dalam konteks pendampingan dan konseling
pastoral harus dipahami atau diartikan sebagai sebuah respon yang
bertangungjawab atas kehadiran Allah dalam doa, bukan sebuah reaksi
sebagaimana umumnya dipahami. Respon yang dimaksud itu adalah respon
secara keseluruhan yang meliputi pemikiran, keinginan, dan afeksi dari
manusia di hadapan Allah. Sebagai sebuah respon, maka diharapkan doa dapat
menjadi respon yang tepat atas keseluruhan tindakan Allah yang nyata atas
diri mereka yang berdoa. Karena itu Morgan mengatakan “Doa yang
alkitabiah pertama dan terutama adalah respon terhadap Allah yang telah
bertindak dan sedang bertindak, dan kita melihat bahwa orang menikmati doa
ketika mereka meluangkan waktu untuk melihat dan mendengarkan hal-hal
yang Allah telah lakukan.

Jordan menegaskan bahwa doa yang dilakukan secara bertanggungjawab


dan yang diarahkan pada Allah yang sejati, bukan kepada gambaran yang
keliru tentang Allah, menjadi penting karena manusia sendiri adalah mahluk
yang pusat personalitasnya terletak pada persekutuan dengan Allah.
Terkait apa yang dikatakan Jordan itu, perlu juga dicatat bahwa ada prinsip-
prinsip teologis yang perlu diperhatikan dalam doa, sehingga doa dalam
konteks pendampingan dan konseling pastoral, menjadi sebuah model
komunikasi yang bertanggungjawab, yang menolong mereka yang berdoa agar
makin matang dalam menyikapi hidup dan berbagai tantangan yang dihadapi.
Menuru Jordan ada 4 alasan yang memperlihatkan pentingnya seorang
konselor berdoa dan bermeditasi. Alasan yang dimaksud itu antara lain:
 Agar konselor waspada terhadap model komunikasi merusak
dengangambarangambaran mereka yang keliru tentang Allah, yang
mungkin juga menghambat pertumbuhan atau membatasi konselor
untuk memfasilitasi perkembangan yang sehat dari klien,

 Agar konselor yang terlibat dalam supervisi, terapi personal, dan


pengalaman pertumbuhan lainnya mengenali kemungkinan implikasi
countertransference yang mungkin saja berakhir pada kemungkinan
kolusi, jalan buntu, dan penolakan,
 Agar konselor menyadari pola kompulsi pengulangan dalam dirinya
dan dalam diri klien yang melibatkan fiksasi idolartus dan adiksi
sehingga berujung pada doa dari hati yang maladaptif, dan
 Agar konselor bisa mengalami afirmasi, validasi, dan dukungan dari
dalam dirinya dan juga menemukan dalam diri kliennya sebuah model
meditasi dan doa yang kreatif, yang berpusat pada hakikat Allah yang
mengasihi.

2.5 Pelayanan Sakramen dalam Pendampingan Pastoral


Gereja memberikan perhatian istimewa bagi orang yang sakit dan
akan meninggal. Ada sakramen- sakramen yang dalam keadaan sehat tidak
boleh diterima (terhalang) oleh karena status keadaan berdosanya tetapi
dalam keadaan gawat darurat kematian sakramen itu diperkenankan,
misalnya: babtis, perkawinan, ekaristi, pengampunan dsb.
Kepada mereka yang tidak terkena halangan menerima sakramen, Gereja
memberikan perhatian khusus. Pelayanan khusus itu ialah: Babtis darurat,
Komuni bekal suci (viaticum), Sakramen Pengampunan Dosa dan Saramen
pengurapan Orang Sakit. Beberapa Sakramen yang dapat diberikan dalam
Pendampingan Pastoral.
1) Sakramen Babtis.
Dalam keadaan darurat kematian yang sudah gawat
maka semua orang (bukan hanya yang Katolik tetapi yang tidak
Katolik pun juga) boleh membatis asal maksud perbuatannya sama
seperti yang dimaksudkan oleh Gereja dengan (Kan.861 § 2). Dalam
keadaan darurat yang boleh dibabtis adalah bayi dari pasangan
Katolik, atau orang yang pernah menyatakan diri ingi menjadi
Katolik baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Sakramen Rekonsiliasi.
Kalau pasien masih sadar dan bisa berbicara, sebaiknya mereka
ditawari atau dianjurkan menerima sakramen pengampunan dosa.
Dalam konteks rumah sakit, tetap harus dijaga kerahasiaannya, maka
perlu tempat yang cukup menjaga kerahasiaan dari pendengaran dan
penglihatan orang lain. Rahasia pengampunan dosa tetap harus
dijaga secara absolut, juga sesudah kematian orang yang
bersangkutan. Dalam keadaan darurat, maka boleh dilakukan secara
singkat apa yang menjadi syarat keabsyahan dari Sakramen
Pengampunan dosa. Penitensinya sebaiknya sedemikian rupa
sehingga tidak menjadi beban yang tak terpikul oleh peniten yang
sudah dalam keadaan darurat.

3) Sakramen Ekaristi.
Kalau keadaan memungkinkan, maka bisa dirayakan misa
sebagaimana biasa. Akan tetapi dalam keadaan gawat darurat, maka
diberikan Viaticum: sakramen Ekaristi (Tubuh Kristus, hosti yang
sudah dikonsakrir) dapat diberikan kepada pasien. Tidak selalu perlu
utuh bulat hostinya tetapi bisa secuil kecil. Kalau pasien tidak bisa
menelan maka boleh dimasukkan ke dalam air sedikit dan
diminumkan kepada pasien. Kadang-kadang pasien juga tidak boleh
minum air, oleh karena itu pelaksanaan Viaticum harus melihat
keadaan konkrit pasien.

