Anda di halaman 1dari 38

Tema Pelayanan Bulan Januari 2020

Berkarya dalam Bimbingan


Roh Allah

DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN


BULAN JANUARI 2020

Rabu, 1 Januari 2020 .................................................................................. 2


Tahun Baru (Putih)
“Melangkah dengan Penuh Harapan”

Minggu, 5 Januari 2020 ............................................................................. 3


Minggu Epifani (Putih)
“Aku Anak Allah”

Minggu, 12 Januari 2020 .......................................................................... 4


Minggu Biasa I/Baptisan Yesus (Putih)
Hidupku Dibimbing Roh

Minggu, 19 Januari 2020 ....................................................................... 15


Minggu Biasa I I (Hijau)
Berita yang Menarik Hati

Minggu, 26 Januari 2020 ....................................................................... 25


Minggu Biasa III (Hijau)
Kamu Penjala Manusia

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 1


Rabu, 1 Januari 2020
Tahun Baru (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


“Melangkah dengan Penuh Harapan”

TUJUAN
Di tahun yang baru, umat diajak untuk melangkah dengan penuh
harapan bahwa Tuhan akan memelihara.

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Pengkotbah 3:1-13
Tanggapan : Mazmur 8
Bacaan II : Wahyu 21:1-6a
Bacaan III : Matius 25:31-46

KETERANGAN
Bahan khotbah lengkap ada di dalam buku Masa Adven dan Natal
(MAN) 2019 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Sinode
Wilayah Jawa Tengah.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 5 Januari 2020
Minggu Epifani (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


“Aku Anak Allah”

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Yeremia 31:7-14
Tanggapan : Mazmur 147:12-20
Bacaan II : Efesus 1:3-14
Bacaan III : Yohanes 1:1-8

KETERANGAN
Bahan khotbah lengkap ada di dalam buku Masa Adven dan Natal
(MAN) 2019 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Sinode
Wilayah Jawa Tengah.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 3


Minggu, 12 Januari 2020
Minggu Biasa I/Baptisan Yesus (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


Hidupku Dibimbing Roh

TUJUAN
1. Umat meyakini bahwa Roh Allah dinyatakan kepada umatNya.
2. Umat memiliki semangat untuk menghampiri penyertaan Roh Allah
3. Umat mampu mewujudkan kehidupan yang adil dan damai sejahtera
dalam bimbingan Roh Allah.

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Yesaya 42:1-9
Tanggapan : Mazmur 29
Bacaan II : Kisah Para Rasul 10:34-43
Bacaan III : Matius 3:13-17

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Roma 8:26
Petunjuk Hidup Baru : 2 Korintus 3:3
Persembahan : 1 Tawarikh 29:13-14

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 64:1,2
Nyanyian Penyesalan : KJ 84:1,2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 367:1,4
Nyanyian Persembahan : KJ 302:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 246:1,2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 19:1,2
Kidung Panelangsa : KPJ 48:1,2
Kidung Kesanggeman : KPJ 78:1,2
Kidung Pisungsung : KPJ 157:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 429:1,2

Pdt. Andreas Tri Febriantoro (GKJ Klampok, Banjarnegara)

4 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Dalam menanggapi kehidupan bersama yang penuh dengan
kepelbagaian, umat sering berhadapan dengan konflik yang muncul
akibat perbedaan-perbedaan yang ada. Oleh sebab itu tentu
dibutuhkan sikap yang tepat agar umat mampu menjaga nyala
api pengharapan sebagai garam dan terang dunia. Minggu ini
umat menghayati peristiwa baptisan Yesus. Peristiwa baptisan
Yesus mendeklarasikan penyertaan Roh Allah atas setiap umat.
Di sisi lain, peristiwa tersebut hendak mewariskan keteladanan
Yesus yang bersedia menghampiri penyertaan Allah. Keteladanan
Yesus inilah yang penting untuk diwarisi oleh umat saat berhadapan
dengan perbedaan-perbedaan yang ada di tengah masyarakat.
Umat didorong untuk mampu menghampiri penyertaan Allah
agar hidupnya senantiasa diterangi oleh cinta Allah.

KETERANGAN BACAAN
Yesaya 42:1-9
Arti kata Yesaya yaitu “Allah adalah keselamatan.” Dia berkarya
sebelum Yehuda dibuang ke Babel. Yehuda di mata Yesaya telah
berdosa terhadap Allah, sehingga Allah mengutus Yesaya untuk
menyampaikan peringatan-peringatan kepada umat-Nya itu.
Ibadah-ibadah mereka adalah ibadah yang buruk sehingga Allah
jijik dan menolak semua ibadah peringatan hari raya dan
persembahan umat-Nya. Yesaya 42:1-9 berisi tentang janji Allah
akan Hamba Tuhan yang datang ke dalam dunia, dengan rela menjadi
manusia dan menderita demi pembebasan umut manusia.

Dalam Yesaya 42:1-9 'hamba' yang berkenan di hadapan Allah


akan menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa, menegakkan
hukum di bumi, dia telah dipersiapkan Allah menjadi perjanjian
bagi umat-Nya, dia juga menjadi terang bagi bangsa-bangsa, dia
berperan membuka mata yang buta dan mengeluarkan tawanan

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 5


serta orang-orang terpenjara. Catatan yang tegas tentang Sang
Hamba Tuhan yang ditunjukkan secara tegas oleh bacaan ini adalah:
1. Hamba Tuhan itu dipilih dan dikaruniai Roh oleh Tuhan
untuk menyatakan hukum atau keadilan.
2. Hamba Tuhan itu menjalankan tugas dengan sopan dan
santun. Dalam menghadapi suatu masalah, ia tidak
berteriak-teriak apalagi dikatakan memperdengarkan suara
di jalan.
3. Hamba Tuhan itu memperhatikan umat yang jauh dari
Tuhan. “Buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar
nyalanya” adalah gambaran umat yang kehilangan harapan,
gagal dalam hidup dan tanpa masa depan. Tetapi buluh itu
belum putus dan pelita itu belum padam, artinya ada
harapan. Harapan itu yang dibawa Hamba Tuhan dan
menjadi perhatian sang Hamba Tuhan.

Mazmur 29
Mazmur Daud pada bagian ini hendak menunjukkan pergeseran
dari refleksi iman ke sebuah mazmur deklarasi publik. Refleksi
Daud yang banyak bersumber dari kejadian masa lampau mampu
menggetarkan imannya dan menghidupkan pengharapan akan
penyertaan Tuhan di masa yang akan datang, dan inilah yang
hendak dikisahkan agar menjadi berkat bagi sesama. Dalam
bagian ini terpampang jelas tentang kebesaran Cinta Tuhan yang
senantiasa menyertai umatnya dalam keadaan terhimpit,
terlebih bagi mereka yang setia. Oleh sebab itu umat diajak
untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan yang begitu
mengasihi manusia.

Kisah Para Rasul 10:34-43


Roh Kudus berkarya melalui perbedaan. Itu sebabnya Petrus
berkata “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak

6 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang
takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan
kepadaNya (ayat 34-35). Penglihatan itu (10:11-12), telah
memberi pencerahan bagi Petrus untuk menghayati bahwa
keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi saja. Kematian dan
kebangkitan-Nya (baca: Salib) mengingatkan kita bahwa kita
adalah orang-orang berdosa yang hanya pantas untuk
dibinasakan oleh Allah. Semua kita, tidak ada yang terkecuali. Di
hadapan manusia, mungkin kita kelihatan lebih baik, lebih hebat.
Tetapi di hadapan Allah? kita sama semua. Kita sama
berharganya dihadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi tanpa
membedakan. KebangkitanNya menjadikan kita semua
bersaudara.

Matius 3:13-17
Matius memberikan beberapa petunjuk dalam teks yang
membuktikan ketaatan Yesus. Pertama, Yesus datang dari jauh
hanya untuk dibaptis (ayat 13). Di antara semua penulis kitab
injil, hanya Matius yang menyatakan secara eksplisit bahwa
Yesus datang dari propinsi Galilea (lebih tepatnya kota Nazaret,
Mar 1:9) ke Sungai Yordan untuk dibaptis. Karena Sungai Yordan
adalah sungai terpanjang di Palestina, maka kita kesulitan
menentukan posisi persis dari baptisan Yesus. Bagaimanapun,
kita memiliki petunjuk yang cukup untuk meyakini bahwa
baptisan Yesus terjadi di propinsi Yudea. Dari mana kita tahu?
Dari catatan Alkitab bahwa Yohanes Pembaptis melayani di
padang gurun Yudea (Mat 3:1). Di samping itu, kepergian Yesus
ke propinsi Galilea setelah Yohanes ditangkap (Mat 4:12)
menyiratkan bahwa peangkapan itu terjadi di propinsi Yudea.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Yesus harus menempuh
perjalanan antar propinsi untuk dibaptis. Dia tidak melakukan
pelayanan apapun selama di Yudea: setelah dibaptis Dia dibawa

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 7


Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis (Mat 4:1-11) dan
setelah itu Dia langsung kembali ke Galilea (Mat4:12-17).

