Anda di halaman 1dari 90

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

September 2022
Hidup Beribadah

Kotbah Jangkep 2022 175


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN SEPTEMBER 2022

Minggu, 4 September 2022..........................................................177


Minggu Biasa XVIII Minggu ke-13 setelah Pentakosta (Hijau)
Ibadah: Memikul Salib, Mengikut Tuhan

Minggu, 11 September 2022........................................................194


Minggu Biasa XIX Minggu ke-14 setelah Pentakosta (Hijau)
Ibadah: Bersyukur atas Karya Penyelamatan

Minggu, 18 September 2022........................................................207


Minggu Biasa XX Minggu ke-15 setelah Pentakosta (Hijau)
Ibadah: Mewujudkan Hidup Kekal Dalam Keseharian

Minggu, 25 September 2022........................................................219


Minggu Biasa XXI Minggu ke-16 setelah Pentakosta (Hijau)
Ibadah: Peduli dan Berbagi

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Minggu, 4 September 2022
Minggu Biasa XVIII Minggu ke-13 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Memikul Salib Mengikut Tuhan

TUJUAN : 1.) Umat mengetahui apa arti ibadahUmat menyadari bahwa


2.) beribadah berarti juga memikul salib.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Yeremia 18:1-11
Tanggapan : Mazmur 139:1b-6, 13-18
Bacaan II : Filipi 1:1-21
Bacaan Injil : Lukas 14:25-33

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Yohanes 3:16
Petunjuk Hidup Baru : 2 Korintus 5:17
Persembahan : 2 Korintus 9:6-8

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 1:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 364:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 106:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 161:1 –
Nyanyian Pengutusan : KJ 356:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 059:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 084:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 106:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 161:1 –
Kidung Pangutusan : KPJ 144:1, 2

Pdt. Prasetyawan, M.Si (GKJ Salatiga Utara)

Kotbah Jangkep 1
DASAR PEMIKIRAN
Salib adalah lambang penderitaan. Penderitaan itu sendiri
bisa diakibatkan oleh faktor intern dan ekstern dari mahkluk
yang bernama manusia. Pertanyaan selanjutnya, apakah
penderitaan yang dimaksud dalam kotbah ini menyangkut
semuanya? Jawabannya adalah tidak, sebab penderitaan yang akan
kita perumulkan adalah penderitaan sebagai konsekuensi dari
mengikut Kristus.
Apakah ada konsekuensi untuk mengikut Kristus? Tentu saja
ada! Salah satunya adalah penderitaan. Bacaan kita kali ini ingin
mengupas tentang konsekuensi dan komitment ketika kita sudah
memutuskan untuk mengikut Kristus. Ada ajakan, ada
peringatan, ada pertimbangan, dan ada penolakan.

KETERANGAN BACAAN
Yeremia 18:1-11
Bejana berbicara tentang sebuah proses dan hasil dari
sebuah tujuan dan karya yang bernilai. Tetapi ketika kita
mengalami proses pembentukan itu, seringkali proses itu sangat
menyakitkan, membuat kita terluka, mengalami penderitaan dan
terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun, tidak
bisa dipungkiri proses merupakan bagian dari kehidupan setiap
orang dan salah satu cara untuk keluar dari setiap proses
hanyalah menghadapinya dan menyelesaikannya dengan baik.
Ketika merenungkan esensi dari sebuah proses terlintas
sebuah bejana tanah liat di tangan tukang periuk. Setiap tukang
periuk memiliki design dan gambaran tersendiri mengenai
bejana tanah liat di tangannya dan setiap design tidaklah sama
antara satu dan yang lain. Awal langkah tukang periuk
mengambil gumpalan tanah liat, kemudian tanah liat tersebut
dibersihkan dari batu-batu, kerikil dan kotoran-kotoran lain yang
melekat di tanah liat tersebut. Lalu tanah liat itu biasanya
direndam agar menjadi lebih lembek dan bisa dibentuk.

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Kemudian tanah liat itu akan melalui proses pembentukan di atas
sebuah meja berputar, yang biasanya dilengkapi

Kotbah Jangkep 1
pedal yang dapat mengatur kecepatan putar meja bulat
diatasnya. Sambil terus diputar, tanah liat akan terus dibentuk
oleh tukang periuk, ditekan, didorong, tanah liat akan terkikis
dan perlahan– lahan terbentuk. Dan puncak dari proses tersebut
ketika bejana itu harus melewati sebuah proses pembakaran
hingga akhirnya menjadi sebuah bejana tanah liat yang indah
pada akhirnya.

Mazmur 139
Mazmur 139 merupakan pasal pendek namun memiliki
kelebihan. kelebihan karena berisi kegaguman Daud akan kuasa
dan kemurahan Tuhan kepada UmatNya. Kegaguman umatNya
dan Kemurahan Tuhan sangat tergantung dengan relasi
keduanya. Kekristenan selalu bicara tentang hubungan, baik
dengan Tuhan maupun sesama. Dan, salah satu faktor agar
sebuah hubungan berjalan sehat dan mesra adalah pengenalan
yang baik dari masing- masing pihak.
Bagi Allah tidak ada yang tersembunyi. Tuhan mengenal kita
karena Dialah yang menciptakan kita (Mazmur 139:13). Dia tahu
keberadaan kita dan apa saja kebutuhan kita, bahkan sebelum
diungkapkan. Saat kita tak sanggup merangkai kata dalam doa,
Tuhan tersenyum dan mengangguk sebagai tanda Dia memahami
isi hati kita.
Daud menulis, “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun
Engkau.” (Mazmur 139:8). Allah selalu ada untuk umatNya.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24 Dalam
doanya, Daud mengatakan “ujilah” dan “tuntunlah”. Artinya,
Tuhan mau mengingatkan dan menunjukkan jalan itulah prinsip
penggembalaan. Menegur dengan penuh kasih dan menunjukkan
jalan bagi yang tersesat.

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Filipi 1:1-21
Ada tulisan produk kaos yang menggelitik saya yaitu: “muda
foya-foya, tua kaya raya, kalau mati masuk Surga.” Sekilas itu
harapan yang sembrono atas hidup dan matinya seseorang. Mungkin
tulisan itu hanya guyonan saja, tetapi kalau kita merenungkannya,
maka saya mengambil kesimpulan bahwa orang tersebut hanya
mau enaknya saja!
aulus punya cara pandang yang unik dalam melihat
hidupnya. Baginya hidup dan mati sama-sama penting. Apa
buktinya? Ia hidup untuk bersukacita menyaksikan pertumbuhan
iman jemaat Filipi yang ia layani (ay. 3-11) dan rela menderita
demi memberitakan Injil (ay. 12-17). Mengapa Paulus dapat
menjalani hidupnya dengan sukacita meski menderita? Kuncinya
adalah Kristus. Kristus memberikan makna baru baik pada
kehidupan maupun kematian. Paulus menekankan bahwa bila ia
hidup, ia ingin terus melayani dan berbuah bagi Kristus. Sebaliknya,
apabila ia mati, ia memandangnya sebagai suatu keuntungan
karena hal itu berarti ia berbahagia hidup bersama-sama dengan
Kristus.

Lukas 14:25-33
da yang mengutak atik kata “guru” yaitu sebuah singkatan:
digugu lan ditiru. Murid seharusnya mengikuti gurunya dan guru
menjadi teladan muridnya. Menjadi murid berarti orang yang
belajar dari gurunya, meniru gurunya, tidak hanya belajar teori
tapi juga belajar untuk melakukan apa yang dipelajarinya dari
gurunya. Menjadi murid berarti menjadi pembelajar dan melakukan
ajaran gurunya. Demikian juga halnya dengan murid Tuhan Yesus.
Menjadi murid berarti mengikuti gaya hidup sang guru. Pada
ayat 25 kita baca…banyak orang berduyun-berduyun mengikuti
Yesus dalam perjalanan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah mereka
ikut karena kebutuhan atau karena trend? biasanya banyak

Kotbah Jangkep 1
orang datang karena ubyang ubyung (ikut ikutan) saja.

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Tuhan Yesus akhirnya harus menyeleksi siapa siapa yang
memang karena kebutuhan mereka menjadi muridNya dan
berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia
tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, dan anak-anaknya,
saudaranya- saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (ay. 26).
Ayat 26 ini kita lihat syarat yang pertama untuk menjadi
murid Yesus adalah mengasihi Yesus lebih utama dari pada
ikatan hubungan keluarga dan bahkan nyawa sendiri. Ayat ini
tidak mengajarkan untuk membenci orang tua. Karena 10 hukum
Tuhan khususnya yang ke 5 kita diprintahkan untuk
menghormati orang tua. (perintah ke-5 Kel 20, Mat 15:4). Kalau
kita tidak siap, berarti kita tidak bisa memenuhi syarat menjadi
murid Yesus…Yesus sendiri berkata …ia tidak dapat menjadi
murid-Ku (ay. 26).
Syarat yang kedua adalah rela menderita dan terus menerus
mengikuti Yesus (ay. 27)
Tuhan Yesus tidak suka dicap seorang yang suka PHP (Pemberi
Harapan Palsu) Tuhan Yesus justru memberi peringatan untuk
berpahit pahit dahulu. “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan
menjadi murid-Ku ia harus memikul salibnya dan terus-menerus
ikut Aku dalam keadaan apapun.” Apakah maksud dari memikul
salibnya? Salib (Yun: Stauro, Ing: Cross), pada jaman Tuhan Yesus
salib dikenal sebagai alat dari kayu kasar untuk menghukum
mati para penjahat di bawah pemerintahan Romawi. Penjahat
yang dihukum dengan alat kayu palang itu harus memikul
salibnya sendiri sampai tempat penyaliban, diikat pada tangan
pergelangan tangan dan kakinya, kemudian dipaku pada tangan
dan kakinya, dan dibiarkan mati perlahan-lahan. Jadi pada saat
Yesus mengatakan “pikullah salib”, kepada orang-orang yg
mengikuti-Nya, mereka memiliki gambaran seperti ini, gambaran
penderitaan salib yang mengerikan dan mematikan.
Komitmen memberikan seluruh hidupnya kepada Kristus
lebih dari apapun sampai akhir. (ay. 28, 33)
Kotbah Jangkep 1
Menjadi murid Yesus, pertama (ay.28), diumpamakan
seperti seorang yg mau mendirikan sebuah menara tidakkah
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau kalau cukup
uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu, kalimat duduk
dahulu artinya mempertimbangkan secara matang terlebih
dahulu sebelum memutuskan mengikuti Yesus, silahkan
berhitung matematis ikut atau tidak dan siap dengan segala
konsekuensi, meskipun iman tidak sama dengan hitungan
matematis!
Ada istilah jawa; “nek wani aja wedi wedi…nek wedi aja
wani wani!”

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MEMIKUL SALIB MENGIKUT TUHAN

Manusia adalah makhluk Sosial, artinya bahwa manusia


tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Menjalin relasi atau
hubungan adalah sebuah kebutuhan. Relasi akan terjadi bila ada
komunitas. Ada komunitas sekuler dan ada komunitas rohani.
Keduanya sama dalam hal tertentu tetapi dalam banyak hal bisa
berbeda. Komunitas rohani selalu membutuhkan Patron (dalam
kamus KBBI berkaitan dengan teladan dan norma).

Saudaraku…
Dalam komunitas rohani ada yang dijadikan panutan. Dan
panutan itulah yang akan membentuk seseorang yang menjadi
pengikutnya. Pengikutnya akan “manut” atau menyerahkan dirinya
dibentuk seperti apa kemauan dari yang menjadi Panutan.
Seperti halnya bejana yang dibentuk oleh Penjunan.
Bejana berbicara tentang sebuah proses dan hasil dari
sebuah tujuan dan karya yang bernilai. Tetapi ketika kita
mengalami proses pembentukan itu, seringkali proses itu sangat
menyakitkan, membuat kita terluka, mengalami penderitaan dan
terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun, tidak
bisa dipungkiri proses merupakan bagian dari kehidupan setiap
orang dan salah satu cara untuk keluar dari setiap proses
hanyalah menghadapinya dan menyelesaikannya dengan baik.
Ketika merenungkan esensi dari sebuah proses terlintas
sebuah bejana tanah liat di tangan tukang periuk. Setiap tukang
periuk memiliki design dan gambaran tersendiri mengenai bejana
tanah liat di tangannya dan setiap design tidaklah sama antara
satu dan yang lain. Awal langkah tukang periuk mengambil
gumpalan tanah liat, kemudian tanah liat tersebut dibersihkan
dari batu- batu, kerikil dan kotoran-kotoran lain yang melekat di
tanah liat tersebut. Lalu tanah liat itu biasanya direndam agar

Kotbah Jangkep 1
menjadi lebih

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


lembek dan bisa dibentuk. Kemudian tanah liat itu akan melalui
proses pembentukan di atas sebuah meja berputar, yang biasanya
dilengkapi pedal yang dapat mengatur kecepatan putar meja
bulat diatasnya. Sambil terus diputar, tanah liat akan terus dibentuk
oleh tukang periuk, ditekan, didorong, tanah liat akan terkikis
dan perlahan – lahan terbentuk. Dan puncak dari proses tersebut
ketika bejana itu harus melewati sebuah proses pembakaran
hingga akhirnya menjadi sebuah bejana tanah liat yang indah
pada akhirnya.

Saudaraku…
Antara penjunan dan bejana harus ada chemistry…atau
relasi yang melekat sehingga hasilnyapun juga menarik dan
indah. Mazmur 139 merupakan pasal pendek namun memiliki
kelebihan. kelebihan karena berisi kegaguman Daud akan kuasa dan
kemurahan Tuhan kepada UmatNya. Kegaguman umatNya dan
Kemurahan Tuhan sangat tergantung dengan relasi keduanya.
Kekristenan selalu bicara tentang hubungan, baik dengan
Tuhan maupun sesama. Dan, salah satu faktor agar sebuah
hubungan berjalan sehat dan mesra adalah pengenalan yang baik
dari masing- masing pihak.
Bagi Allah tidak ada yang tersembunyi. Tuhan mengenal kita
karena Dialah yang menciptakan kita (Mazmur 139:13). Dia tahu
keberadaan kita dan apa saja kebutuhan kita, bahkan sebelum
diungkapkan. Saat kita tak sanggup merangkai kata dalam doa,
Tuhan tersenyum dan mengangguk sebagai tanda Dia memahami
isi hati kita.
Daud menulis, “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun
Engkau.” (Mazmur 139:8). Allah selalu ada untuk umatNya.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran- pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!” – Mazmur 139:23-24

Kotbah Jangkep 1
Dalam doanya, Daud mengatakan “ujilah” dan “tuntunlah”.
Artinya, Tuhan mau mengingatkan dan menunjukkan jalan itulah
prinsip penggembalaan. Menegur dengan penuh kasih dan menunjuk-
kan jalan bagi yang tersesat.

Saudaraku…
Hidup sebagai murid berarti hidup yang berkenan bagi Sang
Guru. Jika sang Guru adalah Tuhan Yesus maka gaya hidup kita harus
sesuai denganNya. Termasuk konsekuensi menjadi muridNya
yang harus diketahui , disyukuri dan dijalani.
Ada tulisan produk kaos yang menggelitik saya yaitu : “muda
foya foya, tua kaya raya, kalau mati masuk Surga.” Sekilas itu
harapan yang sembrono atas hidup dan matinya seseorang.
Mungkin tulisan itu hanya guyonan saja, tetapi kalau kita
merenungkannya, maka saya mengambil kesimpulan bahwa
orang tersebut hanya mau enaknya saja!
Paulus punya cara pandang yang unik dalam melihat hidupnya.
Baginya hidup dan mati sama-sama penting. Apa buktinya? Ia
hidup untuk bersukacita menyaksikan pertumbuhan iman jemaat
Filipi yang ia layani (ay. 3-11) dan rela menderita demi
memberitakan Injil (ay. 12-17). Mengapa Paulus dapat menjalani
hidupnya dengan sukacita meski menderita? Kuncinya adalah
Kristus. Kristus memberikan makna baru baik pada kehidupan
maupun kematian. Paulus menekankan bahwa bila ia hidup, ia
ingin terus melayani dan berbuah bagi Kristus. Sebaliknya, apabila
ia mati, ia memandang- nya sebagai suatu keuntungan karena hal
itu berarti ia berbahagia hidup bersama-sama dengan Kristus.
Dalam komunitas Kristen (yun: Kristonos => pengikut
Kristus), tentu Kristus yang menjadi teladan. Yesus Kristus
adalah panutan dan teladan orang orang yang percaya
kepadaNya. Tidak sedikit orang yang ingin menjadi pengikut

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


atau muridNya.

Kotbah Jangkep 1
Ada yang mengutak atik kata “guru” yaitu sebuah singkatan:
digugu lan ditiru. Murid seharusnya mengikuti gurunya dan guru
menjadi teladan muridnya.
Menjadi murid berarti orang yang belajar dari gurunya, meniru
gurunya, tidak hanya belajar teori tapi juga belajar untuk melakukan
apa yang dipelajarinya dari gurunya. Menjadi murid berarti
menjadi pembelajar dan melakukan ajaran gurunya. Demikian
juga halnya dengan murid Tuhan Yesus.
Menjadi murid berarti mengikuti gaya hidup sang guru. Pada
ayat 25 kita baca…banyak orang berduyun-berduyun mengikuti
Yesus dalam perjalanan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah mereka
ikut karena kebutuhan atau karena trend ? biasanya banyak
orang datang karena ubyang ubyung (ikut ikutan) saja.
Tuhan Yesus akhirnya harus menyeleksi siapa siapa yang
memang karena kebutuhan mereka menjadi muridNya dan
berkata kepada mereka : “Jikalau seorang datang kepadaKu dan
ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, dan anak-anaknya,
saudaranya- saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadii murid-Ku. (ay.26).
1) Melalui ay. 26 ini kita lihat \syarat yang pertama untuk menjadi
murid Yesus adalah mengasihi Yesus lebih utama dari pada
ikatan hubungan keluarga dan bahkan nyawa sendiri. Ayat
ini tidak mengajarkan untuk membenci orang tua. Karena 10
hukum Tuhan khususnya yang ke 5 kita diprintahkan untuk
menghormati orang tua. (perintah ke-5 Kel 20, Mat 15:4).
Kalau kita tidak siap, berarti kita tidak bisa memenuhi syarat
menjadi murid Yesus…Yesus sendiri berkata …ia tidak dapat
menjadi murid-Ku (ay.26).
2) Syarat yang kedua adalah rela menderita dan terus menerus
mengikuti Yesus (ay.27)
Tuhan Yesus tidak suka dicap seorang yang suka PHP
(Pemberi Harapan Palsu). Tuhan Yesus justru memberi

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


peringatan untuk

Kotbah Jangkep 1
berpahit pahit dahulu. “Jikalau seorang datang kepada-Ku
dan menjadi murid-Ku ia harus memikul salibnya dan terus-
menerus ikut Aku dalam keadaan apapun”. Apakah maksud
dari memikul salibnya ? Salib (Yun: Stauro, Ing: Cross), pada
jaman Tuhan Yesus salib dikenal sebagai alat dari kayu kasar
untuk menghukum mati para penjahat di bawah
pemerintahan Romawi. Penjahat yang dihukum dengan alat
kayu palang itu harus memikul salibnya sendiri sampai
tempat penyaliban, diikat pada tangan pergelangan tangan
dan kakinya, kemudian dipaku pada tangan dan kakinya,dan
dibiarkan mati perlahan- lahan. Jadi pada saat Yesus
mengatakan “pikullah salib”, kepada orang-orang yg
mengikuti-Nya, mereka memiliki gambaran seperti ini,
gambaran penderitaan salib yg mengerikan dan mematikan.
3) Komitment memberikan seluruh hidupnya kepada Kristus lebih
dari apapun sampai akhir. (ay. 28, 33)
Menjadi murid Yesus ,pertama (ay.28), diumpamakan seperti
seorang yg mau mendirikan sebuah menara tidakkah duduk
dahulu membuat anggaran biayanya, kalau kalau cukup
uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…kalimat duduk
dahulu artinya mempertimbangkan secara matang terlebih
dahulu sebelum memutuskan mengikuti Yesus, silahkan
berhitung matematis ikut atau tidak dan siap dengan segala
konsekuensi, meskipun iman tidak sama dengan hitungan
matematis!

Ada istilah jawa; “nek wani aja wedi wedi…nek wedi aja
wani wani !”
Di akhir kotbah ini saya ingin menekankan bahwa: Konsekuensi
dari mengikut Kristus yang terasa berat di dunia ini yang
terbatas dan sementara tidaklah sebanding dengan pengharapan
kita akan menerima kemuliaan di Sorga yang bersifat kekal dan
abadi.
1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
Tuhan memberkati kita amin.

Kotbah Jangkep 1
KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MANGGUL SALIB NDHEREK GUSTI

Manungsa punika makhluk Sosial, tegesipun bilih manungsa


mboten saged gesang piyambakipun tanpa manungsa sanesipun.
Mbangun sesambetan punika dados kabetahaning manungsa
setunggal lan setunggalipun lan punika badhe kelampahan ing
selebeting gesag sesarengan. Gesang sesarengan dadosa ing
kempalaning masyarakat punapadene kempalaning pasamuwan.
Kekalihipun sami ing bab tertemtu ananging benten ing kathahipun
perkawis ingkang dipunlampahi. Kempalaning rohani (pasamuwan)
mesthi betahaken patron (wonten ing KBBI tembung patron
punika sesambetan kaliyan tuladha lan etika)

Para kinasih
Ing kempalaning karohanen mesthi wonten ingkang kapa-
panaken dados panutan, lan panutan punika ingkang badhe
ndamel tiyang sami dados pandherekipun. Pandherekipun
mesthi badhe manut punapa ingkang kinersakaken dening
panutanipun kadosdene grabah ingkang kadamel dening kundhi.
Grabah punika mboten namung sesambetan kaliyan barang,
ananging sejatosipun ugi nggambaraken satunggaling lelampahan
lan hasilipin ingkang kawiwitan saking ancas lan pakaryan
ingkang aji.
Perkawisipun punika mboten sedaya tiyang saged nampi,
amargi biasanipun nalika kundhi mangun grabah mbetahaken
wekdal lan kaolah makaping-kaping ngantos saged dipuntingali
endah. Menawi dereng sae, badhe dipun ‘empleng-empleng’ malih
saking wiwitan, mekaten wongsal wangsul ngantos dados grabah
ingkang dipunkersakaken. Menawi kita saged mangertos lampahing
damel grabah punika saged dados pasinaon kita, inggih punika

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


sedaya kedah dipunlampahi miturut kundhi, mbetahaken wekdal
lan satunggaling cara kangge nampi punika inggih kedah dipunadhepi
lan karampungaken kanthi tanggel jawab.
Cobi kita gatosaken malih proses utawi caranipun kundhi
damel grabah. Pados siti ingkang pas kangge bahan grabah,
salajengipun siti punika dipun pilah menawi wonten sela, kerikil,
ron lsp dipun pisah, salajengipun sitinipun dipunkum utawi
dipun kepyuri toya supados sitinipun teles lan gambil
dipunuleni, lajeng punuleni kacampur kaliyan bahan sanes.
Menawi sampun rampung dipunuleni pas kaliyan kabetahanipun;
siti punika lajeng kaselehaken ing papan ingkang kadamel grabah,
wekdal damelipun kanthi cara dipunputer-puter. Sinambi
dipunputer, siti punika dipun cepengi, dipunpenek, ngantos
dados grabah. Punapa sampun rampung? Dereng;
saksampunipun dados grabah dipunpepe rumiyin bibar punika
lajeng kacemplungaken ing pawon lan dipun bakar supados
mboten gampil pecah.

Para kinasih
Kundhi mangun grabah miturut ancas lan pangangen-
angenipun, dene grabah mboten saged suwala punapadene
nampik awit mesthi namung manut. Mila ing ngriku sedaya
kelampahan awit lelampahan ingkang mekaten punika.
Kitab Jabur 139 punika ngemu ayat ingkang ringkes ananging
ngemu piwulang ingkang ageng. Punapa piwulangipun? Piwulang-
anipun ngemot pangalembananipun Prabu Daud tumrap panguwaos
lan kamirahanipun Gusti Allah dhateng umatipun. Pangalem-
bananipun umat kaliyan sih kamirahanipun Gusti punika gumantung
anggenipun sami mbangun sesambetan kekalihipun. Tumrap
Gusti Allah mboten wonten ing jagad punika ingkang kasamaran
ing paningalipun. Gusti Allah nupiksani kawontenan kita sedaya
awit panjenenganipun ugi ingking akarya manungsa (Jabur
139:13). Panjenenganipun pirso ing pundhi dunung kita lan punapa
Kotbah Jangkep 1
kemawon

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


kabetahan kita, malah sakderengipun kita matur dhateng
panjenenganipun. Nalikanipun kita dedonga, panjenenganipun
mirsani isining telenging manah kita. Prabu Dawud, atur
panyerat: “Manawi kawula sumenka dhateng langit, Paduka wonten
ing ngrika, manawi kawula nggelar patileman kawula wonten ing
jagadipun tiyang pejah, Paduka inggih wonten ing ngriku” (Jabur
139:8). Gusti Allah tansah wonten kagem umat kagunganNya. “Dhuh
Allah, kawula mugi Paduka jajagi tuwin manah kawula mugi
Paduka uninani, kawula mugi Paduka dadar sarta Paduka mugi
karsaa nguningani pangangen-angen kawula, Paduka mui karsaa
niti priksa, punapa lampah kawula nyleweng, sarta karsaa
nuntun kawula wonten ing margi ingkang langgeng” (Mazmur
139:23-24). Ing pandonga- nipun, Prabu Daud ngandika: “jajagi”
lan “karsaa nuntun” tegesipun, Gusti kersa ngengeti lan
nedahaken margi punika ingkang ugi sinebat pamerdi.
Ngengetaken kanthi katresan lan nedahaken margi dhaten ing
lampahipun mblasar.

Para kinasih
Gesang minangka muridipun Gusti tegesipun gesang ingkang
dhatengaken karenan kagem Sang Guru. Menawi Sang Guru kita
punika Gusti Yesus mila gesang kita kedah kados ingkan kinersakaken
dening Panjenenganipun. Kalebet unduh-unduhanipun tiyang
ingkang purun dados muridipun Gusti inggih punika kedah
tibarbuka, kebak ing pangucap sokur lan nindakaken dhawuhipun.
Wonten satunggaling tetembungan ingkang mekaten: “muda
foya-foya, tua kaya raya, mati masuk Sorga.” Sakklepasan
tetembungan punika pangajeng-ajeng ingkang sembrono tumrap
gesang lan pejahipun tiyang. Tetembungan ingkang ngemu
gegojekan, ananging miturut kula menawi punika saestu
dipunlampahi tiyang punika namung kepingin saksekecanipun
piyambak.

Kotbah Jangkep 1
Rasul Paul nggadahi pamawas ingkang radi benten
anggenipun ningali gesangipun. Tumrap Rasul Paul dadosa
gesang punapa

1 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


dene pejah punika perkawis ingkang baken. Punapa buktinipun?
Saged kita tingali saking ay. 3-11, piyambakipun bingah awit
ningali caraning gesang pasamuwan Filipi ingkang tuwuh ing
iman lan piyambakipun rila sangsara demi martosaken Injil (ay.
12-17). Kenging punapa Rasul Paul saged nglampahi gesangipun
kanthi bingah senajan nampi kasangsaran? Kuncinipun awit
pitados dhateng San Kristus. Gusti Yesus sampun maringi artos
ingkan enggal babagan gesan punapa dene pepejah. Milanipun,
Rasul Paul saged atur paseksi menawi taksih gesang,
piyambakipun kepingin tansah ngladosi lan ngedalaken uwoh
kagem Gusti. Kosokwangsul, menawi piyambakipun pejah,
punika sedaya minangka kabegjan awit kanthi mekate
piyambakipun saged gesang sesarengan kaliyan Sang Kristus ing
kalanggengan.
Wonten ing kempalaning tiyang Kristen (yun: Kristonos =>
pengikut Kristus), temtunipun Gusti Yesus dados tuladhanipun
tiyang pitados. Mboten sekedhik ingkang kepingin dados
pandherekipun Gusti Yesus. Kenging punapa mekaten? Menawi
Gusti Yesus punika kapapanaken kadosdene Guru, Panjenenganipun
punika Guru inggih punika digugu lan ditiru. Minangka murid
kita kedah mekaten. Menawi kita sampun dados muridipun kita
kedah tansah purun sinau dhateng guru sejati kita. Purun tansah
sinau lan nindakaken dhawuh piwulangipun Gustinipun. Sedaya
ingkang katindakaken dening Gurunipun ugi kedah katindakaken
dening muridipun. Wonten ing ayat 25 kita saged manggihaken
bilih kathah tiyang ingkang sami ngetut wingking Gusti Yesus.
Pitakenanipun, tiyang-tiyang punika ngetut wingking
Panjenenganipun, punapa namung karana kabetahan jasmani
utawi namung
“ela-elu” tiyang sanesipun.
Ningali kawontenan ingkang mekaten, mila Gusti Yesus lajeng
milah sinten ingkang estu kepingin dados pandherekipun lan sinten
ingkang ngetut wingking panjenenganipun amargi namung
Kotbah Jangkep 1
kabetahan kajasmanen. Gusti Yesus paring pangandika: “Manawa

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


ana wong kang sowan ing ngarsaKu, mangka ora sengit marang
bapakne, ibune, bojone, anak-anake, sadulur-sadulure lanang utawa
wadon, malah nyawane dhewe pisan, iku ora bisa dadi siswaKu.”
(ay. 26). Saking ayat 26 punika kita saged ningali syaratipun ndherek
Gusti:
1) Saben tiyang ingkang kepingin dados muridipun, piyambakipun
kedah nresnani Gusti Yesus nglangkungi katresnanipun dhateng
anggotanig brayatipun lan malah ugi nyawanipun. Temtu
kemawon, ayat punika mboten mulang supados kita sami
nyengiti tiyang sepuh utawi anggotaning brayat sanesipun.
Awit miturut angger-angger 10 perkawis mirungganipun ayat
ingkang kaping 5 kita sami kadawuhaken sami paring pakur-
matan tiyang sepuh (Pangentasa 20, Mat 15:4). Menawi kita
dereng estu nampi dhawuh punika ateges kita dereng pantes
dados muridipun Gusti Yesus, Gusti Yesus kemawon
ngandika: “…..Iku ora bisa dadi siswaKu” (ay. 26)
2) Rila sangsara manggul salib lan tansah ngetut wingking Gusti
Yesus (ay. 27)
Gusti Yesus punika mboten nate paring prajanji bab kaendahan
nalika dados muridipun ing jagad punika (PHP=Pemberi
Harapan Palsu). Gusti Yesus kepara malah paring pepenget
angel lan awratipun dherek panjenenganipun. Punapa
tegesipun manggul salibipun Gusti? Salib (Yun: Stauro, Ing:
Cross), ing jamanipun Gusti Yesus punika kadamel saking
kayu kasar lan kaginakaken kangge paring paukuman pejah
dhateng para durjana. Para durjana ingkang kaukum punika
kedah manggul piyambak palang kayu punika ngantos
dumugi ing papan panyaliban. tangan lan sikilipun kaiket,
salajengipun kapaku lan dipuntengga ngantos pejahipun ing
kajeng salib. Dados nalika Gusti Yesus ngandika “sing sapa
manggul salibe…” dhateng tiyang-tiyang ingkang ngetut
wingking panjenenganipun, supados tiyang-tiyang punika

Kotbah Jangkep 2
nggadahi gambaran bilih ndherek

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


panjenenganipun punika badhe nglampahi kasangsaraning
salib ingkang nggegirisi lan njalari pejah.
3) Nggadahi anteping keyakinan masrahaken sedaya gesangipun
dhumateng Gusti Yesus nglangkungi punapa kemawon
ngantos pungkasanipun (ay. 28, 33)

Kanthi mekaten dados muridipun Gusti Yesus kedah kados


bebasan “nek wani aja wedi-wedi, nek wedi aja wani-wani!” Pungka-
sanipun ndherek Sang Kristus lan nglampahi dhawuhipun ing
jagad punika pancen mboten entheng ananging punika mboten
timbag menawi kabandingaken kaliyan kanugrahan ingkang
sampun kacawisaken dening Panjenenganipun ing kalanggengan.
Amin

Kotbah Jangkep 2
Minggu, 11 September 2022
Minggu Biasa XIX Minggu ke-14 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Ibadah: Bersyukur atas Karya Penyelamatan

TUJUAN : 1). Umat menghayati akan kasih Allah yang menghendaki


semua orang beroleh keselamatan
2). Umat mensyukuri karya penyelamatan Allah dalam diri
Tuhan Yesus Kristus

DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 4:11-12, 22-28
Tanggapan : Mazmur 14
Bacaan II : 1 Timotius 1:12–17
Injil : Lukas 15:1-10

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita anugerah : Titus 3:4–7
Petunjuk Hidup Baru : 2 Timotius 4:1, 2
Persembahan : Roma 12:1

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 46:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 174b:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 407:1, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 450:1 –
Nyanyian Pengutusan : KJ 395:1, 5

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 32:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 56:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 103:1, 2
Kidung Pisungsung : PKJ 157:1, 2
Kidung Pengutusan : PKJ 78:1, 3

Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M. Th., M.A (GKJ Manahan)

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


DASAR PEMIKIRAN
Secara umum setiap manusia ingin agar hidupnya selamat
baik itu selamat dari bencana, selamat dari bahaya, selamat dari
sakit penyakit, selamat dalam menempuh ujian dll. Keselamatan
itu diupayakan mansuai tidak hanya dalam menjalani kehidupan
di dunia tetapi juga keselamatan dari kuasa dosa. Manusia dalam
keadaan selamat juga yang dikehendaki Tuhan. Sejak manusia
jatuh dalam dosa, Allah menyatakan janji akan keselamatan bagi
manusia. Janji akan keselamat itu dinyatakan Allah sejak
Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dengan karya
keselamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Dengan sabar
Allah menyatakan kasihnya kepada manusia. Dia mencari
mereka yang tersesat. Dia memanggil manusia untuk bertobat.
Merenungkan kasih dan kesabaran Allah yang menyelamatkan
manusia ini semestinya mendorong kita untuk bersyukur. Dalam
kaitan Bulan Liturgi, bukankah ibadah yang kita selenggarakan
merupakan puncak dari ucap syukur kita atas karya keselamatan
Allah. Belajar dari teladan Rasul Paulus kita diingat

KETERANGAN BACAAN
Yeremia 4: 11- 12, 22-28
Bacaan ini mengungkapkan tentang kehancuran yang dialami
bangsa Israel sebagai bentuk dari penghukuman Allah atas
mereka. Hukuman Allah ini diberikan kepada mereka karena
kegagalan mereka untuk mengenal Allah dan taat kepada Allah.
Bentuk kehancuran itu tampak dengan adanya angin panas dari
bukit- bukit gundul, bumi yang campur baur, langit gelap dan
gunung bergoncang. Hal ini menunjukkan kehancuran yang
dahsyat. Di samping itu, kehancuran ini juga mau menyatakan
bahwa akibat ketidaktaatan manusia kepada Allah, alam pun
mengalami penderitaan. Panggilan Allah kepada manusia di tengah
hukuman ini adalah manusia kemblai kepada Allah,
meninggalkan dewa-dewa yang merekan sempah dan
menunjukkan sikap hidup yang setia kepada Tuhan.

Kotbah Jangkep 2
Mazmur 14
Mazmur ini mengungkapkan kesedihan pemazmur akan orang-
orang sukap hidup orang bebal. Orang-orang ini dalam hatinya
tidak mengakui keberadaan Tuhan. “Tidak ada Tuhan”. Hidup
mereka penuh penyelewengan, bejat dan tidak ada yang berbuat
baik. Orang-orang percaya yang hidup ditengah mereka
mengalami penindasan. Mereka memangsa orang-orang percaya
seperti mereka menyantap roti. Di tengah situasi seperti itulah
pemazmur berharap kepada Tuhan. Pemazmur percaya bahwa
Tuhan akan menyelamat- kan mereka. Tuhan akan menjaga
mereka.

1 Timotius 1:12–17
Bagian ini mengungkapan pengalaman iman Rasul Paulus
tentang ungkapan syukur atas anugerah Allah dalam diri Tuhan
Yesus Kristus. Paulus menyadari masa lalunya sebagai penganiaya
jemaat, namun dalam perjalanan ke Damaskus untuk menganiaya
jemaat justru di situ ia bertemu dengan Tuhan Yesus. Bagi Paulus
perjumpaan dengan Tuhan Yesus adalah sebuah anugerah yang
besar yang menuntunnya pada iman dan kasih Kristus dalam
hidupnya. Tidak hanya itu, Paulus merasakan anugerah yang
besar Ketika Tuhan Yesus mempercayakan kepadanyaa karya
pelayanan. Dari pengalamnya itu, Paulus menyatakan kebenaran
bahwa Tuhan Yesus dating ke dunia untuk menyelamatkan manusia
yang berdosa. Paulus juga menyatakan bahwa Allah menyatakan
kesabarannya kepadanya, ia yang paling berdosa pun
diampuninya.

Lukas 15:1-10
Lukas 15 mengisahkan tiga perumpamaan tentang "yang
hilang", yaitu: Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 4-7),
Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10), Perumpamaan

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


tentang anak yang hilang (ay. 11-32). Perumpamaan ini tentu ntidak
bisa dilepaskan dari Lukas15:1-3 yang mengisahkan tentang

Kotbah Jangkep 2
perjumpaan Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang bersungut-sungut melihat Yesus menerima orang-
orang berdosa, bahkan Tuhan Yesus makan bersama-sama
dengan mereka. Kisah perumpamaan yang disampaikan Tuhan
Yesus ini dimaksudkan untuk menanggapi sungut-sungut orang-
orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tersebut, sekaligus untuk
menunjukkan alasan tindakanNya. Yesus ingin menunjukkan
misi kedatangan- Nya yaitu untuk "mencari mereka yang hilang".
Ungkapan "yang hilang" jelas mengacu pada orang berdosa.
Berbeda dengan kaum Farisi dan ahli Taurat yang cenderung
menjauhi orang berdosa, Tuhan Yesus justru mencari mereka
agar mereka dan membawa mereka untuk bertobat.

Perumpamaan tentang domba yang hilang


Perumpamaan ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan menggembala
pada zaman Yesus. Biasanya para gembala mempunyai domba yang
banyak sekali. Dikatakan di sini adanya seratus domba. Meskipun
dombanya banyak, seorang gembala mengenal masing-masing
dombanya dengan baik. Bagi para gembala, domba-dombanya
sudah menjadi bagian dari hidupnya. Setiap sore ia lebih dahulu
menghitung domba-dombanya sebelum memasukkan mereka ke
kandang. Jika ada satu saja domba yang hilang, gembala yang
baik akan berusaha mencarinya sedapat mungkin. Dari ayat yang
1-7 dikisahkan bahwa ada seorang gembala yang
menggembalakan 100 domba. Jumlah 100 ekor domba adalah
jumlah yang biasanya dimiliki oleh sebuah klan atau keluarga
besar (extended family). Namun rupanya salah 1 dari domba itu
hilang. Yang dilakukan gembala tersebut adalah mencari satu
domba yang hilang, bahkan ia rela meninggalkan yang 99 domba
yang lainnya. Ia mencari sampai mendapatkananya. Betapa
gembiranya ketiak domba yang hilang itu ditemukan. Gembala itu
membawa domba yang sudah ditemukan dan ia menyatakan
kegembiraan bersama dengan teman-temannya.
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
Dirham yang hilang
Perumpamaan yang kedua adalah tentang perumpamaan
dirham yang dirham yang hilang. Perumpamaan ini senada
dengan perumpamaan tentang domba yang hilang, yang
dikisahkan sebelumnya. Dalam perumpamaan diceritakan
tentang seorang perempuan yang mempunyai uang sepuluh
dirham dan kehilangan satu di antaranya. Satu dirham atau
drachma (mata uang Yunani) nilainya kira-kira sama dengan
satu dinar (mata uang Romawi). Satu dinar sama dengan upah
kerja seorang buruh sehari. Perempuan itu hanya mempunyai
sepuluh dirham. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan
bukanlah perempuan yang kaya menurut ukuran masyarakat
waktu itu. Ia berusaha mencari uangnya yang hilang sampai
mendapatkannya. Tidak mudah mencari uang dirham yang jatuh
di dalam rumah karena umumnya rumah saat itu tidak cukup
terang, lantainyapun berdebu, sangat mungkin uang itu tertutup
oleh debu. Karenanya ia mencari sapu dan menyalakan pelita,
mencari uang dengan cermat itu sampai ketemu. Pelita yang
dinyalakan di sini tidaklah berarti bahwa hari sudah malam,
melainkan karena pintu rumah di Palestina waktu itu umumnya
rendah dan biasanya tidak ada jendela. Meskipun siang hari,
namun keadaan dalam rumah tetap gelap. Dicarinya uang itu
dengan cermat sampai ia menemukannya.
Apa yang dilakukan oleh perempuan itu ketika dirhamnya
ditemukan, ia memanggil sahabat-sabahatnya dan bergembira
dengan mereka. Kegembiraan ini yang juga dirasakan oleh
gembala Ketika menemukan dombanya yang hilang. Kegembiraan
gembala dan perempuan ini menggambarkana kegembiraan
Allah atas pertobatan orang berdosa. Namun dari perumpamaan
ini kita juga belajar bahwa sebelum manusia bertobat,
sebenarnya Allah dengan dengan penuh kesabaran telah mencari
manusia berdosa itu dan berusaha membawanya kembali
kepada-Nya. Seperti sikap gembala dan perempuan yang
kehilangan itu, Allah tidak akan pernah lelah mencari domba-

Kotbah Jangkep 2
domba-Nya yang hilang. Semua ini dilakukan oleh Allah supaya
manusia beroleh keselamatan.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Penyampaian kotbah dapat diawali dengan kerinduan manusia
agar dalam hidupnya beroleh keselamatan. Banyak hal
diupayakan manusia supaya hidupnya selamat (pengkotbah dapat
memberikan contoh konkrit).
Selanjutnya pengkotbah menyampaikan bahwa pesan utama
iman Kristen adalah karya Allah yang menyelamatkan mansuia
dalam diri Tuhan Yesus. Artinya Allah juga menghendaki manusia
selamat. Karya Allah yang menyelamatkan tampak dalam perum-
pamaan domba yang hilang dan uang dirham yang hilang. Allah
digambarkan seperti gembala atau pun seperti seorang
perempuan yang mencari miliknya yang sangat berharya yang
hilang. Allah mencari sampai mendapatkan Kembali. Ada
kegembiraan yang luar biasa ketika yang hilang ditemukan
kembali.

Kotbah Jangkep 2
KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

IBADAH: BERSYUKUR ATAS KARYA PENYELAMATAN

Dalam konteks masyarakat Jawa, upacara slametan merupakan


ritual yang penting dalam seluruh kehidupan. Upacara slametan
itu dilakukan terkait dengan siklus kehidupan manusia maupun
dalam relasi dengan alam. Hal ini tampak dari upacara slametan
sebelum seorang anak lahir sampai seseorang telah mati (tujuh
bulanan, brokohan, sepasaran, selapanan, tedak siti, midodareni,
3 hari, 7 hari, 100 hari dll). Berbagai ritual itu dilakukan supaya
dalam hidupnya selamat. Bahkan harapan untuk beroleh kesela-
matan ini juga diungkapan dalam pemberian nama kepada anak
yang maknanya adalah selamat, contohnya: Raharjo, Slamet,
Lestari, Basuki, Rahayu dll. Harapan dan usaha untuk
mendapatkan keselamatan semakin dirasakan ketika manusia
berada dalam situasi terancam, mungkin karena sakit, tertimpa
bencana, tersesat, terbelit kesulitan dll. Apa yang biasanya kita
lakukan ketika kita bisa selamat di tengah bahaya yang
mengancam, tentu saya bersyukur. Bersyukur karena
diselamatkan melakui perjumpaan dengan Tuhan Yesus inilah
yang diskpresikan oleh Rasul Paulus. Paulus menyadari masa
lalunya sebagai penganiaya jemaat, namun dalam perjalanan ke
Damaskus untuk menganiaya jemaat justru di situ ia bertemu
dengan Tuhan Yesus. Bagi Paulus perjumpaan dengan Tuhan
Yesus adalah sebuah anugerah yang besar yang menuntunnya pada
iman dan kasih Kristus dalam hidupnya. Tidak hanya itu,
Paulus merasakan anugerah yang besar ketika Tuhan Yesus
mempercayakan kepadanyaa karya pelayanan. Dari pengalamnya
itu, Paulus menyatakan kebenaran bahwa Tuhan Yesus datang ke
dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.
Harapan untuk mendapatkan keselamatan sebenarnya bukan

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


hanya menjadi harapan manusia saja. Allah juga menghendaki

Kotbah Jangkep 2
manusia selamat. Allah tidak menghendaki manusia binasa atau
berjalan dalam kesesatan. Karya Allah yang membawa pada
kesela- matan ini diungkapkan oleh Tuhan Yesus melalui
perumpamaan domba yang hilang dan uang dirham yang hilang.
Perumpamaan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari Lukas15:1-
3 yang mengisahkan tentang perjumpaan Tuhan Yesus dengan
orang- orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut
melihat Yesus menerima orang-orang berdosa, bahkan Tuhan
Yesus makan bersama-sama dengan mereka. Kisah perumpamaan
yang disam- paikan Tuhan Yesus ini dimaksudkan untuk
menanggapi sungut- sungut orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat tersebut, sekaligus untuk menunjukkan alasan
tindakanNya. Yesus ingin menunjukkan misi kedatangan-Nya
yaitu untuk "mencari mereka yang hilang". Ungkapan "yang
hilang" jelas mengacu pada orang berdosa. Berbeda dengan kaum
Farisi dan ahli Taurat yang cenderung menjauhi orang berdosa,
Tuhan Yesus justru mencari mereka agar mereka dan membawa
mereka untuk bertobat.
Karya Allah yang menyelamatkan tersebut tampak dalam
perumpamaan domba yang hilang. Dalam kisah tadi dikatakan
ada gembala yang menggembalakan seratus domba. Namun rupanya
salah 1 dari domba itu hilang. Yang dilakukan gembala tersebut
adalah mencari satu domba yang hilang, bahkan ia rela
meninggalkan yang 99 domba yang lainnya. Ia mencari sampai
mendapatkananya. Upaya gembala mencari dombanya sampai
ketemu menunjukkan betapa berharganya domba itu di mata
sang gembala. Dia tidak ingin ada salah satu dari dombanya yang
binasa. Betapa gembiranya ketika domba yang hilang itu
ditemukan. Gembala itu membawa domba yang sudah
ditemukan dan ia menyatakan kegembiraan bersama dengan
teman-temannya.
Sementara dalam perumpamaan yang kedua adalah tentang
uang dirham yang hilang. Perumpamaan ini senada dengan
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
perumpamaan tentang domba yang hilang, yang dikisahkan

Kotbah Jangkep 2
sebelumnya. Dalam perumpamaan diceritakan tentang seorang
perempuan yang mempunyai uang sepuluh dirham dan kehilangan
satu di antaranya. Satu dirham atau drachma (mata uang Yunani)
nilainya kira-kira sama dengan satu dinar (mata uang Romawi).
Satu dinar sama dengan upah kerja seorang buruh sehari. Perem-
puan itu hanya mempunyai sepuluh dirham. Hal ini menunjukkan
bahwa perempuan bukanlah perempuan yang kaya menurut
ukuran masyarakat waktu itu. Ia berusaha mencari uangnya yang
hilang sampai mendapatkannya. Tidak mudah mencari uang
dirham yang jatuh di dalam rumah karena umumnya rumah saat
itu tidak cukup terang, lantainyapun berdebu, sangat mungkin
uang itu tertutup oleh debu. Karenanya ia mencari sapu dan
menyalakan pelita, mencari uang dengan cermat itu sampai ketemu.
Pelita yang dinyalakan di sini tidaklah berarti bahwa hari sudah
malam, melainkan karena pintu rumah di Palestina waktu itu
umumnya rendah dan biasanya tidak ada jendela. Meskipun
siang hari, namun keadaan dalam rumah tetap gelap. Dicarinya
uang itu dengan cermat sampai ia menemukannya. Apa yang
dilakukan oleh perempuan itu ketika dirhamnya ditemukan, ia
memanggil sahabat-sabahatnya dan bergembira dengan mereka.
Dari perumpamaan ini kita belajar tentang karya Allah dalam
diri Tuhan Yesus. Dia mengenal dan mengasihi kita masing-
masing secara pribadi, Dia tidak menghendaki satupun dari kita
hilang atau tenggelam dalam kehidupan dosa, Dia akan terus
mencari pendosa sampai ditemukan-Nya, dan betapa bahagianya
warga sorgawi jika yang hilang telah berhasil ditemukan. Karya
Allah ini menunjukkan begitu besar kasihNya kepada manusia,
yang yang pantas kita sambut dengan syukur. Rasul Paulus
mensyukuri karya Allah yang menyelamatkannya dengan
menyerahkan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pelayanan.
Kalau bulan September ini kita berada dalam Bulan Liturgi,
bulan yang mengingatkan kita tentang pentingnya sebuah

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


periba-

Kotbah Jangkep 2
dahan. Bukankan ibadah yang setiap saat kita lakukan juga
merupakan puncak syukur atas karya penyelamatan Allah bagi
kita manusia yang berdosa.Kiranya setiap saat kita menyatakan
bakti kita melalui peribadahan, hal ini juga mendorong kita
untuk menyatakan syukur melalui sikap kita yang ambil bagian
dalam pelayanan. Amin.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NGUNJUKAKEN PANUWUN KARANA PAKARYANING


KAWILUJENGAN

Upacara slametan tumrap masyarakat Jawi dados prakawis


ingkang wigati sanget. Upacara slametan punika katindakan
kangge ngunjukken panyuwunan ing sauruting gesanging
manungsa badhea saderengipun lair ngantos sasampunipun tilar
donya. Upacara slametan ugi katindakaken murih kawilujengan
tumrap sedaya titah. Prakawis punika ketingal saking mawarni-
warnining upacara slametan inggih punika: mitoni, brokohan,
sepasaran, selapanan, tedak siti, midodareni, tigang dintenan,
pitung dinten, kawandasa dinten, satus dinten, lsp. Maneka warni
upacara slametan punika dipun tindakaken kanthi pangajab
Gusti paring kawilujengan. Pangajeng-ajeng supados kaparingan
kawilujengan ugi katitik nalika tiyang sepuh paring nami dhateng
anakipun contonipun: Raharjo, Slamet, Lestari, Basuki, Rahayu dll.
Pangajeng- ajeng supados pikantuk kawilujengan sangsaya
karaosaken nalika kita wonten ing satengahing bebaya karana
sakit, ing satengahing bencana utawi kagubel dening prakawis
awrat. Nalika ing satengahing kawontenan awrat kita
manggihaken kawilujengan, menapa ingkang padatanipun kita
raosken? Tentu kemawon kita ngaturaken panuwun.
Pangajeng-ajeng manggihaken kawilujengan punika mboten
namung pangajeng-ajenging manungsa. Gusti Allah ugi
ngersakaken supados manungsa manggihaken kawilujengan.
Pakaryanipun Gusti ingkang nuntun dhateng kawilujengan
punika cetha saking pasemon menda lan arta dirham ingkang
ical.
Pasemon ingkang dipun ngendikakaken dening Gusti Yesus
punika mboten saged kapethal saking Lukas 15:1-3 ingkang

Kotbah Jangkep 2
nyariosaken bab pepanggihan ing antawisipun Gusti Yesus
kaliyan

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


para Farisi lan ahli toret. Kala semanten tiyang-tiyang punika
ngedumel nalika Gusti Yesus nampi tiyang dosa malah kembul
bujana kaliyan tiyang-tiyang punika. Pasemon ingkang dipun
ngendikaken dening Gusti Yesus punika kangge nanggapi
pamawasipun para Farisi lan ahli toret, kejawi punika ugi kangge
nelakaken dhateng tiyang kathah menawi rawuhipun dhateng
jagad punika kangge madosi “tiyang ingkang ical”. Tembung
“ingkang ical” punika ngener dhateng tiyang dosa. Beda kaliyan
tiyang Farisi lan ahli Toret ingkang nampik tiyang -tiyang punika,
menawi Gusti Yesus malah madosi supados sami mratobat.
Pakaryanipun Gusti ingkang paring kawilujengan punika
katingal saking pasemon menda ingkang ical. Wonten ing
pasemon punika nyariosaken wonten pangen ingkang ngengen
menda cacah satus. Nalika wonten salah satunggal saking
mendanipun ingkang ical, pangen punika madosi menda wau.
Kangge madosi menda ingkang ical wau, pangen ngantos nilar
ingkang sangang dasa sanga. Pangen punika madosi ngantos
pinanggih. Anggenipun madosi menda ingkang ical ngantos
pinanggih nedahaken bilih tumrap pangen, menda ingkang ical
punika estu aji. Pangen punika mboten badhe negakaken menawi
wonten salah satunggaling mendanipun ketriwal. Iba bingahipun
nalika wusananipun menda punika kepanggih. Pangen punika
lajeng mbopong menda punika lan nelakaken kabingahan
sesarengan kaliyan mitra-mitranipun.
Dene pasemon ingkang kaping kalih inggih punika bab arta
dirham ingkang ical. Kados pasemon menda ingkang ical, wonten
ing pasemon punika nyariosaken pawestri ingkang gadhah arta
dirham cacah sadasa, kanyata salah satunggal dirhamipun punika
ical. Setunggal dirham utawi drachman kinten-kinten satunggal
dinar. Satunggal dinar punika aosipun sami kaliyan upahipun berah
nyambut damel sadinten. Pawestri punika namung gadhah arta
sadasa dirham. Prakawis punika nedahaken menawi piyambakipun
sanes tiyang sugih. Tumrap pawestri punika, arta ingkang ical
Kotbah Jangkep 2
punika aji, pramila piyambakipun madosi ngantos pinanggih,
sanajen mboten gampil. Umumipun griya jaman semanten mboten
patosa padhang lan ugi kathah bledugipun karana dereng dipun
plestèr. Pramila piyambakipun nginakaken sapu lan nyuled damar.
Menawi piyambakipun nyuled damar mboten karana anggenipun
madosi sampun ndalu, nanging karana griyanipun mboten patos
padhang karana mboten wonten cendelanipun. Pramila anggenipun
madosi inggih kanthi memet. Kados pundi bingahipun nalika
artanipun pinanggih. Awit bingahipun pawestri punika nelkaken
kabingahan kaliyan para mitranipun.
Pasemon ing nginggil nelakaken bilih Gusti mboten ngersakaken
menawi wonten kagunganipun ingkang ketriwal utawi kagubel
ing dosa. Nalika wonten ingkang ketriwal panjenenganipun
madosi ngantos pinanggih lan iba bingahipun bala tantra ing
swarga nalika ingkang ketriwal pinangih malih. Pakaryanipun
Gusti ingkang milujengaken punika samestinipun kita tampi kanthi
kebak panuwun. Rasul Paul estu ngaturaken panuwun dhateng
pakaryanipun Gusti ingkang sampun milujengaken gesangipun
kanthi masrahaken sedaya gesangipun minangka peladosipun
Gusti.
Tumrap pasamuwan, wulan September punika kita wonten
ing suasana Wulan Liturgi, wulan ingkang ngengetaken bab
pentingipun pangibadah. Pangibadah ingkang kita tindakaken ugi
wujuding atur panuwun awit pakaryan Gusti ingkang
milujengaken kita saking dosa. Mugi ing saben wekdal kita
nelakaken pangabekti lumantar pangibadah, dados pambereg
kita tansah ngaturaken panuwun sarana kita tumut tumandang
damel ing pakaryaning peladosan. Amin

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Minggu, 18 September 2022
Minggu Biasa XX-Minggu ke-15 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Ibadah: Mewujudkan Hidup Kekal Dalam Keseharian

TUJUAN:
1. Jemaat menghayati bahwa dalam iman kepada Tuhan Yesus, Dia
memberi jaminan akan kehidupan kekal.
2. Jemaat terdorong untuk mewujudkan kehidupan kekal dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 8:18-9:1
Tanggapan : Mazmur 79:1b-9
Bacaan II : 1 Timotius 2:1-7
Injil : Lukas 16:1-13

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita anugerah : Efesus 2:8, 9
Petunjuk Hidup Baru : 1 Tesalonika 5:16-19
Persembahan : Roma 12:1

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 1:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 287a:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 393:1, 2, 3
Nyanyian Pengutusan : KJ 260:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 27:1, 2
Kidung Panelangsa : PKJ 61:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 78:1, 3
Kidung Pisungsung : PKJ 157:1, 2
Kidung Pengutusan : KPJ 184:1

Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th., M.A (GKJ Manahan)

Kotbah Jangkep 2
DASAR PEMIKIRAN
Pokok pemberitaan dari iman Kristen adalah karya
penyelamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus. Berita ini sudah
disampaikan sejak Perjanjian lama dan mencapai puncaknya
dengan kedatangan Tuhan Yesus. Allah menghendaki semua
manusia selamat. Dalam iman kepada Tuhan Yesus setiap orang
percaya mendapat jaminan akan kehidupan kekal. Sebagai orang
yang sudah diselamatkan, setiap orang percaya juga dipanggilkan
untuk menwujudkan kehidupan kekal ini dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini diantaranya dapat dilihat dan diterapkan
dalam orientasi hidup termasuk bagaimana kita menggunakan
kekayaan/uang kita. Apakh harta kekayaan/ uang semata-mata
digunakan memenuhi kebutuhan saat ini ataukah juga bagi
kehidupan kekal.

KETERANGAN BACAAN
Yeremia 8:18-9:1
Bacaan ini mengungkapkan kesedihan Yeremia yang begitu
mendalam. Dia berada di antara dua pihak yang berbeda. Di satu
sisi Yeremia melihat penderitaan bangsa yang minta tolong, di
sisi lain Yeremia juga melihat hati Tuhan yang terluka karena
ketidaksetiaan umat Allah yang hatinya berpaling dari Tuhan.
Bangsa yang semestinya taat kepada Allah justru menunjukkan
kehidupan pada penyembahan berhala. Ketidaktaatan mereka
itulah yang menjadi penyebab kehancuran dan penderitaan mereka.
Sayang sekali di tengah penderitaan yang mereka alami mereka
tidak menyadari akan kesalahan mereka. Sikap hidup mereka
seperti inilah yang mengundang murka Allah. Dalam duka yang
mendalam inilah, Yeremia berharap bahawa pada saatnya bangsa
Isreal Kembali kepada Tuhan.

Mazmur 79:1b-9
Bagian ini mengungkapkan tentang kesedihan pemazmur
atas siatusi yang dihadapi oleh bangsa Israel. Saat itu mereka

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


mengalami situasi yang sangat berat. Bangsa lain telah
memasuki

Kotbah Jangkep 2
Yerusalem, mereka telah menghancurkan dan menajiskan Yerusalem
sebagai kota Allah. Penduduk Yerusalem mengalami
penganiayaan bahkan mereka menjadi bahan cemoohan bangsa
lain. Peristiwa yang digambarkan pemazmur ini menunjuk pada
kehancuran akan kerajaa Yehuda (Israel Selatan) ketika mereka
jatuh ke tangan Babel. Namun di tengah penderitaan dan
kehancuran yang mereka alami bangsa Israel mau menyadari
akan kesalahan mereka (ayat 8) dan mereka memohon supaya
Tuhan mau mengampuni dosa mereka dan tidak
memperhitungkan kesalahan mereka. Di tengah penderitaan
yang mereka Allami bangsa Israel menyandarkan diri mereka
kepada Tuhan karena mereka yakin bahwa Tuhanlh Sang
Penyelamat mereka.

1 Timotius 2:1-7
Bagian dari perikop ini mengungkapkan penulis kitab
Timotius memberika nasehat agar jemaat, raja-raja dan semua
pembesar menyatakan doa kepada Tuhan. Dalam ayat yang ke 4
dan 5 mengungkapkan bahwa Allah menghendaki semua orang
selamat dan menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya Allah
yang esa. Nasehat ini penting dan ditekankan karena saat itu
kehidupan orang beriman berada dalam situasi yang tidak
mudah. Iman dan beribadah kepada Tuhan seringkali
diperhadapkan kepada peraturan yang menempatkan kaisar
sebagai Tuhan. Dalam situasi seperti ini jemaat diingatkan untuk
tetap percaya kepada Tuhan karena Allah dalam diri Tuhan
Yesus telah menyerahkan diri sebagai tebusan bagi semua
manusia. Ungkapan “tebusan” ini memang istilah yang sangat
dikenal pada masa itu. Istilah ini biasa digunakan untuk menebus
budak dan penebusan itu dengan uang. Tuhan Yesus sebagai
penyelamaat, telah menebus manusia yang diperbudak oleh dosa
bukan dengan uang tetapi dengan kuasa darahNya. Karena setiap
orang yang percaya telah ditebus oleh darah Kristus, maka

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


panggilan orang percaya adalah berbahkti kepada Tuhan.

Kotbah Jangkep 2
Lukas 16:1-13
Bagian ini menceritakan tentang orang kaya dan bendahara
yang tidak jujur. Dua tokoh yang pertama-tama tampil dalam
perumpamaan ini adalah seorang kaya dengan bendaharanya.
Orang kaya dalam perumpamaan ini rupanya seseorang yang
mempunyai tanah yang luas, namun ia hidup di luar negeri. Untuk
itu ia harus mengangkat seorang bendahara sebagai wakilnya
yang harus bertanggungjawab atas hasil tanahnya. Rupanya
bendahara ini mendapat tuduhan menghamburkan harta milik
tuannya. Istilah "menghamburkan" di sini berarti memboroskan
atau menggunakan uang tuannya yang bukan haknya. Ketika ia
harus mempertanggung- jawabkan perbuatannya bendahara
tersebut memutar otak mencari jalan keluar. Akhirnya menemukan
jalan keluar. Sebagai bendahara ia tahu dan memiliki catatan
orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Kepada orang yang
berhutang, ia memberikan keringanan supaya kau dia dipecat,
bendahara ini akan ditolong oleh mereka yang mendapat
keringanan atas hutang mereka. Kepada yang berhutang 100
tempayan minyak, diberinya keringanan dengan surat hutang
menjadi 50 tempayan minyak. Kepada yang berhutang 100 pikul
gandum, diberinya keringanan menjadi 80 pikul gandum.
Melihat apa yang dilakukan oleh bendahara tersebut tuan ini
memuji bendahara tersebut. Tentu saja yang dipuji bukan karena
ketidakjujurannya tetapi karena kecerdikannya, keuletannya,
sikapnya yang tidak mudah menyerah dalam mengatasi situasi
sulit. Kalau anak-anak dunia saja mampu dan memilki
kecerdikan untuk memikirkan hal-hal yang jauh ke depan
semestinya anak- anak terang juga memilki kecerdikan untuk
memikirkan hal-hal yang di depan melalui kekayaan yang kita
miliki.
Ayat 9 mengingatkan supaya kita menggunakan supaya kita
“mengikatkan persahabatan” dengan menggunakan mamon/

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


harta benda yang seringkali “dianggap tidak baik” untuk
melakukan hal-hal yang positif, baik bagi sesama maupun
kemuliaaan Tuhan.

Kotbah Jangkep 2
POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Kotbah diawali dengan menjelaskan bahwa secara umum
ada kecenderungan bahwa setiap orang berharap memiliki masa
depan yang baik dan penuh pengharapan. Berbagi upaya
dilakukan untuk memperoleh masa depan yang penuh pengharapan
diantaranya dengan melakukan investasi dalam berbagai bentuk.
Masa depan yang penuh pengharapan yaitu hidup kekal juga
dijanjikan Tuhan dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Namun demikian sebagai orang percaya, ada panggilan untuk
menyatakan kehidupan kekal ini dalam hidup sehari-hari.
Pada bagain selanjutnya pengkotbah menguraikan bacaan
leksionari dengan memberi penekanan pada bacaan Injil yang
mengingatkan tentang pentingnya memiliki orientasi hidup ke
depan termasuk dalam mengunakan kekayaan bagi pekerjaan
karya keselamatan Allah yang masih berlangsung di dunia.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MEWUJUDKAN HIDUP KEKAL DALAM KESEHARIAN

Secara umum setiap orang berharap memiliki masa depan


yang baik dan penuh pengharapan. Harapan akan masa depan
yang baik ini tentu harus dimulai sejak dini dengan berbagai
cara. Cara yang umum dilakukan adalah dengan investasi untuk
masa depan. Kalau itu investasi uang dilakukan dengan
menabung untuk masa depan, memberi property, nabung saham,
ikut asuransi untuk hari tua dll. Investasi tentu tidak hanya
berupa uang. Hidup sehat, olah raga yang teratur, makan
makanan yang bergizi juga dipahami sebagai investasi supaya
ketika tua kita tetap dalam keadaan sehat. Memberi pendidikan
yang baik kepada anak-anak sejak usia dini juga merupakan
bentuk investasi. Dengan Pendidikan yang baik, di tengah dunia
yang sarat persaingan diharapkan anak- anak kita akan
mendapat tempat pekerjaan yang naik dan layak untuk
kehidupan masa depannya.
Berbicara tentang masa depan, dalam iman kepada Tuhan
Yesus, Dia menjanjikan masa depan yang penuh pengharapan
yaitu hidup kekal. Hanya saja kehidupan kekal itu tidak hanya
menyangkut kehidupan setelah kematian, namun kehidupan
kekal adalah kehidupan yang didasarkan pada pengenalan akan
Tuhan Yesus (Yohanes 17:3) yang tampak dari kualitas hidup kita.
Kualitas kehidupan ini tampak dari orientasi hidup yang tidak
hanya memikirkan saat ini saja tetapi juga memikirkan ke depan.
Kualitas hidup juga tampak dari pola kita menggunakan harta
kekayaan kita. Harus kita akui bahwa kekayaan atau uang itu
memilki dua sisi, atau bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi
bisa menyeret orang pada keserakahan, egoism, perselisihan atau
membawa orang pada tindakan dosa. Namun di sisi lain
kekayaan atau uang juga kita gunakan untuk memuliakan nama
Tuhan dengan menopang pekerjaan Tuhan yang masih

Kotbah Jangkep 2
berlangsung di dunia ini, atau kita
gunakan untuk menolong sesama yang dalam kesulitan.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Bacaan hari ini khususnya dari Injil Lukas 16:1-13, mengung-
kapkan tentang bagaimana kita menggunakan kekayaan untuk
hal-hal yang baik, untuk kemuliaan nama Tuhan. Hal ini dapat
kita lihat dari kisah tentang orang kaya dan bendahara yang
tidak jujur. Orang kaya dalam perumpamaan ini rupanya
seseorang yang mempunyai tanah yang luas, namun ia hidup di
luar negeri. Untuk itu ia harus mengangkat seorang bendahara
sebagai wakilnya yang harus bertanggungjawab atas hasil tanahnya.
Dalam perjalanan waktu rupanya bendahara ini mendapat tuduhan
menghamburkan harta milik tuannya. Istilah "menghamburkan"
di sini berarti memboroskan atau menggunakan uang tuannya
yang bukan haknya. Karenanya tuannya menuntut
pertanggungjawaban dari bendahara tersebut. Ketika bendahara
ini harus mempertanggung- jawabkan perbuatannya bendahara
tersebut memutar otak, berusaha keras untuk mencari jalan keluar.
Dengan kecerdikannya, akhirnya ia menemukan jalan keluar.
Sebagai bendahara ia tahu dan memiliki catatan orang-orang
yang berhutang kepada tuannya. Rupanya ada yang berhutang
minyak dan gandum dalam jumlah yang besar. Agaknya yang
hutang ini bukan orang miskin, hal ini terlihat dari jumlah yang
mereka pinjam. Kepada orang-orang yang berhutang, bendahara
ini memberikan keringanan supaya kalau dia dipecat, bendahara
ini akan ditolong oleh mereka yang mendapat keringanan atas
hutang mereka. Kepada yang berhutang 100 tempayan minyak,
diberinya keringanan dengan surat hutang menjadi 50 tempayan
minyak. Kepada yang berhutang 100 pikul gandum, diberinya
keringanan menjadi 80 pikul gandum. Surat keringanan ini tentu
saja sangat menggembirakan pada debitor (mereka yang
berhutang) karena mereka merasa bahwa beban hutang mereka
semakin ringan. Melihat apa yang dilakukan oleh bendahara
tersebut, tuan ini bukannya marah tetapi justru memuji
bendahara tersebut. Tentu saja yang dipuji bukan karena
ketidak- jujurannya tetapi karena kecerdikannya, keuletannya,
sikapnya yang tidak mudah menyerah dalam mengatasi situasi

Kotbah Jangkep 2
sulit. Kalau anak-anak dunia saja mampu dan memilki
kecerdikan untuk

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


memikirkan hal-hal yang jauh ke depan semestinya anak-anak
terang juga memiliki kecerdikan untuk memikirkan hal-hal yang
di depan melalui kekayaan yang kita miliki. Bahkan dalam ayat 9
mengingatkan supaya kita “mengikatkan persahabatan” dengan
menggunakan mamon/harta benda yang seringkali “dianggap
tidak baik” untuk melakukan hal-hal yang positif, baik bagi
sesama maupun kemuliaaan Tuhan. Bendahara tadi memakai
mamon yang tidak jujur untuk mendapatkan simpati dari para
penghutang. Sebagaai anak-anak terang diingatkan supaya
dengan cara yang cerdik/ulet/pantang menyerah tidak
menempatkan kekayaan sebagai hambatan tetapi justru dapat
menjadi sarana untuk menopang keselamatan Allah yang masih
berlangsung di dunia.
Lalu bagaimana kita menerapkan hal tersebut? Masih dalam
kaitan kita menghayati bulan liturgi, sebagaimana telah disebutkan
di atas bahwa salah satu unsur dalam liturgi adalah mengucap
syukur atas jaminan hidup kekal yang kita ungkapkan melalui
persembahan. Pada saat kita menghaturkan persembahan pada
saat yang sama kita juga ambil bagian dalam menopang
pekerjaan keselamatan yang masih berlangsung di dunia melalui
gerejaNya. I Timotius 2:1-7 menyatakan bahwa Allah
menghendaki semua orang selamat karena karya penebusan
Tuhan Yesus memang ditujukan untuk semua umat manusia. Salah
satu tugas gereja adalah memberitakan karya penyelamatan Allah
di tengah kehidupan dunia dengan berbagai bentuk. Tentu saja
untuk melaksanakan tugas panggilan ini membutuhkan dukungan
sarana dan prasarana. Apa yang kita persembahan dalam setiap
ibadah diantaranya untuk mendukung pelayanan tersebut di
samping untuk menjalankan roda kehidupan gereja. Bahkan
melalui persembahan yang kita serahkan, kita juga dididik untuk
tidak menghambur-hamburkan atau memboroskan uang/harta
kekayaan yang kita miliki hanya untuk kepentingan diri sendiri,
namun kita juga dididik untuk peduli pada pihak lain, kita juga
diajar untuk berbagi. Kiranya Tuhan memampukan kita memiliki

Kotbah Jangkep 2
kecerdikan dalam menggunakan harta kekayaan kita bagi
kemuliaan nama Tuhan. Amin.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MBABAR GESANG LANGGENG ING PADINTENAN

Saben tiyang temtu ngadhahi pangajeng-ajeng supados


gesang ing tembe wingking manggihaken kabegjan. Supados
gesang ing tembe wingking estu manggihaken kabegjan,
pambudidaya katindak- aken wiwit ing wiwitan kanthi maneka
warni cara ing antawisipun kanthi investasi. Menawi investasi
arupi arta saged kanthi nabung, tumbas siti, griya, nabung saham,
tumut asuransi kangge njageni benjing manawi sepuh lsp.
Investasi punika mboten namung arupi arta, gesang kanthi njagi
kesehatan badhea kanthi olah raga punapadene nedha ingkang
kathah gizinipun ugi dados investasi supados mangke menawi
sampun sepuh tetep sehat. Nggulawenthah lare kanthi sae wiwit
alit punika ugi wujud investasi. Kanthi panggulawentah ingkang
sae, dados pangajeng-ajeng lare ing tembe wingking pikantuk
pedamelan ingkang sae lan saged gesang kanthi murwat.
Ngrembag bab gesang ing tembe wingking, Gusti Yesus prajanji
bab gesang ing tembe wingking ingkang kebak pangajeng-ajeng,
inggih punika gesang langgeng. Namung kemawon menawi kita
ngrembag bab gesang langgeng mboten namung magepokan kaliyan
gesang sasampunipun kita tilar donya. Gesang langgeng punika
nalika tiyang tepang kaliyan Gusti (Yokanan 17:3). Tiyang
ingkang tepang kaliyan Gusti Yesus ketingal wonten ing
sikepingkang prayogi ing padintenan. Tiyang ingkang nggadhahi
sikep ingkang prayogi saged katingal saking enering gesangipun.
Sikep ingkang prayogi ing tiyang punika ugi saged ketingal saking
caranipun ngginakaken bandha kadonyanipun.
Ingkang naminipun bandha donya punika saged nyeret
tiyang dhumawah dhateng sikep budi kethaha, mentingaken diri
pribadi, dados underaning tiyang cecongkrahan dan mbekta tiyang
dhumawah
Kotbah Jangkep 2
ing dosa. Kosokwangsulipun bandha donya ugi saged kita ginakaken
murih kaluhuranipun Gusti nalika kita nyengkuyung pakaryan
kawilujengan utawi nalika kita tetulung dhateng sesami ing
satengahing kangelan.
Waosan saking Lukas 16:1-13 nyariosaken bab kadospundi
kedahipun kita ngginakaken bandha kadonyan kangge nindakaken
prakawis ingkang sae, malah kangge ngener dhateng kelanggengan.
Prakawis punika ketingal saking carios ngengingi tiyang sugih
kaliyan juru-gedhong ingkang mboten jujur. Tiyang sugih punika
gadhah siti ingkang wiyar sanget. Piyambakipun gesang wonten
ing negari manca, pramila kangge ngreksa sitinipun piyambakipun
ngangkat juru-gedhong. Satunggaling wekdal tiyang sugih punika
mireng menawi juru-gedhongipun nindakaken prakawis ingkang
mboten sae karana ngawut-awut barang darbeking bendaranipun
kanthi mboten tanggel jawab. Pramila bendara punika nyuwun
supados juru-gendhong punika tanggel jawab tumrap punapa
ingkang dipun tindakaken. Ngadhepi prakawis punika, juru-gedhong
punika pados akal supados saged uwal saking paukumaning
bendaranipun. Wusananipun juru gedhong punika pikantuk akal.
Minangka juru gedhong piyambakipun nggadhahi catetan sinten
kemawon ingkang sami gadhah ampilan dhateng bendaranipun.
Kanyata pancen wonten ingkang ngampil lisah lan gandum
ingkang kathah. Mestinipun ingkang utang punika sanes tiyang
kesrakat. Juru gedhong punika ngentheng-ngenthengaken
ampilanipun tiyang-tiyang punika, supados saupami
piyambakipun mangke dipun pocot, tiyang-tiyang punika badhe
nulungi piyambakipun. Dhateng tiyang ingkang gadhah ampilan
satus tong lisah, dipun paringi serat ampilan enggal dados seket
tong lisah. Dhateng tiyang ingkang gadhah ampilan gandum satus
dhacin, dipun paring serat ampilan ingkang enggal dados wolung
dasa dhacin. Serat ampilan ingkang enggal punika tentu
kemawon ndadosaken bingahipun ingkang sami gadhah

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


ampilan. Mrangguli akalipun juru-gedhong

Kotbah Jangkep 2
punika, bendaranipun mboten duka malah ngalembana. Temtu
kemawon ingkang dipun alembana mboten karana tumindakipun
ingkang mboten jujur nanging pokal ingkang ulet, tansah pados
akal nalika ngadhepi kawontenan ingkang awrat. Juru-gedhong
punika ulet mikiraken gesang ing tembe wingking. Menawi anak-
anakipun jagad kemawon ngadahi akal murih kawilujenganipun
gesang ing tembe wingking, kedahipun para ahli warising
pepadhang ugi nggadhahi akal kangge mikiraken gesang ing
tembe wingking kanthi cara ngginakeken bandhanipun.
Saking ayat 9 malah ngengetaken supados sami “memitran”
kanthi ngginakaken mamon/bandha kadonyan ingkang asring
“dipun anggep mboten sae” kangge nindakaken ingkang sae
badhea kangge sesami punapadene kangge kamulyanipun Gusti.
Juru gedhong kala wau ngginakaken mamon ingkang mboten jujur
kangge ndudut manah saking ingkang sami gadhah ampilan.
Minangka para putra pepadhang kita kaengetaken supados
ulet/sugih akal/mboten gampil nglokro ngadhepi awrating
gesang. Kejawi punika mboten mapanaken bandha donya
minangka pepalang tumrap pakaryan kawilujengan, nanging
malah dados sarana tumrap pakaryan kawilujengan ingkang
taksih lumampah ing donya.
Lajeng kadospundi kita ngecakaken prakawis punika? Wulan
September punika kita taksih wonten ing suasana Wulan Liturgi.
Salah satunggaling perangan pangibadah punika nelakaken atur
panuwun awit kawilujengan langgeng kanthi ngaturaken pisungsung.
Nalika kita ngaturaken pisungsung ing wekdal ingkang sami kita
tumut nyengkuyung pakaryan kawilujengan ingkang taksih
lumampah ing jagad lantaran pasamuwan. I Timotius 2:1-7
nelakaken bilih Gusti Allah ngersakaken sedaya manungsa
wilujeng karana pakaryan kawilujengan katujokaken kangge
sedaya tiyang. Ing wekdal punika pasamuwanipun Gusti
kaparingan tanggel jawab martosaken pakaryan kawilujengan
kanthi maneka warni cara. Kangge nindakaken prakawis punika
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi
temtu kemawon mbetahkaken

Kotbah Jangkep 2
dana lan sarana. Punapa ingkang kita pisungsungaken saben-
saben kita ngibadah punika kangge nyekapi kabetahing peladosan
lantaran pasamuwan lan ugi kangge nyengkuyung pakaryan
kawilujengan. Kanthi ngaturaken pisungsung kita ugi kawulang
supados nalika kita ngginakaken arta utawi barang kadonyan
sampun ngantos ngawut-awut, utawi ngginakaken arta lan banda
kadonyan namung kangge kepentingan diri pribadi. Kanthi
ngaturaken pisungsung kita ugi kawulang supados remen andum
katresnan. Kanthi pangandikanipun Gusti punika mugi kita
kaparingan akal ngginakaken bandha kadonyan murih pakaryan
ingkang ngener dhateng gesang langgeng. Amin.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Minggu, 25 September 2022
Minggu Biasa XXI-Minggu ke-16 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Ibadah: Peduli dan Berbagi

TUJUAN : 1). Jemaat menghayati ibadah sebagai ungkapan syukur


akan karya penyelamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus
2). Bentuk ucapan syukur tersebut diungkapkan dengan
menyatakan kepedulian dan kesediaan berbagi melalui
harta kekayaan atau uang bagi mereka yang membutuhkan
dan bagi pekerjaan Tuhan.

DAFTAR BACAAN:
Bacan I : Yeremia 32:1-3a, 6-15
Tanggapan : Mazmur 91:1-6, 14-16
Bacaan II : 1 Timotius 6:6-19
Injil : Lukas 16:19-31

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita anugerah : Yesaya 54:7&8
Petunjuk Hidup Baru : 2 Korintus 8:12-15
Persembahan : Roma 11:36

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 405:1, 2, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 39:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 424:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 433:1, 2, 3
Nyanyian Pengutusan : KJ 432:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 59:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 45:1, 2
Kidung kasanggeman : KPJ 196:1,3
Kidung Pisungsung : KPJ 158:1, 2, 3
Kidung Pengutusan : KPJ: 439:1, 2

Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th., M.A (GKJ Manahan)

Kotbah Jangkep 2
DASAR PEMIKIRAN
Tuhan adalah sumber keselamatan. Di tengah situasi sulit,
Dia adalah Allah yang yang menjadi harapan dan sumber
keselamatan bagi mereka yang hatinya melekat kepadaNya. Dari
perspektif kitab Lukas, rupanya ada relasi antara kehidupan kekal
dengan cara kita memperlakukan sesama kita yang lemah, yang
menderita dan yang diabaikan. Buah dari kehidupan orang yang
diselamatkan adalah kesediaan untuk peduli dan berbagi. Di
samping tampak dari pola hidup dalam memperoleh dan
mempergunakan harta kekayaaannya.

KETERANGAN BACAAN
Yeremia 32:1-3a, 6-15
Bacaan di atas mengungkapkan visi yang dinyatakan Yeremia
bagi bangsa Israel. Saat itu bangsa Israel berada dalam situasi
sulit ketika mereka dikepung oleh Babel. Di tengah pengepungan
itu, Yeremia menyerukan supaya bangsa Israel menyerahkan diri
kepada Babel. Namun seruan Yeremia justru disalahpahami dengan
cara pandang yang berbeda oleh orang-orang Israel. Yeremia
dianggap sebagai penghianat bangsa karenanya Yeremia dijebloskan
ke dalam penjara. Pada saat Yeremia di penjara, atas perintah
Tuhan, Yeremia membeli sebidang tanah milik saudaranya. Pada
masa itu, tanah menggambarkan kehidupan ataupun kematian.
Setiap orang berusaha untuk mempertahankan tanahnya. Rupanya
saat itu Hanameel, mengalami kesulitan untuk mempertahankan
tanahnya.
Sementara kalau sampai tanah itu jatuh pada pihak lain, hal
ini sangat memalukan dan membahayakan keluarga. Karenanya
Yeremia membeli tanah itu supaya tidak jatuh pada pihak lain.
Agak aneh, di tengah bangsa Isrel di kepung oleh babil, Yeremia
justru melakukan transaksi jual beli tanah. Namun, dari bacaan
ini sebenarnya ada pesan kuat yang hendak disampaikan oleh

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Yeremia.

Kotbah Jangkep 2
Situasi memang berat, mereka terancam, masa depan terkesan
suram. Namun dengan tindakan membeli tanah itu, Yeremia hendak
menyampaikan pesan yang membawa harapan bahwa Allah
tidak diam. Pada saatnya Tuhan akan pulihkan bangsa Israel.

Mazmur 91:1-6, 14-16


Bagian ini merupakan ungkapan iman pemazmur yang
menyatakan bahwa setiap orang yang hatinya melekat kepadaNya,
Tuhan sendiri yang akan melindunginya. Tuhan akan menjadi
tempat perlindungan dan kubu pertahanan. Tuhan yang akan
melindungi dari berbagai bencana, sakit penyakit, musuh yang
menyerang dan berbagai kecelakaan. Tuhanlah yang menjadi
sumber keselamatan.

1 Timotius 6:6-19
Bagian ini mengungkapkan tentang nasehat Paulus tentang
bagaiamana orang percaya menempatkan dan menggunakan
harta kekayaan atau uang. Di bagian awal dari bacaan ini, Paulus
mengingat- kan jemaat untuk bisa “merasakan cukup”. Paulus
mengungkapkan ini karena “rasa cukup” ini akan membuat
seseorang tidak mementingkan diri sendiri, bahkan membuat
seseorang mampu memperjuangkan kepentingan orang lain dan
berpatisipasi bagi pekerjaan kerajaan sorga. Hal ini penting karena
rupanya ada orang yang terjerat kecintaannya pada uang. Mereka
jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan bahkan membawa
kepada kebinasaan. Kepada orang yang hidupnya memburu uang
dan kekayaan, Paulus menasehatkan supaya mereka mempunyai
orientasi baru dalam hidup mereka: mengejar keadilan, ibadah,
kasih, kesabaran dan kelembutan. Paulus juga mengingatkan
mereka supaya tidak menyombongkan diri serta mengandalkan
hidup pada kekayaaan materi. Sebaliknya mereka diberi nasehat

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


supaya mengupayakan kekayaan dalam kebajikan. Suka memberi
dan berbagi.

Kotbah Jangkep 2
Lukas 16:19-31
Perikop ini mengungkapkan tentang kisah orang kaya dan
Lazarus. Ketika di dunia, keadaan mereka jauh berbeda. Oramg
kaya ini setiap hari hidup dalam kemewahan hal ini tapak dari
pakaian yang dikenakan pun kemewahan yang dimilki.
Sementara Lazarus yang berarti “Tuhan menolong” hidup penuh
penderitaan. Ia seorang pengemis, badannnya penuh borok, ia
kelaparan dan berbaring di pintu pagar orang kaya tadi. Saying,
orang kaya ini tidak pernah peduli dengan kondisi Lazarus.
Lazarus dalam kelaparannya mengharapkan remah-remah yang
jatuh dari meja orang kaya itu, namun justru snjing-anjingnya
yang menjilati boroknya.
Ketika mereka mati, rupanya keadaan berubah drastis.
Orang kaya ini merasakan penderitaan yang berat di alam maut,
sementara Lazarus berada dalam pangkuan Abraham. Melihat
Abraham merasakan keadaan yang begitu baik, orang kaya ini
memohon supaya Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahnya. Namun permohonan itu tidak dapat
dipenuhi. Masing-masing sudah mendapat bagiannya. Terlebih di
antar mereka terbentang jurang yang tak dapat diseberangi.
Orang kaya ini memohon lagi supaya Lazarus ke rumah ayahnya
untuk mengingatkan lima saudaranya, supaya pada akhirnya
mereka tidak mengalami penderitaan yang sama. Kembali
permohonan itu ditolak lagi karena kesaksian Musa dan para nabi
telah mengingatkan mereka.
Lalu apa makna dari kisah ini? Apakah perikop ini hendak
mengatakah bahwa orang kaya pasti masuk neraka dan orang
miskin masuk sorga? Tentu saja tidak seperti itu. Lalu apa yang yang
membuat orang kaya akhirnya masuk neraka? Apakah karena
kekayaannya? Dosa apa yang dilakukannya? Dari kisah ini ada
pesan yang mau disampaikan, kesalahan dari orang kaya tadi
tentu bukan karena kekayaannya, tapi karena ketidakpeduliannya

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


kepada

Kotbah Jangkep 2
orang yang miskin. Lazarus setiap hari berada di dekat pintu
rumahnya, namun orang kaya itu tidak pernah menunjukkan
kepeduliannya. Kisah ini juga hendak menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kehidupan kekal dengan cara kita memperlakukan
sesama kita yang lemah, yang menderita dan yang diabaikan. Tokoh
Abraham yang diungkapkan dalam kisah ini penting karena
Abraham adalag Bapa orang beriman. Karenanya sebagai keturunan
Abraham merupakan keharusan untuk menunjukkan kepedulian
kepada yang lemah.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Bertolak fari dasar pemikitan dan penjelasan teks, kotbah
dapat diawali tentang pentingnya peduli dan berbagi.
Pengkotbah dapat mengangkat melalui kisah nyata/atau
cerita/atau meng- gunakan ilustrasi yang sudah disiapkan dalam
kotbah jangkep. Setelah menguraikan pengantar, pengkotbah
kemudian menjelaskan pesan kitab suci sesuai bacaan yang ada
dengan memberi penekanan pada bacaan Injil dan ditutup dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Bacaan kedua dari 1
Timotius 6:6-19 memberi inspirasi tentang hal-hal konkrit yang
dapat dilakukan jemaat tentang bagaimana mempraktekkan
hidup peduli dan berbagi.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

PEDULI DAN BERBAGI

Ada kisah tentang sebuah perusahaan yang mengadakan


trainning untuk para karyawan yang baru diterima. Karena yang
mengikuti training banyak maka mereka di bagi dalam beberapa
kelas. Sebelum training dimulai ada pengumuman bahwa selama
mengikuti mereka harus membawa nasi bungkus untuk makan
siang karena perusahaan tidak menyediakan makan siang. Di
samping tidak ada kesempatan mereka untuk jajan di luar tempat
training. Karena intruksi dari perusahaan, para karyawan baru
ini mentaatinya. Mereka menyiapkan makan mereka masing-masing
dengan membawa nasi bungkus. Tentu saja lauk pauk yang mereka
bawa juga beragam, ada yang dengan telur, ikan, ayam, sosis dll.
Ketika saat makan siang tiba, instrukstur meminta supaya
masing-masing mengeluaran bekal makan, tetapi mereka tidak
boleh langsung membuka dan menikmati makan siang yang
mereka bawa. Bekal makan yang mereka bawa itu harus
dikumpulkan disebuah wadah besar, kemudian diberikan ke
kelas sebelah. Sementara kelas yang satu dapat bungkus makan
dari kelas yang lain. Mendengar instruksiitu mereka cukup kaget.
Mereka tidak menyangka bekalnya akan diberika ke orang lain
dan mereka mendapat bekal milik orang. Ada yang senang
karena dapat makanan yang lebih baik, tetapi banyak juga yang
kecewa karena dapat makanan yang sangat sederhana dan tidak
sesuai harapan mereka.
Hari kedua mereka mendapat instruksi untuk membawa nasi
bungkus lagi. Namun karena para pegawai itu mempunyai
pikiran tokh nanti juga akan diberikan orang lain, mereka
menyiapkannya tidak seperti hari pertama. Mereka menyiapkan
makanan yang sederhana, seadanya. Ketika saat makan siang tiba,
kembali instrukstur meminta mereka mengeluarkan bekal

Kotbah Jangkep 2
makannya. Hanya saja,

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


pada hari kedua ini masing-masing diminta makan bekal yang
mereka bawa dari rumah. Mendengar instruksi itu mereka saling
memandang, ada yang tersipu malu karena bekal makan yang
dibawa sangat sederhana.
Berdasarkan kisah tadi bukankah kita belajar bahwa ketika
untuk diri sendiri, orang akan berusaha mendapatkan yang
terbaik. Sebaliknya kalau untuk orang lain, tidak mudah kita kita
untuk berbagi. Pahadal bukankah buah dari iman adalah
kesediaan untuk peduli dan berbagi. Panggilan untuk peduli dan
berbagi ini juga diungkapkan oleh Tuhan Yesus melalui kisah
orang kaya dan Lazarus. Perikop ini mengungkapkan tentang
kisah orang kaya dan Lazarus. Ketika di dunia, keadaan mereka
jauh berbeda. Orang kaya ini setiap hari hidup dalam
kemewahan hal ini tampak dari pakaian yang dikenakan pun
kemewahan yang dimilki. Sementara Lazarus yang berarti
“Tuhan menolong” hidup penuh penderitaan. Ia seorang
pengemis, badannnya penuh borok, ia kelaparan dan berbaring
di pintu pagar orang kaya tadi. Sayang, orang kaya ini tidak
pernah peduli dengan kondisi Lazarus. Lazarus dalam
kelaparannya mengharapkan remah-remah yang jatuh dari meja
orang kaya itu, namun justru anjing-anjingnya yang menjilati
boroknya.
Ketika mereka mati, rupanya keadaan berubah drastis.
Orang kaya ini merasakan penderitaan yang berat di alam maut,
sementara Lazarus berada dalam pangkuan Abraham. Melihat
Abraham merasakan keadaan yang begitu baik, orang kaya ini
memohon supaya Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahnya. Namun permohonan itu tidak dapat
dipenuhi. Masing- masing sudah mendapat bagiannya. Terlebih
di antar mereka terbentang jurang yang tak dapat diseberangi.
Orang kaya ini memohon lagi supaya Lazarus ke rumah ayahnya
untuk mengingatkan lima saudaranya, supaya pada akhirnya
mereka tidak mengalami penderitaan yang sama. Kembali
permohonan itu ditolak lagi karena kesaksian Musa dan para nabi
Kotbah Jangkep 2
telah mengingatkan mereka.

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


Lalu apa makna dari kisah ini? Apakah perikop ini hendak
mengatakah bahwa orang kaya pasti masuk neraka dan orang
miskin masuk sorga? Tentu saja tidak seperti itu. Lalu apa yang
yang membuat orang kaya akhirnya masuk neraka? Apakah
karena kekayaannya? Dosa apa yang dilakukannya? Dari kisah ini
ada pesan yang mau disampaikan, kesalahan dari orang kaya tadi
tentu bukan karena kekayaannya, tapi karena
ketidakpeduliannya kepada orang yang miskin. Lazarus setiap
hari berada di dekat pintu rumahnya, namun orang kaya itu tidak
pernah menunjukkan kepeduliannya. Kisah ini juga hendak
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kehidupan kekal
dengan cara kita memperlakukan sesami kita yang lemah, yang
menderita dan yang diabaikan. Tokoh Abraham yang
diungkapkan dalam kisah ini penting karena Abraham adalah
Bapa orang beriman. Karenanya sebagai keturunan Abraham
merupakan keharusan untuk menunjukkan kepedulian kepada
yang lemah.
Kekayaan atau uang itu sendiri sebenarnya netral, hanya
persoalannya adalah bagaimana kita mendapatkan kekayaan dan
menggunakannya. Dari kitab 1 Timotius 6:6-19 Paulus memberi
nasehat tentang bagaiamana orang percaya menempatkan dan
menggunakan harta kekayaan atau uang. Di bagian awal dari
bacaan ini, Paulus mengingatkan jemaat untuk bisa “merasakan
cukup”. Paulus mengungkapkan ini karena “rasa cukup” ini akan
membuat seseorang tidak mementingkan diri sendiri, bahkan
membuat seseorang mampu memperjuangkan kepentingan orang
lain dan berpatisipasi bagi pekerjaan kerajaan sorga. Hal ini
penting karena rupanya ada orang yang terjerat kecintaannya
pada uang. Mereka jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan
bahkan membawa kepada kebinasaan. Terjerat dalam berbagai-
bagai pencobaan sangatlah mungkin dipahami bahwa untuk
memperoleh uang dan kekayaan orang mencuri, menipu, korupsi

Kotbah Jangkep 2
dll. Kepada orang yang hidupnya memburu uang dan kekayaan,
Paulus menasehatkan

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


supaya mereka mempunyai orientasi baru dalam hidup mereka:
mengejar keadilan, ibadah, kasih, kesabaran dan kelembutan. Paulus
juga mengingatkan mereka supaya tidak menyombongkan diri
serta mengandalkan hidup pada kekayaaan materi. Sebaliknya
mereka diberi nasehat supaya mengupayakan kekayaan dalam
kebajikan, suka memberi dan berbagi.
Masih dalam suasana bulan liturgi, bukankah ibadah yang
terselenggara saat ini sebagai punyak perayaan karya
keselamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus. Dia telah
menunjukkan kepeduliaan kepada kita manusia yang lemah. Dia
telah membagikan tubuhNya dan darahNya untuk keselamatan
kita. Kiranya peribadahan yang kita lakukan sebagi ekspresi
iman ini juga tampak jelas dalam keseharian ketika kita peduli
dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Amin.

Kotbah Jangkep 2
KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MIGATOSAKEN LAN DUNDUM

Wonten carios ngengingi perusahaan ingkang badhe ngawon-


tenaken pelatihan kangge pedamel ingkang sami nembe katampi.
Sarehne gunggungipun kathah pelatihan punika kaperang
wonten ing sawetawis kelompok. Saderengipun pelatihan
kawiwitan, instrukstur paring pitedah bilih sauruting pelatihan,
perusahaan mboten nyawisaken tetedhan. Pramila sami kedah
mbekta sekul piyambak-piyambak ingkang kawungkus kangge
nedha siang. Kejawi punika para pedamel mboten saged jajan
karana pancen wekdalipun cumpen lan warung radi tebih saking
papan pelatihan. Sarehne punika dhawuh saking perusahaan,
para pedamel punika sami manut lan pancen sami nyawisaken
sekul wungkus kanthi lawuh ingkang beda-beda. Wonten
ingkang ngangge lawuh tigan, ulam, sosis lsp.
Nalika sampun wancinipun nedha siang, pada pedamel
punika kapurih ngedalaken sangunipun piyambak-piyambak.
Nanging saderengipun kabikak, instruktur dhawuh supados
sangunipun kakempalaken wonten ing baskom lajeng kakintun
wonten ing kelompok sanes. Dene kelas satunggalipun pikantuk
sekul saking kelas sanesipun ugi. Nampi dhawuh ingkang mekaten,
para pedamel punika sami kaget, mboten nginten menawi
sekulipun badhe katedha tiyang sanes. Wonten ingkang remen
karana pikantuk lawuh ingkang langkung sae, nanging ugi kathah
ing gela karana pikantuk sekul ingkang lawuhipun prasaja.
Ngancik dinten ingkang kaping kalih, pedamel punika taksih
kadawuhan mbekta sekul wungkus malih. Nanging sami mbatos,
“paling segaku sesuk sing mangan wong liya maneh”, Pramila
anggenipun mbekta sangu sekul kanthi lawuh ingkang prasaja.
Nalika wancinipun nedha siang, instrukstur dhawuh supados

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


sami ngedalaken sangunipun, namung kemawon sapunika sami
kapurih nedha sangunipun piyambak-piyambak. Mireng mekaten
punika sami cingak lan ugi lingsem, karana sawetawis sampun
kelajeng sangu kanthi lawuh ingkang prasaja.
Saking carios ing inggil kita sinau bilih menawi kangge dhiri
pribadi kita asring nengenaken ingkang sae, dene kangge tiyang
sanes kita asring owel nindakaken prakawis ingkang sae kalebet
bab paweweh. Kamangka wohipun kapitadosan punika rak dhemen
weweh lan nggatosaken dhateng sesami. Timbalan supados
nggatosaken sesami kawulangaken dening Gusti Yesus lumantar
carios ngengingi Lazarus lan tiyang miskin. Nalika taksih gesang
ing donya, kawontenanipun tiyang sugih punika kados langit lan
bumi, beda sanget. Tiyang sugih punika gesangipun mubra-
mubru, prakawis punika ketingal saking rasukanipun.
Kosokwangsulipun Lazarus ingkang tegesipun “Gusti mitulungi”,
gesangipun kebak panandhang. Piyambakipun ngemis,
badanipun kebak borok, piyambakipun luwe lan ngglungsar
wonten ing regolipun tiyang sugih. Emanipun tiyang sugih
punika mboten nate nggatosaken Lazarus. Lazarus ingkang luwe
ngajeng-ajeng gogrogan roti ingkang sami dhawah, nanging
segawonipun tiyang sugih punika ingkang malah njilati
borokipun.
Nalika kekalihipun pejah, kawontenan dados malik
grembyang. Tiyang sugih punika nandhang sangsara wonten ing
teleng palimengan, dene Lazarus kapangku dening Rama Abraham.
Nalika tiyang sugih punika ningali Lazarus ingkang ngraosken
katentreman, pinyambakpin nyuwun tulung supados Lazarus
nyelupaken drijinipun wonten ing toya kangge ngasrepaken
ilatipun. Nanging panyuwun punika katampik awit saben tiyang
sampun nampi pandumanipun, kejawi punika ing antawising
kekalihipun wonten jurang ingkang mboten saged dipun liwati.
Tiyang sugih punika nyuwun supados Lazarus ngengetaken
bapak lan sederekipun ingkang cacah gangsal supados
Kotbah Jangkep 2
mangkenipun mboten nandhang

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


sangsara kados ingkang dipun alami. Panyuwun punika katampik
malih karana paseksinipun Musa lan para nabi sampun ngengetaken
dhateng sedaya brayatipun.
Lajeng punapa maknaning carios punika? Punapa carios
punika badhe nedahaken menawi tiyang sugih mesti mlebet neraka
lan tiyang miskin mesti minggah swarga? Temtu kemawon
mboten mekaten. Lajeng punapa ingkang ndadosken tiyang sugih
punika mlebet neraka? Punapa karana bandhanipun? Temtu
kemawon mboten. Wonten ing pundi kalepatanipun tiyang sugih
punika? Saking carios punika kita sinau, kalepatanipun tiyang
sugih punika mboten karana kasugihanipun nanging karana
anggenipun mboten purun migatosaken dhateng tiyang miskin.
Lazarus saben dinten wonten ing sangajenging regolipun,
nanging tiyang sugih punika mboten nate nggatosaken. Carios
punika badhe nelakaken bilih wonten sesambetan ing
antawisipun gesang langgeng kaliyan cara kita sesambetan kilyan
tiyang ingkang ringkih utawi kesrakatan. Rama Abraham kasebat
ing carios punika, karana Rama Abraham punika bapakipun
tiyang pitados. Minangka turunipun Rama Abraham, kita
kedahipun purun nggatosaken dhateng tiyang ingkang kesrakat
kanthi ngginakaken punapa ingkang kita darbeni.
Kasugihan utawi arta punika berkah lan sipatipun netral,
namung prakawisipun kadospundi caranipun kita nggayuh lan
ngecakaken kasugihan punika. Saking I Timotius 6:6-19 Rasul
Paul ngengetaken kados pundi tiyang pitados kedahipun mapanaken
bandha donya utawi arta ing gesangipun. Rasul Paul
ngengetaken pasamuwan supados nggadhahi pangraos “marem”
(bhs Indonesia= merasa cukup). Menawi tiyang nggadhahi pangraos
ingkang mekaten, piyambakipun mboten namung mentingaken
dhiri pribadi malah mbudiyaya nggatosaken asanes lan tumut
makarya murih kratoning swarga kababar. Prakawis punika wigati
karana wonten sadhengah tiyang ingkang kajiret karem dhateng

Kotbah Jangkep 2
bandha donya. Tiyang ingkang mekaten dhumawah ing mawarni-
marni panggodha saged ugi

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi


kanthi cara colong-jupuk, ngapusi, korupsi lsp. Dhateng tiyang
ingkang gesangipun mbujeng arta, Rasul Paul ngengetaken supados
nggadhahi ener ingkang enggal: nggayuh kaadilan, ngibadah,
nelakaken katresnan, sabar sareh. Rasul Paul ugi ngengetaken
supados kita mboten gumunggung sarta ngendelaken dhateng
bandha kadonyan. Kosok wangsulipun tiyang pitados ngupadi
kasugihan ing bab kawicaksanan, remen weweh lan andum
katresnan. Taksih wonten swasana Wulan Liturgi, pangibadah
punika wujuding pahargyan awit kawilujengan wonten ing Gusti
Yesus. Panjenenganipun sampun nelakaken katresnanipun dhateng
tiyang ingkang ringkih lan kesrakat, inggih punika kita.
Panjenenganipun ugi sampun masrahaken sarira lan rahipun
kangge kawijulengan kita. Mugi pangibadah ingkang kita
tindakaken ketingal nyata wonten ing gesang padintenan nalika
kita migatosaken dhateng sesami
lan tetulung dhateng tiyang ingkang kesrakat. Amin.

Kotbah Jangkep 2
2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi

Anda mungkin juga menyukai