4) Sakramen Pengurapan Orang Sakit.


Kita akan membahas secara lebih panjang lebar mengenai sakramen
ini sebab sakramen ini menjadi salah satu sakramen yang paling
sering diberikan dan sangat erat hubungannya dengan health pastoral
care.

Pelayanan Sakramen
a) Membagikan komuni : rasa hormat kami sebagai pelayan Ekaristi dan
pembinaan umat beriman
b) Berdoa sebelum menerima komuni
c) Berdoa sesudah menerima komuni
d) Pengurapan orang sakit : sakramen dan sakramental.
e) Sakramen rekonsiliasi dan pengakuan dosa yang non sakramental

2.6 Mengahadapi Masalah Fisik dan Spiritual

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi masalah fisik dan
spiritual

1. Memanfaatkan sumber daya Doa

2. Sadari bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna

3. Sadari adanya pengharapan

4. Hinadari Perangkap rasa bersalah


2.7 Berdoa Bersama
Pemanfaatkan doa sebagai sarana pelayanan pastoral adalah
kemampuan seorang pendamping pastoral untuk berdoa bersama mereka
yang dilayani secara pastoral. Adapun yang dimaksudkan dengan doa
bersama orang yang dilayani adalah sebuah proses Doa di mana mereka
yang melakukan pendampingan dan konseling pastoral tidak bertindak
mengambil alih posisi sebagai Allah untuk menjawab kebutuhan dan
persoalan mereka yang dilayani melalui doa yang dilakukan. Justru seorang
pendamping pastoral perlu berdoa bersama dengan orang yang dilayani, dan
sungguh- sungguh menempatkan Allah sebagai yang sungguh berotoritas
dalam menjawab doa tersebut. Karena itu, dalam konteks doa permohonan
bagi orang sakit Morgan mendefinisikan posisinya itu dengan mengatakan
“saya bukan 'penyembuh' yang menanggung penuh tanggungjawab yang
muluk-muluk. Saya seorang kolaborator dalam proses pemulihan, bekerja
bersama klien saya dan bersama Allah”

Bentuk – bentuk doa bersama :


 Kebiasaan Berdoa Kita Sendiri
 Doa Pujian
 Doa Berterimakasih
 Doa Penerimaan dan Berterimaksih Atas KehendakAllah
 Doa Kepercayaan dan Harapan
 Doa Mempersembahkan Penderitaan Kita
 Doa Untuk Rasa Sedih,Cemas, Takut dan TanpaSemangat
 Doa Pengampunan
 Doa Syafa’at Untuk Pasien dan Orang Lain
 Perhatian Dalam Doa Untuk TahunLiturgis
 Ekumene dalam Rumah Sakit: Mendorong Kesatuan TubuhKristus
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum orang sakit sering kita artikan adalah orang yang terganggu tubuh
dan jiwanya sehingga orang tersebut tidak mampu melaksanakan aktifitas atau
kegiatan sehari-harinya. Biasanya orang-orang yang sakit senang kalau
dikunjungi karena merasa diperhatikan dan dikasihi, dan mereka yang sedang
sakit membutuhkan kawan yang dapat mendengar, dan mendampingi di dalam
pergumulannya. Tujuan dari pelayanan pastoral terhadap orang sakit adalah
memberi pertolongan dan pendampingan.

Aspek yang menopang kehidupan kita memang sangat luas. Dalam arti tertentu
aspek kehidupan kita tidak terbatas namun kita berusaha untuk
menggolongkannya ke dalam empat aspek utama (holistik), yakni fisik, mental,
spiritual dan sosial (Wiryasaputra 2019). Doa dalam konteks pendampingan dan
konseling pastoral harus dipahami atau diartikan sebagai sebuah respon yang
bertangungjawab atas kehadiran Allah dalam doa, bukan sebuah reaksi
sebagaimana umumnya dipahami. Respon yang dimaksud itu adalah respon
secara keseluruhan yang meliputi pemikiran, keinginan, dan afeksi dari manusia
di hadapan Allah.

3.2 Saran
Saran penulis terkait makalah ini yaitu alangkah baiknya sebagai
mahasiswa Keperawatan, kita harus mengetahui sumber semangat dalam
pendampingan orang sakit dan bagaimana pelayanan sakramen dan
pendampingan pastoral agar dapat ikut serta memberikan pendampingan bagi
pasien kita nantinya.

DAFTAR ISI

Nugroho,Jati Fibry.2017.Pendampingan Pastoral Holistik:Sebuah Usulan


Konseptual Pembinaan Warga Gereja.Volume 1,Nomor 2.Semarang

C.B.Kusmaryanto.2016.Health Pastoral Care.Volume 05,Nomor 01.Jurnal


Teologi

J.T.Besly,Messakh.2019.Dimensi Pastoral Dalam Doa:Menemukenali Praktik


Doa Yang Bertanggung Jawab Dalam Pelayanan Pendampingan Dan Konseling
Pastoral.Volume 3,Nomor 2.Jakarta

Sihombing,Roma.2019.Pastoral Konseling Bagi Orang Sakit.Tarutung

Damaris,Endang Koli,dll.2021.Pendampingan Pastoral Bagi Keluarga Duka


Pasien Covid-19.Kupang

Anda mungkin juga menyukai