Catatan di atas menegaskan bahwa Yesus menghampiri


karya Roh Allah (Baptisan). Peristiwa baptisan Yesus bukanlah
sebuah peristiwa penahbisanNya sebagai Sang Mesias. Dalam
arti lain, Yesus yang belum dibaptis pun sudah menyandang
peran Mesianiknya sehingga tidak perlu repot-repot
menyerahkan diri, apalagi berjalan berkilo-kilo meter untuk
memperoleh baptisan. Kisah ini hendak memberi teladan bagi
kita bagaimana sikap iman yang semestinya tampak dalam diri
setiap orang percaya, yaitu sikap aktif mencari, mengupayakan,
menyelaraskan pemahaman di atas kehendak Tuhan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Karya Roh Allah yang merengkuh perbedaan (Kis 10:34-43)
mengajak umat untuk tidak hanya menghargai setiap perbedaan,
tetapi juga mewarnai perbedaan itu dengan “tinta-tinta” keadilan
dan damai sejahtera di dalamnya. Sungguh, sebuah panggilan
yang tidak mudah, karena manusia cenderung untuk berpikir
cukup berada di zona nyaman, yang penting diterima di
masyarakat, tidak membuat keonaran, melakukan hal-hal yang
lumrah di tengah masyarakat, tanpa berpikir bagaimana caranya
agar mampu mengambil peran (kesaksian/pelayanan) di tengah
masyarakat dengan berbagai konsekuensi yang harus dialami.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan penyertaan Roh Allah agar
umat mampu berkarya di dalam iklim perbedaan tersebut,
diperlukan upaya untuk menghampiri Roh Allah (Matius 3:13-
17). Dengan demikian umat mampu mewujudkan kehidupan
yang adil, damai, dan menjadi berkat bagi sesama di tengah iklim
perbedaan (Yesaya 42:1-9)

8 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

HIDUPKU DIPIMPIN ROH

Umat yang dikasihi Tuhan,


Bersaksi dan melayani adalah sebuah kemestian bagi umat
Allah. Artinya kedua hal tersebut tidak lagi bisa ditawar dan
harus tampak dalam keseharian hidup umat. Namun
kenyataannya kesaksian dan pelayanan terkadang sulit dihidupi
manakala kita diperhadapkan pada iklim perbedaan. Entah itu
perbedaan agama, suku, budaya, pandangan politik, dsb.
Meskipun di sisi lain iklim perbedaan justru dapat membuka
peluang bagi umat untuk mengembangkan kreativitas dalam
misi kesaksiannya. Maka, ada dua sikap yang bisa dihadirkan
dalam menghadapi iklim perbedaan. Yang pertama adalah sikap
diam dan mencari aman, sedangkan yang kedua adalah sikap
progressif, memberi dampak, mewarnai dengan “tinta-tinta”
keadilan, damai sejahtera, di tengah iklim perbedaan.
Perenungan kita akan firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk
tidak sekadar diam dan pasif atau mencari aman. Melalui firman
Tuhan, kita diajak untuk bersikap aktif, optimis dan bergairah
dalam berkarya di tengah berbagai perbedaan.

Hari ini kita menghayati tema “Hidupku Dipimpin Roh”.


Salah satu kesaksian mengenai karya Roh kita baca dalam
bacaan kedua, yaitu Kis 10:34-43. Di sana dinyatakan bahwa Roh
Kudus berkarya melalui perbedaan. Itu sebabnya Petrus berkata
“Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak
membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang
takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan
kepadaNya (ayat 34-35). Ungkapan bahwa Allah tidak
membedakan orang secara tidak langsung ingin menununjukkan

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 9


bahwa sebenarnya yang membeda-bedakan orang adalah manusia
itu sendiri. Namun di hadapan Allah, semua manusia sama. Di
hadapan manusia, mungkin kita kelihatan lebih baik, lebih hebat.
Namun bagaimana di hadapan Allah? Kita sama semua. Kita
sama berharganya di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi
tanpa membedakan.

Bahkan dalam bacaan tersebut diungkap bahwa Petrus


mengalami penglihatan (10:11-12), yang telah memberi pencerahan
bagi Petrus untuk menghayati bahwa keselamatan bukan hanya
milik orang Yahudi saja. Kebangkitan Kristuslah yang menjadikan
kita semua bersaudara. Kita semua pastilah berasal dari latar
belakang yang berbeda; sifat dan karakter yang berbeda,
pendidikan yang berbeda, hobby yang berbeda, warna kulit yang
berbeda, sosial ekonomi yang berbeda, suku/adat budaya yang
berbeda. Namun ada satu yang sama, kita sama-sama memiliki
hak untuk menerima keadilan, dan kita sama-sama berhak
merasakan karya Kristus yang penuh dengan kedamaian.

Jika karya Roh sedemikian luar biasa dalam melampaui


perbedaan, maka yang harus kita lakukan adalah aktif menghampiri
Roh Allah itu. Dalam hal ini, kita dapat meneladani sikap Yesus,
di mana Yesus datang menghampiri Roh Allah, khususnya dalam
peristiwa pembaptisan-Nya. Pertama, Yesus datang dari jauh
hanya untuk dibaptis (ayat 13). Di antara semua penulis kitab
injil, hanya Matius yang menyatakan secara eksplisit bahwa Yesus
datang dari propinsi Galilea (lebih tepatnya kota Nazaret, Mar 1:9)
ke Sungai Yordan untuk dibaptis olehnya. Karena Sungai Yordan
adalah sungai terpanjang di Palestina, maka kita kesulitan
menentukan posisi persis dari baptisan Yesus. Bagaimanapun,
kita memiliki petunjuk yang cukup untuk meyakini bahwa
baptisan Yesus terjadi di propinsi Yudea. Dari mana kita tahu?

10 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Dari catatan Alkitab bahwa Yohanes Pembaptis melayani di
padang gurun Yudea (Mat 3:1). Di samping itu, kepergian Yesus
ke propinsi Galilea setelah Yohanes ditangkap (Mat 4:12)
menyiratkan bahwa peangkapan itu terjadi di propinsi Yudea.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa Yesus harus menempuh


perjalanan antar propinsi untuk dibaptis, sebuah perjalanan
yang membutuhkan upaya, niat, dan kesungguhan. Peristiwa
baptisan Yesus bukanlah sebuah peristiwa penahbisanNya
sebagai Sang Mesias. Dalam arti lain, Yesus yang belum dibaptis
pun sudah menyandang peran Mesianiknya sehingga tidak perlu
repot-repot menyerahkan diri, apalagi berjalan berkilo-kilo
meter untuk memperoleh baptisan. Kisah ini hendak memberi
teladan bagi kita bagaimana sikap iman yang semestinya tampak
dalam diri setiap orang percaya, yaitu sikap aktif mencari,
mengupayakan, menyelaraskan pemahaman di atas kehendak
Tuhan.

Dari teladan Tuhan Yesus di atas membuat kita berefleksi,


sudah segigih apakah kita berupaya mencari Roh Allah?
Sesungguh-sungguh apa kita menyelaraskan diri dengan
kehendak Tuhan demi kehidupan kebersamaan yang lebih baik,
penuh dengan damai dan cinta Kristus? Panggilan untuk
berkarya dalam perbedaan, dan sikap proaktif menghampiri
rahmat Allah dalam upaya mewujudkan karya dalam perbedaan,
semakin diteguhkan dengan panggilan menjadi umat yang
senantiasa menghadirkan pengharapan. “Buluh yang patah
terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya” adalah gambaran
orang yang kehilangan harapan, gagal dalam hidup dan tanpa
masa depan. Tetapi buluh itu belum putus dan pelita itu belum
padam. Artinya, masih ada harapan. Kitalah yang dipanggil untuk
memberikan pengharapan melalui karya yang nyata.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 11


Umat yang dikasihi Tuhan,
Melihat ketiga bacaan hari ini sangat jelas menunjukkan
pada kita akan panggilan di tengah komunitas yang majemuk ini.
Kesadaran bahwa kita hidup dalam iklim perbedaan itu penting,
namun jika tidak disertai oleh kegigihan untuk memberi makna
di dalamnya, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk
bersaksi. Hidup yang dipimpin Roh adalah hidup yang siap untuk
mengemban tugas ilahi, yang semangatnya tidak akan terhalang
oleh tembok ketakutan dan kecemasan karena Roh Allah
senantiasa menuntun jalan umat percaya. AMIN.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GESANG KULA KATUNTUN ROH ALLAH

Pasamuwan ingkang kinasih,


Pinangka umatipun Allah, wonten prekawis ingkang
mesthinipun dados lakuning gesang kita, inggih punika atur
paseksi lan leladi. Kalih prekawis punika boten saged dipun awis
malih, kedah kawujudaken wonten ing gesang padintenan.
Kasunyatanipun, atur paseksi lan leladi asring boten gampil
katindakaken, kepara awrat sanget nalika dipun abenajengaken
kaliyan “iklim perbedaan”. Kita gesang ing satengahing masyarakat
ingkang ngugemi manéka warni agami, ètnisi, dalasan golongan. Ing
sisih sanès kawontenan punika panci saged dados srana utawi
peluang kanggé atur paseksi lan leladi. Gegayutan kaliyan
prekawis punika lajeng wonten kalih sikep utawi patrap ingkang
saged kapratèlakaken. Sepisan, manungsa nggadhahi patrap pasif
lan namung ngudi raos nyaman lan aman kémawon. Kalih,
manungsa nggadhahi patrap aktif, lan purun ndhatengaken
tentrem rahayu.

