Anda di halaman 1dari 16

PENGINJILAN OLEH NAPOSO

(Suatu Tinjauan Misiologis Tentang Peran Kaum Muda (Naposo) dalam

Penginjilan Serta Relevansinya dalam Melakukan Tugas Penginjilan di

HKI)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teologia (S.Th)

Proposal Skripsi

Disusun Oleh:

Sudirman Bastian Nababan

NIM: 18011712

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ABDI SABDA

PROGRAM STUDI TEOLOGI

MEDAN

2022
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................2

1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................................2

1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................................8

1.3. Pembatasan Masalah.................................................................................................9

1.4. Rumusan Masalah......................................................................................................9

1.5. Tujuan Penulisan........................................................................................................9

1.6. Manfaat Penulisan....................................................................................................10

1.7. Metodologi Penelitian..............................................................................................10

1.8. Sistematika Penulisan..............................................................................................11

1.9. Daftar Pustaka..........................................................................................................12

A. Sumber Buku............................................................................................................12

B. Sumber Jurnal dan Internet....................................................................................13

C. Usulan Buku..............................................................................................................14
2

PENGINJILAN OLEH NAPOSO

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tuhan memberi tugas dan tanggungjawab sebagai mandat yang diamanatkan Yesus

untuk dilakukan semua orang percaya atau gereja yaitu penginjilan, gereja dipanggil untuk

mendemonstrasikan kebenaran dan kedamaian dalam kerajaan Allah dan akan dilaksanakan

setiap orang yang percaya melalui penginjilan hingga ke seluruh dunia 1. Panggilan ini senada

dengan yang dikemukakan oleh Verkuyl bahwa gereja diamanatkan untuk menjadikan semua

bangsa menjadi murid Tuhan (Mat 28:18-20).2 Gereja menjalankan penginjilan dengan

mengutus para penginjil ke luar agar Injil sampai ke seluruh dunia. 3 Perintah Tuhan Yesus

Kristus pada hakekatnya adalah perintah untuk memuridkan (mengajar untuk melakukan

perintah Yesus Kristus), dan membabtiskan sehingga orang dapat mengenal dan merasakan

kedatangan kerajaaan Allah di dalam hidupnya.4 Injil adalah kabar baik/berita sukacita yang

dapat membuat manusia dapat mengalami pengampunan, kebebasan, sukacita, dan damai

sejahtera yang berasal dari Yesus Kristus, sehingga tidak ada lagi ketertekanan, pergumulan

dalam dosa, dukacita dan sebagainya. Dengan Injil tersebut, manusia mampu lebih leluasa

bekerja bagi Tuhan.5 Gereja sebagai mandataris Allah yang telah menerima Amanat Agung

memiliki tanggungjawab untuk memberitakan Injil yang pada prinsipnya memiliki dua unsur

penginjilan yaitu penginjil (orang-orang percaya kepada Kristus) dan yang diInjili (orang

yang masih dalam kegelapan). Setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan

Juruselamat secara pribadi maka orang tersebut telah mengalami keselamatan di dalam

1
Stevri I. Lumintang, Missiologia Kontemporer (Batu: Departemen Literatur PPII, 2006), 145.
2
J.Vercuyl, Contemporary Missiology: An Introduction (Grand Rapid: Eerdmans, 1987), 107.
3
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 55.
4
BPMS GKI, Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia (Jakarta: BPMS GKI, 2004), 16.
5
Martin Lukito Sinaga, Teologi Gereja Kristen Protestan Simalungun (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2018), 3.
3

dirinya. Orang yang sudah percaya, adalah mereka yang telah dipilih Allah dan pemilihan itu

menjadi sebuah tanggungjawab yang harus dilakukannya.6

Penginjilan adalah motor pertumbuhan gereja, artinya tanpa penginjilan gereja tidak

lahir. Penginjilan memiliki peran utama dalam pertumbuhan gereja, pertumbuhan yang

dihasilkan adalah pertumbuhan yang sehat karena pertumbuhan sesuai dengan kehendak

Tuhan. Tuhan menginginkan agar jangan ada yang binasa, melainkan semua orang bertobat (2

Pet. 3:9). Tanpa penginjilan gereja akan mati.7 Dengan demikian, penginjilan menjadi tugas

esensial gereja daripada orang-orang percaya (Pengikut Kristus), termasuk naposo (pemuda)

(bnd. Mat.28:18-20; Mrk. 16:15-20; Luk. 24:47; Yoh. 17:21; Kis. 1:8). 8 Penginjilan juga

tugas utama yang Tuhan kehendaki dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu gereja. 9 Itu

artinya bahwa, Naposo sebagai wadah kesaksian, persekutuan dan pelayanan diupayakan

menjadi warga gereja yang dapat menyaksikan kasih Allah, berupa pembebasan, pemulihan

dan perbaikan kehidupan kemanusiaan. Sebagaimana halnya amanat yang diberikan Tuhan

kepada gereja untuk memberikan kabar kesukaan/Injil ke seluruh dunia dan memberikan

kesaksian dan menyampaikan kasihNya kepada manusia. Berdasarkan Amanat Tuhan Allah

bahwa Naposo HKI sebagai wadah pemuda harus memperlengkapi dirinya dalam melakukan

persekutuan dan pelayanan. Itu artinya penginjilan adalah keharusan bagi gereja, khususnya

HKI.10

Ellis, dalam bukunya menyatakan bahwa penginjilan sebuah kewajiban orang-orang

percaya dan menjadi tanggungjawab sebab telah menerima Kristus sebagai Juruselamatnya. 11

Dalam tugas penginjilan tersebut, semua orang percaya terlibat di dalamnya, bukan saja hanya

pelayan gerejawi termasuk juga naposo (kaum muda). Akan tetapi, naposo merupakan orang
6
Makmur Halim, Model-Model Pengi jilan Yesus (Malang: Gandum Mas, 2003), 31.
7
Darsono Ambarita, Persfektif Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Pelita Kebenaran
Pers, 2018), 54.
8
S.A.E. Nababan, Gerakan Oikumene dan Penginjilan (Jakarta Timur: PMK HKBP, 2020), 237.
9
Mike Shipman, Kepemimpinan Kerasulan (Bandung: Dian Cipta, 2017), 20.
10
https://adoc.tips Peraturan Rumah Tangga Persatuan Naposo Bulung (PNB) Huria Kristen Indonesia
(HKI), diakses pada tanggal 12 Januari 2021, pada pukul 12:40.
11
D.W. Ellis, Metode Penginjilan (Jakarta: YKBK, 1999), 7.
4

yang rentan pada perubahan dan rentan akan pergumulan dan persoalan. Dunia orang muda

sekarang ini merupakan dunia yang sangat rentan dengan krisis serta berbagai persoalan atau

permasalahan dalam rangka kemandiriannya menuju kedewasaaanya. 12 Dengan demikian,

sangat diperlukan pembinaan dari pelayan gereja terhadap kaum muda yang telah menerima

Kristus dan menjadi anggota warga gereja agar mampu mengabarkan Injil.

Pada prinsipnya bahwa sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus, kaum muda

dapat digambarkan ibarat seorang pelari estafet yang sedang menjulurkan tangannya

menunggu serta siap menerima tongkat pendek yang akan diberikan kepadanya (tugas dan

peran pemuda dalam penginjilan).13 Pemuda harus bersedia menjadi saksi Kristus, sebab janji

penyertaan Tuhan (bnd. Mat. 28:18-20), di mana mereka merupakan inisiator dalam

menjalankan penginjilan. Hal itu dikarenakan bahwa Allah itu berkuasa di dalam

eksistensiNya dan mampu mewujudkan kehendakNya di bumi dengan menjadikan semua

bangsa percaya kepadaNya.14 Penginjilan nerupakan inisiatif Allah yang harus dilakukan

setiap manusia yang percaya kepadaNya. Orang percaya dipanggil menjadi garam dan terang

dunia dan menjadi saksiNya (bnd. Mat. 5:13-14). Dengan demikian, misi yang di dalamnya

termaktub tugas penginjilan adalah pertama-tama pekerjaan Allah dan kemudian diamanatkan

kepada umatNya (gerejaNya).15 Dalam penginjilan bahwa Allah orang percaya adalah Allah

yang mengabarkan Injil.16

Dalam penginjilan termaktub unsur kasih yang begitu besar, yang berasal dari Allah

kepada mereka yang sama sekali belum mengenal Kristus dan kepada mereka yang sudah

mengenal namun belum percaya kepadaNya.17 Para penginjil adalah orang-orang yang sudah
12
Ester Yunita Dewi, “‘Strategi Pelayanan Bersama “PengInjilan” Bagi dan Melalui Kaum Muda
Berdasarkan Matius 28:18-20,’” Kadesi: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2021), 126.
Dalam https://ejournal.sttkb.ac.id/index.php/kadesibogor/article/view/6.
13
Natalia Debora Pantas, “‘Bersaksi Tentang Kristus Sebagai Gaya Hidup Pemuda Gereja Masa Kini,’”
Jurnal Missio Ecclesiae 5, no. 2 (2016), 170. Dalam https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/64.
14
Warren S. Banson & Mark H Senter, Pedoman Lengkap Untuk Pelayanan Kaum Muda (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1987), 165.
15
Darsono Ambarita, Persfektif Misi Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, vii.
16
Paul Bortwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995), 19.
17
Stephen Tong, Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan (Serabaya: Momentum, 2007), 33.
5

mengalami kuasa Injil tersebut dan Roh Kudus akan menguatkannya dan memberikan

keberanian dalam penginjilan untuk menjangkau semua manusia. Sehingga dalam penginjilan

segala hambatan-hambatan yang mengatasnamakan budaya, agama, suku, ras warna kulit, dan

sebagainya yang menghalangi penginjilan untuk memperluas kerajaan diseluruh dunia. 18

Jangkauan penginjilan bukan saja dilingkungan sekitar, tetapi dibawa keluar. Wilayah

penginjilan tidak terbatas pada geografis, namun mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,

seperti aspek sosial, politis, adat dan budaya dan juga agama. Gereja, yaitu dalam hal pemuda

mengabarkan kabar baik, kabar sukacita itu di tempat-tempat di mana manusia hidup dan

bekerja.19 Dalam sejarah masuknya Injil ke Indonesia, khususnya ketanah batak dengan

mengabarkan Injil, orang-orang penginjil bersama kaum muda sudah memulai pekabaran Injil

sesuai dengan perintah Yesus Kristus yang mengatakan: “dan lagi dalam nama-Nya berita

tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa , mulai

dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya itu” (Luk. 24:47-48) dan suruhan untuk

“Pergilah, jadikanlah semua orang murid-Ku” yang diperintahkan Yesus Kristus dalam Mat.

28:19-20, dengan menggunakan segala daya, dana dan cara/metode yang dimiliknya.20

Sehingga, dalam penginjilan kaum muda seharusnya menjadi saksi Kristus dan

memberitakan Injil itu terus menerus dalam hidupnya yang berdampak kepada orang lain.

Kaum muda juga seharusnya memiliki niat, komitmen, integritas dan konsistensi dalam

penginjilan ini. Kesadaran penginjilan para kaum muda menjadi modal dasar yang sangat

penting dan menjadi titik awal dalam menyampaikan Injil dikalangan banyak orang. 21

Sebagai pemuda gereja, dalam diri pemuda perlu ditanamkan sifat yang baik dalam

kehidupannya. Konsep diri terbentuk langsung dalam diri seseorang sesuai dengan sikap-

18
Stephen Tong, Teologi PengInjilan (Jakarta: LRII, 1988), 65-66 & Eckhard J. Schnabel, Early
Christian Mission: Paul and The Early Church (USA: InterVarsity Press, 2004), 1541-1542.
19
S.A.E. Nababan, Gerakan Oikumene dan Penginjilan, 245.
20
Pucuk Pimpinan HKI, Huria Kristen Indonesia Tata Gereja 2005 (Pematang Siantar: Kantor Pusat
HKI, 2015), 88.
21
Ester Yunita Dewi, “Strategi Pelayanan Bersama “Penginjilan” Bagi dan Melalui Kaum Muda
Berdasarkan Matius 28:18-20.”, 147.
6

sikap orang lain terhadap dirinya yaitu dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar (di

luar keluarga), sikap tersebut terbentuk atas dasar pengalamannya dalam lingkungan

terdekatnya.22 Pemuda perlu memiliki ketekunan dalam mengatasi setiap rintangan-rintangan

diluar dirinya, sehingga ia mampu mengarahkan dirinya kedalam pelayanan gereja. Pemuda

juga perlu melihat dirinya untuk mengetahui letak kelemahannya serta kemampuannya agar ia

mampu meletakkan dirinya pada bidang pelayanannya khusnya dalam memberitakan kabar

baik atau kabar sukacita. Melihat hal tersebut pemimpin gereja tidak bisa diam, tetapi

melakukan pendampingan dan memberikan pengalaman untuk membantu para pemuda dapat

memahami bagaimana peran pemuda sangatlah penting sesuai dengan Firman Tuhan yaitu

mengabarkan Injil.23 Dalam pelaksanaan pembinaan kepada pemuda perlu memahami

keberagaman sikap dan menghargai kekhasan masing-masing sehingga mampu menciptakan

keadaan yang sehat, nyaman dan sportif dan tercipta keadaan yang harmonis.24

Dalam peraturan rumah tangga naposo HKI bab IV Pasal 6 tentang tugas dan usaha

pemuda, untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bahwa naposo HKI memiliki tugas yang

diembannya yaitu mengabarkan Injil juga mampu menciptakan kehidupan yang menunjukkan

keadilan, kebenaran dan penuh kasih ditengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa

dan Negara.25 Namun, pekabaran Injil dikalangan pemuda saat ini khusunya dalam

perkembangan zaman saat ini telah menurun, hal ini diakibatkan perubahan zaman dan

kemajuan teknologi. Manusia sudah dikekang oleh perubahan zaman dengan mengikuti gaya

hidup kebarat-baratan, bersifat egois, dan mereka berusaha tampil hebat agar diakui oleh

orang disekitarnya. Ketika orang lain tidak mampu mengikuti perkembangan zaman tersebut

maka mereka dikatakan sebagai orang yang ketinggalan zaman.26


22
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), 238.
23
Gerrit Singgih, Mengatasi Masa Depan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 295.
24
Philips Tangdilintin, Pembinaan Generasi Muda (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 88.
25
https://adoc.tips Peraturan Rumah Tangga Persatuan Naposo Bulung (PNB) Huria Kristen Indonesia
(HKI), diakses pada tanggal 12 Januari 2021, pada pukul 20.31.
26
Natalia Debora Pantas, “Bersaksi Tentang Kristus Sebagai Gaya Hidup Pemuda Gereja Masa Kini”,
170.
7

Dalam arus perkembangan zaman saat ini, ada banyak kalangan pemuda gereja yang

kurang memahami pentingnya penginjilan ditengah-tengah dunia yang semakin berubah ini.

banyak generasi muda sekarang ini terhanyut dalam kenikmatan duniawi dalam hal ini

pemuda hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau mengabarkan keselamatan

kepada orang lain. Banyak orang saat ini dalam keadaan mengikuti zaman yang terus berubah

melupakan penginjilan.27 Surbakti mengatakan bahwa semakin banyak gereja saat

inimenekankan pluralism sebagai bagian dari eksistensi gereja. Menurutnya pluralisme

tidaklah salah, akan tetapi konsep pluralism sangat baik diterapkan di gereja tanpa

menghilangkan eksistensi Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat satu-satunya

(bnd. Yoh. 14:6).28

Dalam pengamatan penulis, bahwa gereja saat ini mulai kehilangan identitasnya akibat

kurangnya perhatian gereja terhadap kaum muda di tengah perubahan zaman yang semakin

maju. Gereja saat ini hanya memfokuskan kepada pembangunan gedung gereja, administrasi

akan tetapi mengabaikan penginjilan. Padahal, penginjilan adalah hal yang paling esensial

gereja dalam pertumbuhan dan perkembangan jemaat.

Pemuda sebagai generasi penerus gereja, yang sudah semakin terkikis, maka ke

manakah gereja nantinya?. Padahal salah satu tugas gereja adalah bersaksi (Marturia). Tentu,

kesaksian di sini dimengerti sebagai kesaksian yang penuh semangat, terutama dalam hal

penginjilan, dan memberitakan karya penyelamatan Kristus. Penginjilan adalah titik sentral di

mana panggilan iman menjadi satu dengan strategi, sedang iman ditujukan dalam realita

dunia.29 Sejarah membuktikan bahwa gereja tidak akan pernah bertumbuh ketika tidak ada

yang mengabarkan Injil, yaitu kabar baik. Namun, bukti nyata yang gereja torehkan dan

27
S.A.E. Nababan, Gerakan Oikumene dan Penginjilan, 16.
28
E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 148
29
William A., Dyrnes, Agar Bumi Bersukacita, Dalam Buku: Misi Holistis Dalam Teologi Alkitab
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 16.
8

terbukti hingga kini adalah bahwa gereja dalam sejarahnya menempatkan penginjilan sebagai

sesuatu yang sentral dan utama dalam kekristenan.

Terkait penginjilan ini, ada banyak pemahaman yang simpangsiur atau menganggap

penginjilan itu hanya sekedar menambah jumlah jemaat saja atau gereja ingin melakukan

Kristenisasi. Tetapi, menurut John Piper penginjilan itu bukan saja perihal mengkristenkan

orang lain, melainkan untuk menyentuh kehidupan manusia, supaya kasih yang daripada

Allah dirasakan oleh mereka baik orang yang percaya maupun orang yang belum percaya. 30

Sebagaimana karya keselamatan yang Yesus lakukan kepada dunia ini, tidak memandang

perbedaan latarbelakang, suku, bangsa, agama yang berbeda melainkan Yesus datang untuk

menebus semua orang.31 Sehingga, dalam melaksanakan penginjilan diperlukan semangat

agar sejalan dengan apa yang Allah maksudkan serta berdasarkan pemahaman yang benar

mengenai penginjilan Tersebut.32 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

merasa tertarik untuk membahas permasalahan ini secara mendalam, dengan mengangkat

sebuah Judul: “PENGINJILAN OLEH NAPOSO” dengan Sub Judul: “Suatu Tinjauan

Misiologis Tentang Peran Kaum Muda (Naposo) dalam Penginjilan Serta Relevansinya

dalam Melakukan Tugas Penginjilan di HKI.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis membuat beberapa identifikasi masalah

untuk melihat masalah apa saja yang ada di dalam penulisan ini, yaitu sebagai berikut:

30
John Piper, Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah Dalam Misi (Bandung: Lembaga
Literatur babtis, 2003), 277-278.
31
Peters, George W., A Biblika Theology Of Missions (Malang: Gandum Mas, 2006), 19.
32
Albert Konaniah, “‘Sekolah Teologi dan Gerakan PengInjilan,’” Jurnal Veritas: Jurnal Teologi dan
Pelayanan (2018), 217-223. Dalam
https://www.researchgate.net/publication/335741705_Sekolah_Teologi_dan_Gerakan_PengInjilan.
9

1. Naposo yang semakin dipengaruhi perkembangan zaman, yang berdampak pada

kemerosotan moral, di mana manusia semakin egois (hanya memikirkan dirinya

sendiri).

2. Kurangya peran naposo dalam melaksanakan penginjilan sebagai tugas yang telah

diamanatkan Yesus kepada manusia orang percaya, bukan saja kepada pelayan

gereja tetapi semua orang khususnya kaum muda.

3. Gereja kurang memberikan perhatian kepada naposo, gereja sibuk dengan urusan

administrasi, sehingga memicu terhadap kurangnya pembinaan secara khusus oleh

gereja dalam tugas penginjilan.

4. Minimnya pemahaman jemaat, khususnya naposo di dalam gereja mengenai

penginjilan, sehingga kurang menaruh perhatian serius kepada pengijilan tersebut.

Kaum muda hanya berfokus kepada nasibnya di masa depan.

5. Adanya pemahaman yang keliru mengenai penginjilan ini, yaitu orang Kristen

menganggap bahwa penginjilan itu hanya sebatas kristenaisasi saja. Sehingga

mengganggap penginjilan itu hal yang tdiak perlu dilakukan.

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan supaya masalah yang diidentifikasi tidak terlalu luas

dan lebih terarah. Dalam hal ini juga untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah

sehingga dapat ditemukan pemecahannya.33 Dalam penulisan ini, penulis melakukan

pembatasan supaya pembahasan tidak merembes kemana-mana. Pembatasan yang penulis

maksud adalah berfokus pada peran kaum muda (Naposo) dalam penginjilan serta

relevansinya dalam melakukan tugas penginjilan di HKI.

33
W. Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1982), 36.
10

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah:

1. Mengapa terjadi kemerosotan moral terhadap naposo dalam rangka penginjilan,

khususnya dalam perkembangan zaman saat ini?

2. Apa saja factor-faktor yang menyebabkan penurunan minat para naposo dalam

penginjilan, sebagai tugas yang harus dilakukaknnnya?

3. Bagaimana peran gereja dalam membina, melatih dan memperbaharui sikap dan

karakter para naposo dalam melakukan penginjilan, baik penginjilan ke dalam

maupun penginjilan ke luar?

1.5. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam proposal skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan mengapa terjadi kemerosotan moral terhadap naposo

dalam penginjilan di tengah perkembangan zaman saat ini.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penurunan minat para

naposo dalam penginjilan, sebagai tugas yang harus dilakukannya.

3. Untuk mengetahui peran gereja dalam membina, melatih dan memperbaharui sikap

dan karakter para naposo dalam melakukan penginjilan, baik penginjilan ke dalam

maupun penginjilan ke luar.

1.6. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah sebuah penyataan tentang apa yang dirasakan setelah

tujuan tercapai.34 Adapun manfaat penulisan daalam penulisan proposal skripsi ini adalah:

34
Victorianus Aries S., Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu,, 2012), 18.
11

1. Agar menambah wawasan tentang alasan mengapa terjadi kemerosotan moral

terhadap naposo dalam penginjilan di tengah perkembangan zaman saat ini.

2. Agar menambah wawasan tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

penurunan minat para naposo dalam penginjilan, sebagai tugas yang harus

dilakukannya.

3. Agar menambah wawasan tentang peran gereja dalam membina, melatih dan

memperbaharui sikap dan karakter para naposo dalam melakukan penginjilan, baik

penginjilan ke dalam maupun penginjilan ke luar.

1.7. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah metodologi kualitatif. Dari

penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan pendekatan dengan metode kepustakaan

(library research), yaitu metode yang menekankan penelitian kepustakaan. Dengan demikian,

penulis meneliti bahan literatu berupa buku-buku, jurnal, arsip-arsip, dokumen-dokumen dan

sebagainya yaitu tentang kajian-kajian baik secara teoritis pun historis serta sumber-sumber

tersebut berpadan dengan judul yang peneliti tetapkan.selain itu, untuk melihat phenomena

atau rekaman peristiwa yang sudah ataupun sedang terjadi, penulis juga menggunakan

penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode wawancara secara

mendalam kepada beberapa orang yang bersangkutan dan bisa dikatakan ahli dalam bidang

misiologi

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal skripsi merupakan sistem dasar penyusunan

skripsi yang bertujuan memberikan gambaran untuk memudahkan pembaca dalam memahami
12

keseluruhan isi skripsi tersebut. Dengan demikian, dalam penulisan skripsi ini, penulis

membuat sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bagian ini, berisikan Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Pembatassan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Bab II Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

Dalam bagian ini, berisikan kerangka teoritis dan kerangka konseptual. Dalam

hal ini, penulis menggali dan mengkaji ilmu-ilmu atau teori-teori secara garis

besar seputar masalah atau variable yang ingin diteliti.

Bab III Metodologi Penelitian dan Data Penelitian

Dalam bagian ini berisikan metodologi penelitian yang penulis gunakan

sebagai pendekatan dalam pengimpulan data-data atau informasi yang relevan

dengan judul yang sudah penulis tetapkan.

Bab IV Analisis Data, Penyajian Data, Hasil Penelitian, dan Tinjauan Misiologis

Dalam bagian ini, berisikan tentang analisa data-data dari hasil penelitian.

Pertama-tama data direduksi, kemudian diklasifikasikan. Setelah itu, data-data

tersebut akan disajikan dengan konsep yang sudah ditentukan. Data-data

tersebut akan disajikan dengan konsep yang sudah ditentukan. Data-data

penelitian dan hasilnya akan dibuat dalam bentuk temuan-temuan penelitian,

serta mengkajinya dengan tinjauan Misiologis.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Dalam bagian ini, berisikan kesimpulan penulis dari seluruh tulisan yang sudah

dikaji, dianalisa oleh penulis. Kesimpulan ini penulis tuliskan secara singkat,
13

padat dan jelas. Kemudian juga ada beberapa saran dari hasil kajian/tinjauan

penulis tentag permasalahan ataupun variable yang diteliti.

1.9. Daftar Pustaka

A. Sumber Buku

Ambarita, Darsono. Persfektif Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pelita

Kebenaran Pers, 2018.

Banson, Warren S., & Mark H Senter. Pedoman Lengkap Untuk Pelayanan Kaum Muda.

Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987.

Bortwick, Paul. Pemberitaan Innil Tugas Siapa. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1995.

Bosch, David J., Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

BPMS GKI. Visi dan Misi Gereja Kristen Indonesia. Jakarta: BPMS GKI, 2004.

Dyrnes, William A., Agar Bumi Bersukacita, Dalam Buku: Misi Holistis Dalam Teologi

Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Eckhard J. Schnabel. Early Christian Mission: Paul and The Early Church. USA:

InterVarsity Press, 2004.

Ellis, D.W., Metode Penginjilan. Jakarta: YKBK, 1999.

Gunarsa, Singgih D., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2008.

Halim, Makmur. Model-Model Pengi jilan Yesus. Malang: Gandum Mas, 2003.

Lumintang, Stevri I., Missiologia Kontemporer. Batu: Departemen Literatur PPII, 2006.

Nababan, S.A.E,. Gerakan Oikumene dan Penginjilan, Jakarta Timur: PMK HKBP,

2020.

Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah Dalam Misi.

Bandung: Lembaga Literatur babtis, 2003.


14

Pucuk Pimpinan HKI, Huria Kristen Indonesia Tata Gereja 2005. Pematang Siantar:

Kantor Pusat HKI, 2015.

S., Victorianus Aries. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha

Ilmu,, 2012.

Shipman, Mike. Kepemimpinan Kerasulan. Bandung: Dian Cipta, 2017.

Sinaga, Martin Lukito. Teologi Gereja Kristen Protestan Simalungun. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2018.

Singgih, Gerrit. Mengatasi Masa Depan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Surakhmad, W., Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1982.

Surbakti, E. B., Benarkah Injil Kabar Baik?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Tangdilintin, Philips. Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Tong, Stephen. Kerajaan Allah, Gereja dan Pelayanan. Serabaya: Momentum, 2007.

__________. Teologi PengInjilan. Jakarta: LRII, 1988.

Vercuyl, J., Contemporary Missiology: An Introduction. Grand Rapid: Eerdmans, 1987.

W., Peters, George. A Biblika Theology Of Missions. Malang: Gandum Mas, 2006.

B. Sumber Jurnal dan Elektronik

Dewi, Ester Yunita “‘Strategi Pelayanan Bersama “PengInjilan” Bagi dan Melalui Kaum

Muda Berdasarkan Matius 28:18-20,’” Kadesi: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama

Kristen 1, no. 1 (2021), 126. Dalam

https://ejournal.sttkb.ac.id/index.php/kadesibogor/article/view/6.

https://adoc.tips Peraturan Rumah Tangga Persatuan Naposo Bulung (PNB) Huria

Kristen Indonesia (HKI), diakses pada tanggal 12 Januari 2021, pada pukul 20.31

Konaniah, Albert. “‘Sekolah Teologi dan Gerakan PengInjilan,’” Jurnal Veritas: Jurnal

Teologi dan Pelayanan (2018), 217-223. Dalam


15

https://www.researchgate.net/publication/335741705_Sekolah_Teologi_dan_Gerakan

_PengInjilan.

Pantas, Natalia Debora, “‘Bersaksi Tentang Kristus Sebagai Gaya Hidup Pemuda Gereja

Masa Kini,’” Jurnal Missio Ecclesiae 5, no. 2 (2016), 170. Dalam

https://jurnal.i3batu.ac.id/index.php/me/article/view/64.

C. Usulan Buku

Artanto, Widi. Menjadi Gereja Misioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Bosch, david J., Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018

Hutauruk. J. R., Kemandirian Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

Kirk, J. Andrew. Apa Itu Misiologi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Kuiper, Arie De. Misiologi. Surabaya: Momentum, 2015.

Samosir, Maregos Andrianus Emer Samosir, Transformasi HCHB ke HKI. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2020.

Siwu, Richard. Misi dalam Pandangan Ekumenikal dan Evanggelikal Asia. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1996.

Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: Leadership Fondation, 2003.

Ukur. F., & F.L. Cooley. Jerih dan Juang. Jakarta: Lembaga Penelitian dan studi DGI,

1979.

Van Den End, Th., 95 Dalil Martin Luther. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.

Anda mungkin juga menyukai