September 2022
Hidup Beribadah
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Yeremia 18:1-11
Tanggapan : Mazmur 139:1b-6, 13-18
Bacaan II : Filipi 1:1-21
Bacaan Injil : Lukas 14:25-33
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 059:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 084:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 106:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 161:1 –
Kidung Pangutusan : KPJ 144:1, 2
Kotbah Jangkep 1
DASAR PEMIKIRAN
Salib adalah lambang penderitaan. Penderitaan itu sendiri
bisa diakibatkan oleh faktor intern dan ekstern dari mahkluk
yang bernama manusia. Pertanyaan selanjutnya, apakah
penderitaan yang dimaksud dalam kotbah ini menyangkut
semuanya? Jawabannya adalah tidak, sebab penderitaan yang akan
kita perumulkan adalah penderitaan sebagai konsekuensi dari
mengikut Kristus.
Apakah ada konsekuensi untuk mengikut Kristus? Tentu saja
ada! Salah satunya adalah penderitaan. Bacaan kita kali ini ingin
mengupas tentang konsekuensi dan komitment ketika kita sudah
memutuskan untuk mengikut Kristus. Ada ajakan, ada
peringatan, ada pertimbangan, dan ada penolakan.
KETERANGAN BACAAN
Yeremia 18:1-11
Bejana berbicara tentang sebuah proses dan hasil dari
sebuah tujuan dan karya yang bernilai. Tetapi ketika kita
mengalami proses pembentukan itu, seringkali proses itu sangat
menyakitkan, membuat kita terluka, mengalami penderitaan dan
terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun, tidak
bisa dipungkiri proses merupakan bagian dari kehidupan setiap
orang dan salah satu cara untuk keluar dari setiap proses
hanyalah menghadapinya dan menyelesaikannya dengan baik.
Ketika merenungkan esensi dari sebuah proses terlintas
sebuah bejana tanah liat di tangan tukang periuk. Setiap tukang
periuk memiliki design dan gambaran tersendiri mengenai
bejana tanah liat di tangannya dan setiap design tidaklah sama
antara satu dan yang lain. Awal langkah tukang periuk
mengambil gumpalan tanah liat, kemudian tanah liat tersebut
dibersihkan dari batu-batu, kerikil dan kotoran-kotoran lain yang
melekat di tanah liat tersebut. Lalu tanah liat itu biasanya
direndam agar menjadi lebih lembek dan bisa dibentuk.
Kotbah Jangkep 1
pedal yang dapat mengatur kecepatan putar meja bulat
diatasnya. Sambil terus diputar, tanah liat akan terus dibentuk
oleh tukang periuk, ditekan, didorong, tanah liat akan terkikis
dan perlahan– lahan terbentuk. Dan puncak dari proses tersebut
ketika bejana itu harus melewati sebuah proses pembakaran
hingga akhirnya menjadi sebuah bejana tanah liat yang indah
pada akhirnya.
Mazmur 139
Mazmur 139 merupakan pasal pendek namun memiliki
kelebihan. kelebihan karena berisi kegaguman Daud akan kuasa
dan kemurahan Tuhan kepada UmatNya. Kegaguman umatNya
dan Kemurahan Tuhan sangat tergantung dengan relasi
keduanya. Kekristenan selalu bicara tentang hubungan, baik
dengan Tuhan maupun sesama. Dan, salah satu faktor agar
sebuah hubungan berjalan sehat dan mesra adalah pengenalan
yang baik dari masing- masing pihak.
Bagi Allah tidak ada yang tersembunyi. Tuhan mengenal kita
karena Dialah yang menciptakan kita (Mazmur 139:13). Dia tahu
keberadaan kita dan apa saja kebutuhan kita, bahkan sebelum
diungkapkan. Saat kita tak sanggup merangkai kata dalam doa,
Tuhan tersenyum dan mengangguk sebagai tanda Dia memahami
isi hati kita.
Daud menulis, “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun
Engkau.” (Mazmur 139:8). Allah selalu ada untuk umatNya.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24 Dalam
doanya, Daud mengatakan “ujilah” dan “tuntunlah”. Artinya,
Tuhan mau mengingatkan dan menunjukkan jalan itulah prinsip
penggembalaan. Menegur dengan penuh kasih dan menunjukkan
jalan bagi yang tersesat.
Lukas 14:25-33
da yang mengutak atik kata “guru” yaitu sebuah singkatan:
digugu lan ditiru. Murid seharusnya mengikuti gurunya dan guru
menjadi teladan muridnya. Menjadi murid berarti orang yang
belajar dari gurunya, meniru gurunya, tidak hanya belajar teori
tapi juga belajar untuk melakukan apa yang dipelajarinya dari
gurunya. Menjadi murid berarti menjadi pembelajar dan melakukan
ajaran gurunya. Demikian juga halnya dengan murid Tuhan Yesus.
Menjadi murid berarti mengikuti gaya hidup sang guru. Pada
ayat 25 kita baca…banyak orang berduyun-berduyun mengikuti
Yesus dalam perjalanan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah mereka
ikut karena kebutuhan atau karena trend? biasanya banyak
Kotbah Jangkep 1
orang datang karena ubyang ubyung (ikut ikutan) saja.
Saudaraku…
Dalam komunitas rohani ada yang dijadikan panutan. Dan
panutan itulah yang akan membentuk seseorang yang menjadi
pengikutnya. Pengikutnya akan “manut” atau menyerahkan dirinya
dibentuk seperti apa kemauan dari yang menjadi Panutan.
Seperti halnya bejana yang dibentuk oleh Penjunan.
