ORANG SAKIT
DISUSUN OLEH
Kelompok 1
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna
berkatdan rahmatnya, kami dapat menyusun serta menyajikan makalah tentang
“SUMBER SEMANGAT DALAM PENDAMPINGAN ORANG SAKIT”
sebagai salah satu tugas kuliah. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurakan makalah
ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah dan tugas selanjutnya.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud kami.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Banyak hal di dalam kehidupan manusia, yang memunculkan kompleksitas
permasalahan hidup. Baik permasalahan dengan diri sendiri maupun dengan
lingkungannya. Tidak dapat dipungkiri setiap orang mempunyai permasalahan
yang berbeda-beda di dalam hidupnya. Setiap permasalahan memerlukan
solusi, baik melalui diri sendiri, maupun pendampingan dari orang lain.
Pendampingan dari orang lain dapat membantu menguraikan kompleksitas
permasalahan di dalam kehidupannya. Adapun manusia sendiri mempunyai
empat aspek yang mempengaruhi kehidupannya, yaitu fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Keempat aspek tersebut sangat berpengaruh dalam permasalahan
hidup manusia. Apabila dikaitkan dengan kehidupan bergereja, pendampingan
pastoral merupakan sebuah upaya dalam rangka menolong sesama manusia
yangmengalami berbagai permasalahan hidup.
Istilah pendampingan pastoral tidak asing lagi dalam kehidupan bergereja.
Tidak jarang banyak gereja yang mulai memasukkan pendampingan pastoral
sebagai program gereja. Akan tetapi, seringkali perhatian gereja hanya terfokus
dalam segi spiritualnya saja, dan mengesampingkan aspek lain dalam hidup
manusia. Apabila seseorang datang meminta saran atau solusi atas masalahnya,
pihak gereja cenderung hanya memberi solusi berdasarkan analisis aspek
kerohanian saja. Jika gereja tidak memperhatikan keempat aspek manusia
tersebut secara menyeluruh, maka pendampingan yang dilakukan tidak dapat
menyentuh kehidupan secara utuh. Jemaat yang sangat banyak memerlukan
perhatian ekstra dari pihak gereja. Kuantitas dan kompleksitas dari manusia
menuntut kerja keras dari pendeta jemaat.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Maka yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “akulah terang
dunia; barang siapa mengikut aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12 lihat
juga Yoh 12:46;12:36;1:4;1:9, Mat 5:16). Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau roh kudus turun atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di yerusalem dan diseluruh yudea dan samaria dan sampai ke ujung bumi
(Kis 1:8 lihat juga Mrk 16:15).
Maka kata Pilatus kepadanya “jadi engkau adalah raja?” jawab yesus
“engkau mengatakan bahwa aku adalah raja. Untuk itulah aku lahir dan
untuk itulah aku dalam dunia ini, supaya aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku (Yoh 18:37).
Kata yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya. “simon, anak yohanes,
apakah engkau mengasihi aku?” jawab petrus kepada-Nya. “benar
tuhan , engkau tahu bahwa aku mengasihi engkau”. Kata yesus
kepadanya “gembalakanlah domba-dombaku” (yoh 21:16 lihat juga Mat
20:28,25:36,40).
Aspek yang menopang kehidupan kita memang sangat luas. Dalam arti
tertentu aspek kehidupan kita tidak terbatas namun kita berusaha untuk
menggolongkannya ke dalam empat aspek utama (holistik), yakni fisik,
mental, spiritual dan sosial (Wiryasaputra 2019).
2. Aspek Mental
3. Aspek Spiritual
4. Aspek sosial
2) Sakramen Rekonsiliasi.
Kalau pasien masih sadar dan bisa berbicara, sebaiknya mereka
ditawari atau dianjurkan menerima sakramen pengampunan dosa.
Dalam konteks rumah sakit, tetap harus dijaga kerahasiaannya, maka
perlu tempat yang cukup menjaga kerahasiaan dari pendengaran dan
penglihatan orang lain. Rahasia pengampunan dosa tetap harus
dijaga secara absolut, juga sesudah kematian orang yang
bersangkutan. Dalam keadaan darurat, maka boleh dilakukan secara
singkat apa yang menjadi syarat keabsyahan dari Sakramen
Pengampunan dosa. Penitensinya sebaiknya sedemikian rupa
sehingga tidak menjadi beban yang tak terpikul oleh peniten yang
sudah dalam keadaan darurat.
3) Sakramen Ekaristi.
Kalau keadaan memungkinkan, maka bisa dirayakan misa
sebagaimana biasa. Akan tetapi dalam keadaan gawat darurat, maka
diberikan Viaticum: sakramen Ekaristi (Tubuh Kristus, hosti yang
sudah dikonsakrir) dapat diberikan kepada pasien. Tidak selalu perlu
utuh bulat hostinya tetapi bisa secuil kecil. Kalau pasien tidak bisa
menelan maka boleh dimasukkan ke dalam air sedikit dan
diminumkan kepada pasien. Kadang-kadang pasien juga tidak boleh
minum air, oleh karena itu pelaksanaan Viaticum harus melihat
keadaan konkrit pasien.
Pelayanan Sakramen
a) Membagikan komuni : rasa hormat kami sebagai pelayan Ekaristi dan
pembinaan umat beriman
b) Berdoa sebelum menerima komuni
c) Berdoa sesudah menerima komuni
d) Pengurapan orang sakit : sakramen dan sakramental.
e) Sakramen rekonsiliasi dan pengakuan dosa yang non sakramental
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi masalah fisik dan
spiritual
3.1 Kesimpulan
Secara umum orang sakit sering kita artikan adalah orang yang terganggu tubuh
dan jiwanya sehingga orang tersebut tidak mampu melaksanakan aktifitas atau
kegiatan sehari-harinya. Biasanya orang-orang yang sakit senang kalau
dikunjungi karena merasa diperhatikan dan dikasihi, dan mereka yang sedang
sakit membutuhkan kawan yang dapat mendengar, dan mendampingi di dalam
pergumulannya. Tujuan dari pelayanan pastoral terhadap orang sakit adalah
memberi pertolongan dan pendampingan.
Aspek yang menopang kehidupan kita memang sangat luas. Dalam arti tertentu
aspek kehidupan kita tidak terbatas namun kita berusaha untuk
menggolongkannya ke dalam empat aspek utama (holistik), yakni fisik, mental,
spiritual dan sosial (Wiryasaputra 2019). Doa dalam konteks pendampingan dan
konseling pastoral harus dipahami atau diartikan sebagai sebuah respon yang
bertangungjawab atas kehadiran Allah dalam doa, bukan sebuah reaksi
sebagaimana umumnya dipahami. Respon yang dimaksud itu adalah respon
secara keseluruhan yang meliputi pemikiran, keinginan, dan afeksi dari manusia
di hadapan Allah.
3.2 Saran
Saran penulis terkait makalah ini yaitu alangkah baiknya sebagai
mahasiswa Keperawatan, kita harus mengetahui sumber semangat dalam
pendampingan orang sakit dan bagaimana pelayanan sakramen dan
pendampingan pastoral agar dapat ikut serta memberikan pendampingan bagi
pasien kita nantinya.
DAFTAR ISI