12 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Sabdanipun Gusti ing dinten punika mbereg kita supados
boten namung mèndel lan kèndel ngadhepi kawontenaning
gesang, ananging nggadhahi patrap ingkang kebak ing
pangajeng-ajeng lan pitados bilih mesthi wonten cara lan margi
anggèn kita atur paseksi lan leladi ing satengahing masyarakat
majemuk. Bab punika saged kita tindakaken laras kaliyan pokok
pirembagan (tema) kita ing dinten punika, “Gesang kula
katuntun Roh Allah.” Sauger gesang kita tinuntun déning Roh,
temtu kita saged atur paseksi lan leladi ing satengahing
masyarakat. Awit punapa? Awit Roh Suci nyagedaken manungsa
gesang wicaksana anggènipun gesang sesarengan tiyang sanès
ingkang béda agami lan golongan.

Ing waosan kaping kalih (Para Rasul 10:34-43), Roh Suci


makarya ing satengahing kawontenan “majemuk”. Pramila Pétrus
ngandika “Nembé samenika kula mangertos saèstu, bilih Gusti
Allah menika mboten mbédak-mbédakaken tiyang. Sinten
kémawon ingkang pitados dhateng Panjenenganipun, sarta
nindakaken ingkang leres, mboten preduli saking bangsa menapa
kémawon, tiyang wau mesthi katampi” (ay 34-35). Prekawis
punika (ay 11-12) njalari Rasul Pétrus sadhar bilih berkah
kawilujengan punika boten namung kaparingaken dhateng umat
Yahudi kémawon. Sédanipun Gusti Yésus klawan Salib punika
nedhahaken bilih manungsa punika saèstu kebak dosa ingkang
pantes katumpes binasa, sedaya manungsa. Ing sangajenging
manungsa, mbok bilih kita ketingal langkung saé, langkung
pinter. Ananging ing ngarsanipun Gusti? Kula lan panjenengan
boten béda, sedaya sami. Sinaosa sifat, karakter, hobby lsp punika
béda, ananging manungsa nggadhahi setunggal prekawis
ingkang sami, inggih punika nampèni berkah saking Gusti ingkang
kebak Roh bedhamèn.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 13


Atur paseksi ing satengahing “iklim perbedaan” sangsaya karaos
awrat nalika pasamuwan boten purun ngrengkuh sih katresnanipun
Gusti. Mila manungsa kedah purun manggihi Sang Roh Suci punika.
Bab punika saged kita tulad saking Gusti Yésus piyambak. Gusti
Yésus karsa lumampah saking Galilea tumuju Bengawan Yardèn
saprelu nampi baptisan. Gusti Yésus anggènipun badhé nampi
baptisan kedah tindak tebih lan dangu. Prekawis punika dados
piwulang tumrap kita sedaya ngèngingi sikep ingkang samesthinipun
mijil ing gesangipun tiyang pitados, inggih punika sikep ingkang
purun nglampahi awrating momotan gesang kanggé nggayuh
karsanipun Gusti. Pitakènan kanggé kita sedaya, kados pundi
anggèn kita sami nglampahi timbalan punika? Kados pundi
anggèn kita sami ngudi karsanipun Gusti ing satengahing gesang
bebrayan ageng? Satemah gesang kita kepareng dados seksi sih
satresnanipun Gusti?

Umatipun Gusti Allah ingkang kinasih,


Timbalan kita makarya ing gesang bebrayan ageng ingkang
majemuk, ingkang kedah nggayuh sih katresnanipun Gusti
kanggé mujudken timbalan punika, sansaya tandhes kacetho ing
waosan 1. Yésaya 42:1-9 nèlakaken bilih glagah ingkang pepes
lan lampu ingkang melik-melik punika minangka gegambaran
tiyang ingkang kécalan pengajeng-ajeng, ananging sejatosipun
pangajeng-ajeng punika boten ical. Kula lan panjenengan ingkang
katimbalan nuwuhaken malih pengajeng-ajeng punika. Saking
sabdanipun Gusti dinten punika kita nampi piwulang kados
pundi timbalan dhateng tiyang pitados ing gesang bebrayan
ageng ingkang heterogen punika kedah dipun tanggepi kanthi
temen. Kita kabereg supados nggayuh karsanipun Gusti satemah
saged atur paseksi lan leladi bab sih katresnanipun Gusti tumrap
asanès. Gusti Allah piyambak ingkang badhé paring kesagedan.
AMIN. gu, 19 Januari 2020

14 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 19 Januari 2020
Minggu Biasa I I (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Berita yang Menarik Hati

TUJUAN
Umat mampu menghayati kasih karunia Tuhan dan merespons dengan
cara menjadikan hidupnya sebagai kabar baik bagi sesama.

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Yesaya 49:1-7
Tanggapan : Mazmur 40:1-11
Bacaan II : I Korintus 1:1-9
Bacaan III : Yohanes 1:29-42

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Ibrani 4:16
Petunjuk Hidup Baru : Ibrani 12:15
Persembahan : 2 Timotius 1:14

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 21:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 53:1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 309:1, 2, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 148:1, 2
Nyanyian Pengutusan : KJ 426: 1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 357:1, 2, 3
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 197
Kidung Pisungsung : KPJ 154:1, 2
Kidung Pangutusan : KPJ 479:6

Pdt. Andreas Tri Febriantoro (GKJ Klampok, Banjarnegara)

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 15


ASAR PEMIKIRAN
Ada dua kecenderungan mengenai bagaimana seseorang
menyikapi sebuah berita yang menarik. Kecenderungan pertama,
seseorang akan menerima berita tersebut dan memilih
menikmatinya untuk diri sendiri. Ia tidak terpanggil untuk
meneruskan berita tersebut sebagai bagian yang juga dapat
dinikmati oleh orang lain. Kecenderungan kedua, seseorang
menerima berita tersebut, menikmati untuk diri sendiri, kemudian
tergerak untuk menyampaikan berita tersebut agar orang lain
juga merasakan kenikmatan/berkat yang sama dengan apa yg
dia rasakan.

Kasih karunia Tuhan merupakan berita menarik yang setiap


hari kita rasakan. Setiap orang yang menerima kasih karunia
Tuhan, sudah semestinya mewartakan berita baik tersebut pada
sesama sebagai sebuah cara menghayati dan mensyukuri kasih
karunia Tuhan. Dalam tema perayaan iman minggu ini, umat
dipanggil untuk mengarahkan hati ke dalam sprititualitas
meneruskan kabar sukacita tersebut.

KETERANGAN BACAAN
Yesaya 49:1-7
Yesaya dipanggil dan diutus sebagai hamba Tuhan di tengah-
tengah pergumulan bangsanya. Secara spritual, Israel adalah
umat yang tidak lagi setia pada Tuhan. Menjelang pembuangan ke
Babel, mereka terbukti lebih mengandalkan bangsa lain dibanding
Tuhan. Itu sebabnya, Tuhan mengizinkan Israel ditawan dan
dibuang di Babel. Hal ini juga menjadi pergumulan sosial-politik
bagi Israel. Ada tiga tugas hamba yang diberikan kepada Yesaya
(Yes 49:1-7). Pertama, menyatakan keagungan Allah (ayat 3).
Tugas ini menuntut Yesaya untuk menceritakan kebesaran,
keagungan dan kuasa Allah yang sepatutnya diandalkan bangsa

16 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Israel. Kedua, mengembalikan Yakub kepada Tuhan (ayat 5).
Melalui Yesaya Israel dipanggil untuk mengutamakan Tuhan
sehingga pembaharuan rohani akan berdampak pada tegaknya
“suku-suku Yakub” (ayat. 6) yang terserak dalam pembuangan.
Ketiga, menjadi terang bagi bangsa-bangsa (ayat 6). Ketika Israel
dapat dipulihkan maka seluruh Israel akan heran dan turut serta
dalam mengakui keagungan dan kuasa Allah dalam kehidupan
mereka. Dengan demikian, bangsa Israel mampu menjadi teladan
dan terang bagi bangsa-bangsa lain yang ada di sekelilingnya.

Mazmur 40:1-11
Situasi hidup pemazmur sedemikian gawatnya sebab ia terjeblos
ke alam maut (Ibr: sheol), tetapi Tuhan menolong dan mengangkat
dia dari sana (ay.3). Lubang kebinasaan dan lumpur rawa adalah
metafor alam maut atau dunia orang mati. Lalu Tuhan menempatkan
dia di atas landasan bukit batu. Tuhan pun mengatur serta
mengiringi langkah hidupnya. Tidak hanya itu, Tuhan memberikan
kata-kata pujian ke dalam mulutnya sehingga ia terdorong memuji
Allah (ay.4). Bagian akhir ay. 4 melukiskan buah tindakan Allah
atas pemazmur. Tindakan itu bisa dilihat orang banyak, dan
mereka menjadi takut lalu percaya. Pengalaman iman yang
demikian, membuat kelegaan dan senantiasa dirindukan.

1 Korintus 1:1-9
Isi ucapan syukur Paulus di surat 1 Korintus adalah “kasih
karunia Allah yang dianugerahkan kepada kamu dalam Kristus
Yesus” (ay. 4). Apa yang dimaksud dengan “kasih karunia”
(charis) di sini? Dalam teologi Paulus, kata charis bisa memiliki
beragam arti: keselamatan (Rm. 3:24; Ef. 2:8-9), panggilan (Rm.
1:5) maupun pemberian tertentu (2 Kor. 8:1, 4). Dalam
1Korintus 1:4, kata caris tampaknya merujuk pada pemberian/
karunia rohani. Arti ini didukung oleh konteks, khususnya ayat 5

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 17


yang menyebutkan karunia berkata-kata dan pengetahuan (bdk.
1 Kor. 12:8-10). Dari sini terlihat bahwa karunia-karunia rohani
(charisma/charismata) merupakan salah satu bentuk kasih
karunia (caris) Allah. Hubungan seperti ini terlihat jelas dari
Roma 12:6a “demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-
lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita”.

Sebagai salah satu bentuk kasih karunia, karunia rohani


merupakan pemberian Allah kepada mereka yang tidak layak
menerima dan tidak mengupayakan hal itu. Jika mereka layak,
maka hal itu bukan kasih karunia melainkan “hak”. Jika mereka
mengupayakan, maka hal itu bukan kasih karunia melainkan
“upah” (bdk. Rm. 4:4-5). Penyebutan “karunia rohani” sebagai
“kasih karunia” memiliki maksud tertentu. Penyebutan ini
dimaksudkan sebagai teguran halus kepada jemaat Korintus
yang memegahkan diri atas karunia rohani yang mereka miliki
(ps. 12-14). Jika mereka menyadari bahwa semua itu adalah
kasih karunia, maka mereka tidak akan menyombongkan hal itu
(bdk. 4:7 “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu
penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau
terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah
engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak
menerimanya?”). Secara garis besar bacaan ini mengajak kita
untuk mensyukuri kasih karunia dengan cara membagikannya
pada semua orang yang juga layak menerima kasih karunia.

Yohanes 1:29-42
Istilah anak domba Allah melekat pada maksud dan tujuan
penebusan atau penghapusan dosa (bdk. Kel 29:38-42, Bil 28:4).
Penghapusan (NIV=takes away) diartikan sebagai yang
membawa, memikul, dan mengangkut. Bisa dipahami dengan
cara memikul hukuman dosa di kayu salib. Penghapusan dosa

18 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


tersebut ditujukan untuk dunia (Yunani: Kosmos), yang dalam
teks-teks perjanjian baru memiliki bermacam-macam makna
antara lain: seluruh alam semesta (Kis 17:24), bumi (Yoh 13:1),
hal-hal duniawi (Yak 4:4, 1 Yoh 2:15), seluruh umat manusia
(Rom 3:19), semua orang yang tidak percaya (Yoh 15:18), semua
orang non-Yahudi (Rom 11:12), dan semua orang percaya (2 Kor
5:19).

Yang menarik di sini adalah Yohanes menggunakan kata


‘dunia’ di sini untuk menentang pandangan Yahudi yang
mengatakan bahwa hanya orang Yahudilah yang bisa diampuni,
diselamatkan dan masuk surga. Keselamatan untuk semua orang,
kasih karunia Tuhan untuk kita semua.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Dalam minggu baptisan Yesus yang lalu, umat diajak
meyakini bahwa Roh Allah dinyatakan kepada siapa saja dan
kemudian dipanggil untuk mampu mewujudkan kehidupan yang
adil. Roh yang demikian juga dihayati oleh para murid Yesus
dalam bacaan Injil kita saat ini (Yohanes 1:29-42). “Kosmos”
yang adalah seluruh bagian dari dunia ini juga berhak
mendapatkan kasih karunia Tuhan. Ide ini dikuatkan oleh bacaan
1 (Yesaya 49:1-7) yang merupakan kesaksian Yesaya akan
panggilan kenabiannya yang tidak terbatas pada suku-suku
Israel, tapi seluruh dunia (ay 6) agar semua diselamatkan. Selain
itu bacaan II (1 Korintus 1:1-9) mengajak kita untuk mensyukuri
kasih karunia dan membagikannya pada orang lain. Inti
pewartaan dari ketiga bacaan tersebut adalah bagaimana segala
pengalaman indah (berita, panggilan, kesaksian, dll) adalah
sesuatu yang perlu kita syukuri. Cara mensyukurinya adalah
dengan membagikannya pada orang lain.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 19


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

BERITA YANG MENARIK UNTUK SEMUA

Saudara-saudara,
Awal tahun merupakan waktu yang tepat untuk mulai
mengerjakan apa yang sudah direncanakan. Barangkali di akhir
tahun lalu ada pula yang telah melakukan evaluasi, sehingga di
tahun yang baru ada pelajaran yang dapat diambil. Oleh sebab
itu orang sering mengatakan bahwa awal tahun adalah awal dari
kompetisi kehidupan. Maka tak jarang kita mendengar doa-doa
yang terpanjatkan berisi permohonan berkat agar dimampukan
mengahadapi tahun ini, merealisasikan mimpi-mimpi, menjalankan
rencana-rencana yang sudah disusun.

Keadaan tersebut bisa saja membuat orang yang sedang


menikmati kompetisi, tidak menyadari bahwa dirinya sedang
digiring pada sebuah kondisi yang mengharuskan dirinya untuk
selalu menang, bahkan sampai menghalalkan segala cara. Juga
dalam berelasi antar individu, iklim kompetisi ini bisa merasuki
batin seseorang dan membuatnya memiliki cara pandang yang
selalu jelek terhadap sesamanya, terlebih kompetitornya, sehingga
memiliki hati yang susah melihat orang lain senang, dan senang
melihat orang lain susah. Bahkan bisa menjalar pada kehidupan
bersama (pluralitas), makna toleransi menjadi bias, penerimaan
antarbudaya juga hambar, bahkan komunikasi yang terjalin jauh
dari ketulusan, dipenuhi dengan transaksi kepentingan. Semakin
sulit menemukan ketulusan tentang kebersamaan dlm suka dan
duka. Bahagiaku, bukan bahagiamu, sedihmu, bukan sedihku.

Kecenderungan iklim demikian membuat sesorang lebih


memilih untuk menikmati segala kasih karunia Allah untuk dirinya

20 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


sendiri. Tidak berupaya menjadikan diri sendiri sebagai kesaksian
dari kasih karunia Allah yg sudah ia rasakan. Dalam minggu
baptisan Yesus yang lalu, umat diajak meyakini bahwa Roh Allah
dinyatakan kepada siapa saja dan kemudian dipanggil untuk
mampu mewujudkan kehidupan yang adil. Roh yang demikian
juga dihayati oleh para murid Yesus dalam bacaan Injil kita saat
ini (Yohanes 1:29-42), “Kosmos” yang adalah seluruh bagian dari
dunia ini juga berhak mendapatkan kasih karunia Tuhan. Ide ini
dikuatkan oleh bacaan I (Yesaya 49:1-7), berisi tentang
kesaksian Yesaya akan panggilan kenabiannya yang tidak
terbatas pada suku-suku Israel, tapi seluruh dunia (ay 6) agar
semua diselamatkan. Dan bacaan II (1 Korintus 1:1-9) mengajak
kita untuk mensyukuri kasih karunia dan membagikannya pada
orang lain. Inti pewartaan dari ketiga bacaan tersebut adalah
bagaimana segala pengalaman indah (berita, panggilan,
kesaksian, dll) adalah sesuatu yang perlu kita syukuri. Cara
mensyukurinya adalah dengan membagikannya pada orang lain.

Saudara-saudara,
Dalam bacaan kita hari ini, istilah “anak domba Allah”
melekat pada maksud dan tujuan penebusan atau penghapusan
dosa (bdk.kel 29:38-42, Bil 28:4). Istilah tersebut diambil dari
tradisi agama Yahudi kala itu. Yesus dihayati sebagai anak
domba Allah yang dikurbankan di kayu salib. Menariknya,
penghapusan dosa tersebut ditujukan untuk dunia (Yunani:
Kosmos). Istilah “kosmos” ini dalam teks-teks Perjanjian Baru
memiliki bermacam-macam makna antara lain: seluruh alam
semesta (Kis 17:24), bumi (Yoh 13:1), hal-hal duniawi (Yak 4:4, 1
Yoh 2:15), eluruh umat manusia (Ro 3:19), semua orang yang
tidak percaya (Yoh 15:18), semua orang non Yahudi (Ro 11:12),
dan semua orang percaya (2 Kor 5:19). Yang menarik adalah
Yohanes menggunakan kata ‘dunia’ untuk menentang pandangan

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 21


Yahudi yang mengatakan bahwa hanya orang Yahudilah yang
bisa diampuni, diselamatkan dan masuk surga. Keselamatan
untuk semua orang, kasih karunia Tuhan untuk kita semua.

Hal yang menarik dari pernyataan Yohanes tersebut adalah


bahwa kabar sukacita perlu diwartakan kepada dunia, bukan
untuk dinikmati sendirian. Kita tahu bahwa umumnya ada dua
kecenderungan mengenai bagaimana seseorang menyikapi
sebuah berita sukacita. Kecenderungan pertama, seseorang akan
menerima berita tersebut dan memilih menikmatinya untuk diri
sendiri. Tidak terpanggil untuk meneruskan berita tersebut
sebagai bagian yang juga dapat dinikmati oleh orang lain.
Kecenderungan kedua, seseorang menerima berita tersebut,
menikmati untuk diri sendiri, kemudian tergerak untuk
menyampaikan berita tersebut agar juga merasakan
kenikmatan/berkat yang sama dengan apa yg dia rasakan.
Pandangan Yohanes yang pada saat itu anti-mainstream,
membuka pikiran para murid untuk diutus ke luar (kosmos),
membawa orang lain berjumpa dengan Yesus, siapa pun dia, apa
pun latar belakangnya. Bagian ini menarik untuk mereduksi
sikap-sikap negatif yang mungkin muncul sebagai konsekuensi
iklim kompetisi, sehingga mendorong kita untuk membagikan
kabar baik, berita sukacita kepada siapa pun, termasuk
competitor kita.

Kasih karunia Tuhan merupakan berita menarik yang setiap


hari kita rasakan. Setiap orang yang menerima kasih karunia
Tuhan, sudah semestinya mewartakan berita baik tersebut pada
sesama, tanpa pandang siapa dia, sebagai sebuah bentuk
penghayatan dan syukur atas kasih karunia Tuhan yang telah
kita terima. AMIN.

22 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

PAWARTOS INGKANG ÉNDAH KANGGÉ SEDAYA TITAH

Para Sedhèrèk ingkang kinasih,


Lumebet ing purwakaning taun, sedaya tiyang wiwit
nglampahi menapa ingkang sampun karancang. Adat sabenipun,
rancangan punika ugi mijil saking evaluasi ing taun kepengker,
ingkang saged dados piwulang bab nglampahi gesang. Pramila
tiyang asring nganggep awal taun minangka awal kompetisi
kehidupan. Boten gumun menawi kathah pandonga ingkang
ngemu panyuwunan bab kakiyatan ngabenajengi kawontenaning
gesang, satemah saged nggayuh pengajeng-ajengipun.

Menawi lumampahing gesang kawawas pinangka kompetisi,


lajeng saged njalari manungsa nggadhahi pemanggih bilih kedah
tansah menang. Kepara, menang kanthi cara menapa kemawon.
Mekaten ugi ing gesang sesambetan kaliyan asanès, iklim kompetisi
punika saged njalari manungsa nggadhahi pamawas ingkang
awon tumrap tiyang sanès, awit tiyang sanès kaanggep pesaing
(competitor). Lajeng manungsa sami nggadhahi penggalih kados
ingkang kacetha ing unén-unén: “susah melihat orang lain
senang, dan senang melihat orang lain susah.”

Para Sedhèrèk ingkang kinasih,


Kawontenan ingkang mekaten ugi dados jalaran anggènipun
manungsa langkung remen nyimpen “katresnanipun Gusti” kanggé
dhirinipun piyambak, tanpa nggadhahi krenteg andum
“katresnanipun Gusti” tumrap asanès. Kamangka, Gusti Allah
memulang kita sami supados sami purun andum katresnan lan
andum berkah. Ing minggu kapengker (minggu Baptisan Gusti
Yésus), pasamuwan kawulang bab Roh Allah ingkang kaparingaken
tumrap sedaya tiyang. Tiyang punika lajeng kabereg mujudaken

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 23


gesang ingkang adil. Roh mekaten ingkang ugi karaosaken déning
para sekabat ing waosan Injil dinten punika: Yokanan 1:29-42.
Katresnanipun Gusti katujokaken dhateng jagad (Yun: Kosmos).

Babagan punika langkung dipun kiyataken déning waosan I


(Yésaya 49:1-7), ingkang isinipun magepokan kaliyan timbalan
kenabian ingkang boten winates namung ing suku-suku Israèl,
ananging sedaya titah (ay 6), murih sedaya nampi kawilujengan.
Waosan II (I Kor 1:1-9) ambereg kita atur panuwun syukur awit
Sih katresnanipun Gusti, lajeng makarya andum katresnan tumrap
asanès. Injil Yokanan ngginakaken tembung “jagad” minangka sikep
ingkang boten sarujuk kaliyan pemanggih tiyang Yahudi ingkang
nggadhahi pemanggih bilih namung tiyang Yahudi ingkang kepareng
nampi pangapuntening dosa. Miturut Yokanan, kawilujengan
punika kanggé sedaya titah, kula lan panjenengan sedaya.

Para Sedhèrèk ingkang kinasih,


Kita sami nampéni sih katresnanipun Gusti. Wonten kalih
pilihan: Sepisan, sih katresnanipun Gusti punika kita tampeni
kanggé badan kita piyambak, tanpa krenteg andum katresnan
tumrap asanès. Kaping kalih, katresnanipun Gusti kita tampéni
lan kita purun ngraos-ngraosaken saha andum berkah dhateng
asanès. Injil Yokanan nedahaken bilih dhawuh pangutusan utawi
paseksi kedah njangkung sedaya titah (kosmos), ngrengkuh
asanès supados ugi ngraosaken sih katresnanipun Allah, tanpa
kaalang déning sekat-sekat perbedaan. Perangan punika wigati
supados manungsa boten namung gesang ing satengahing iklim
kompetisi lan ngudi pikajengipun piyambak. Kosok wangsulipun,
kita kabereg sami andum sih katresnan dhateng sedaya titah. Sih
katresnanipun Gusti sampun kita raosaken saben dinten. Saben
tiyang ingkang nampéni sih katresnan sampun samesthinipun
andum kabar bingah punika tumrap sinten kemawon minangka
wujud syukur. AMIN.

24 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 26 Januari 2020
Minggu Biasa III (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Kamu Penjala Manusia

TUJUAN
Umat menghayati identitasnya sebagai milik dan pekerja Kristus.

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Yesaya 9:1-4
Tanggapan : Mazmur 27:1,4-9
Bacaan II : I Korintus 1:10-18
Bacaan III : Matius 4:12-23

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Yesaya 1:18
Petunjuk Hidup Baru : II Korintus 5:15
Persembahan : Filipi 4:19

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 6:1-2
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1-2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 46:1-2
Nyanyian Persembahan : KJ 62:1,8,10,11
Nyanyian Pengutusan : KJ 73:1-2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 30:1-2
Kidung Panelangsa : KPJ 45:1-2
Kidung Kasanggeman : KPJ 67:1-2
Kidung Pisungsung : KPJ 183:1-2
Kidung Pangutusan : KPJ 439:1-2

Pdt. Erni Ratna Yunita (GKJ Tengahan, Kebumen)

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 25


DASAR PEMIKIRAN
Definisi diri (konsepsi identitas) seseorang sangat menentukan
caranya menjalani kehidupan. Artinya, cara seseorang memandang
dirinya (siapa aku, apa yang aku inginkan) akan mempengaruhi
yang dilakukannya. Misalnya, seseorang mendefinisikan diri
demikian: “Aku Petrus, seorang nelayan. Aku ingin mendapatkan
ikan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan
keluargaku”. Berdasarkan konsep diri yang demikian, ia berusaha
menunjukkan diri sebagai nelayan yang giat mencari ikan.

Hal tersebut juga berlaku bagi organisasi dan perhimpunan,


termasuk gereja. Dr. Jan Hendriks, dalam bukunya Jemaat Vital
dan Menarik, mengemukakan temuannya bahwa konsepsi
identitas yang jelas mejadi salah satu faktor penting bagi
vitalisasi jemaat/gereja. Gereja yang hidup adalah gereja yang
memahami identitasnya di hadapan Tuhan dan sesama.

Bacaan Alkitab hari ini, khususnya bacaan Injil, menceritakan


ketika Yesus memanggil murid-murid pertama-Nya. Yesus
berkata bahwa mereka akan dijadikan penjala manusia. Yesus
menyatakan kehendak-Nya atas para murid bahwa mereka
dipanggil untuk turut bekerja bersama Dia. Para murid dipanggil
untukmenebarkan jala, bukan melulu untuk mencari ikan demi
kepentingan sendiri, melainkan untuk Tuhan. Artinya mereka
dipanggil supaya bekerja untuk Tuhan.

Demikian juga kita, orang-orang percaya jaman now. Kita


dipanggil dan dilibatkan dalam pekerjaan mulia. Kita diutus
untuk memberitakan pertobatan dan kerajaan sorga bersama
Dia. Karena itu, fokus kita bukan lagi diri sendiri, melainkan
melakukan tugas perutusan dari Tuhan dengan setia.

26 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KETERANGAN BACAAN
Yesaya 9:1-4
Bagian ini berisi nubuat mengenai kelahiran Raja Damai
yang memberi pengharapan bagi bangsa yang hidup dalam
kegelapan. Kegelapan merupakan gambaran dari kehidupan
yang pahit dan penuh penderitaan.Kehadiran Sang Raja Damai
itu akan membawa dampak positif bagi kehidupan, yaitu
dihapuskannya penindasan dan segala bentuk kekerasan. Hal
tersebut terungkap dalam ayat tiga:”... setiap kuk yang
menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si
penindas telah Kaupatahkan...” dan ayat empat:”... setiap sepatu
tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran
darah akan menjadi umpan api”. Karena itulah, kelahiran Sang
Raja Damai akan menimbulkan banyak sorak-sorak dan sukacita
yang besar.

Mazmur 27:1,4-9
Ungkapan-ungkapan dalam mazmur ini memperlihatkan
penghayatan Pemazmur akan arti kehadiran Tuhan dalam
hidupnya. Pengalaman demi pengalaman meneguhkan keyakinannya
bahwa: “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku” (ayat 1).
Pemazmur bersaksi bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan
melindunginya pada saat bahaya mengancam (ayat 5). Jaminan
kasih dan perlindungan Tuhan menjadikan pemazmur beroleh
keberanian untuk mengatasi musuh-musuhnya (ayat 6). Karena
itulah, pemazmur menyatakan kerinduannya untuk “diam di
dalam rumah TUHAN seumur hidupku” untuk “menyaksikan
kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (ayat 4). Rumah
Tuhan adalah simbol kehadiran Tuhan, maka kerinduan
Pemazmur untuk diam di dalam rumah Tuhan seumur hidup
dapat bermakna keinginan Pemazmur untuk terus merasakan
kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dengan begitu, ia dapat terus

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 27


melihat dan merasakan kemurahan Tuhan serta menikmati
hubungan yang erat dengan Tuhan.

I Korintus 1:10-18
Nasihat mengenai jangan adanya perpecahan dalam jemaat
merupakan salah satu bagian surat Paulus yang sangat populer.
Rupanya bibit-bibit perpecahan mulai tampak dalam jemaat
Korintus. Hal itu ditandai dengan adanya sikap menonjolkan
golongannya masing-masing. Sikap tersebut jelas bisa membawa
dampak buruk bagi kesatuan jemaat Kristus. Sebab itu, Paulus
mengingatkan jemaat bahwa orang-orang percaya telah
dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Kristus, seperti
disimbolkan dengan baptisan. Dengan demikian, tidak
sepatutnya jemaat bersikap eksklusif dan membanggakan
kelompoknya. Sebaliknya, Paulus membuka pengertian jemaat
akan tugas perutusan dari Kristus. Memperhatikan dan
menjalankan tugas pemberitaan Injil harus menjadi fokus
pelayanan jemaat, bukan malah meributkan identitas eksklusif
masing-masing. Syarat untuk melaksanakan tugas perutusan ini
adalah inklusivitas, kesediaan membuka diri untuk hidup
bersama dengan yang lain.

Matius 4:12-23
Perikop ini menceritakan kisah awal pelayanan Yesus.
Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes, Yesus
meninggalkan Nazaret dan tinggal di Kapernaum. Semula,
keterangan dalam Matius 4:12 “... menyingkirlah Ia ke Galilea”
memberi kesan bahwa Yesus berusaha melarikan diri. Namun,
kemudian, di ayat 14, Matius meluruskan kesan tersebut. Matius
menegaskan bahwa kepergian Yesus ke Galilea adalah untuk
menggenapi nubuat nabi Yesaya:”supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya”. Jadi kepergian Yesus ke Galilea

28 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


bukan sekadarrespons spontan atas penangkapan Yohanes
Pembaptis, melainkan merupakan bagian dari rancangan yang
agung. Kedatangan Yesus ke daerah Zebulon dan Naftali
mempunyai arti yang sangat penting. Pertama, Yesus
memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Kedua, Yesus
berkenan memanggil dan melibatkan manusia dalam karya-Nya,
seperti nyata melalui pemanggilan para murid.Yesus memanggil
Petrus dan beberapa orang lain, lalu berkata “... kamu akan
Kujadikan penjala manusia” (ayat 19).

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Orang-orang percaya dipanggil untuk berkarya bersama
Yesus dalam menghadirkan Kerajaan Sorga, yaitu kehidupan
yang penuh damai dan sejahtera. Untuk itu, mereka harus
bergerak meninggalkan kehidupan lama (sibuk dengan urusan
sendiri, mengutamakan kelompok sendiri) menuju kehidupan
baru (membuka diri terhadap Tuhan dan sesama).

NASKAH KHOTBAH BAHASA INDONESIA

KAMU PENJALA MANUSIA

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Pernahkah saudara bertanya kepada diri sendiri, ”Siapakah
aku?”. Saat ini saya mengajak kita masing-masing bertanya
seperti itu kepada diri sendiri. Coba renungkanlah, apa jawaban
kita? Pertanyaan sederhana ini tidak mudah untuk dijawab
karena pertanyaan “”siapakah aku?” bukan sekadar menanyakan
nama atau ciri-ciri fisik yang ada pada diri kita, melainkan
menyangkut jati diri dan keberadaan kita. Untuk menjawabnya,
kita perlu mengenali diri kita dengan sedalam-dalamnya.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 29


Menurut teori ”Jendela Johari”, yang digagas oleh psikolog
Amerika, Joseph Luft dan Harrington Ingham, pada 1955,
pengenalan diri seseorang ditentukan oleh empat ruang/wilayah
kesadaran. Pertama, wilayah terbuka, yaitu aspek diri kita yang
diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Kedua,
wilayah buta, yaitu aspek dari diri kita yang diketahui orang lain
tapi tidak disadari oleh diri sendiri. Ketiga, wilayah tersembunyi,
ialah aspek dari diri kita yang kita sadari tetapi tidak diketahui
orang lain. Keempat, wilayah yang tidak diketahui, yaitu aspek
yang tidak diketahui, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang
lain. Agar dapat mengenali dan mengembangkan diri, maka
wilayah pertama harus diperluas. Caranya adalah menjalin
komunikasi yang saling percaya dan terbuka dengan orang lain.
Dalam hal ini dibutuhkan penyingkapan diri sendiri dan
penerimaan umpan balik dari orang lain.