Bejana berbicara tentang sebuah proses dan hasil dari
sebuah tujuan dan karya yang bernilai. Tetapi ketika kita
mengalami proses pembentukan itu, seringkali proses itu sangat
menyakitkan, membuat kita terluka, mengalami penderitaan dan
terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun, tidak
bisa dipungkiri proses merupakan bagian dari kehidupan setiap
orang dan salah satu cara untuk keluar dari setiap proses
hanyalah menghadapinya dan menyelesaikannya dengan baik.
Ketika merenungkan esensi dari sebuah proses terlintas
sebuah bejana tanah liat di tangan tukang periuk. Setiap tukang
periuk memiliki design dan gambaran tersendiri mengenai bejana
tanah liat di tangannya dan setiap design tidaklah sama antara
satu dan yang lain. Awal langkah tukang periuk mengambil
gumpalan tanah liat, kemudian tanah liat tersebut dibersihkan
dari batu- batu, kerikil dan kotoran-kotoran lain yang melekat di
tanah liat tersebut. Lalu tanah liat itu biasanya direndam agar
Kotbah Jangkep 1
menjadi lebih
Saudaraku…
Antara penjunan dan bejana harus ada chemistry…atau
relasi yang melekat sehingga hasilnyapun juga menarik dan
indah. Mazmur 139 merupakan pasal pendek namun memiliki
kelebihan. kelebihan karena berisi kegaguman Daud akan kuasa dan
kemurahan Tuhan kepada UmatNya. Kegaguman umatNya dan
Kemurahan Tuhan sangat tergantung dengan relasi keduanya.
Kekristenan selalu bicara tentang hubungan, baik dengan
Tuhan maupun sesama. Dan, salah satu faktor agar sebuah
hubungan berjalan sehat dan mesra adalah pengenalan yang baik
dari masing- masing pihak.
Bagi Allah tidak ada yang tersembunyi. Tuhan mengenal kita
karena Dialah yang menciptakan kita (Mazmur 139:13). Dia tahu
keberadaan kita dan apa saja kebutuhan kita, bahkan sebelum
diungkapkan. Saat kita tak sanggup merangkai kata dalam doa,
Tuhan tersenyum dan mengangguk sebagai tanda Dia memahami
isi hati kita.
Daud menulis, “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun
Engkau.” (Mazmur 139:8). Allah selalu ada untuk umatNya.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran- pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!” – Mazmur 139:23-24
Kotbah Jangkep 1
Dalam doanya, Daud mengatakan “ujilah” dan “tuntunlah”.
Artinya, Tuhan mau mengingatkan dan menunjukkan jalan itulah
prinsip penggembalaan. Menegur dengan penuh kasih dan menunjuk-
kan jalan bagi yang tersesat.
Saudaraku…
Hidup sebagai murid berarti hidup yang berkenan bagi Sang
Guru. Jika sang Guru adalah Tuhan Yesus maka gaya hidup kita harus
sesuai denganNya. Termasuk konsekuensi menjadi muridNya
yang harus diketahui , disyukuri dan dijalani.
Ada tulisan produk kaos yang menggelitik saya yaitu : “muda
foya foya, tua kaya raya, kalau mati masuk Surga.” Sekilas itu
harapan yang sembrono atas hidup dan matinya seseorang.
Mungkin tulisan itu hanya guyonan saja, tetapi kalau kita
merenungkannya, maka saya mengambil kesimpulan bahwa
orang tersebut hanya mau enaknya saja!
Paulus punya cara pandang yang unik dalam melihat hidupnya.
Baginya hidup dan mati sama-sama penting. Apa buktinya? Ia
hidup untuk bersukacita menyaksikan pertumbuhan iman jemaat
Filipi yang ia layani (ay. 3-11) dan rela menderita demi
memberitakan Injil (ay. 12-17). Mengapa Paulus dapat menjalani
hidupnya dengan sukacita meski menderita? Kuncinya adalah
Kristus. Kristus memberikan makna baru baik pada kehidupan
maupun kematian. Paulus menekankan bahwa bila ia hidup, ia
ingin terus melayani dan berbuah bagi Kristus. Sebaliknya, apabila
ia mati, ia memandang- nya sebagai suatu keuntungan karena hal
itu berarti ia berbahagia hidup bersama-sama dengan Kristus.
Dalam komunitas Kristen (yun: Kristonos => pengikut
Kristus), tentu Kristus yang menjadi teladan. Yesus Kristus
adalah panutan dan teladan orang orang yang percaya
kepadaNya. Tidak sedikit orang yang ingin menjadi pengikut
Kotbah Jangkep 1
Ada yang mengutak atik kata “guru” yaitu sebuah singkatan:
digugu lan ditiru. Murid seharusnya mengikuti gurunya dan guru
menjadi teladan muridnya.
Menjadi murid berarti orang yang belajar dari gurunya, meniru
gurunya, tidak hanya belajar teori tapi juga belajar untuk melakukan
apa yang dipelajarinya dari gurunya. Menjadi murid berarti
menjadi pembelajar dan melakukan ajaran gurunya. Demikian
juga halnya dengan murid Tuhan Yesus.
Menjadi murid berarti mengikuti gaya hidup sang guru. Pada
ayat 25 kita baca…banyak orang berduyun-berduyun mengikuti
Yesus dalam perjalanan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah mereka
ikut karena kebutuhan atau karena trend ? biasanya banyak
orang datang karena ubyang ubyung (ikut ikutan) saja.
Tuhan Yesus akhirnya harus menyeleksi siapa siapa yang
memang karena kebutuhan mereka menjadi muridNya dan
berkata kepada mereka : “Jikalau seorang datang kepadaKu dan
ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, dan anak-anaknya,
saudaranya- saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadii murid-Ku. (ay.26).
1) Melalui ay. 26 ini kita lihat \syarat yang pertama untuk menjadi
murid Yesus adalah mengasihi Yesus lebih utama dari pada
ikatan hubungan keluarga dan bahkan nyawa sendiri. Ayat
ini tidak mengajarkan untuk membenci orang tua. Karena 10
hukum Tuhan khususnya yang ke 5 kita diprintahkan untuk
menghormati orang tua. (perintah ke-5 Kel 20, Mat 15:4).
Kalau kita tidak siap, berarti kita tidak bisa memenuhi syarat
menjadi murid Yesus…Yesus sendiri berkata …ia tidak dapat
menjadi murid-Ku (ay.26).
2) Syarat yang kedua adalah rela menderita dan terus menerus
mengikuti Yesus (ay.27)
Tuhan Yesus tidak suka dicap seorang yang suka PHP
(Pemberi Harapan Palsu). Tuhan Yesus justru memberi
Kotbah Jangkep 1
berpahit pahit dahulu. “Jikalau seorang datang kepada-Ku
dan menjadi murid-Ku ia harus memikul salibnya dan terus-
menerus ikut Aku dalam keadaan apapun”. Apakah maksud
dari memikul salibnya ? Salib (Yun: Stauro, Ing: Cross), pada
jaman Tuhan Yesus salib dikenal sebagai alat dari kayu kasar
untuk menghukum mati para penjahat di bawah
pemerintahan Romawi. Penjahat yang dihukum dengan alat
kayu palang itu harus memikul salibnya sendiri sampai
tempat penyaliban, diikat pada tangan pergelangan tangan
dan kakinya, kemudian dipaku pada tangan dan kakinya,dan
dibiarkan mati perlahan- lahan. Jadi pada saat Yesus
mengatakan “pikullah salib”, kepada orang-orang yg
mengikuti-Nya, mereka memiliki gambaran seperti ini,
gambaran penderitaan salib yg mengerikan dan mematikan.
3) Komitment memberikan seluruh hidupnya kepada Kristus lebih
dari apapun sampai akhir. (ay. 28, 33)
Menjadi murid Yesus ,pertama (ay.28), diumpamakan seperti
seorang yg mau mendirikan sebuah menara tidakkah duduk
dahulu membuat anggaran biayanya, kalau kalau cukup
uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…kalimat duduk
dahulu artinya mempertimbangkan secara matang terlebih
dahulu sebelum memutuskan mengikuti Yesus, silahkan
berhitung matematis ikut atau tidak dan siap dengan segala
konsekuensi, meskipun iman tidak sama dengan hitungan
matematis!
Ada istilah jawa; “nek wani aja wedi wedi…nek wedi aja
wani wani !”
Di akhir kotbah ini saya ingin menekankan bahwa: Konsekuensi
dari mengikut Kristus yang terasa berat di dunia ini yang
terbatas dan sementara tidaklah sebanding dengan pengharapan
kita akan menerima kemuliaan di Sorga yang bersifat kekal dan
abadi.
1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
Tuhan memberkati kita amin.
Kotbah Jangkep 1
KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA
Para kinasih
Ing kempalaning karohanen mesthi wonten ingkang kapa-
panaken dados panutan, lan panutan punika ingkang badhe
ndamel tiyang sami dados pandherekipun. Pandherekipun
mesthi badhe manut punapa ingkang kinersakaken dening
panutanipun kadosdene grabah ingkang kadamel dening kundhi.
Grabah punika mboten namung sesambetan kaliyan barang,
ananging sejatosipun ugi nggambaraken satunggaling lelampahan
lan hasilipin ingkang kawiwitan saking ancas lan pakaryan
ingkang aji.
Perkawisipun punika mboten sedaya tiyang saged nampi,
amargi biasanipun nalika kundhi mangun grabah mbetahaken
wekdal lan kaolah makaping-kaping ngantos saged dipuntingali
endah. Menawi dereng sae, badhe dipun ‘empleng-empleng’ malih
saking wiwitan, mekaten wongsal wangsul ngantos dados grabah
ingkang dipunkersakaken. Menawi kita saged mangertos lampahing
damel grabah punika saged dados pasinaon kita, inggih punika
Para kinasih
Kundhi mangun grabah miturut ancas lan pangangen-
angenipun, dene grabah mboten saged suwala punapadene
nampik awit mesthi namung manut. Mila ing ngriku sedaya
kelampahan awit lelampahan ingkang mekaten punika.
Kitab Jabur 139 punika ngemu ayat ingkang ringkes ananging
ngemu piwulang ingkang ageng. Punapa piwulangipun? Piwulang-
anipun ngemot pangalembananipun Prabu Daud tumrap panguwaos
lan kamirahanipun Gusti Allah dhateng umatipun. Pangalem-
bananipun umat kaliyan sih kamirahanipun Gusti punika gumantung
anggenipun sami mbangun sesambetan kekalihipun. Tumrap
Gusti Allah mboten wonten ing jagad punika ingkang kasamaran
ing paningalipun. Gusti Allah nupiksani kawontenan kita sedaya
awit panjenenganipun ugi ingking akarya manungsa (Jabur
139:13). Panjenenganipun pirso ing pundhi dunung kita lan punapa
Kotbah Jangkep 1
kemawon
Para kinasih
Gesang minangka muridipun Gusti tegesipun gesang ingkang
dhatengaken karenan kagem Sang Guru. Menawi Sang Guru kita
punika Gusti Yesus mila gesang kita kedah kados ingkan kinersakaken
dening Panjenenganipun. Kalebet unduh-unduhanipun tiyang
ingkang purun dados muridipun Gusti inggih punika kedah
tibarbuka, kebak ing pangucap sokur lan nindakaken dhawuhipun.
Wonten satunggaling tetembungan ingkang mekaten: “muda
foya-foya, tua kaya raya, mati masuk Sorga.” Sakklepasan
tetembungan punika pangajeng-ajeng ingkang sembrono tumrap
gesang lan pejahipun tiyang. Tetembungan ingkang ngemu
gegojekan, ananging miturut kula menawi punika saestu
dipunlampahi tiyang punika namung kepingin saksekecanipun
piyambak.
Kotbah Jangkep 1
Rasul Paul nggadahi pamawas ingkang radi benten
anggenipun ningali gesangipun. Tumrap Rasul Paul dadosa
gesang punapa
Kotbah Jangkep 2
nggadahi gambaran bilih ndherek
Kotbah Jangkep 2
Minggu, 11 September 2022
Minggu Biasa XIX Minggu ke-14 setelah Pentakosta (Hijau)
DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 4:11-12, 22-28
Tanggapan : Mazmur 14
Bacaan II : 1 Timotius 1:12–17
Injil : Lukas 15:1-10
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 32:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 56:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 103:1, 2
Kidung Pisungsung : PKJ 157:1, 2
Kidung Pengutusan : PKJ 78:1, 3
KETERANGAN BACAAN
Yeremia 4: 11- 12, 22-28
Bacaan ini mengungkapkan tentang kehancuran yang dialami
bangsa Israel sebagai bentuk dari penghukuman Allah atas
mereka. Hukuman Allah ini diberikan kepada mereka karena
kegagalan mereka untuk mengenal Allah dan taat kepada Allah.
Bentuk kehancuran itu tampak dengan adanya angin panas dari
bukit- bukit gundul, bumi yang campur baur, langit gelap dan
gunung bergoncang. Hal ini menunjukkan kehancuran yang
dahsyat. Di samping itu, kehancuran ini juga mau menyatakan
bahwa akibat ketidaktaatan manusia kepada Allah, alam pun
mengalami penderitaan. Panggilan Allah kepada manusia di tengah
hukuman ini adalah manusia kemblai kepada Allah,
meninggalkan dewa-dewa yang merekan sempah dan
menunjukkan sikap hidup yang setia kepada Tuhan.
Kotbah Jangkep 2
Mazmur 14
Mazmur ini mengungkapkan kesedihan pemazmur akan orang-
orang sukap hidup orang bebal. Orang-orang ini dalam hatinya
tidak mengakui keberadaan Tuhan. “Tidak ada Tuhan”. Hidup
mereka penuh penyelewengan, bejat dan tidak ada yang berbuat
baik. Orang-orang percaya yang hidup ditengah mereka
mengalami penindasan. Mereka memangsa orang-orang percaya
seperti mereka menyantap roti. Di tengah situasi seperti itulah
pemazmur berharap kepada Tuhan. Pemazmur percaya bahwa
Tuhan akan menyelamat- kan mereka. Tuhan akan menjaga
mereka.
1 Timotius 1:12–17
Bagian ini mengungkapan pengalaman iman Rasul Paulus
tentang ungkapan syukur atas anugerah Allah dalam diri Tuhan
Yesus Kristus. Paulus menyadari masa lalunya sebagai penganiaya
jemaat, namun dalam perjalanan ke Damaskus untuk menganiaya
jemaat justru di situ ia bertemu dengan Tuhan Yesus. Bagi Paulus
perjumpaan dengan Tuhan Yesus adalah sebuah anugerah yang
besar yang menuntunnya pada iman dan kasih Kristus dalam
hidupnya. Tidak hanya itu, Paulus merasakan anugerah yang
besar Ketika Tuhan Yesus mempercayakan kepadanyaa karya
pelayanan. Dari pengalamnya itu, Paulus menyatakan kebenaran
bahwa Tuhan Yesus dating ke dunia untuk menyelamatkan manusia
yang berdosa. Paulus juga menyatakan bahwa Allah menyatakan
kesabarannya kepadanya, ia yang paling berdosa pun
diampuninya.
Lukas 15:1-10
Lukas 15 mengisahkan tiga perumpamaan tentang "yang
hilang", yaitu: Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 4-7),
Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10), Perumpamaan
Kotbah Jangkep 2
perjumpaan Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang bersungut-sungut melihat Yesus menerima orang-
orang berdosa, bahkan Tuhan Yesus makan bersama-sama
dengan mereka. Kisah perumpamaan yang disampaikan Tuhan
Yesus ini dimaksudkan untuk menanggapi sungut-sungut orang-
orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tersebut, sekaligus untuk
menunjukkan alasan tindakanNya. Yesus ingin menunjukkan
misi kedatangan- Nya yaitu untuk "mencari mereka yang hilang".
Ungkapan "yang hilang" jelas mengacu pada orang berdosa.
Berbeda dengan kaum Farisi dan ahli Taurat yang cenderung
menjauhi orang berdosa, Tuhan Yesus justru mencari mereka
agar mereka dan membawa mereka untuk bertobat.
Kotbah Jangkep 2
domba-Nya yang hilang. Semua ini dilakukan oleh Allah supaya
manusia beroleh keselamatan.
Kotbah Jangkep 2
KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA
Kotbah Jangkep 2
manusia selamat. Allah tidak menghendaki manusia binasa atau
berjalan dalam kesesatan. Karya Allah yang membawa pada
kesela- matan ini diungkapkan oleh Tuhan Yesus melalui
perumpamaan domba yang hilang dan uang dirham yang hilang.
Perumpamaan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari Lukas15:1-
3 yang mengisahkan tentang perjumpaan Tuhan Yesus dengan
orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut
melihat Yesus menerima orang-orang berdosa, bahkan Tuhan
Yesus makan bersama-sama dengan mereka. Kisah perumpamaan
yang disam- paikan Tuhan Yesus ini dimaksudkan untuk
menanggapi sungut- sungut orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat tersebut, sekaligus untuk menunjukkan alasan
tindakanNya. Yesus ingin menunjukkan misi kedatangan-Nya
yaitu untuk "mencari mereka yang hilang". Ungkapan "yang
hilang" jelas mengacu pada orang berdosa. Berbeda dengan kaum
Farisi dan ahli Taurat yang cenderung menjauhi orang berdosa,
Tuhan Yesus justru mencari mereka agar mereka dan membawa
mereka untuk bertobat.
Karya Allah yang menyelamatkan tersebut tampak dalam
perumpamaan domba yang hilang. Dalam kisah tadi dikatakan
ada gembala yang menggembalakan seratus domba. Namun rupanya
salah 1 dari domba itu hilang. Yang dilakukan gembala tersebut
adalah mencari satu domba yang hilang, bahkan ia rela
meninggalkan yang 99 domba yang lainnya. Ia mencari sampai
mendapatkananya. Upaya gembala mencari dombanya sampai
ketemu menunjukkan betapa berharganya domba itu di mata
sang gembala. Dia tidak ingin ada salah satu dari dombanya yang
binasa. Betapa gembiranya ketika domba yang hilang itu
ditemukan. Gembala itu membawa domba yang sudah
ditemukan dan ia menyatakan kegembiraan bersama dengan
teman-temannya.
Sementara dalam perumpamaan yang kedua adalah tentang
uang dirham yang hilang. Perumpamaan ini senada dengan
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
perumpamaan tentang domba yang hilang, yang dikisahkan
Kotbah Jangkep 2
sebelumnya. Dalam perumpamaan diceritakan tentang seorang
perempuan yang mempunyai uang sepuluh dirham dan kehilangan
satu di antaranya. Satu dirham atau drachma (mata uang Yunani)
nilainya kira-kira sama dengan satu dinar (mata uang Romawi).
Satu dinar sama dengan upah kerja seorang buruh sehari. Perem-
puan itu hanya mempunyai sepuluh dirham. Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan bukanlah perempuan yang kaya menurut
ukuran masyarakat waktu itu. Ia berusaha mencari uangnya yang
hilang sampai mendapatkannya. Tidak mudah mencari uang
dirham yang jatuh di dalam rumah karena umumnya rumah saat
itu tidak cukup terang, lantainyapun berdebu, sangat mungkin
uang itu tertutup oleh debu. Karenanya ia mencari sapu dan
menyalakan pelita, mencari uang dengan cermat itu sampai ketemu.
Pelita yang dinyalakan di sini tidaklah berarti bahwa hari sudah
malam, melainkan karena pintu rumah di Palestina waktu itu
umumnya rendah dan biasanya tidak ada jendela. Meskipun
siang hari, namun keadaan dalam rumah tetap gelap. Dicarinya
uang itu dengan cermat sampai ia menemukannya. Apa yang
dilakukan oleh perempuan itu ketika dirhamnya ditemukan, ia
memanggil sahabat-sabahatnya dan bergembira dengan mereka.
Dari perumpamaan ini kita belajar tentang karya Allah dalam
diri Tuhan Yesus. Dia mengenal dan mengasihi kita masing-
masing secara pribadi, Dia tidak menghendaki satupun dari kita
hilang atau tenggelam dalam kehidupan dosa, Dia akan terus
mencari pendosa sampai ditemukan-Nya, dan betapa bahagianya
warga sorgawi jika yang hilang telah berhasil ditemukan. Karya
Allah ini menunjukkan begitu besar kasihNya kepada manusia,
yang yang pantas kita sambut dengan syukur. Rasul Paulus
mensyukuri karya Allah yang menyelamatkannya dengan
menyerahkan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pelayanan.
Kalau bulan September ini kita berada dalam Bulan Liturgi,
bulan yang mengingatkan kita tentang pentingnya sebuah
Kotbah Jangkep 2
dahan. Bukankan ibadah yang setiap saat kita lakukan juga
merupakan puncak syukur atas karya penyelamatan Allah bagi
kita manusia yang berdosa.Kiranya setiap saat kita menyatakan
bakti kita melalui peribadahan, hal ini juga mendorong kita
untuk menyatakan syukur melalui sikap kita yang ambil bagian
dalam pelayanan. Amin.
Kotbah Jangkep 2
nyariosaken bab pepanggihan ing antawisipun Gusti Yesus
kaliyan
TUJUAN:
1. Jemaat menghayati bahwa dalam iman kepada Tuhan Yesus, Dia
memberi jaminan akan kehidupan kekal.
2. Jemaat terdorong untuk mewujudkan kehidupan kekal dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 8:18-9:1
Tanggapan : Mazmur 79:1b-9
Bacaan II : 1 Timotius 2:1-7
Injil : Lukas 16:1-13
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 27:1, 2
Kidung Panelangsa : PKJ 61:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 78:1, 3
Kidung Pisungsung : PKJ 157:1, 2
Kidung Pengutusan : KPJ 184:1
Kotbah Jangkep 2
DASAR PEMIKIRAN
Pokok pemberitaan dari iman Kristen adalah karya
penyelamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus. Berita ini sudah
disampaikan sejak Perjanjian lama dan mencapai puncaknya
dengan kedatangan Tuhan Yesus. Allah menghendaki semua
manusia selamat. Dalam iman kepada Tuhan Yesus setiap orang
percaya mendapat jaminan akan kehidupan kekal. Sebagai orang
yang sudah diselamatkan, setiap orang percaya juga dipanggilkan
untuk menwujudkan kehidupan kekal ini dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini diantaranya dapat dilihat dan diterapkan
dalam orientasi hidup termasuk bagaimana kita menggunakan
kekayaan/uang kita. Apakh harta kekayaan/ uang semata-mata
digunakan memenuhi kebutuhan saat ini ataukah juga bagi
kehidupan kekal.
KETERANGAN BACAAN
Yeremia 8:18-9:1
Bacaan ini mengungkapkan kesedihan Yeremia yang begitu
mendalam. Dia berada di antara dua pihak yang berbeda. Di satu
sisi Yeremia melihat penderitaan bangsa yang minta tolong, di
sisi lain Yeremia juga melihat hati Tuhan yang terluka karena
ketidaksetiaan umat Allah yang hatinya berpaling dari Tuhan.
Bangsa yang semestinya taat kepada Allah justru menunjukkan
kehidupan pada penyembahan berhala. Ketidaktaatan mereka
itulah yang menjadi penyebab kehancuran dan penderitaan mereka.
Sayang sekali di tengah penderitaan yang mereka alami mereka
tidak menyadari akan kesalahan mereka. Sikap hidup mereka
seperti inilah yang mengundang murka Allah. Dalam duka yang
mendalam inilah, Yeremia berharap bahawa pada saatnya bangsa
Isreal Kembali kepada Tuhan.
Mazmur 79:1b-9
Bagian ini mengungkapkan tentang kesedihan pemazmur
atas siatusi yang dihadapi oleh bangsa Israel. Saat itu mereka
Kotbah Jangkep 2
Yerusalem, mereka telah menghancurkan dan menajiskan Yerusalem
sebagai kota Allah. Penduduk Yerusalem mengalami
penganiayaan bahkan mereka menjadi bahan cemoohan bangsa
lain. Peristiwa yang digambarkan pemazmur ini menunjuk pada
kehancuran akan kerajaa Yehuda (Israel Selatan) ketika mereka
jatuh ke tangan Babel. Namun di tengah penderitaan dan
kehancuran yang mereka alami bangsa Israel mau menyadari
akan kesalahan mereka (ayat 8) dan mereka memohon supaya
Tuhan mau mengampuni dosa mereka dan tidak
memperhitungkan kesalahan mereka. Di tengah penderitaan
yang mereka Allami bangsa Israel menyandarkan diri mereka
kepada Tuhan karena mereka yakin bahwa Tuhanlh Sang
Penyelamat mereka.
1 Timotius 2:1-7
Bagian dari perikop ini mengungkapkan penulis kitab
Timotius memberika nasehat agar jemaat, raja-raja dan semua
pembesar menyatakan doa kepada Tuhan. Dalam ayat yang ke 4
dan 5 mengungkapkan bahwa Allah menghendaki semua orang
selamat dan menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya Allah
yang esa. Nasehat ini penting dan ditekankan karena saat itu
kehidupan orang beriman berada dalam situasi yang tidak
mudah. Iman dan beribadah kepada Tuhan seringkali
diperhadapkan kepada peraturan yang menempatkan kaisar
sebagai Tuhan. Dalam situasi seperti ini jemaat diingatkan untuk
tetap percaya kepada Tuhan karena Allah dalam diri Tuhan
Yesus telah menyerahkan diri sebagai tebusan bagi semua
manusia. Ungkapan “tebusan” ini memang istilah yang sangat
dikenal pada masa itu. Istilah ini biasa digunakan untuk menebus
budak dan penebusan itu dengan uang. Tuhan Yesus sebagai
penyelamaat, telah menebus manusia yang diperbudak oleh dosa
bukan dengan uang tetapi dengan kuasa darahNya. Karena setiap
orang yang percaya telah ditebus oleh darah Kristus, maka
Kotbah Jangkep 2
Lukas 16:1-13
Bagian ini menceritakan tentang orang kaya dan bendahara
yang tidak jujur. Dua tokoh yang pertama-tama tampil dalam
perumpamaan ini adalah seorang kaya dengan bendaharanya.
Orang kaya dalam perumpamaan ini rupanya seseorang yang
mempunyai tanah yang luas, namun ia hidup di luar negeri. Untuk
itu ia harus mengangkat seorang bendahara sebagai wakilnya
yang harus bertanggungjawab atas hasil tanahnya. Rupanya
bendahara ini mendapat tuduhan menghamburkan harta milik
tuannya. Istilah "menghamburkan" di sini berarti memboroskan
atau menggunakan uang tuannya yang bukan haknya. Ketika ia
harus mempertanggung- jawabkan perbuatannya bendahara
tersebut memutar otak mencari jalan keluar. Akhirnya menemukan
jalan keluar. Sebagai bendahara ia tahu dan memiliki catatan
orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Kepada orang yang
berhutang, ia memberikan keringanan supaya kau dia dipecat,
bendahara ini akan ditolong oleh mereka yang mendapat
keringanan atas hutang mereka. Kepada yang berhutang 100
tempayan minyak, diberinya keringanan dengan surat hutang
menjadi 50 tempayan minyak. Kepada yang berhutang 100 pikul
gandum, diberinya keringanan menjadi 80 pikul gandum.
Melihat apa yang dilakukan oleh bendahara tersebut tuan ini
memuji bendahara tersebut. Tentu saja yang dipuji bukan karena
ketidakjujurannya tetapi karena kecerdikannya, keuletannya,
sikapnya yang tidak mudah menyerah dalam mengatasi situasi
sulit. Kalau anak-anak dunia saja mampu dan memilki
kecerdikan untuk memikirkan hal-hal yang jauh ke depan
semestinya anak- anak terang juga memilki kecerdikan untuk
memikirkan hal-hal yang di depan melalui kekayaan yang kita
miliki.
Ayat 9 mengingatkan supaya kita menggunakan supaya kita
“mengikatkan persahabatan” dengan menggunakan mamon/
Kotbah Jangkep 2
POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Kotbah diawali dengan menjelaskan bahwa secara umum
ada kecenderungan bahwa setiap orang berharap memiliki masa
depan yang baik dan penuh pengharapan. Berbagi upaya
dilakukan untuk memperoleh masa depan yang penuh pengharapan
diantaranya dengan melakukan investasi dalam berbagai bentuk.
Masa depan yang penuh pengharapan yaitu hidup kekal juga
dijanjikan Tuhan dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Namun demikian sebagai orang percaya, ada panggilan untuk
menyatakan kehidupan kekal ini dalam hidup sehari-hari.
Pada bagain selanjutnya pengkotbah menguraikan bacaan
leksionari dengan memberi penekanan pada bacaan Injil yang
mengingatkan tentang pentingnya memiliki orientasi hidup ke
depan termasuk dalam mengunakan kekayaan bagi pekerjaan
karya keselamatan Allah yang masih berlangsung di dunia.
Kotbah Jangkep 2
berlangsung di dunia ini, atau kita
gunakan untuk menolong sesama yang dalam kesulitan.
Kotbah Jangkep 2
sulit. Kalau anak-anak dunia saja mampu dan memilki
kecerdikan untuk
Kotbah Jangkep 2
kecerdikan dalam menggunakan harta kekayaan kita bagi
kemuliaan nama Tuhan. Amin.
Kotbah Jangkep 2
punika, bendaranipun mboten duka malah ngalembana. Temtu
kemawon ingkang dipun alembana mboten karana tumindakipun
ingkang mboten jujur nanging pokal ingkang ulet, tansah pados
akal nalika ngadhepi kawontenan ingkang awrat. Juru-gedhong
punika ulet mikiraken gesang ing tembe wingking. Menawi anak-
anakipun jagad kemawon ngadahi akal murih kawilujenganipun
gesang ing tembe wingking, kedahipun para ahli warising
pepadhang ugi nggadhahi akal kangge mikiraken gesang ing
tembe wingking kanthi cara ngginakeken bandhanipun.
Saking ayat 9 malah ngengetaken supados sami “memitran”
kanthi ngginakaken mamon/bandha kadonyan ingkang asring
“dipun anggep mboten sae” kangge nindakaken ingkang sae
badhea kangge sesami punapadene kangge kamulyanipun Gusti.
Juru gedhong kala wau ngginakaken mamon ingkang mboten jujur
kangge ndudut manah saking ingkang sami gadhah ampilan.
Minangka para putra pepadhang kita kaengetaken supados
ulet/sugih akal/mboten gampil nglokro ngadhepi awrating
gesang. Kejawi punika mboten mapanaken bandha donya
minangka pepalang tumrap pakaryan kawilujengan, nanging
malah dados sarana tumrap pakaryan kawilujengan ingkang
taksih lumampah ing donya.
Lajeng kadospundi kita ngecakaken prakawis punika? Wulan
September punika kita taksih wonten ing suasana Wulan Liturgi.
Salah satunggaling perangan pangibadah punika nelakaken atur
panuwun awit kawilujengan langgeng kanthi ngaturaken pisungsung.
Nalika kita ngaturaken pisungsung ing wekdal ingkang sami kita
tumut nyengkuyung pakaryan kawilujengan ingkang taksih
lumampah ing jagad lantaran pasamuwan. I Timotius 2:1-7
nelakaken bilih Gusti Allah ngersakaken sedaya manungsa
wilujeng karana pakaryan kawilujengan katujokaken kangge
sedaya tiyang. Ing wekdal punika pasamuwanipun Gusti
kaparingan tanggel jawab martosaken pakaryan kawilujengan
kanthi maneka warni cara. Kangge nindakaken prakawis punika
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
temtu kemawon mbetahkaken
Kotbah Jangkep 2
dana lan sarana. Punapa ingkang kita pisungsungaken saben-
saben kita ngibadah punika kangge nyekapi kabetahing peladosan
lantaran pasamuwan lan ugi kangge nyengkuyung pakaryan
kawilujengan. Kanthi ngaturaken pisungsung kita ugi kawulang
supados nalika kita ngginakaken arta utawi barang kadonyan
sampun ngantos ngawut-awut, utawi ngginakaken arta lan banda
kadonyan namung kangge kepentingan diri pribadi. Kanthi
ngaturaken pisungsung kita ugi kawulang supados remen andum
katresnan. Kanthi pangandikanipun Gusti punika mugi kita
kaparingan akal ngginakaken bandha kadonyan murih pakaryan
ingkang ngener dhateng gesang langgeng. Amin.
DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 32:1-3a, 6-15
Tanggapan : Mazmur 91:1-6, 14-16
Bacaan II : 1 Timotius 6:6-19
Injil : Lukas 16:19-31
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 59:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 45:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 196:1,3
Kidung Pisungsung : KPJ 158:1, 2, 3
Kidung Pengutusan : KPJ: 439:1, 2
Kotbah Jangkep 2
DASAR PEMIKIRAN
Tuhan adalah sumber keselamatan. Di tengah situasi sulit,
Dia adalah Allah yang yang menjadi harapan dan sumber
keselamatan bagi mereka yang hatinya melekat kepadaNya. Dari
perspektif kitab Lukas, rupanya ada relasi antara kehidupan kekal
dengan cara kita memperlakukan sesama kita yang lemah, yang
menderita dan yang diabaikan. Buah dari kehidupan orang yang
diselamatkan adalah kesediaan untuk peduli dan berbagi. Di
samping tampak dari pola hidup dalam memperoleh dan
mempergunakan harta kekayaaannya.
KETERANGAN BACAAN
Yeremia 32:1-3a, 6-15
Bacaan di atas mengungkapkan visi yang dinyatakan Yeremia
bagi bangsa Israel. Saat itu bangsa Israel berada dalam situasi
sulit ketika mereka dikepung oleh Babel. Di tengah pengepungan
itu, Yeremia menyerukan supaya bangsa Israel menyerahkan diri
kepada Babel. Namun seruan Yeremia justru disalahpahami dengan
cara pandang yang berbeda oleh orang-orang Israel. Yeremia
dianggap sebagai penghianat bangsa karenanya Yeremia dijebloskan
ke dalam penjara. Pada saat Yeremia di penjara, atas perintah
Tuhan, Yeremia membeli sebidang tanah milik saudaranya. Pada
masa itu, tanah menggambarkan kehidupan ataupun kematian.
Setiap orang berusaha untuk mempertahankan tanahnya. Rupanya
saat itu Hanameel, mengalami kesulitan untuk mempertahankan
tanahnya.
Sementara kalau sampai tanah itu jatuh pada pihak lain, hal
ini sangat memalukan dan membahayakan keluarga. Karenanya
Yeremia membeli tanah itu supaya tidak jatuh pada pihak lain.
Agak aneh, di tengah bangsa Isrel di kepung oleh babil, Yeremia
justru melakukan transaksi jual beli tanah. Namun, dari bacaan
ini sebenarnya ada pesan kuat yang hendak disampaikan oleh
Kotbah Jangkep 2
Situasi memang berat, mereka terancam, masa depan terkesan
suram. Namun dengan tindakan membeli tanah itu, Yeremia hendak
menyampaikan pesan yang membawa harapan bahwa Allah
tidak diam. Pada saatnya Tuhan akan pulihkan bangsa Israel.
1 Timotius 6:6-19
Bagian ini mengungkapkan tentang nasehat Paulus tentang
bagaiamana orang percaya menempatkan dan menggunakan
harta kekayaan atau uang. Di bagian awal dari bacaan ini, Paulus
mengingat- kan jemaat untuk bisa “merasakan cukup”. Paulus
mengungkapkan ini karena “rasa cukup” ini akan membuat
seseorang tidak mementingkan diri sendiri, bahkan membuat
seseorang mampu memperjuangkan kepentingan orang lain dan
berpatisipasi bagi pekerjaan kerajaan sorga. Hal ini penting karena
rupanya ada orang yang terjerat kecintaannya pada uang. Mereka
jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan bahkan membawa
kepada kebinasaan. Kepada orang yang hidupnya memburu uang
dan kekayaan, Paulus menasehatkan supaya mereka mempunyai
orientasi baru dalam hidup mereka: mengejar keadilan, ibadah,
kasih, kesabaran dan kelembutan. Paulus juga mengingatkan
mereka supaya tidak menyombongkan diri serta mengandalkan
hidup pada kekayaaan materi. Sebaliknya mereka diberi nasehat
Kotbah Jangkep 2
Lukas 16:19-31
Perikop ini mengungkapkan tentang kisah orang kaya dan
Lazarus. Ketika di dunia, keadaan mereka jauh berbeda. Oramg
kaya ini setiap hari hidup dalam kemewahan hal ini tapak dari
pakaian yang dikenakan pun kemewahan yang dimilki.
Sementara Lazarus yang berarti “Tuhan menolong” hidup penuh
penderitaan. Ia seorang pengemis, badannnya penuh borok, ia
kelaparan dan berbaring di pintu pagar orang kaya tadi. Saying,
orang kaya ini tidak pernah peduli dengan kondisi Lazarus.
Lazarus dalam kelaparannya mengharapkan remah-remah yang
jatuh dari meja orang kaya itu, namun justru snjing-anjingnya
yang menjilati boroknya.
Ketika mereka mati, rupanya keadaan berubah drastis.
Orang kaya ini merasakan penderitaan yang berat di alam maut,
sementara Lazarus berada dalam pangkuan Abraham. Melihat
Abraham merasakan keadaan yang begitu baik, orang kaya ini
memohon supaya Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahnya. Namun permohonan itu tidak dapat
dipenuhi. Masing-masing sudah mendapat bagiannya. Terlebih di
antar mereka terbentang jurang yang tak dapat diseberangi.
Orang kaya ini memohon lagi supaya Lazarus ke rumah ayahnya
untuk mengingatkan lima saudaranya, supaya pada akhirnya
mereka tidak mengalami penderitaan yang sama. Kembali
permohonan itu ditolak lagi karena kesaksian Musa dan para nabi
telah mengingatkan mereka.
Lalu apa makna dari kisah ini? Apakah perikop ini hendak
mengatakah bahwa orang kaya pasti masuk neraka dan orang
miskin masuk sorga? Tentu saja tidak seperti itu. Lalu apa yang yang
membuat orang kaya akhirnya masuk neraka? Apakah karena
kekayaannya? Dosa apa yang dilakukannya? Dari kisah ini ada
pesan yang mau disampaikan, kesalahan dari orang kaya tadi
tentu bukan karena kekayaannya, tapi karena ketidakpeduliannya
Kotbah Jangkep 2
orang yang miskin. Lazarus setiap hari berada di dekat pintu
rumahnya, namun orang kaya itu tidak pernah menunjukkan
kepeduliannya. Kisah ini juga hendak menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kehidupan kekal dengan cara kita memperlakukan
sesama kita yang lemah, yang menderita dan yang diabaikan. Tokoh
Abraham yang diungkapkan dalam kisah ini penting karena
Abraham adalag Bapa orang beriman. Karenanya sebagai keturunan
Abraham merupakan keharusan untuk menunjukkan kepedulian
kepada yang lemah.
Kotbah Jangkep 2
makannya. Hanya saja,
Kotbah Jangkep 2
dll. Kepada orang yang hidupnya memburu uang dan kekayaan,
Paulus menasehatkan
Kotbah Jangkep 2
KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA
Kotbah Jangkep 2
bandha donya. Tiyang ingkang mekaten dhumawah ing mawarni-
marni panggodha saged ugi
Kotbah Jangkep 2
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi