baik dari pada hari kelahiran. Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah
pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup
memperhatikannya. Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat
hati lega. Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang
Kebanyakan manusia memiliki paradigma bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Ada tangisan, kehilangan, dan kemuraman dalam setiap kematian. Jelas saja,
kematian "kan akhir hidup. Kematian adalah akhir dari eksistensi manusia. Kematian juga
begitu mengerikan karena misteri yang terkandung di dalamnya: apa yang terjadi saat mati
dan ke mana perginya gerangan? Manusia modern bisa begitu bangga dengan dirinya, apalagi
jika ia bisa menguasai alam semesta. Namun, pada akhirnya ia akan menjadi debu, dan debu
kembali kepada alam. Akhirnya manusia ditaklukkan oleh alam. Kematian adalah sesuatu
yang mengenaskan.
yang positif. Kita akan renungkan ayat-ayat berikut ini yang berbicara tentang kematian dan
arti hidup.
pentingnya sebuah nama. Bahkan nama itu lebih berharga daripada kekayaan dunia. Amsal
mengatakan bahwa nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar. (Amsal 22:1)
Di akhir hidup seseorang, kita dapat mengetahui siapakah orang itu. Seseorang yang banyak
menabur berkat, di akhir hidupnya banyak orang yang bersimpati. Begitu juga sebaliknya.
Ini seharusnya membuat kita merenung, mau menjadi seperti orang macam apakah kita?
Bagaimana kita harus hidup supaya hidup kita berarti bagi Tuhan dan sesama? Apa yang
Di telinga kalangan umum, ayat ini terdengar cukup aneh. Pasalnya, manusia biasanya
menyukai kelahiran daripada kematian. Kelahiran itu sesuatu yang menyenangkan dan
melihat bayi kecil adalah sesuatu yang menyukakan. Kelahiran adalah sesuatu yang baik,
Kematian adalah sesuatu yang menandakan hidup ini fana, sementara, dan terbatas. Maka
pada umumnya orang tidak menyukai kematian. Namun Pengkhotbah mengatakan bahwa
Rahasia besar ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Memang
kita tahu bahwa kematian adalah satu akibat dari dosa. Kematian adalah sesuatu yang
membawa kita kepada akhir di dalam hidup di dunia. Tetapi bukan berarti kematian adalah
sesuatu yang mengerikan atau asing. Bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang indah.
Mengapa? Pertama, kita akan kembali kepada Tuhan yang mengasihi kita. Kita akan
bersekutu dengan sumber hidup dan sumber bahagian untuk selama-lamanya. Kedua, kita
akan mengakhiri hidup yang penuh dengan air mata ini. Kita akan masuk ke dalam hidup
Paulus bahkan mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. "Karena bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21). Pintu masuk yang membawa manusia
kepada neraka diubah Tuhan melalui karya Kristus menjadi pintu kepada hidup yang kekal.
Jadi, bagi orang percaya kematian justru hal memberikan pengharapan, yakni hidup yang
kekal.
"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah
Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega. Orang
berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah
tempat bersukaria."
Sebelum membahas ayat ini, terlebih dahulu kita harus paham bahwa kitab Pengkhotbah
adalah merupakan kitab hikmat bangsa Ibrani. Kitab ini mengajarkan bagaimana petuah-
Ayat di atas merupakan hal yang kontradiktif bagi pemikiran kita pada umumnya. Namun,
sebetulnya Pengkhotbah sedang mengajak kita merenung, bahwa ketika kita sedang berada di
dalam keadaan suka, biasanya kita tidak memikirkan arti hidup. Dalam keadaan serba senang
yang benar bahwa terkadang orang yang sehat, makmur, dan sangat kaya akan lebih sukar
memahami perkara rohani dan arti bergantung kepada Tuhan, dibandingkan dengan
seseorang yang berada dalam keadaan sakit, miskin, dan melarat. Yesus bahkan pernah
berkata bahwa ada orang kaya yang sukar masuk kerajaan sorga. Ini bukan pengajaran bahwa
kaya dan makmur itu tidak rohani, tetapi mengajarkan bahwa kekayaan seringkali membuat
orang lupa akan Tuhan karena sukar bergantung kepada-Nya. Tetapi orang miskin yang
tertindas biasanya lebih bergantung kepada Tuhan karena dia sadar bahwa dia bisa hidup
Kembali kepada kitab Pengkotbah, di sana kita diajak merenung bahwa rumah duka lebih
baik daripada rumah pesta, karena di dalam rumah pesta orang seringkali bersukaria dan
melupakan Tuhan. Sebaliknya di dalam rumah duka, seseorang dapat menyadari beberapa
hal:
seseorang seharusnya mulai memikirkan nilai-nilai kehidupan yang lebih mulia dan kekal
daripada nilai-nilai yang sementara dan yang akan tersapu dengan waktu.
Marilah kita merenungkan bahwa realita kematian adalah realita yang membuat kita
memikirkan apa arti hidup kita. Bagaimana kita menjalani hidup ini? Bagaimana kita ingin
mati kelak