Dalam upaya menjawab pertanyaan “Siapakah aku?”, mari


kita belajar untuk memahami apa maksud Tuhan atas hidup kita.
Kita tidak boleh hanya berpatokan pada “ujarku” atau
menurutku sendiri. Kita harus membuka diri terhadap masukan
dari pihak lain, terlebih terhadap sabda Tuhan.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan kedatangan Yesus ke


Galilea dan awal pelayanan-Nya di sana. Sangat menarik cara
Matius menceritakan kisah ini. Semula, tulisan Matius memberi
kesan bahwa kepergian Yesus ke Galilea merupakan respons atas
ditangkapnya Yohanes Pembaptis. Perhatikanlah ayat 12:
”...waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap,
menyingkirlah Ia ke Galilea”. Seolah-olah Yesus melarikan diri.
Namun, kemudian Matius menjelaskan bahwa sejatinya kepergian
Yesus ke Galilea adalah penggenapan atas nubuat Nabi Yesaya
(Yesaya 8:23). Kepergian Yesus ke Galilea bukan merupakan

30 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


tindakan yang bersifat spontanitas, melainkan merupakan bagian
dari rancangan yang agung. Penangkapan Yohanes Pembaptis
menandai berakhirnya pelayanan Yohanes Pembaptis, sekaligus
awal pelayanan Yesus. Matius mencatat: ”Sejak waktu itulah
Yesus memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah
dekat!”.

Dalam melaksakan karya-Nya, Yesus memanggil beberapa


orang secara khusus untuk mengikut Dia. Matius menggambarkan
Yesus sedang berjalan menyusuri danau Galilea ketika Ia melihat
Petrus dan Andreas, kemudian juga Yohanes dan Yakobus. Kalau
kita coba membayangkan keadaan saat itu, mungkin ada banyak
orang lain di tepi danau Galilea itu. Tentu Yesus melihat dan
bertemu dengan banyak orang di sana. Namun, mengapa Ia
memilih keempat orang tersebut? Bacaan kita tidak menjelaskan
hal itu. Rupanya, Matius ingin menekankan bahwa murid-murid
Yesus adalah orang-orang yang dipilih dan dipanggil secara
khusus oleh Yesus sendiri. Dengan demikian, Matius menegaskan
bahwa para murid itu menerima wibawa ilahi yang menuntun
hidup dan pelayanannya.

Berkaitan dengan pemanggilan para murid ini, setidaknya


ada dua hal penting yang dicatat Matius. Pertama, isi panggilan
Yesus. Yesus berkata: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia”. Panggilan ini menegaskan bahwa para murid
diajak untuk menjadi para pekerja Allah. Yang bekerja untuk
maksud yang mulia dan besar.Istilah penjala manusia dipakai
Yesus untuk menunjukkan tugas perutusan Petrus dan murid-
murid lainnya. Pemilihan istilah tersebut tampaknya disesuaikan
dengan konteks keseharian Petrus sebagai penjala ikan. Penjala
ikan bekerja menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Beranjak dari pengalaman tersebut, Yesus mengajak

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 31


Petrus (dan murid-murid lain) untuk memahami bahwa Allah
mengutus Petrus dan kawan-kawan menjadi para pekerja-Nya.
Tugas mereka ialah “menjala” manusia, agar kemudian dapat
bersama-sama menyambut Kerajaan Sorga.

Kedua, respons Petrus dan kawan-kawan. “Mereka pun


segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia” dan “mereka
segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia”.
Tanggapan Petrus dan kawan-kawan menunjukkan kesediaan
dan kesungguhan mereka untuk mengikut Yesus. Besar
kemungkinan pada saat itu keempat murid ini belum memahami
tugas perutusan yang dipercayakan pada mereka. Yang mereka
tahu adalah bahwa Yesus memanggil mereka dan mereka
bersedia untuk mengikut-Nya.

Melalui kisah ini, Matius menyampaikan bahwa Tuhan berkenan


memanggil manusia, dengan segala keterbatasannya, untuk terlibat
dalam karya Allah. Karya itu ialah upaya menghadirkan Kerajaan
Allah dalam kehidupan. Selanjutnya, Matius juga menekankan bahwa
panggilan Tuhan itu harus direspons sesegera mungkin. Orang
percaya tidak boleh menunda-nunda untuk menjawab panggilan
Tuhan. Meskipun menyadari ada berbagai keterbatasan dalam
diri, misalnya belum paham betul, tidak berpengalaman, tidak
memiliki kecakapan dan kemampuan, kita tidak boleh menolak
atau sekadar mengulur-ulur waktu untuk menjawab panggilan
Tuhan. Saat Kristus memanggilmu, jawablah “ya, dengan segenap
hati”. Bukan hanya jawaban di mulut saja, melainkan dengan
sikap dan perbuatan nyata.

Dengan kedua hal itu, Matius mengingatkan bahwa setiap


orang percaya adalah para pekerja Kristus, yaitu penjala manusia.
Itulah identitas yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Kita

32 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


adalah para pekerja-Nya. Karena itu, sudah semestinya bahwa
seluruh hidup ini kita abdikan kepadaNya. Tuhan mau agar kita
menebarkan jala bagi Dia, hidup dan karya kita adalah untuk Dia.
Hal ini sejalan dengan nasihat Paulus kepada jemaat Korintus:
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang
hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia,
yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (II
Korintus 5:15). Seharusnya, itu menjadi kerinduan semua orang.
Bekerja dan melayani Kristus bukan sebagai beban, tetapi
sebagai kerinduan.

Mari kita bersama-sama belajar untuk melihat hidup dan


karya setiap hari dengan persepektif baru. Tuhan Yesus memanggil
Petrus dan kawan-kawan,yang adalah penjala ikan. Tuhan Yesus
berkata: “kamu akan kujadikan penjala manusia”. Tuhan tidak
mengubah Petrus, sang penjala ikan, menjadi pekerja tambang,
guru, manajer, atau profesi lainnya. Tuhan Yesus hanya
mengubah orientasi Petrus dari yang tadinya bekerja untuk diri
sendiri (menjala ikan) menjadi bekerja untuk Tuhan (menjala
manusia).

Maka, yang terpenting bagi kita, bukanlah mencari pekerjaan


baru, melainkan menjalani pekerjaan sesuai profesi masing-
masing dengan tekad melakukan yang terbaik untuk Tuhan.
Bekerja untuk Tuhan berarti yang menjadi tujuan kita bukanlah
melulu pemenuhan kebutuhan hidup, apalagi menumpuk harta
di dunia. Bekerja untuk Tuhan berarti baik kerja maupun hasil
kerja harus dipersembahkan untuk Tuhan. Tuhan mau agar kita
bekerja untuk mengupayakan hadirnya Kerajaan Allah, yaitu
damai sejahtera bagi semua orang. Karena itu, dalam setiap
pekerjaan kita, ingatlah bahwa kita bekerja untuk kemuliaan
Tuhan dan untuk kebaikan sesama. Dengan demikian, mulai

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 33


sekarang kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk
mendapat keuntungan. Kita tidak akan bekerja dengan
merugikan orang lain. Kita akan dengan senang hati berbagi
berkat dengan sesama. Kita akan lebih terbuka untuk bekerja-
sama dengan orang lain dalam mengupayakan keadilan dan
kesejahteraan bersama. Amin.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

KOWÉ IKU JURU-AMEK-UWONG

Para sadhèrèk ingkang dipun tresnani déning Gusti,


Punapa panjenengan naté pitakèn dhateng dhiri pribadi,
“sinten ta kula punika?” Ing wekdal punika, sumangga sami pitakèn
mekaten dhateng dhiri kita piyambak-piyambak. Pitakènan punika
ketingal prasaja sanget, ananging boten gampil anggèn kita atur
wangsulan. Awit pitakènan punika boten ateges namung
nakèkaken nami utawi ciri-ciri fisik kémawon. Pitakènan punika
sesambetan kaliyan jatining dhiri kita. Supados saged mangsuli
pitakènan punika, kita kedah saèstu tepang lan mangretosi
kawontenaning dhiri piyambak kanthi saèstu.

Miturut téori “Jendela Johari” ingkang dipun damel déning


psikolog saking Amérika, inggih punika Joseph Luft lan Harrington
Ingham rikala taun 1955, bab pengenalan diri punika saged
kagambaraken kados déné cendhéla ingkang gadhahpérangan
sekawan, ingkang kasebat empat ruang/wilayah kesadaran. Ingkang
sepisan, wilayah terbuka. Punika nggambaraken kawontenaning
dhiri ingkang kita mangertos lan ugi dipun mangretosi déning
tiyang sanès. Ingkang kaping kalih, wilayah buta. Punika
nggambaraken kawontening dhiri kita ingkang dipun mangretosi

34 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


déning tiyang sanès, ananging kita piyambak boten mangretos.
Ingkang kaping tiga, wilayah tersembunyi. Punika kawontenaning
dhiri ingkang kita mangretosi ananging boten dipun mangretosi
déning tiyang sanès. Lan ingkang kaping sekawan inggih punika
wilayah yang tidak diketahui. Kita piyambak dalah tiyang sanès
boten mangretos kawontenaning dhiri ingkang wonten ing
wilayah punika. Supados saged mangretosi kawontenaning dhiri
kita kanthi langkung wetah, prayogi kita purun ngembangaken
dhiri. Caranipun inggih punika kanthi mbangun sesambetan
ingkang tinarbuka kaliyan sesami.

Supados saged mangsuli pitakènan “sinten ta kula punika?”


kalawau, sumangga sami sinau saking pangandikanipun Gusti.
Punapa ta ingkang dipun kersaaken déning Gusti wonten ing gesang
kita punika? Boten prayogi manawi kita namung manut “ujarku”
utawi ngendelaken pangretosan kita piyambak. Prayoginipun,
kita purun mbikak manah nampi pamrayoginipun tiyang sanès,
langkung-langkung nampi pangandikanipun Gusti.

Waosan Injil dinten punika nyariyosaken bab rawuhipun


Gusti Yésus lan wiwitaning pakaryanipun wonten ing tlatah Galiléa.
Manawi kita maos paseksinipun Matéus wonten ing ayat 12, saged
kémawon tuwuh pangretosan bilih saksampunipun Yohanes
Pembaptis dipun cepeng déning Herodès, Gusti Yésus punika
mbudidaya mlajar dhateng Galiléa. Ananging manawi kita
nggatosaken ayat saklajengipun, inggih punika ayat 14, dipun
pratelakaken bilih tindakipun Gusti Yésus dhateng Galiléa punika
kanggé netepi pamecanipun Nabi Yésaya: “supaya kayektènana
kang kapangandikakakédéning Nabi Yésaya...”. Rawuhipun Gusti
Yésus wonten ing Galiléa punika kalebet ing rancanganipun Gusti
Allah ingkang Mahakuwaos. Prastawa Yohanes Pembaptis dipun
cepeng déning prabu Herodès mratandhani pungkasaning

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 35


pakaryanipun Yohanes Pembaptis. Saklajengipun, ugi mratadhani
wiwitaning pakaryanipun Gusti Yésus anggènipun martosaken
bab pamratobat lan Kratoning Swarga: ”wiwit nalika iku Gusti
Yésus nggelaraké piwulang: Padha mratobata, amarga Kratoning
Swarga wus cedhak!” (ayat 17).

Wonten ing salebeting nidakaken pakaryanipun, Gusti Yésus


nimbali para sekabatipun sacara mirunggan. Injil Matéus
nyariyosaken ing satunggaling dinten, Gusti Yésus tindak wonten
ing Galiléa lan nimbali Pétrus, Andréas, Yohanes, tuwin Yakobus
supados ndhèrèk Panjenenganipun. Boten dipun terangaken kénging
punapa Gusti Yésus nimbali tiyang sekawan punika. Mbok manawi
kanthi cariyos punika Matéus kepéngin nandhesaken bilih para
sekabatipun Gusti Yésus saèstu nampi timbalan mirunggan
saking Panjenenganipun. Kanthi mekaten para sekabatipun Gusti
punika nampèni wibawa Ilahi saking Gusti Yésus piyambak.

Sambet rapet kaliyan timbalaning para sekabatipun Gusti


Yésus, saboten-botenipun wonten kalih prekawis ingkang wigati.
Sepisan inggih punika isining timbalanipun Gusti Yésus: ”Ayo
padha mèlua Aku, kowé padha bakal Dak dadèkaké juru-amèk-
wong” (ayat 19). Ateges, para sekabatipun Gusti Yésus punika
dipun timbali dados para ”pekerja Kristus”, inggih punika
makarya sesarengan kaliyan Sang Kristus. Mila mekaten, gesang
lan pedamelanipun boten namung kanggé dhirinipun piyambak,
ananging kagem Gusti Allah. Para sekabat dipun timbali mlebet
ing pakaryanipun Gusti Allah ingkang mulya lan agung.

Tembung “juru-amèk-wong” dipun agem déning Gusti Yésus


kanggé nedahaken bab ayahan utawi timbalanipun Pétrus lan kanca-
kancanipun. Tembung punika kadosipun dipun ginakaken déning
Gusti Yésus sesambetan kaliyan gesang lan pedamelanipun Pétrus

36 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ing padintenanipun minangka juru amèk ulam. Juru amèk ulam
limrahipun nyambut damel kanggé nyekapi kabetahaning
gesangipun. Adhedhasar pengalaman punika, Gusti Yésus nimbali
Pétrus lan kanca-kancanipun dados para utusanipun Gusti Allah.
Pétrus lan kanca-kancanipun dipun paringi ayahan dados juru-
amèk-tiyang, ingkang mbabaraken Kratoning Swarga dhateng
tiyang kathah.

Ingkang kaping kalih inggih punika anggènipun Pétrus lan


kanca-kancanipun nanggapi timbalanipun Gusti Yésus. Matéus nyerat
mekaten: ”Sanalika banjur padha ninggal jalané, ndhèrèkaké Gusti
Yésus” (ayat 20) lan “sanalika padha ninggal prauné lan bapakné,
nuli ndhèrèkaké Gusti Yésus” (ayat 22). Kanthi mekaten dipun
tandhesaken bilih Pétrus lan kanca-kancanipun sumadya nampi
timbalanipun Gusti Yésus kanthi saèstu. Sinaosa mbok manawi
dèrèng mangretos kanthi wetah bab timbalanipun Gusti punika,
ananging para sekabat sumadya nampi kanthi saèstu, boten nengga
mangké utawi ngenjang, ananging lajeng sumadya ndhèrèk Gusti.

Kanthi mekaten, dipun tandesaken bilih Gusti Allah kepareng


nimbali manungsa, ingkang ringkih lan kathah kekirangan, dados
rowangipun Gusti ing salebeting nindakaken pakaryanipun.
Pakaryanipun Gusti inggih punika nggelaraken Kratoning Swarga
wonten ing donya punika. Saklajengipun, Injil Matéus nandhesaken
bilih timbalanipun Gusti Allah prayoginipun énggal dipun tanggapi
kanthi saèstu; sampun semaya, sampun ditunda-tunda. Sinaosa
kita ngrumaosi kasagedan kita punika winates, nalika Gusti Allah
nimbali kita kanggé makarya sesarengan kaliyan Panjenenganipun,
prayogi énggal dipun tampi kanthi gumolonging manah. Gusti
Allah piyambak ingkang badhé njangkepi lan nuntun kita ing
salebeting nindakaken timbalanipun punika.

Januari 2020 – Berkarya dalam Bimbingan Roh Allah 37


Kanthi kalih prekawis punika, kita sami dipun èngetaken bilih
para pitados punika para peladosipun Gusti, inggih punika para
juru-amèk-tiyang. Punika idèntitas utawi jati diri ingkang dipun
paringaken Gusti dhateng panjenengan lan kula. Mila saking
punika sumangga sami ngabdi dhumateng Panjenenganipun kanthi
gesang lan pedamelan kita saben dintenipun. Gusti Allah
ngersakaken supados kita punika njala kagem Gusti. Tegesipun
sasampunipun nampi timbalanipun Gusti, gesang lan pakaryan
kita boten namung kanggé kapentingan kita piyambak ananging
kagem Gusti lan sesami. Kadosdéné rasul Paulus naté ngendika:
“Lan Sang Kristus wus nglampahi séda kanggo wong kabeh, supaya
wong kang padha urip, uripé ora lumadi marang awaké dhéwé
manèh, nanging lumadia marang kang wus séda lan kang wus
kawungokaké marga saka wong-wong mau” (II Korinta 5:15).

Mangga sami sinau kanggé ngraos-raosaken lan mangretosi


bilih gesang lan pedamelan kita saben dinten punika dipun agem
déning Gusti dados sarana mbabaraken Kratoning Swarga. Mila
saking punika, prayoginipun kita punika boten namung nengenaken
kapentingan kita piyambak ananging purun nggatosaken
kapentinganing asanès, lan ugi tansah ngéstokaken dhawuhipun
Gusti. Kita boten kedah gantos padamelan, ananging ngginakaken
padamelan kita kagem ngluhuraken asmanipun Gusti lan supados
migunani tumrap sesami. Makarya kagem Gusti tegesipun boten
ngempalaken bandha kadonyan, ananging ngagem barang
darbèkipun kagem nindakaken karsanipun Gusti lan mitulungi
sesami. Ing sasisih, makarya kagem Gusti ateges makaryakanthi
jujur lan tanggel jawab, boten ngalalaken punapa kemawon supados
pikanthuk kauntungan, anaging makarya jumbuh kaliyan
piwucalipun Gusti. Kanthi mekaten, para pitados ndhèrèk makarya
sesarengan kaliyan Gusti Yésus kanggé nggelaraken Kratoning
Swarga wonten ing donya punika. Amin.

38 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai