Anda di halaman 1dari 99

Akan bosankah Anda di Surga?

"Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah
semangatnya dan yang gentar kepada Firmanku." (Yesaya 66:2)

Pada masa ini siapakah yang masih gentar kepada Firman Allah? Menurutku sedikit saja
orang yang sungguh-sungguh hidup dalam kegemaran akan Allah, terutama kegemaran
untuk berada bersama dengan Dia. Hari-hari ini terdapat kebisingan naik ke tahta Yang
Mahatinggi. Kebisingan atau kegaduhan apakah itu? Kegaduhan yang disebut-sebut
sebagai pujian, nyanyian dan sorak-sorai penuh kegirangan. Walaupun demikian aku
bertanya-tanya apakah orang-orang yang sama, yang senang menyanyi dan bersorak,
yang menyerukan pujian kepada Allah dengan suara nyaring, apakah orang-orang ini juga
benar-benar memiliki kemuliaan yang sama besar dalam kehidupan rahasia mereka
dengan Tuhan.

Ketika persekutuan berakhir dan tidak ada lagi orang yang mendengarkan kecuali Dia
Yang Berkepentingan, apakah Anda masih memiliki sukacita, penuh gairah yang sama
dalam roh Anda, untuk menyendiri saja dengan Allah Yang Hidup?

Bagaimanakah Anda Bisa Menikmati Surga?


Belakangan ini Tuhan membuatku sadar bahwa bila aku tidak sungguh-sungguh
menikmati persekutuan dengan Dia kini, rindu untuk bersama Dia lebih daripada dengan
siapapun di seluruh dunia, maka aku tidak akan merasa nyaman sama sekali di surga,
karena di sana, di surga, kita akan ditemani oleh Yang Kudus, Pencipta kita.

Dulu aku selalu berfikir bahwa walaupun sekarang barangkali aku tidak dengan segenap
hati merindukan untuk berada dalam kesadaran hadirat Allah, tetapi entah bagaimana,
aneh sekali, aku berpikir bahwa aku tidak akan menghadapi masalah itu setelah aku mati.
Dulu aku percaya bahwa keselamatan dari suatu kehidupan ibadah pribadi yang buruk
akhirnya akan datang bersama maut (dan kemudian tentunya: surga!); tetapi apakah Anda
ingat akan apa yang dikatakan oleh seorang hamba Tuhan berabad-abad yang lalu, "Tidak
ada penyucian di dalam kubur!" (Ibrani 9:27).

Berapa banyakkah dari antara kita yang percaya bahwa walaupun ada beberapa kejahatan
dan dosa dalam hati kita kini, surga akan membereskan semua hal itu? Mengapa kita
justru meletakkan pengharapan kita pada penebusan di masa yang akan datang padahal
Allah berkata, "Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya,
hari ini adalah hari penyelamatan itu!" (2 Korintus 6:2). Apakah Anda berpendapat
bahwa walaupun Anda membiarkan adanya keangkuhan dan sikap mementingkan diri
sendiri disini, sekali Anda berada di surga maka segala sesuatu akan beres karena "tidak
mungkin berbuat dosa di surga"? Apakah anda lupa bahwa Iblis membiarkan
keangkuhan, kepentingan diri sendiri dan kebohongan memerintah hidupnya, walaupun
ia tinggal di surga sejak hari ia dijadikan! Harus kita lihat bahwa surga tidak dapat
melenyapkan dosa-dosa kita, hanya Yesuslah yang dapat melenyapkan dosa-dosa kita,
dan kuasa dosa atas hidup kita!

Gerbang kekudusan
Jangan salah tanggap, aku tidak sedang mencoba mengatakan bahwa Allah akan
mengijinkan adanya dosa di surga. Malahan, Ia telah mempersiapkan neraka sebagai
tempat pembuangan terakhir bagi Iblis dan semua dosa di alam semesta ini! Allah akan
mengijinkan apa yang kudus saja masuk melalui gerbang surga (Wahyu 21:27). Itulah
sebabnya kumohon dengan sangat agar Anda menyadari bahwa pada akhirnya bukan
surga yang memurnikan kita... hanya darah Yesus yang dapat mencuci dan memurnikan
kita; dan hal ini harus terjadi di sini dan sekarang. Karena tanpa kekudusan, "Tidak
seorangpun akan melihat Allah"(Ibrani 12:14).

Bila hati Anda lebih suka membaca novel, menonton TV, pergi ke bioskop, (menonton
sinetron, main game on-line, ber'face-book'...) berbincang-bincang dengan teman,
daripada duduk sendiri bersama Allah dan menikmati hadirat-Nya, berbagi kesusahan
dan beban-beban-Nya, lalu bagaimana Anda akan menghadapi kondisi kekekalan dalam
hadirat-Nya tanpa TV, internet, film ataupun "retreat" kaum muda? Anda akan menangis
karena bosan di surga bila Anda tidak benar-benar berbahagia dengan Allah kini!

Bagaimanakah Allah bisa mengundang Anda ke surga, dimana hal yang paling
menggairahkan sepanjang hari adalah memandang wajah-Nya yang mulia, bila anda tidak
mengalami surga disini, di dunia ini, ketika Anda sendirian bersama Dia? Apakah Anda
berpikir bahwa setelah Anda mati, tiba-tiba Anda berada di surga dan dengan sekejap
mata saja tahu-tahu Anda tidak menyukai hal-hal duniawi lagi? Tiba-tiba Anda lebih suka
menghabiskan waktu Anda dengan Allah saja ketimbang segala sesuatu yang lain,
padahal Anda tidak tahan sendirian bersama-Nya 20 menit sehari.

Kegembiraan dari Kematian


"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan... Mana yang harus
kupilih, aku tidak tahu, aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-
sama dengan Kristus, itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk diam di dunia
ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan
bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersuka cita
dalam iman..." (Filipi 1:21-25).

Betapa mencengangkan ayat ini. Lebih dari itu betapa mencengangkan orang yang
bernama Paulus! Ia berbicara seakan-akan dia dapat menjentikkan jarinya dan segera
berada di surga kapan saja ia memutuskan untuk meninggalkan planet bumi ini. Ia
berkata bahwa ia lebih suka pergi meninggalkan kehidupan ini dan berada bersama
Kristus di surga, tetapi iapun rela bila ia benar-benar harus tetap tinggal di dunia!
Alangkah besar perbedaan antara sikap Paulus terhadap maut dengan sikap kita. Jika kita
ingat akan kematian, seringkali ketakutan mencengkeram kita sama seperti yang dialami
oleh orang yang belum bertobat. Bahkan lebih buruk lagi, banyak orang percaya tidak
ingin "pergi dan berada bersama-sama dengan Kristus" terlalu dini. Jika mereka berpikir
tentang kembali kepada Tuhan, mereka berharap bahwa hal itu akan terjadi masih jauh
kelak, jauh di masa yang akan datang; malahan, pergi ke surga sekarang akan
mengganggu banyak rencana kita (bahkan yang kristiani sekalipun), memperpendek
suatu "kehidupan produktif yang panjang".

Cobalah menjawab pertanyaan berikut ini dengan jujur. Apakah Anda akan tetap
bergairah merindukan Tuhan datang kembali tepat sebelum Anda mendapat gelar
kesarjanaan, atau kalau anda dapat memilih, apakah anda lebih suka kalau Ia menunda
sampai setelah hari Wisuda? Barangkali Anda sudah bertunangan. Maukah Anda pergi ke
surga sehari sebelum jadwal pernikahan anda? Anda tentu mengerti maksudku. Paulus
sungguh-sungguh rindu, lebih dari apapun juga, untuk berada bersama dengan Tuhan.
Kita merindukan kehidupan "Kristen" yang panjang dan memuaskan di bumi. Kita baru
mau mati dan pergi ke surga...jika kita sudah benar-benar harus pergi!

Martir-Martir Hidup
Yang Allah cari pada masa kini adalah suatu gereja yang penuh dengan pria dan wanita
yang sudah mati. Maksudnya mati terhadap diri sendiri dan hidup bagi Kekasih mereka!
Dalam buku "The Foxe's Book of Martyrs" terdapat kisah-kisah yang hebat! Pria dan
wanita disiksa demi iman yang bagi dunia (dan gereja yang terorganisasi masa itu)
kelihatannya sia-sia, karena mereka lebih suka memilih untuk mati bagi apa yang mereka
percayai daripada harus menerima damai palsu yang sementara dari apa yang disebut
"agama" pada waktu itu.

Mereka yang Tidak Menyayangkan Nyawanya


Ada seorang martir Kristen yang sebelumnya beragama Hindu. Kulitnya disayat-sayat,
dijejali garam dan bubuk cabe rawit. Ia berkata kepada para penganiayanya, "Dulu iblis
melukaiku dengan panah-panah berapinya. Darah Yesus menyembuhkan luka-luka itu.
Penderitaan yang disebabkan oleh luka-luka yang kalian buat padaku itu tidak banyak."
Kata-kata ini membuat para penganiayanya marah sekali. Mereka mulai mengulitinya
hidup-hidup. "Terima kasih untuk hal ini", katanya. "Koyakkan jubah tua ini. Aku akan
segera mengenakan jubah kebenaran Kristus." Pada akhirnya ia dibakar sementara berdoa
bagi para algojonya. (A Book of Protestant Saints oleh Ernest Gordon).

Tidak ketinggalan untuk disebutkan adalah Alan Cameron, salah seorang dari aliran
'convenant' pada masa penganiayaan besar orang-orang Skotlandia, kepadanya
ditunjukkan kepala dan tangan seorang 'convenanter' lain, Richard, puteranya sendiri.
Mereka menanyakan pertanyaan kejam ini, "Apakah engkau mengenalinya?" Ia
menciumi anggota badan-anggota badan itu sambil berkata, "Aku mengenalinya... Ini
anggota badan puteraku, ya puteraku yang terkasih; kehendak Tuhan itu baik, Dia tidak
mungkin berbuat salah kepadaku, juga kepada milikku, malahan Dialah yang telah
membuat kebaikan dan belas kasihan menyertai kami sepanjang hari-hari kami." (Fair
Sunshine oleh Jock Purvis).

Thomas Haukes, setelah menolak membaptiskan anaknya di Gereja Roma, diperintahkan


untuk mengalami kematian dalam api oleh Uskup London. Dalam kesengsaraannya, ia
mengedangkan tangannya yang terbakar dan bertepuk tangan tiga kali, menunjukkan
kepada teman-temannya bahwa Allah memberinya kasih karunia dalam api itu. 10 Juni
1555. (Foxe's Book of Martyrs oleh John Foxe).

Alkitab menubuatkan bahwa masih ada masa-masa menakutkan yang akan dihadapi
dunia, suatu zaman kengerian dan kesengsaraan "seperti yang belum pernah
terjadi"(Matius 24:21)"Orang akan mati ketakutan karena kecemasan" (Lukas 21:26).
Yesus berkata bahwa masa-masa ini akan menguji hati dan iman orang-orang percaya
lebih daripada masa manapun dalam seluruh sejarah peradaban manusia. Kita harus
mempersiapkan diri untuk masa-masa ini dengan cara seperti rasul Paulus. Dengan terus
terang ia membagikan rahasia hidup bertahan dalam penderitaan, penyiksaan dan
penganiayaan dengan hati tetap bersuka-cita, "aku mati setiap hari!" Paulus adalah
seorang martir hidup. Ia telah ke salib dan telah "tersalib dengan Kristus". Ia telah
membaringkan diri di atas mezbah dan menganggap seluruh kekuatan, bakat dan
keuntungan dalam hidup ini sebagai sampah supaya ia dapat "memperoleh Kristus" (1
Korintus 15:31); (Galatia 2:20); (Filipi 3:7-8).

Paulus membagikan pengalaman-pengalamannya dalam 2 Korintus 11. Suatu


pengalaman yang akan membuat kebanyakan orang percaya yang lemah hatinya dewasa
ini mengundurkan diri dari iman. Mengapa? Karena kehidupan tersalib tidak diajarkan;
yang diajarkan hanya "kemenangan orang percaya." Padahal tak ada kemenangan tanpa
pertempuran dan tak ada kebangkitan tanpa salib. Hari-hari ini banyak orang dengan
pengalaman "karismatik" dipimpin menuju "ruang atas" tanpa lebih dahulu pergi ke salib!

Pengangkatan: Suatu Kelepasan Besar?


"Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan
mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-
lamanya bersama dengan Tuhan." 1 Tesalonika 4:17.

Sekarang ini banyak orang percaya mengharapkan kejadian ini, yang lazim disebut
'rapture' (pengangkatan) oleh para pengajar Alkitab, akan melepaskan mereka dari
penderitaan yang dikatakan dalam Alkitab akan menyiksa seluruh bumi. Bahkan banyak
yang lebih bergairah terhadap 'pengangkatan' ini daripada terhadap Tuhan Yesus sendiri.
Apakah orang-orang yang sama ini percaya bahwa mereka lebih layak untuk terlepas dari
kesengsaraan ini daripada Paulus atau Yakobus yang kedua-duanya dipenggal? atau
Petrus yang disalibkan terbalik (karena ia menganggap dirinya tidak layak untuk
disalibkan seperti Tuhannya)? Atau Bartolomeus yang dikuliti hidup-hidup di Roma?
Bagaimana dengan berjuta-juta orang kudus sepanjang zaman yang telah menderita nasib
yang tak terkatakan sebagai akibat kesetiaan mereka di bumi? Atau mereka yang bahkan
pada saat ini berada dalam penjara di negara-negara komunis? Mengapa tak ada
pengangkatan untuk mereka? Dan apakah yang membuat kita di sini saling memberi
selamat, bahwasanya kita pantas dibebaskan, tanpa hukuman dari penderitaan, sementara
bagi mereka yang "dunia ini tidak layak... membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau
menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik"? (Ibrani
11:35-38).

Suatu Kemunduran Besar (Matius 24:10)


Kupikir salah satu kisah yang paling menyedihkan yang pernah kudengar adalah keadaan
orang-orang percaya di China ketika orang-orang komunis mengambil alih pemerintahan
pada tahun 1949. Gereja-gereja Injili sedang mengajarkan bahwa gereja pasti akan
terangkat sebelum "kesengsaraan besar", pasti lolos dari penderitaan apapun yang
mengancam menimpa mereka yang setia. Doktrin ini telah menjadi begitu sentral
sehingga segala kekuatiran (dan juga persiapan) ditinggalkan dan puji-pujian tentang
keamanan mutlak mereka terhadap bahaya dan penganiayaan dikumandangkan di setiap
pertemuan ibadah. Kemudian pemerintah komunis mengambil alih kekuasaan dan suatu
serangan kejam dilakukan atas gereja, termasuk penyitaan barang-barang, pemukulan,
pemenjaraan dan bahkan perenggutan anak-anak dari orang tua mereka. Gereja yang
tidak siap ini terperangkap dalam keadaan sangat tidak berjaga-jaga sehingga berjuta-juta
orang mundur dan menyangkal Kristus, karena menyangka bahwa mereka telah
ditinggalkan oleh Allah yang tidak memegang janji-Nya. Padahal justru tidak demikian!
Allah telah menyatakan bahwa akan ada penganiayaan! "Dalam dunia ini kamu akan
menderita penganiayaan... Barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya... setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus akan
menderita aniaya" (Yohanes 16:33; Matius 16:25; 2 Timotius 3:12). Tetapi di negara
kitapun pernyataan Allah ini (yang tidak kurang berharga dibandingkan dengan
pernyataan-pernyataan-Nya yang lain) kini dilalaikan. Betapa sedihnya memikirkan
begitu banyak orang yang terpesona untuk percaya bahwa tidak ada bahaya fisik atau
kesengsaraan yang dapat menimpa mereka karena mereka adalah orang-orang Kristen.
Padahal Yesus berkata, "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh
tubuh!" (Matius 10:28).

Aku tidak mengatakan bahwa tidak akan ada pengangkatan. Aku hanya tidak begitu
yakin akan kapan waktunya. Aku percaya bahwa Allah dapat melepaskan semua orang
percaya sejati dari kesengsaraan besar. Tetapi karena Ia tidak selalu menyelamatkan
orang-orang percaya, bahkan orang-orang Kristen yang setia dari penderitaan (dalam
Alkitab maupun dalam sejarah gereja), tidak ada jaminan bahwa Ia akan melindungi
banyak orang percaya masa kini yang malas dan acuh tak acuh dari sesuatu yang
mungkin tidak cuma membangunkan mereka, tetapi pasti akan memisahkan domba-
domba sejati dari kambing-kambing "agamawi".

Jika kita harus memilih antara mempercayai pengangkatan sebelum kesengsaraan atau
pengangkatan sesudah kesengsaraan, mottoku selalu berdoalah untuk yang "sebelum"
tetapi bersiaplah untuk yang "sesudah". Dengan demikian kita akan sungguh-sungguh
bersiap untuk segala sesuatu yang akan terjadi tepat seperti yang Allah kehendaki dari
kita!

Hal yang paling penting bagi Allah adalah bahwa umat-Nya akan ditemukan sudah siap
untuk memerintah sebagai pengantin Yesus ketika Ia datang kembali. Terdapat amat
banyak peringatan mengenai ketidaksiagaan (Matius 24:42-51; Lukas 21:34-36; 1
Tesalonika 5:2-3), perumpamaan yang menceritakan nasib mereka yang tidak setia atau
tidak tetap berjaga-jaga (Matius 25:1-13; Lukas 12:35-40; Lukas 19:11-27), dan
permintaan dari Allah yang mengasihi, yang "tidak suka akan kematian orang fasik"
(Yehezkiel 33:11). Kita harus sungguh-sungguh memperhatikan nasihat ilahi dari rasul
besar itu: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah
dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri
kamu? Sebab jika tidak demikian kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5).

Sumber: Green, Keith. 1983. "Will You be Bored in Heaven". Lyndale, Texas, USA: Last
Days Ministries. Kode LD#15.

Keadilan Allah
Banyak di antara kita merasa penasaran dan tidak puas dengan kehidupan yang diberikan
kepada kita. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa aku diperkosa dan teraniaya ketika
masih kanak-kanak?" atau "Mengapa Tuhan menciptakan rupaku seperti ini?" boleh jadi
terus-menerus mengganggu kita. Dalam usaha mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan berat dan sulit ini, ada orang yang akhirnya menuduh Allah. Kala teringat
akan pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan, maka kita cenderung meragukan
kebaikan dan perhatian Allah atas kita. Lebih dari itu, kita meragukan keadilan Allah.
Namun, apakah yang Allah katakan tentang diri-Nya?

Ada tiga aspek yang utama dari sifat Allah yang berulang-ulang disebutkan dalam
Alkitab, dan dapat disebut sebagai tiga serangkai sifat Ilahi. Tiga serangkai sifat ini
adalah kemurahan, keadilan dan kebenaran. Dalam Yeremia 9:24 Tuhan berkata,
"...Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di muka bumi;
sungguh semuanya itu Kusukai, demikian firman Tuhan."

Sayangnya, banyak di antara kita berpikir, "Tentu, aku tahu Allah ajaib dan mengerjakan
ha-hal yang baik, adil dan benar... di surga!" Namun apakah Anda tahu juga bahwa Allah
mengerjakan belas kasihan, keadilan dan kebenaran di sini... di bumi? Aku tidak tahu
bagaimana pikiran Anda. Namun saat ini aku lebih tertarik pada apa yang dikerjakan-Nya
di bumi daripada di surga. Mengapa? Karena aku diam di bumi. Di sinilah keluargaku
tinggal. Di sinilah aku perlu membayar untuk barang-barang keperluan sehari-hari,
mengendarai mobil, bekerja, melayani... ya, di bumi! Alkitab berkata bahwa Allah
menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi, dan Ia suka melakukannya. Ia
tidak berkata, "Aduh, berat sekali menunjukkan kasih... tapi harus Kulakukan!" Tidak
demikian! Firman-Nya berkata, bahwa "semuanya itu Kusukai."

Konsep Manusia tentang Keadilan


Hampir selalu aku heran dengan konsep keadilan. Dulu ketika aku masih sebagai seorang
remaja yang belum diselamatkan, aku adalah seorang yang cepat marah dan cenderung
marah karena aku dibesarkan dalam konsep keadilan yang salah. Kupikir bila seseorang
memperlakukan aku dengan keliru, maka cara terbaik untuk membereskan masalah ini
adalah "menghajarnya". Itulah keadilan. Dan semuanya akan beres.

Ketika menjadi Kristen, kupikir perangai angkaraku akan sirna dengan sendirinya.
Ternyata tidaklah demikian. Aku pernah berpikir bahwa aku menang karena aku tidak
sampai berkelahi. Namun secara emosi, pergumulan terus-menerus terjadi dalam batinku.

Karena tahu bahwa ledakan amarah ini


menyakiti aku dan merusak
kesaksianku bagi Kristus, maka aku
menjerit memohon kepada Tuhan,
"Tuhan, lepaskan aku! Bagaimana
caranya? Bagaimana aku bisa bebas?"
Suatu ketika aku sedang berdoa dan
Tuhan menyatakan satu kata spesifik
untukku. Kata itu adalah keadilan...
dan Tuhan menggunakan kata ini
sebagai kunci sehingga aku mencapai
kemenangan sejati dalam segi kehidupanku ini.

Jadi aku mulai mempelajari kata "keadilan" ini; mencari kapan dan bagaimana kata ini
dipakai dalam setiap ayat di seluruh Alkitab. Akhirnya aku tiba pada kesimpulan bahwa
kita lahir dengan naluri keadilan yang kuat; suatu naluri yang dalam mengenai kewajaran.
Kalau naluri keadilan ini diganggu, maka kita memilih satu dari dua pilihan:
1).mengampuni orang yang bersalah, atau 2).memegangi insiden itu sehingga kita
menentang orang yang memperlakukan kita secara tidak adil itu. Memegangi insiden ini
dapat menyebabkan timbulnya amarah yang dalam.

Allah berkata bahwa Ia baik, adil dan benar. Ia tidak berdusta. Namun banyak dari kita,
dalam hatinya, menganggap Allah sebaliknya. Kala mengalami hal menyakitkan, kita
cenderung menyalahkan Allah. Memang sulit untuk mengakui bahwa secara tersembunyi
dalam hati kita, mungkin saja ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab mengenai
keadilan Allah; dan hal ini membuat kita ragu-ragu akan keadilan-Nya.

Namun Alkitab berkata, "...Tuhan adil... tidak berbuat kelaliman. Pagi demi pagi, Ia
memberi hukum-Nya; itu tidak pernah ketinggalan pada waktu fajar" (Zefanya3:5).
Alkitab berkata bahwa Allah tidak pernah dapat dipersalahkan, karena Ia adalah Allah
yang setia, dan tidak pernah bersalah! Memang wajar kita memikirkan tentang ada apa
sebenarnya di balik keadaan yang kita alami dalam kehidupan kita, tetapi kita perlu
berhati-hati sehingga pertanyaan-pertanyaan kita tidak berubah menjadi tuduhan-tuduhan
melawan Allah dan menjadi akar kepahitan dalam hati kita.

Ketidak-adilan pada Manusia


Bagaimana dengan pertanyaan dan pendapat mengenai ras, kebangsaan dan kebudayaan?
Berapa banyak di antara kita yang ingin memilih warna kulit kita? Kita mungkin lahir
dalam suatu ras atau budaya yang tertindas. Atau dianggap sebagai "warga kelas dua".
Bahkan mungkin kita merasa pahit hati karena warna kulit kita atau tempat kelahiran kita.

Selama ribuan tahun memang terjadi ketidakadilan ras yang dahsyat di planet ini, -
namun kita perlu menyadari bahwa hal itu bukan berasal dari Allah! Manusia
menciptakan ukuran yang berbeda untuk menilai sesamanya, namun Allah tidak
memandang manusia dengan cara itu! Tangan-Nya yang adil dan penuh kasih mencapai
setiap ciptaan-Nya tanpa memandang ras, kebangsaan, dan kebudayaan orang itu.

Hal lain yang tidak kita pilih adalah keluarga kita. Pernahkah suatu ketika Anda berpikir,
"Allah, ini tidak adil! Mengapa Engkau memberi ibu yang seperti ini? Mengapa Engkau
memberi ayah yang seperti ini?" Dan memang pertanyaan-pertanyaan seperti ini bagus.
Mengapa, Tuhan?

Anda harus ingat bahwa setiap anggota keluarga Anda memiliki kehendak bebas. Ayah
dan ibu anda memiliki kebebasan untuk memilih hal yang benar atau salah. Beberapa
keputusan yang mereka ambil mungkin melukai Anda amat dalam. Bahkan orang tua
yang mengasihi Allah bisa saja berbuat kesalahan seperti ini. Ada banyak hal yang telah
terjadi, dan akan terus terjadi, sebagai akibat dari sifat ketidakadilan pada manusia.
Namun Allah tidak pernah tidak adil!

Jangan Menjadi Serupa!


Bagaimana rupa Anda? Apakah Anda memilih bagaimana rupa Anda? Seorang gadis
berkata kepadaku, "Allah sungguh tidak adil! Coba lihat hidungku!" Kuperhatikan
hidungnya, dan menurutku hidungnya bagus, ya... hidung yang normal. Namun ia
berteriak, "Lihat, 'kan bengkok!" Kuperhatikan lebih saksama dan melihat ada sedikit
saja kemiringan, namun ia terlalu membesar-besarkannya. Ia berkata, "Jika Allah adil,
mengapa Ia menciptakan aku dengan hidung bengkok. Karenanya aku harus malu
sepanjang hidupku!"

Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak mengerti mengapa kau mempunyai hidung
yang bengkok, namun satu hal aku tahu pasti: Allah adil dalam segala jalan-Nya". Dalam
Roma 12:2 Paulus berkata kepada kita, "Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." Tentu ayat ini dapat kita hubungkan
dengan sikap kita terhadap rupa fisik kita.
Masyarakat menganggap suatu bentuk hidung sebagai hidung yang menarik, sehingga
kita menilai semua bentuk hidung dengan acuan tersebut. Allah tidak dapat dibatasi. Ia
menciptakan bermilyar-milyar bentuk dan ukuran hidung! Sebelum menuduh Allah tidak
adil dalam menciptakan kita, pertimbangkan dan pikirkan variasi luar biasa dalam
ciptaan-Nya. Kita harus memandang wajah, tubuh dan kemampuan kita dari sudut
pandang Allah, dan bukan mengukurnya berdasarkan ukuran keindahan dan nilai yang
dicanangkan manusia.

"...pekerjaan-Nya sempurna... segala jalan-Nya adil" (Ulangan 32:4). Tahukah Anda


jalan pikiran Allah? jalan pikiranNya adalah mengenai cara Ia bekerja dan cara Ia
menghadapi dan memperhatikan Anda. Banyak di antara kita dapat menerima fakta
bahwa Allah bekerja, namun di antara kita terdapat orang-orang yang masih saja tidak
suka terhadap jalan atau cara Ia bekerja.

Keadilan lawan Keseimbangan


Seringkali kita menganggap sama antara konsep manusia mengenai keadilan dan konsep
Allah mengenai keadilan, padahal keduanya tidak sama! Masih ingatkah Anda kejadian-
kejadian seperti ini ketika masih kanak-kanak? Kakak atau adik Anda mendapat kue lebih
besar daripada kue yang Anda terima, atau lebih lama digendong ayah. Anda mungkin
berteriak, "Tidak adil!" karena bagi seorang anak kecil, adil artinya seimbang. Begitulah
cara berpikir anak kecil, namun sayangnya banyak orang dewasa berpikir demikian juga!
Kita menilai bagian yang kita terima berdasarkan bagian yang diterima orang lain. Kita
tidak melihat lingkup yang luas.

Allah satu-satunya yang dapat melihat "lingkup luas" ini. Dengan bijaksana Ia
menciptakan setiap orang dalam kerangka rencana-Nya yang kekal. Kita diciptakan
berbeda karena kita memiliki tugas dan tujuan yang berbeda untuk kita penuhi dalam
dunia dan dalam Tubuh Kristus. Mazmur 84:12 berkata, "Ia tidak menahan kebaikan
dari orang yang hidup tidak bercela." Kita tidak selalu diberi karunia-karunia dan
kemampuan-kemampuan yang kita inginkan, namun kita diberi hal-hal yang kita
perlukan dalam rangka memenuhi tujuan Allah dalam kehidupan kita.

Coba pikirkan hal lain yang sering kita pertanyakan: jenis kelamin kita. Mungkin Anda
lebih suka memilih pria...dari pada wanita, atau sebaliknya Anda lebih suka menjadi
wanita daripada pria. Amat banyak orang zaman ini mempertanyakan identitas
seksualnya. Apakah aku seharusnya jadi pria... atau wanita? Seandainya aku adalah pria.
Seandainya aku adalah wanita. Mungkin Anda berpikir bahwa sebagai wanita Anda tidak
cukup feminin, atau sebagai pria Anda tidak cukup 'macho'.

Banyak pemuda-pemudi berpikir bahwa Allah keliru dalam menciptakan mereka, karena
mereka merasa tidak dapat memenuhi standar kehidupan yang ditetapkan oleh orang tua
dan teman-teman mereka. Namun Allah tahu dengan tepat Ia ingin Anda menjadi seperti
apa. Tidak keliru! Dalam keadilan-Nya Allah tahu dengan tepat bagaimana menciptakan
Anda, dan Ia secara khusus memilih jenis kelamin Anda, lelaki atau perempuan.
Menyalahkan Allah
Beberapa tahun yang lalu aku membimbing seorang gadis yang mempunyai sifat yang
keras. Mula-mula aku menyangka ia seorang pemuda. Umurnya baru 16 tahun dan ia
telah menjadi pemimpin 'gang'. Ketika aku mulai bicara tentang Tuhan, terlihat api
kemarahan yang besar di matanya. Aku terus mengatakan tentang bagaimana Allah
mengasihinya, dan kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Ia menunduk dan berkata dengan
perlahan, "Jika Allah adil, bagaimana mungkin ia tega menempatkan aku dalam keluarga
seperti keluargaku. Aku benci Allah karena Ia memberiku keluarga seperti itu."

Ia mulai berkisah. Sebuah kisah pedih tentang bagaimana ayahnya memperkosanya


ketika ia masih belia dan setelah itu melanjutkan hubungan seks dengannya selama 3
tahun. Ia benci ayahnya. Ia ingin membunuh ayahnya. Ia mulai bercerita bagaimana ia
tumbuh dalam kebencian dan penolakan terhadap kewanitaannya.

Ketika membahas tentang keadilan Allah, aku menjelaskan bagaimana ketidakadilan


manusia telah mengakibatkan penderitaan atas banyak orang. Kuyakinkan dia bahwa
Allah tidak pernah ingin ayahnya memperkosanya, dan bahwa hati Allah tercabik karena
perlakuan yang dialaminya.

Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak dapat mengatakan kepadamu mengapa ada
penganiayaan seksual dalam suatu keluarga. Allah membenci dosa itu lebih daripada kau
membencinya. Tetapi satu hal aku mengerti: Allah berkata bahwa Ia adil, dan Ia tidak
dapat berdusta. Kau amat menderita karena kelaliman ayahmu, namun kau harus tahu
bahwa Tuhan bukanlah penyebab ketidakadilan yang kau alami itu. Mempercayai kasih
dan keadilan Tuhan adalah satu-satunya jalan yang dapat membuatmu merdeka dari
kepedihan dan derita masa lalumu.

"Di kayu salib, Yesus merangkul keadilan Allah dan menyodorkan belas kasihan kepada
kita." Kujelaskan kepadanya, "Sekarang Allah menyodorkan belas kasihan kepadamu.
Jika kau datang dan percaya belas kasihan serta keadilan-Nya, maka kau dapat
dibebaskan dari kebencian yang mengancam kesejahteraan hidupmu."

Aku tahu di hatinya ia bergumul, jadi aku memutuskan untuk menceritakan kesaksian
dari orang-orang yang mau percaya bahwa Allah selalu adil - bahkan di tengah-tengah
orang yang berbuat lalim. Kujelaskan bahwa setelah mereka mau mengambil keputusan
yang berat ini, maka mereka yang hatinya terluka ini tertolong. Gadis itu terdiam sejenak.
Kemudian dengan tenang ia meminta Tuhan memasuki kehidupannya.

Sungguh ajaib menyaksikan hal yang terjadi sesudah itu. Tidak pernah kulupakan saat
pertama kali ia memakai gaun wanita, ia sungguh cantik. Dulu kulihat seorang gadis
kaku, yang berusaha keras berdandan sebagai pria. Tidak lama setelah itu, ia berubah
total.

Salah satu sukacita terbesar dalam hidupku adalah ketika berjalan bersama ayahnya dan
menjelaskan bagaimana dan mengapa kehidupan putrinya berubah. Hatinya hancur, dan
ia memberikan hatinya kepada Allah. Melalui pertobatan ayahnya, kami melihat seluruh
keluarga ini datang kepada Tuhan. Namun bukan hanya sampai di situ. Belakangan gadis
itu mengundangku untuk berbicara dengan pemimpin 'gang'nya waktu di SMU, dan
hasilnya banyak anak muda datang untuk mengenal Yesus.

Semua ini terjadi karena seorang gadis yang diperlakukan secara tidak adil telah bangkit
dalam iman untuk percaya pada keadilan Allah. Lalu tangan Allah dengan leluasa
membawa belas kasihan-Nya kepada keluarga yang tercabik dan porak poranda oleh dosa
ini.

Mungkin Anda pernah mengalami situasi yang mirip dan bertanya, "Mengapa?" Kita
semua telah menderita ketidakadilan karena manusia tidak adil! Allah menantang kita
untuk bangkit mengatasi semua itu dan menatap Dia; menyimak sifat-sifat-Nya dan
percaya akan keadilan-Nya. Keraguan kecil akan keadilan Allah bahkan dapat saja
melumpuhkan iman kita dan membuat kita sulit untuk percaya dan mempercayakan diri
kepada-Nya.

Percaya pada Sifat Allah


Dalam Mazmur 33:5 Alkitab berkata, "Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi
penuh dengan kasih setia Tuhan". Juga Mazmur 9:16, "Tuhan telah memperkenalkan
diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman." Jadi kita tidak dapat mengenal sifat Tuhan
sebelum kita datang untuk percaya pada keadilan-Nya.

Salah satu area yang sering terpengaruh oleh tidak percayanya kita terhadap Allah adalah
dalam hal menerima petunjuk / pimpinan ilahi. Contohnya, di antara kita banyak yang
pernah merasa bahwa Allah ingin kita berbuat sesuatu yang spesifik. Anda berfikir bahwa
Anda tahu kehendak Allah, jadi Anda melompat dan langsung menjalankan rencana itu.
Namun segalanya menjadi berantakan! Akibatnya sesudah itu Anda jadi takut untuk
melangkah dengan iman lagi. Banyak orang Kristen masa kini tidak bergerak dalam iman
karena takut. Mereka tidak percaya Allah karena mereka berpikir bahwa Allah justru
yang menggagalkan mereka, atau bahwa Ia bertindak tidak adil di masa lalu.

Seorang pemuda yang terlibat penuh dalam pelayanan mengalami masa-masa sulit untuk
mendengarkan Tuhan dalam doa. Suatu ketika kami berbincang berdua saja. Kukatakan
kepadanya, "Ada suatu penghalang antara kau dan Allah. Setiap kali kau ingin
mendengar-Nya, maka tembok itu muncul sehingga kau tidak menerima petunjuk-Nya."

Ia bercerita bahwa sebelum menjadi Kristen, hatinya pernah terluka parah karena putus
cinta beberapa kali. Sebagai orang percaya yang masih baru, ia memutuskan untuk
berjalan dalam kebenaran dan menyerahkan hubungannya dengan sesama dalam bentuk
apapun kepada Tuhan. Tidak lama kemudian ia berjumpa dengan seorang gadis yang
menarik dan ia mulai ingin mengenal gadis itu. Ia tidak membuat pendekatan sebelum ia
mencari wajah Tuhan, karena ia ingin bertindak dengan "tepat".

Dengan rajin ia mulai mencari kehendak Tuhan dan meminta nasehat penatua-penatua
jemaat. Setelah mereka berdoa, maka mereka merestui keinginannya. Jadi pemuda ini
mulai mendekati gadis itu, dan ternyata ia tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis itu juga
merasakan hal yang sama, jadi kemudian mereka segera bertunangan.

Namun sebelum memasuki pernikahan, gadis itu pergi menjenguk keluarganya dan
pulang ke kampung halamannya selama sebulan. Tapi lewat dua bulan... tiga bulan...
empat bulan... akhirnya gadis itu mengirim berita bahwa ia membatalkan pernikahan.
Ketika pemuda ini masih menderita dan tergoncang, ia menerima kartu undangan
pernikahan gadis itu. Gadis itu menikah dengan pemuda lain.

Hatinya hancur, dan sejak itu ia menyimpan kemarahan terhadap Allah. Ia percaya bahwa
Tuhanlah yang membiarkannya menderita. Namun sebenarnya ia menuduh Allah untuk
hal yang bukan kesalahan-Nya.

Mencari Kehendak Allah


Kita perlu menyadari kala kita berpikir bahwa kita telah menerima pimpinan Tuhan dan
hal yang terjadi tidak seperti seharusnya bahkan malahan berantakan, maka ada tiga
kemungkinan yang perlu kita pertimbangkan:

1. Sebenarnya bukan Allah yang berbicara kepada kita


2. Sebenarnya hal itu angan-angan kita sendiri
3. Memang dari Allah

Jika memang dari Allah, maka ada 3 kemungkinan:

1. Waktunya tidak tepat


2. Motivasi kita salah
3. Orang-orang lain yang terlibat, dalam kebebasannya, telah mengambil keputusan
yang tidak sesuai dengan kita. Tuhan tidak akan memaksakan kehendak-Nya atas
orang itu. Orang itu tetap memiliki kehendak bebas.

Jadi aku duduk dengan pemuda yang patah hati itu, dan berkata, "Aku percaya Allah
bertindak adil terhadapmu. Jika kau menerima fakta bahwa Ia adil, maka bukan hanya
akan menyembuhkan luka hatimu, namun Ia akan memberimu sesuatu yang jauh lebih
baik, yang akan membuatmu tercengang."

Dengan berlinang air mata pemuda itu meminta pengampunan dari Allah atas
kemarahannya terhadap Dia selama ini. Lalu kami berdoa dan memohon pemulihan.
Akhirnya ia mengerti bahwa situasi ini melibatkan kehendak bebas si gadis yang
dicintainya. Allah tidak melanggar kehendak bebas si gadis, meskipun keputusan gadis
itu melukai seorang lain dengan parah.

Hal yang indah tentang kisah inipun terjadilah. Allah mempertemukan pemuda ini
dengan seorang gadis lain. Mereka menikah dan menyerahkan hidup mereka dalam
pekerjaan misi di Asia. Mereka berdua kini menjadi salah satu pasangan yang paling
berdayaguna di ladang misi. Setiap kali berjumpa denganku, pemuda ini tersenyum dan
berkata, "Allah adil!"

Pemuda ini tidak dapat membayangkan Allah memberinya istri yang lebih baik. Dedikasi
dan panggilan-Nya dalam kehidupan gadis (yang kemudian menjadi istrinya) ini,
membentuk mereka menjadi pasangan yang cocok. Allah adil!

Kepedihan dapat Membentuk Tembok... atau


Jembatan!!
Ketimbang membiarkan situasi yang menyakitkan membentuk sebuah tembok pemisah
antara Anda dan Tuhan, lebih baik Anda menjadikannya sebuah jembatan! Tidak ada
tragedi di bumi yang tidak dapat diselamatkan oleh Allah bila Anda menyerahkannya
kepada-Nya. Pada akhirnya, bukan keadaan yang menentukan nasib kita, tetapi sikap
kitalah yang menentukan nasib kita. Kesulitan hidup tidak dapat memisahkan seseorang
dari damai Ilahi, tetapi hati yang penuh angkara dapat merampas kepenuhan hidup dalam
Kristus sehingga kita kehilangan segalanya. Setiap orang harus membuat pilihan penting,
yakni membiarkan keadaan menyusahkan kita, atau membuat kita semakin penuh dengan
kasih.

Apakah dalam kehidupan Anda ada hal-hal menyakitkan yang menyebabkan Anda
meragukan cinta dan belas kasihan Tuhan? Mungkin berupa cacat bawaan sejak lahir,
cacat karena kecelakaan, penyakit yang tak tersembuhkan, atau kematian seseorang yang
Anda kasihi. Kita menganggap Allah yang berkuasa atas segala sesuatu telah membuat
kepedihan ini terjadi dalam kehidupan kita. Namun kita lupa bahwa hal-hal yang cacat
terjadi karena kita masih hidup dalam dunia yang cacat! Sebelum Tuhan Yesus datang
kembali, umat manusia akan terus dipengaruhi oleh akibat dari dunia yang telah jatuh
dalam dosa.

Aku tidak mengerti hal apa yang telah terjadi dalam kehidupan Anda, namun Allah
mengerti semua itu. Hanya Allah yang dapat memerdekakan Anda dari kepedihan-
kepedihan yang disebabkan oleh kejadian / keadaan menyakitkan, atau oleh ketidakadilan
sesama manusia di masa lalu Anda. Jika kepedihan masa lalu telah membentangkan
tembok pemisah antara Anda dan Allah, maka tembok itu harus diruntuhkan sebelum
kesembuhan sejati dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan Anda. Jika Anda menolak-
Nya karena meragukan sifat-Nya maka sebenarnya Anda menolak satu-satunya harapan
kemerdekaan dan kesembuhan.
Saat ini juga aku ingin mendesak Anda agar mengijinkan Tuhan menyelidiki hati Anda
untuk masalah-masalah tak terjawab sehubungan dengan keadilan-Nya. Bila Anda
menyalahkan Allah untuk situasi-situasi pedih yang Anda alami, atau bahkan menuduh-
Nya dengan marah, maka datanglah kepada-Nya dalam doa dan mohonlah pengampunan-
Nya. Mintalah secara pribadi agar Anda boleh mengerti keadilan-Nya sehingga Anda
dapat bebas untuk mengasihi dan mempercayai-Nya. Hal ini benar-benar merupakan
langkah penting dalam pertumbauhan Anda sebagai orang Kristen, karena orang yang
dapat menerima keadilan Allah justru sekaligus merupakan orang yang mengenal
kedamaian Allah dalam kehidupannya.

Kalafi Moala adalah anggota staf Youth With A Mission sejak tahun 1967. Beliau
melayani sebagai Koordinator Misi Sukarela Internasional. Beliau terlibat dalam
sejumlah pelayanan untuk menjangkau mereka yang terhilang, dan merintis pekerjaan-
pekerjaan di New Guinea, Jepang dan Hawai. Sementara ini beliau cuti dari kegiatan
YWAM dan kini menerbitkan harian berbahasa Inggris di tanah airnya Tonga.

Sumber: Moala, Kalafi. 1990. "The Justice of God". (LD#114). Lyndale, Texas: Last
Days Ministries.

Kemunduran Rohani

oleh Charles Grandison Finney


 

Artikel ini disunting dan disadur oleh Keith Green dari bab 21 buku "Revival Lectures"
karya Charles Finney (1792 - 1876). Makna pengajarannya bagi Gereja masa kini masih
tetap sama seperti waktu mulai disampaikan pada tahun 1830-an. Kami berdoa agar
anda "membaca dan tersentuh".

Pengajaran mengenai kebangunan rohani tak dapat kusampaikan secara lengkap dan
sempurna bila aku tidak memperingatkan para petobat akan adanya bahaya kemunduran
rohani atau kemurtadan rohani.

Dalam membahasnya, aku ingin membaginya atas beberapa bagian. Aku ingin
menunjukkan

1. Apa yang bukan kemunduran rohani.


2. Apa yang merupakan kemunduran rohani.
3. Apa saja gejala-gejala kemunduran rohani.
4. Apa saja akibat dari kemunduran rohani.
5. Bagaimana memulihkan atau menyembuhkannya.

Yang Bukan Kemunduran Rohani


Kemunduran rohani tidak menyangkut masalah gairah / semangat dari perasaan religius.
Tidak memiliki gairah rohani di hati anda mungkin merupakan bukti bahwa hati anda
telah mundur, namun bukan penyebabnya.

Kemunduran Rohani, Apakah Itu?


1. Meninggalkan pengabdian kepada Allah dan pelayanan-Nya. Padahal faktor ini
merupakan ciri pertobatan sejati.
2. Meninggalkan kasih yang mula-mula (cinta pertama) kepada Yesus.
3. Menarik diri dari penyerahan total kepada Allah, dan kini kembali hidup
dikendalikan oleh roh menyenangkan diri sendiri.
4. Orang yang rohaninya mundur mungkin secara lahiriah masih tampil sebagai
orang rohani. Kita tahu bahwa tindakan luar yang sama baiknya mungkin saja
dasar motivasinya berbeda, atau bahkan berlawanan sama sekali. Keakuan yang
kental juga sering "berjubah" religius atau hal-hal rohani. Ada banyak hal yang
menyebabkan orang yang mundur rohaninya tetap menjaga penampilan
religiusnya, meskipun sebenarnya dalam jiwanya ia telah kehilangan kuasa
rohani.

Gejala-gejala Kemunduran Rohani


1. Tidak ada kenikmatan spiritual. Kita selalu suka mengatakan dan melakukan
sesuatu untuk menyenangkan orang yang paling kita cintai. Bila hati kita tidak
mundur / murtad, maka persekutuan dengan Allah akan tetap terpelihara, sehingga
ibadah rohani kita lakukan dengan hati senang. Lebih dari itu, persekutuan dengan
Allah juga menjadi sumber kekayaan dan kesinambungan berkat-berkat rohani.
Bila kita tidak lagi menikmati pelayanan bagi Allah, penyebabnya adalah kita
memang sebenarnya tidak melayani Dia.
2. Formalitas lahiriah dalam mempraktekkan agama. Apa yang diucapkan dan
dilakukan oleh orang yang mundur rohani benar-benar berasal dari kebiasaan dan
bukan dari pancaran kehidupan rohaninya. Ketika ia berdoa dalam kelompok doa,
ungkapan formalitasnya akan dingin dan tanpa emosi. Semua ini menyingkapkan
tidak adanya ketulusan dalam pelayanan rohani yang dilakukannya. Keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi bila dalam hatinya masih ada iman yang hidup
dan semangat ilahi yang sejati.
3. Emosi yang tidak terkendali. Bila hati kita penuh kasih, maka sifat alami yang
timbul adalah sabar dan manis. Bila suatu saat terjadi hal yang keterlaluan
sehingga lepas kendali, maka hati yang penuh kasih akan cepat mengaku
kesalahan, merasa hancur dan bertobat dalam kerendahan hati yang sejati. Bila
yang ada pada diri anda adalah emosi yang mudah terusik, mudah tersinggung
dan tidak dapat mengendalikan diri, maka anda tahu hati anda mundur.
4. 4.Tidak tertarik pada percakapan rohani. "Karena yang diucapkan mulut
meluap dari hati" (Matius 12:34). Bila hati kita penuh kasih, maka tidak ada
percakapan yang lebih manis daripada percakapan tentang Kristus dan
pengalaman kehidupan kristiani kita.
5. Mengejar kesukaan duniawi. Hal yang paling menyenangkan orang rohani
adalah segala sesuatu yang membawa jiwanya makin dekat dengan Allah. Hati
yang penuh cinta Tuhan akan "cemburu" terhadap segala hal yang mengganggu /
menghalangi persekutuan dengan Allah. Bila kita tidak lagi menyukai
persekutuan dengan Allah lebih daripada hal-hal duniawi, maka dengan sedih kita
harus tahu bahwa kita mundur rohani.
6. Tidak tertarik pada ladang misi. Bila anda kehilangan rasa tertarik pada
pekerjaan misi dan usaha-usaha untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang di
negara-negara lain serta tidak memiliki kerinduan akan pertobatan jiwa-jiwa di
mana saja di dunia ini, maka anda tahu anda telah mundur rohani.
7. Tidak tertarik pada usaha-usaha untuk menjangkau mereka yang miskin
dan memerlukan bantuan. Bila anda pernah sungguh-sungguh bertobat,
pastilah anda pernah memiliki rasa tertarik yang amat besar untuk menyokong
usaha-usaha derma kristiani. Jiwa yang bertobat pasti amat tertarik dan tersentuh
oleh semua bentuk kegiatan kemanusiaan untuk menjangkau sesama demi
memperbaiki martabat, menolong dan menyelamatkan umat manusia.
Perwujudannya bisa dalam bentuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan mereka yang
papa dan memerlukan bantuan, atau pendek kata, dalam segala hal yang baik
untuk diucapkan dan dilakukan. Seberapa jauh anda kehilangan rasa tertarik ini
membuktikan seberapa jauh anda mundur.
8. Tidak tertarik pada kelahiran bayi rohani. Malaikat-malaikat di surga
bersukacita atas pertobatan satu orang berdosa. Lalu apakah tidak ada sukacita di
antara orang-orang kudus di bumi ketika ada orang-orang yang datang kepada
Kristus dan menjadi bayi-bayi rohani yang baru lahir dalam kerajaan-Nya? Bila
seseorang mengaku dirinya Kristen namun tidak memiliki rasa tertarik yang
membara terhadap pertobatan orang-orang lain, maka ia seorang yang mundur
rohani dan munafik. Ia mengaku sebagai orang yang rohani, padahal bukan.
9. Mencari-cari kesalahan, pengeritik. Watak cepat menyalahkan orang lain, tidak
percaya terhadap perhatian dan motif baik orang lain. Juga merupakan roh tidak
percaya pada karakter Kristen dan apa yang dikatakan orang-orang Kristen.
Keadaan pikiran seperti ini tersingkap dalam bentuk kata-kata kasar dan bentuk-
bentuk ucapan menghakimi orang lain. Jelas keadaan ini tidak sesuai dengan hati
yang penuh kasih. Bila roh menghakimi muncul dalam diri orang yang mengaku
Kristen, maka anda tahu hatinya mundur.
10. Menuruti keinginan diri. Yang kumaksud adalah kecenderungan memuaskan
selera, hawa nafsu dan "keinginan daging dan pikiran" (Efesus 2:3). Tingginya
selera terhadap makanan seringkali merupakan ciri paling menonjol dari
kemunduran rohani dibandingkan dengan ciri lain. Sayang sekali hanya sedikit
orang Kristen yang menyadarinya. Perintah Allah mengatakan, "Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Banyak
orang Kristen melupakan perintah Allah ini. Jadi mereka makan dan minum
sekadar untuk menyenangkan dirinya. Banyaknya jumlah orang yang terjerat oleh
"meja makan"nya lebih besar daripada yang disadari oleh Gereja. Amat banyak
orang yang menghindarkan diri dari meneguk minuman keras akan memuaskan
diri dengan makanan. Kuantitas maupun kualitas pemuasan dalam hal makan dan
minum ini membuktikan bahwa mereka hanya mengikuti selera mereka.
Pemuasan diri dengan makan banyak-banyak ini mengancam tubuh maupun jiwa
kita. Bila anda melihat seorang Kristen yang "amat rakus makan" maka anda
sedang melihat seorang yang mundur rohaninya.
11. Tidak hadir pada kebaktian doa karena alasan sepele. Bagi orang Kristen, tak
ada pertemuan yang lebih penting daripada pertemuan doa. Bila kita memiliki
kerinduan berdoa, maka kita tidak hadir hanya bila terjadi hal-hal penting yang
amat mendesak. Bila kunjungan atau ajakan seorang teman bertepatan jadwal
persekutuan doa saja bisa menghalangi anda, maka hal ini merupakan bukti kuat
bahwa sebenarnya anda tidak sungguh-sungguh ingin pergi ke pertemuan
ibadah doa. Dapatkah kunjungan atau ajakan yang sama ini membatalkan rencana
menghadiri pesta nikah, piknik atau acara-acara menyenangkan lainnya? Yang
nyata adalah kemunafikan dalam hal berpura-pura rindu akan ibadah doa padahal
hal sepele saja bisa menghalangi kehadiran anda.
12. Mengabaikan persekutuan doa keluarga hanya karena alasan sepele. Hal
yang sama dengan no.11. Bila anda mencintai Tuhan, sebagai orang Kristen anda
tidak akan bersedia menghapus saat berdoa dan membaca Alkitab bersama
keluarga. Bila seorang Kristen bersedia mencari-cari alasan untuk menjauhi
ibadah keluarga, maka hal ini merupakan bukti meyakinkan bahwa hatinya telah
mundur.
13. Doa pribadi lebih dianggap kewajiban ketimbang dianggap sebagai
kehormatan. Selalu janggal dan aneh bagiku bila mendengar orang Kristen
berbicara bahwa doa adalah kewajiban. Sebenarnya merupakan suatu kehormatan
bahwa kita diijinkan datang kepada Allah dan memohon segala hal yang kita
perlukan. Tetapi berdoa karena kita harus berdoa, bukan karena kita boleh
berdoa, sungguh merupakan hal yang menyedihkan, sekaligus ciri yang pasti dari
hati yang mundur.
14. Tak ada roh doa. Bila kasih kepada Kristus masih tetap segar dalam jiwa kita,
maka Roh Allah akan menyatakan diri sebagai Roh anugerah dan Roh
permohonan doa. Ia akan menaruh kerinduan yang kuat dalam jiwa kita, ya...
kerinduan akan keselamatan orang-orang berdosa dan pengudusan orang-orang
Kristen. Bila roh doa mati dalam diri kita maka ini tandanya hati kita mundur.
Bila cinta pertama kita terhadap Tuhan masih tetap ada, maka kita pasti ditarik
oleh Roh Kudus untuk bergumul dalam peperangan doa.
15. Kemunduran rohani seseorang sering terungkap dalam cara orang itu
berdoa. Contohnya memanjatkan doa seperti dalam keadaa terhukum (karena
adanya rasa bersalah), atau cara berdoa yang mirip dengan cara berdoa orang
berdosa yang belum bertobat. Pengakuan-pengakuan dan tuduhan-tuduhan yang
diungkapkan dalam doa mungkin akan dianggap oleh orang lain sebagai hal-hal
yang tidak dimengerti olehnya. Tidak ada iman dan kasih di dalam hatinya,
sebaliknya ia lebih yakin akan keadaan berdosanya. Jauh di lubuk hatinya ia
menyadari keadaan dirinya yang tidak diperkenan Allah. Menghadiri pertemuan
doa dari orang-orang yang mundur rohani seringkali membuat kita tercengang,
dan aku memohon maaf karena harus mengatakan banyak persekutuan doa gereja
juga keadaannya tidak berbeda jauh. Doa-doa yang disampaikan mencerminkan
ketakutan, keraguan dan kecilnya iman, bahkan tidak ada iman sama sekali.
Mereka akan berputar-putar berdoa untuk pertobatan dan penyesalan diri. Semua
itu mengungkapkan kemunduran rohani.
16. Kurang tertarik mengejar kesucian. Jika anda orang Kristen, maka anda
tentunya pernah merasa bahwa dosa adalah sesuatu yang dibenci oleh jiwa anda.
Anda pernah memiliki kerinduan yang sukar diungkapkan dengan kata-kata, ya...
kerinduan untuk lepas dari dosa untuk selamanya. Segala sesuatu yang menerangi
anda untuk mengerti bahwa hidup dalam kekudusan merupakan hal yang amat
penting dan berharga. Bila anda tidak lagi peduli tentang "bagaimana hidup dalam
kekudusan" atau hal ini tidak menarik lagi bagi anda, penyebabnya adalah hati
anda mundur.
17. Tidak ada rasa tertarik terhadap Firman Allah. Mungkin tak ada bukti lebih
tajam dan pasti daripada bukti ini. Hilangnya rasa tertarik pada Alkitab. Bila hati
kita penuh kasih maka bagi kita tidak ada buku yang lebih mulia daripada Alkitab.
Namun bila kasih sirna dari hati kita, maka Alkitab menjadi tidak menarik,
bahkan seringkali menjemukan. Tak ada lagi iman untuk menerima janji dalam
Alkitab, sebaliknya keyakinan berdosalah yang tersisa sehingga menakutkan dan
membuat kita terancam.

Akibat Kemunduran Rohani


"Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya" (Amsal 14:14).

1. Orang yang mundur rohani penuh dengan kesalahannya sendiri. Segala


sesuatu dalam kehidupannya serba salah. Ia tidak berjalan dengan Allah lagi. Ia
tidak dipimpin Roh Kudus, tetapi berjalan dalam kegelapan. Dalam keadaan
seperti ini ia pasti jatuh ke dalam pelbagai kesalahan besar: kesalahan dalam
bisnis, kesalahan dalam pergaulan dan hubungan dengan sesama, kesalahan dalam
memanfaatkan waktu, menggunakan lidah, mengelola uangnya. Segalanya serba
salah selama ia masih dalam keadaan mundur / murtad.
2. Orang yang mundur rohani penuh dengan perasaan-perasaannya sendiri.
Dulu ia pernah mengalami kedamaian dan ketentraman dalam Roh Kudus. Kini ia
hidup dalam kegelisahan, tidak puas terhadap dirinya dan orang lain. Kehidupan
seorang yang mundur rohani sering amat berat. Ia sering gelisah, mencari-cari
kesalahan, cepat tersinggung dan menyinggung perasaan orang lain dalam segala
hal. Ia telah meninggalkan Tuhan, dan kini ia merasa seperti berada di neraka.
3. Orang yang mundur rohani penuh dengan kata-katanya sendiri. Seorang
yang hatinya mundur tidak akan dan tidak dapat mengendalikan ucapannya.
Lidah adalah anggota tubuh yang tidak terkuasai serta penuh racun mematikan
(Yakobus 3:8). Kata-katanya menyebabkan dirinya terjerat dalam pelbagai
kesulitan. Ia tidak akan bebas bila ia tidak datang kembali kepada Allah.
4. Orang yang mundur rohani hidup penuh dengan perhatian terhadap
kepentingannya sendiri. Ia menjadi egois. Dirinya dan harta miliknya amat
diperhitungkan sebagai milik pribadi, dan ia berusaha untuk mengelola segalanya
berdasarkan kepandaiannya untuk kepentingan dirinya. Akibatnya, perhatian
untuk dirinya akan bertambah berlipat ganda dan memburunya seperti banjir.
5. Orang yang mundur rohani penuh dengan nafsunya. Selera dan gairah yang
dulu terkendali kini merajalela. Karena telah terpendam demikian lama, maka kini
nafsunya lebih keras dan buas. Nafsu-nafsu hewani ini akan meledak sehingga ia
sendiri tercengang dibuatnya. Ia akan heran ketika mendapatkan dirinya dikuasai
dan diperbudak oleh nafsunya sendiri lebih daripada sebelumnya.
6. Orang yang mundur rohani penuh dengan kesulitan dan masalah. Dulu ia
berusaha menjauhi pencobaan, kini ia malah mendekatinya. Ia membawa dirinya
terjerumus ke dalam pelbagai pencobaan. Ia tidak berdamai dengan Allah, dengan
dirinya sendiri, dengan gereja, maupun dengan dunia. Sementara ia mengeluh
karena dicobai dari segala penjuru, ia juga terus-menerus membuat segalanya
bertambah buruk karena ulahnya sendiri.
7. Orang yang mundur rohani penuh dengan kegelishan. Ia akan kuatir tentang
dirinya, bisnisnya, reputasinya, ya.. kuatir segalanya! Ia telah menarik kembali
semua hal yang dulu diserahkan kepada Allah. Ia tidak lagi memiliki iman, dan
karena tidak mampu menguasai peristiwa-peristiwa yang terjadi maka ia kuatir
terhadap masa depannya. Kegelisahan ini merupakan akibat yang tak bisa
dihindarkan,ya... akibat dari kegilaan dan kebodohannya meninggalkan Allah.
8. Orang yang mundur rohani penuh dengan prasangka. Kerinduannya untuk
mengerti dan melakukan hal yang benar kini sirna. Secara alami ia akan melawan
setiap prinsip kebenaran yang menyerang roh egoisnya. Ia akan berikhtiar keras
untuk membenarkan diri. Ia tidak mau membaca atau mendengar apapun yang
menegur keadaan hatinya yang mundur. Ia akan menghakimi setiap orang yang
menegur atau mengoreksinya. Ia akan menganggap orang itu sebagai musuhnya,
lalu memagari dirinya, menutup matanya rapat-rapat agar cahaya kebenaran tidak
masuk, berdiri memasang kuda-kuda dalam sikap mempertahankan diri, serta
mengkritik segala hal yang mungkin membongkar dirinya.
9. Orang yang mundur rohani penuh dengan penipuan diri. Karena matanya
jahat, maka gelaplah seluruh tubuhnya (Matius 6:23). Hampir dapat dipastikan
orang yang mundur rohaninya akan jatuh ke dalam pelbagai penipuan diri dalam
hal prinsip dan doktrin hidup. Karena berkecimpung dalam kegelapan, maka ia
pasti menelan amat banyak kebohongan dan penipuan. Setiap jenis bidat dan
setiap selubung penipuan akan mendapat tempat dalam dirinya serta
menguasainya. Setiap orang akan melihat hal ini dalam diri orang yang mundur,
bukankah begitu?
10. Orang yang mundur rohani penuh dengan kehilangan. Ia menganggap segala
yang ada padanya sebagai "miliknya sendiri": waktunya, pengaruh kedudukannya,
reputasinya, dan... segalanya. Kehilangan sesuatu diperhitungkan sebagai
kehilangan hal yang benar-benar miliknya. Karena ia meninggalkan Tuhan dan
karena ia tidak dapat menguasai peristiwa yang terjadi, maka ia akan merasakan
penderitaan karena kehilangan berbagai hal dalam segala segi kehidupannya. Ia
kehilangan damai sejahtera. Ia kehilangan miliknya, Ia kehilangan banyak waktu.
Ia kehilangan reputasinya. Ia kehilangan kesaksiannya sebagai orang Kristen, dan
bila ia membiarkannya terus... jiwanya akan hilang!
11. Orang yang mundur rohaninya akan penuh dengan perasaan menyalahkan
diri sendiri. Dulu ia menikmati kasih Allah, dan kemudian ia meninggalkan-Nya,
karena itu ia merasa terhukum dan bersalah dalam segala hal. Ketika berusaha
menjalankan kewajiban-kewajiban agama, ia merasa hatinya tidak sejalan dengan
perbuatannya, dan karenanya ia menyalahkan dirinya. Jika ia mengabaikan
kewajiban agama, ia tentu juga merasa bersalah. Bila membaca Alkitab, ia merasa
Alkitab menunjuk kesalahannya. Jika ia tidak membaca Alkitab, ia merasa
bersalah. Jika ia pergi ke pertemuan gereja, dalam pertemuan itu ia merasa
terhukum. Jika tidak pergi, ia juga merasa bersalah. Jika ia berdoa sendirian,
bersama keluarganya, atau dalam persekutuan / kebaktian, ia tahu bahwa ia tidak
tulus hati dan karenanya ia merasa bersalah. Jika tidak berdoa, ia juga merasa
bersalah. Segala sesuatu menyalahkannya! Hati nuraninya membara melawan
dirinya. Badai rasa terhukum membuntutinya kemanapun ia pergi!

Langkah Pemulihan Hati

1. Berusahalah mengingat kapan dan bagaimana anda mulai jatuh. Ingatlah kembali
dan bandingkan dengan cermat keadaan anda sekarang dan keadaan ketika anda
berjalan dengan Allah dulu.
2. Pandanglah keadaan anda saat ini dengan jujur dan seadanya. Jangan tunda lebih
lama lagi konflik dan pertentangan anda dengan Allah. Anda seharusnya sejalan
dengan-Nya.
3. Bertobatlah dan lakukanlah lagi hal yang pertama anda lakukan dulu (Wahyu
2:5).
4. Janganlah sekadar mengusahakan perubahan lahiriah. Mulailah dengan perubahan
hati anda, yakni segera membawa hati anda benar di hadapan Allah. Serahkan diri
anda secara mutlak kepada-Nya sehingga anda tidak ragu-ragu lagi apakah anda
diperkenan Allah ataukah tidak.
5. Jangan bersikap seperti orang berdosa yang yakin dirinya berdosa lalu berpikir
bahwa anda harus "memperbaiki diri" sebelum datang kepada Kristus.
Mengertilah bahwa dengan datang kepada Kristus, anda sudah menjadi baik!
Apapun kesukaran yang anda rasakan, ketahuilah dengan kepastian penuh bahwa
sebelum anda bertobat dan menerima kehendak-Nya tanpa syarat apapun, maka
anda tidak akan menjadi lebih baik, dan segalanya akan bertambah buruk.
Sebelum anda melemparkan diri anda ke dalam belas kasihan-Nya yang mutlak,
artinya anda kembali kepada Allah, maka Ia tidak akan menerima apapun dari
anda dan dari tangan anda.
6. Jangan menganggap diri anda sudah benar, karena dalam hati anda tahu bahwa
anda tidak benar. Hati nurani anda menuduh anda, dan anda tahu Allah juga layak
menghukum anda. Jika anda menganggap Allah membenarkan anda dalam
keadaan demikian, hati nurani anda tetap tidak dapat membenarkan hal ini.
Segeralah datang kepada Allah sebagai orang berdosa, karena memang demikian
keadaan anda. Akuilah sepenuh hati dan bukalah semua hal memalukan serta
semua hal yang merupakan tanggung jawab anda, dan bawalah semuanya itu
kepada Tuhan. Percayalah bahwa sekalipun anda telah berkeliaran jauh
meninggalkan Allah, namun Ia tetap masih mengasihi anda. Ia mengasihi anda
dengan kasih-Nya yang kekal, dan saat ini dengan kebaikan kasih-Nya Ia bahkan
sedang menarik anda datang kepada-Nya***
Sumber: Finney, Charles G. 1983. The Backslider in Hearth. (disunting dan disadur oleh
Keith Green). Lyndale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#16

Kuasa Salib Kristus


oleh Noel Alexander

Tidak ada karya yang membebaskan, menyelamatkan, berharga,


bermakna dan mulia dalam sejarah umat manusia lebih daripada
karya salib Yesus Kristus.

Seluruh kekayaan Allah yang dilaksanakan dan diberikan bagi kita dalam tindakan
anugerah-Nya ini disebut "Kuasa Salib". Kuasa yang terus berlanjut ini adalah kuasa
yang hidup dan mengubahkan. Kuasa yang bekerja setiap hari tanpa berhenti sedetikpun.

Sayangnya, banyak orang Kristen hidup dalam frustrasi dan bahkan kalah. Bagi mereka
salib bermakna dosa-dosa mereka sudah diampuni dan cuma itu. Namun terlalu sedikit
orang yang menyadari bahwa bersama dengan membuat jalan menuju pengampunan dosa
kita, Yesus juga berkarya dalam mengalahkan kebinasaan yang ikut bersama sifat-sifat
alami kita yang berdosa ini dengan cara memberikan kepada kita kuasa untuk menjalani
kehidupan yang menang setiap hari oleh Roh-Nya.

Yang menyedihkan, banyak orang Kristen tidak pernah menerapkan karya tuntas salib
dalam kehidupan mereka. "Dan Kristus telah mati untuk semua orang... Jadi siapa yang
ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:15-17). Apa yang dapat kita lakukan agar sehari-
hari kita hidup dalam berkat dan kuasa yang telah dimenangkan oleh Yesus bagi kita?
Bagaimana seharusnya kita hidup agar meraih sukacita, kegembiraan dan damai-
sejahtera, baik sekarang maupun kelak dalam kekekalan?

Jawabannya bukan masih rahasia dan perlu menunggu disingkapkan. Jawaban ini
ditemukan dalam Galatia 6:14 ketika Paulus berkata, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau
bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah
disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."

Tidak pernah Gereja memerlukan berita salib lebih daripada masa ini. Tepat di tengah
zaman teknologi canggih, dengan terobosan-terobosan baru di bidang ilmu pengetahuan
dan komunikasi yang luar biasa, aku percaya bahwa mereka yang memiliki hikmat yang
benar adalah orang-orang Kristen yang, secara sederhana, menabur dalam Roh dengan
bermegah dalam salib Tuhan Yesus Kristus.

Ada ayat luar biasa dalam kitab Korintus pertama: "Sebab pemberitaan tentang salib
memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang
diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah"(1 Korintus 1:18).
Bila anda ingin melihat Allah dalam segala kuasa-Nya, pandanglah Yesus Kristus yang
mati di salib itu. Di atas salib itulah Allah dalam Kristus menang atas maut, neraka dan
dosa. Disitulah ia membeli bagi kita segala kemuliaan, kehidupan dan kemerdekaan yang
bisa kita dapatkan, bahkan lebih! Semuanya sudah dilakukan dengan sempurna.

Yesus Kristus membayar harga penebusan karena dosa-dosa kita sehingga kita tidak usah
lagi membayarnya. Ia mati di kayu salib dan bangkit kembali untuk mengalahkan kuasa
dosa dan maut dalam kehidupan setiap orang percaya. Allah serius dengan salib. Kita
juga perlu serius.

Apa yang Paling Penting


Paulus berkata, "Sebab yang sangat penting (paling penting) telah kusampaikan
kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci"(1 Korintus 15:3).

Dalam ayat ini Paulus mengangkat kematian Yesus di kayu salib ke tempat paling tinggi.
Inilah kejadian paling penting sepanjang waktu dan kekekalan. Mati di kayu salib benar-
benar merupakan tujuan utama Yesus, karena Ia berkata, "Karena Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-
Nya menjadi tebusan bagi banyak orang"(Markus 10:45).

Bahkan Yohanes Pembaptis, yang diutus untuk bersaksi tentang Yesus,


memproklamasikan kepada murid-muridnya ketika ia melihat Yesus, "Lihatlah Anak
domba Allah, yang menghapus dosa dunia"(Yohanes 1:29).

Yohanes tahu bahwa Yesus adalah Firman yang menjelma sebagai manusia, Pencipta
kehidupan dan Pembuat mujizat teragung sepanjang masa. Ia dapat berkomentar atas
pokok-pokok ini. Namun hal paling penting yang Yohanes ingin murid-muridnya ketahui
adalah bahwa Yesus membayar harga yang diperlukan untuk membuka jalan kepada
Allah -- melalui salib itu.

Pada masa menjelang akhir pelayanan-Nya, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya


sendiri, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu? Petrus menjawab, "Engkau adalah
Mesias, Anak Allah yang hidup"(Matius 16:15-16).

Petrus bukan hanya tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi ia juga tahu peran Yesus
sebagai Kristus, atau Sang Penebus. Petrus tidak menyadari bagaimana penebusan akan
terjadi, namun Yesus tidak mau membuang waktu dan segera Ia merinci penjelasan-Nya,
"Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus
pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-
imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga"(Matius 16:21).

Dengan sederhana Yesus sebenarnya berkata, "Melalui saliblah pekerjaan penebusan


akan dilaksanakan". Petrus tercengang dan ia mulai menegur Yesus, "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-sekali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus, "Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia"(Matius16:22-23).

Kekasaran teguran Yesus terhadap Petrus berasal dari kenyataan tujuannya datang ke
bumi, yakni untuk mati. Petrus tidak menyadari inti dari karya apa yang dilaksanakan
melalui salib itu, yang benar-benar merupakan kepentingan / tujuan utama Ia datang ke
bumi.

Dalam lingkup yang besar, begitulah keadaan Gereja masa kini. Kita tidak sepenuhnya
mengerti misi Yesus mati di salib itu atau bagaimana bermegah di dalamnya. Dengan
demikian, kita tidak dapat sepenuhnya masuk ke dalam kemenangan yang merupakan
kesempurnaan dari misi yang sudah dimenangkan oleh Yesus bagi kita.

Hikmat Salib
Banyak orang, bahkan orang Kristen, merasa malu menerima kesederhanaan salib
sebagai pintu masuk ke kehidupan bersama dengan Allah. Paulus berkata, "Tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi sesuatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan (1 Korintus 1:23).

Di zaman inipun dunia masih menyebut tema sentral kekristenan ini sebagai suatu
kebodohan. Meskipun demikian, ketidakmampuan manusia meraih kebesaran kebenaran
Allah tidak membuat daya gunanya berkurang.

Paulus memastikan untuk tidak membiarkan salib itu dikaburkan oleh tema lain. "Sebab
Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan
itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia"(1
Korintus 1:17).

Biarlah kita menentang segala hal yang merendahkan arti kuasa salib itu dalam
kehidupan kita!

Keteguhan Salib
Kuasa dan keteguhan rohani bersumber atas pengetahuan yang pasti akan apa yang
Kristus kerjakan bagi kita di salib itu. Dengan demikian terusirlah keterombang-
ambingan oleh berbagai angin pengajaran. Salib membungkam semua hal yang
kepentingannya lebih kecil.

Aku telah menjadi pengkhotbah selama sepuluh tahun dan mengenal jenis-jenis khotbah
apa yang mendapat tanggapan positif. Aku juga tahu bahwa pengajaran tentang salib
tidaklah populer, bahkan bagi orang-orang Kristen, karena amat banyak berjejal tema dan
penekanan pengajaran yang disuntikkan ke dalam Tubuh Kristus.
Amat banyak khotbah dan program lain yang menyita perhatian kita. Hal yang baru akan
muncul dan menarik banyak penggemar, namun kemudian sirna. Juga penekanan atas
doktrin ini dan doktrin itu. Pemimpin-pemimpin Kristen dengan visi yang besar akan
timbul... kemudian tenggelam. Ya, gerakan-gerakan dan manusia-manusianya akan
bangkit kemudian jatuh, namun salib akan berdiri teguh selamanya.

Apakah anda sedang mencari hal terbaru? Akan kuceritakan hal apakah itu. Terjadinya
2000 tahun yang lalu. Yakni Yesus mati di kayu salib itu. Tindakan termulia Allah di
muka bumi ini ketika Allah secara terbuka dan terang-terangan memperagakan Anak-Nya
sebagai persembahan untuk menebus dosa dunia, sekaligus membuat jalan bagi kita
untuk sampai pada kuasa kebangkitan-Nya.

Satu saja berita paling penting bagi anda hari ini, yakni kematian Tuhan Yesus Kristus di
kayu salib. Segala hal lain akan pudar dalam cahaya wajah Dia yang tersalib.

Perpisahan dari Dunia


Yang kita perlukan di zaman ini adalah perpisahan yang jelas dari dunia, yakni
perpisahan dari segala yang menguras kehidupan kita. Satu-satunya hal yang dapat
membuat ciptaan baru adalah kuasa salib itu.

Salib itu memutuskan tali inti atau tali pusat antara dunia dan aku dan antara aku dan
dunia. Tali pusat itu (keterlekatan aku dan dunia dan apa yang dimiliki dunia dengan aku)
diputuskan, digunting dan sirna pada salib itu.

Salib digunakan oleh orang Romawi sebagai alat pembinasa yang mengerikan sekaligus
memalukan. Mati di salib merupakan lambang kehinaan. Salib biasanya hanya dipakai
untuk menghukum mati budak-budak dan masyarakat kalangan rendah. Mungkin ada
yang masih berpikir bahwa hanya Yesus dan dua orang penjahat di sisi-Nya yang pernah
mati disalib. Sebenarnya, ada masa di mana orang Romawi menyalibkan orang-orang
sepanjang dua sisi jalan dari kota ke kota berikutnya. Ribuan orang mati disalibkan demi
nama Tuhan. Meskipun sehari-hari orang Romawi menyalibkan orang pada masa itu,
namun mereka sendiri berkata, "Jangan sampai ada orang Romawi mati di kayu salib".

Kita perlu mengijinkan kuasa salib Kristus yang tidak terbatas oleh waktu itu
mengerjakan kematian dalam diri kita sehingga kita boleh hidup bagi Allah. Kiranya hal
ini menjadi benteng yang teguh yang memisahkan antara kita dan dunia.

Tetap Memandang Salib


Di zaman ini, aku percaya bahwa Gereja sedang dalam masalah serius. Gerakan-gerakan
besar sedang dalam masalah. Orang-orang besar dalam Tubuh Kristus yang dipandang
sebagai teladan selama bertahun-tahun juga dalam masalah, karena tiba-tiba saja bisa
jatuh dalam dosa. Bagi banyak dari antara orang-orang ini, pada suatu saat dalam jalan
hidup mereka, salib menjadi kabur. Kehidupan doa mereka mulai tersisih. Hal lain
menjadi lebih penting dan menyita waktu mereka. Cahaya salib mulai memudar dan
entah bagaimana tali pusat yang melekatkan dirinya dengan dunia mulai tersambung lagi.
Dan akhirnya ketika mereka mulai menyadarinya, maka mereka berteriak, "Apa yang
terjadi?"

Seperti seorang hamba Tuhan yang besar pernah berkata, "Amat mudah bekerja bagi
Tuhan sampai letih dan melupakan Tuhan dari pekerjaan itu."

Sebagai orang yang bersemangat, sering aku mengejar masa depan. Di masa lalu aku
sering rindu dan lapar akan hal-hal penting yang akan datang. Sekarang ini aku tahu lebih
banyak. Aku menemukan bahwa semua itu terjadi pada 2000 tahun yang lalu.

Ayahku, seorang pengkhotbah berusia 97 tahun, mendorong perkembangan cintaku pada


himne, dan salah satu favoritku adalah "When I Survey the Wondrous Cross" karangan
Isaac Watts, yang saduran bebas syairnya sbb.

Ketika kupandang salib ajaib itu, di sana mati Putra Mulia

Yang paling berharga yang kudapatkan, tidaklah berarti

Dan leburlah kejijikan keangkuhanku

Jauhkan kesombongan dariku, ya Tuhan... Demi kematian Kristus, Allahku

Kita perlu memandang salib ajaib itu. Maksudku kita harus menyimaknya dan mengerti
dengan jelas.

Aku percaya Tuhan ingin kita melihat salib dengan jelas oleh wahyu Roh Kudus. Segala
yang kita perlukan ada di sana. Di situlah hikmat dan kemuliaan Allah ada. Allah ingin
kita menyambut realita dari apa yang Ia menangkan bagi kita di kayu salib itu, sehingga
kita dapat memasuki warisan mulia itu, bukan esok, namun hari ini juga.

Aku mendorong anda untuk menunggu, berlutut, dan memohon Roh hikmat dan wahyu
kepada Allah. Mintalah agar anda mengerti lebih dalam makna Yesus Kristus
mencurahkan darah-Nya dan mati di salib itu. Kita perlu melihat salib dengan terbuka
jelas di depan kita dan merenungkannya, serta bermegah atas semua fakta ini.

Aku percaya bahwa salib Yesus Kristus telah menjadi sedemikian samar bagi Gereja
masa kini. Kita perlu mengerti dan memahami kebenaran dari apa yang Yesus lakukan
bagi kita di salib itu, dan menerima segala yang kita miliki melalui salib itu.

Karya Yesus di Salib itu Bagi Kita


Sejenak bayangkanlah seorang dari keluarga anda memberi anda sepuluh milyar rupiah
dan mengirimkan pemberitahuan bahwa semua itu ada di rekening bank anda. Yang perlu
anda lakukan adalah menulis cek. Namun karena hal ini amatlah sulit dipercaya, maka
anda tetap saja hidup dalam kekurangan dan tidak sanggup mencukupi keperluan anda
dan keluarga anda, padahal anda seorang milyuner. Melalui salib Yesus, Allah
menyediakan bagi kita warisan sbb.

 Ciptaan Baru. Kita yang semula "menghambakan diri kepada dosa"(Roma 6:6)
kini "boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Petrus 1:3-4). "Roh yang
memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan
hukum maut"(Roma 8:2).
 Tempat atau Rumah Baru, yakni Kerajaan Allah. "...dan di dalam Kristus Yesus
Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan
Dia di sorga"(Efesus 2:6).
 Penguasa Baru dan Tuan Baru yakni Yesus Kristus. Tidak perlu lagi kita dikuasai
oleh kedagingan dan setan. "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan
memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih"(Kolose 1:13).
 Pikiran Baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Korintus
5:17).
 Sahabat dan Imam Besar yang Baru. "Aku menyebut kamu sahabat"(Yohanes
15:15). Kepada kita diberitahukan bahwa sebagai Imam Besar kita, Ia "hidup
senantiasa untuk menjadi Pengantara kita"(Ibrani 7:25).
 Hubungan yang baru, dalam dan penuh kasih dengan Bapa Surgawi. "Dan Aku
akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-
anakKu perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa"(2 Korintus
6:18).
 Penghibur dan Pengajar. "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus
oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu..."(Yohanes 14:26).
 Kemenangan atas setan. "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-
Nya atas mereka"(Kolose 2:15).
 Kemenangan atas maut. "...Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa"(2
Timotius 1:10).
 Pencucian dosa yang terus-menerus. "Jika kita hidup di dalam terang, darah
Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita daripada segala dosa"(1 Yohanes 1:7).

Dan masih... masih banyak lagi!!

Transformasi atau Perubahan Pribadi


Secara pribadi, aku melewati reformasi sejati dari tahun ke tahun. Anda tahu apa yang
terjadi? Tuhan mengijinkan aku mulai mempelajari dan memahami salib. Ketika aku
menetapkan hatiku dan perhatianku maka kekuasaan, kemuliaan, kepuasan, perhentian,
hikmat, pengertian, pemahaman, kemampuan dan keagungan anugerah tercurah dari salib
itu ke dalam kehidupanku.

Dengan anugerah Allah, aku sedang berada dalam ledakan reformasi pemikiranku. Tiba-
tiba saja Yesus Kristus dalam segala kemuliaan-Nya tergantung di salib itu menghias
dalam alam pengertian dan pemahamanku. Hasilnya sungguh memerdekakan. Segala
ikatanku terlepas! Dalam dimensi yang baru aku mengerti kebenaran salib dan apa
maknanya bagiku. Anda berbicara tentang pohon kehidupan? Itulah salib. Segalanya
berasal dari salib itu. Aku dimuliakan di dalamnya. Aku diambil dari "sumur artesis"
yang disebut salib itu, dan anda juga bisa.

Yesus berkata, "Kamu akan mengerti kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan
kamu". Kebenarannya adalah bahwa Kristus mati, dikuburkan, bangkit dan kini Ia hidup.
Yang berlaku atas Yesus berlaku atasku juga. Aku mati bersama Dia, namun aku
sepenuhnya hidup dengan-Nya.

Aku memasuki suatu tingkat yang baru dalam kehidupanku. Aku menikmati perjalanan
hidupku. Aku menikmati keadilan. Aku menikmati damai-sejahtera. Aku menikmati
sukacita Roh Kudus setiap hari. Aku tak usah menunggu lebih lama agar bisa memasuki
kehidupan "kedewasaan" yang cukup.

Warisan yang mulia dan mengubahkan ini tersedia bagi orang Kristen yang paling baru
sekalipun. Sederhana, percaya seperti anak kecil, kesadaran bahwa "penebusan sudah
terjadi" adalah pintu memasuki segala yang kita miliki melalui salib itu.

Percaya adalah Pintunya


Kata paling berdaya-guna dalam Alkitab adalah "percaya". Yohanes 20:31 berkata,
"tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa
Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
nama-Nya".

Benar-benar hanya mereka yang mutlak menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya adalah mereka yang diselamatkan, yakni hanya mereka yang menghitung
kematian Kristus sebagai kematian dirinya yang nyata akan mengalami kuasa salib atas
kehidupan lama mereka.

"Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selamnya, dan
kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu
memandangnya (memperhitungkannya) bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu
hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Roma 6:10-11).

Kata "memandang" secara hurufiah berarti "memperhitungkan". Sebagai orang Kristen


kita harus memperhitungkan fakta bahwa kuasa dosa mati terhadap kita dalam kehidupan
kita. Kita berada di bawah manjemen yang baru. Kehadiran dosa tidak sirna, tetapi
kuasanya sirna kecuali bila dengan bebas kita memilih apa yang kita tahu salah. Si musuh
akan menolak penebusan milik kita itu. Namun dalam Kristus, sebenarnya kemenangan
adalah milik kita.

Kata terakhir yang Yesus ucapkan di salib itu adalah, "SUDAH SELESAI"(Yohanes
19:30).

Tuhan sedang meminta kita untuk mengambil posisi kita dengan-Nya dalam kematian-
Nya dan dalam kebangkitan-Nya sekarang. "Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita
percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia" (Roma 6:8).

Dalam prinsip hukum rohani kita berubah secara positif atau negatif tergantung atas apa
yang kita pandang. Sudah saatnya Gereja menfokuskan pandangannya pada salib itu,
menjalaninya serta bermegah di dalamnya.

Penebusan: Satu Kali untuk Semua Orang


Yesaya pasal 42 melukiskan gambaran grafis orang-orang terhilang. Mereka seperti
orang-orang yang terkurung dalam penjara rohani di seluruh penjuru dunia ini, ya...
diculik oleh si jahat dan tidak ada yang bisa berkata, "Kembalikan mereka!"

Namun kita memiliki berita bagi mereka yang terhilang. Beritanya disebut Kabar Baik!
Ada Satu Orang yang sedang berjuang demi mereka. Hanya manusia tanpa dosa yang
dapat melakukannya. Nama-Nya Yesus Kristus. Pintu-pintu penjara kini terbuka oleh
kuasa salib itu. Orang-orang terhilang harus mendengar, "Keluarlah dari penjara!"
Penebusan sudah dilakukan satu kali dan untuk semua orang.

Aku ingin mengerti sepenuhnya tentang murka Allah yang tercurah atas Putra-Nya Yesus
ketika membayar harga penebusan itu, sehingga aku tidak usah membayarnya lagi! Aku
berterimakasih kepada Allah atas salib dan darah mulia Yesus Kristus. Aku ingin
mengerti kemuliaan Tuhan yang menjadi penggantiku mati demi aku.

Apa bagian kita dalam semua karya agung ini? Sederhana saja: percaya. Karena karya-
Nya yang tuntas di salib itu, Yesus memberi aku kuasa untuk hidup dalam keadilan dan
kebenaran. Melalui darah-Nya, kematian-Nya dan oleh kuasa kebangkitan-Nya aku
dibenarkan. Segala kemuliaan bagi Allah! Di situlah pujian dimulai, dan menuntun ke
penyembahan kita kepada-Nya.

Semakin aku mengerti kuasa salib, semakin aku menjalani hidup dari hari ke hari dalam
realita pengudusan salib itu.

Bermegah dalam salib Tuhan Yesus Kristus! Begitulah cara kita menabur dalam Roh dan
menuai panen kekal di surga maupun di dalam kehidupan kita kini. Kita memiliki
kekekalan di depan kita.

Amatilah, percayalah dan hiduplah dalam kehidupan kebangkitan-Nya! ***


Tentang penulis: Noel Alexander lahir dan dibesarkan di Republik Afrika Selatan. Kini
beliau melayani sebagai anggota kelompok dari Metro Vineyard Fellowship di Kansas
City, Missouri. Selain berbicara tentang topik ini dan topik-tipik lainnya di berbagai
negara, Noel juga melayani dalam pelayanan doa syafaat.

Sumber: Alexander, Noel. 1993. "The Power of the Cross". Lindale, Texas, USA: Last
Days Ministries. Kode LD#134.

Mengapa Doaku Tak Dijawab


Iman Anda lemah? Anda bingung karena Anda sudah berdoa dengan iman, namun
tidak juga Anda dapatkan hasil dari doa Anda? Anda sudah rajin berdoa meminta
sesuatu dan percaya sepenuh hati, tetapi permintaanmu tidak menjadi kenyataan. Dan
lebih jelek lagi, hal sebaliknyalah yang justru terjadi. Orang yang Anda kasihi tidak
sembuh. Kerinduan hati Anda tidak terkabul, atau terkabul.... namun tidak sampai
memuaskan hati. Mujizat yang Anda perlukan tak kunjung tiba. Waktu berlalu... namun
masalah Anda tetap saja tidak terpecahkan.

Pada saat seperti ini, yang paling buruk adalah ketika Firman Allah seolah-olah menguji
Anda. "Tak ada yang mustahil bagi orang yang percaya". "Mintalah dengan tidak
bimbang, dan hal itu akan terjadi." "Apapun yang kamu minta dalam iman, percayalah,
dan kamu akan mendapatkannya." Anda menetapkan hati untuk memegang janji-janji
Tuhan itu. Anda tahu Allah bukanlah pembohong, dan Dia tidak 'menggoda' Anda
dengan hal-hal yang tidak bisa Anda jangkau... Anda berusaha... dan berusaha untuk
percaya sungguh-sungguh. Kadang-kadang Anda bingung, entah karena jawaban doa
yang tertunda atau karena tidak ada jawaban sama sekali.

Menurut pengajaran orang-orang tertentu, hanya ada dua alasan yang menyebabkan
Anda tidak memperoleh apa yang Anda minta, yaitu karena iman Anda tidak mantap,
atau karena ada suatu dosa dalam kehidupan Anda. Anda dibuat percaya bahwa Allah
harus menahan jawaban doa sampai iman Anda cukup (memuaskan Dia). Kualitas
maupun kuantitas iman Anda belum mencapai kriteria Allah agar doa Anda dijawab.

Anda dibuat percaya bahwa karena diharuskan oleh Firman-Nya maka Allah harus
mengabulkan setiap permintaan pada saat Anda bisa mencapai titik puncak iman yang
layak. Hal itu meliputi: membuang semua pikiran, kata-kata, pengakuan yang negatif
dari perbendaharaan kata-kata Anda. Ah... Anda tidak boleh menyinggung perasaan
Allah. Dia hampir saja mengabulkan keinginan hati Anda! Tapi... wah! Anda
mengucapkan pengakuan yang negatif. Anda berkata salah sehingga Allah tidak jadi
mengabulkan permintaan Anda! Hampir saja Anda mendapatkan jawaban, tapi... tidak
jadi.

Saudaraku, pengajaran seperti itu sungguh bodoh, bahkan merupakan tamparan bagi
Bapa Surgawi yang begitu arif dan penuh kasih. Ke manapun aku pergi, selalu aku
berjumpa dengan orang-orang Kristen yang takut salah berkata-kata dan akibatnya akan
menghalangi aliran berkat, seolah-olah Allah bergantung pada setiap kata yang
diucapkan anak-anak-Nya dan Allah mengamat-amati serta siap sedia menampar setiap
orang yang mengatakan sesuatu yang tidaklah pantas.

Kemanapun aku pergi, selalu kujumpai orang-orang Kristen yang imannya kandas
karena kecewa dan sakit hati. Mereka menerima ajaran "iman" yang membuat mereka
percaya bahwa mereka akan mendapatkan setiap hasrat hati tergantung hanya pada
tepatnya rumusan iman mereka. Amat sederhana. Mereka ditantang untuk mulai
meminta kehidupan yang makmur, kesehatan yang sempurna dalam Tuhan, bahkan
meminta apapun yang bisa terpikirkan dan terbayangkan oleh otak mereka. "Bayangkan
dengan daya imajinasimu, lalu percayalah", demikianlah anjuran itu membahana. Mereka
didesak agar menghapuskan dari pikiran mereka semua pemikiran tentang kesusahan,
kesakitan, kemiskinan, pokoknya segala sesuatu yang negatif. Mereka terpesona oleh
kesaksian-kesaksian tentang rekan-rekan lain yang memperoleh mobil baru, rumah,
pekerjaan, busana mewah bertabur manik-manik indah, cincin berlian... segala keinginan
hati... semuanya tidak mustahil melalui iman yang positif.

Namun bila hal demikian tidak terjadi, malah sebagai ganti kemakmuran, mereka terlibat
banyak utang, bukan sembuh malah masa-masa pencobaan, tangis, kepedihan,
kesedihan... dan mereka bingung! Apa yang terjadi? Hal ini terjadi bagi pengajar itu.
Menjadi kenyataan bagi penginjil itu. Dia makmur. Dia mendapatkan apapun yang
diinginkannya, bahkan tepat pada saat dia menginginkannya. Lalu timbul pertanyaan-
pertanyaan ini, "Ini berlaku untuk orang lain, mengapa bagiku tidak?" "Apa kesalahanku?
Pasti ada kesalahan pada diriku, imanku lemah dan tidak sempurna. Pasti ada dosa
tersembunyi yang menghalangi jawaban doaku."

Aku ingin membagikan beberapa pemikiran tentang iman dan kasih, dengan harapan
dapat menyembuhkan Anda. Aku percaya bahwa melalui mujizat-Nya Allah bekerja
dalam menjawab doa iman. Aku percaya setiap janji dalam Firman Allah adalah benar
dan tak dapat diganggu gugat. Namun setelah melewati banyak derita dan air mata, aku
menemukan sesuatu yang indah tentang bagaimana cara Allah bekerja. Apa yang Anda
baca berikut ini seharusnya membantu Anda membaharui keyakinan Anda dalam
Tuhan dan membebaskan Anda dari beban berat karena berusaha memahami
iman.

Pelajaran Pertama
Allah tidak digerakkan oleh hasil keyakinan iman kita. Allah adalah kasih, dan
kasih adalah motivasi dari tindakan-Nya. Allah tidak dimotivasi untuk bertindak
bagi kita sebagai hasil iman kita saja.

Misalkan suatu ketika putraku terjepit dalam perangkap binatang di hutan dekat rumah
kami. Dari kejauhan aku mendengar teriakan minta tolong. Dia sakit, terluka dan
memanggilku sekuat tenaga. Sebagai ayahnya, apakah aku berhenti sejenak untuk
menganalisa imannya? Apakah aku akan berpikir-pikir dulu sendirian, "Aku ragu-ragu
apakah dia percaya bahwa aku akan menjawab panggilannya. Apakah dia percaya bahwa
aku akan datang menolongnya."

Tidak! Seribu kali tidak! Aku akan segera berlari mencari putraku, tanpa pertanyaan,
karena aku dimotivasi oleh kasih seorang ayah kepada anaknya yang terluka. Sejauh
mana kepercayaannya (imannya) kepadaku sama sekali tidak memotivasi tindakanku.
Bukan karena apa yang dilakukan anakku, bukan pula karena sikap hati anakku.
Semuanya sederhana saja, hanya karena kasihku kepadanya.

Ayah macam apa yang akan meninggalkan anaknya terluka dan sakit serta
mengabaikannya di hutan, hanya karena anaknya tidak menunjukkan iman kepadanya?
Allah tidak membiarkan anak-anak-Nya menderita sendirian. Dia tidak menutup telinga-
Nya terhadap teriakan anak-anak-Nya hanya karena iman anak-anak-Nya lemah.

Imanku, iman Anda, iman semua orang, harus bersandar pada kebaikan dan perhatian
Bapa Surgawi. Kita diperintahkan agar bermegah dalam kasih dan kebaikan-Nya yang
kekal. Kasih dan kebaikan Bapa Surgawi, Bapa kita.

"Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: "bahwa ia
memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia,
keadilan dan kebenaran di bumi; Sungguh, semuanya itu Kusukai". (Yeremia 9:24).

Allah amat mengasihi anak-anak-Nya. Dia mendengar sebelum kita berseru kepada-Nya,
seperti seorang ibu yang memperkirakan bahwa bayinya akan menangis memanggilnya.
Ia mengasihiku dan datang untuk menolongku ketika imanku lemah, bahkan ketika aku
tidak pantas mendapatkan jawaban dari-Nya; dan semua itu karena kelembutan hati dan
kebaikan-Nya.

"TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak selama-lamanya Ia mendendam... (Mazmur 103:8-
9).

Damai yang tidak terhingga besarnya membanjiri kehidupanku sejak aku yakin bahwa
Allah mengasihiku. Lebih dari itu, Dia datang menolongku dan melakukan segalanya
dengan tepat, dan dalam segala situasi kehidupanku. Pada saat imanku sedang lemah
ataupun kuat, Dia tetap mengasihiku dan tidak ada yang dapat menghalangi kasih-Nya
itu.

Pelajaran kedua
Pengakuan yang benar tidak menjamin jawaban bagi doa kita. Pengakuan yang
salah juga tidak menghalangi jawaban bagi doa kita.

Ingat istri Ayub? Di dunia ini tak ada orang yang pernah membuat pengakuan yang lebih
buruk daripada pengakuannya. Dia berkata kepada suaminya, "Kutukilah Allahmu dan
matilah!" (Ayub 2:9). Namun sesudah masa pemulihan tiba bagi Ayub, meskipun dia
pernah mengucapkan kata-kata seperti itu, Alkitab mencatat bahwa dia tetap
mendapatkan bagian yang sama dalam berkat-berkat Ayub, suaminya yang setia itu.

Seorang ahli teologia berkata, "Mengapa Allah tidak mengambil dia sekaligus ketika
Allah mengambil segala yang Ayub miliki?" Bila Anda membaca buku-buku tafsiran
mengenai kisah ini, maka Anda akan menemukan nada tidak menghormat terhadap istri
Ayub. Namun belakangan, aku menemukan suatu penghargaan baru terhadap wanita
yang menderita ini. Menurut pendapatku, kita terlalu memberatkan kesalahannya.
Ingatlah pula bahwa sepuluh orang anak Ayub yang mati terkena musibah itu juga adalah
anak-anaknya.

Tidak heran apabila iman ibu ini tergoncang. Iblis memang tidak menyerang dia; namun
ibu ini menderita seperti Ayub bahkan mungkin lebih. Seorang wanita lebih menderita
ketika kehilangan anaknya dibandingkan dengan pria ketika mengalami musibah yang
sama. Kepedihan hatinya juga masih ditambah dengan menyaksikan suaminya mati
perlahan karena "Elephantiasis", penyakit mematikan itu.

Istri Ayub berdiri meratapi kesepuluh mayat anak-anaknya, dan semuanya terjadi begitu
mendadak dan drastis. Tak ada cucu-cucu yang manis. Tak ada saat-saat bahagia berlibur
bersama keluarga. Keluarga satu-satunya yang tersisa hanya Ayub, dan suaminya inipun
sedang sekarat. "Elephantiasis" merupakan penyakit yang menyebabkan naiknya panas
badan, borok / bisul yang membengkak, seperti kanker yang menyakitkan, membuat kulit
berbintik dan berkerut seperti kulit gajah. Penyakit ini akan semakin parah dan menular
ke organ kelamin. Artinya Ayub tidak akan bisa membuahkan keturunan lagi. Istri Ayub
telah kehilangan harapan untuk memperoleh keluarga yang baru. Dia dirundung keputus-
asaan. Dia kehilangan semua harapan. Dia marah kepada Allah. Aku tidak setuju dengan
apa yang diucapkannya, dan memang tragis baginya pada saat-saat seperti itu dia tidak
mempercayakan dirinya dalam kasih Allah dan tetap memegang imannya. Tetapi kita
bisa memahami kepedihan dan kesakitan yang amat menggoncangkannya. Betapa dia
tidak mengerti mengapa hal seperti ini bisa terjadi. Semuanya musnah sama sekali. Untuk
apa lagi dia hidup? Itulah sebabnya dia menyarankan agar Ayub mati saja dan tidak usah
beriman lagi kepada Allah.

Apakah Allah dendam terhadap istri Ayub? Setelah semua musibah itu berlalu dan Ayub
disembuhkan, apakah Allah mengingat-ingat pengakuannya yang salah yang
diucapkannya itu? Apakah Allah menahan berkat-berkat-Nya dari ibu ini, karena ledakan
ketakutannya yang manusiawi itu? Tidak! Allah memberkati wanita ini! Allah mengerti
dia, Dia tahu bahwa ibu ini tidak bermaksud demikian dengan dengan kata-kata yang
dilontarkannya. Allah memandang lebih dalam. Di balik kelemahannya, Dia melihat
jeritan hatinya, dan Dia memberkati ibu ini dalam keberadaannya.

"Jika Engkau, Ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang


dapat tahan? Tetapi padaMu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti
orang"(Mazmur 130:3-4).
"Sesungguhnya kami menyebut mereka bahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu
telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya
disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan Maha Penyayang dan penuh belas kasihan"
(Yakobus 5:11).

"Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang
tertindas, dan yang tidak punya penolong (Mazmur 72:12).

Jangan merasa terhukum oleh hal-hal yang Anda katakan dengan tergesa-gesa karena
ketakutan. Kita melayani Bapa yang mengampuni dan melupakan setiap kebimbangan,
ketakutan, kata-kata ketakutan yang kita ucapkan dalam keputus-asaan. Jujurlah
terhadap Allah. Begitulah istri Ayub. Jangan berpura-pura. Bila Anda tidak mengerti
mengapa doamu tidak dijawab, atau mengapa Anda harus menderita. Bila hatimu penuh
dengan sejuta pertanyaan, ketakutan dan kebingungan, katakan semua itu kepada
Allah! Curahkan perasaan-perasaan hatimu yang paling dalam, dan yang negatif
sekalipun. Bapa Surgawi akan memberikan kesempatan bagi Anda untuk mencurahkan
semuanya. Dia mendengarkan dengan sabar semua keluhan dan ketakutan Anda, dan
tidak satu kalipun Dia akan menghukum Anda karena Anda mencurahkan semuanya itu
kepada-Nya.

Yang sebenarnya perlu Anda lakukan adalah berbalik kepada-Nya, dalam kasih dan
berseru, "Ya Tuhan, pulihkan aku dari ketidakpercayaanku. Angkatlah semua ketakutan
dan kebingunganku. Perlihatkan kasihMu, saat ini aku amat membutuhkannya. Tolong
aku untuk menyerah sepenuhnya kepadaMu". Allah yang aku layani adalah Allah yang
tidak menyimpan kesalahan. Dia bukan pendendam.

Pelajaran Ketiga
Bila Anda sudah mengakui dosa-dosa Anda dan meninggalkan dosa-dosa itu, maka
tak ada lagi penghalang bagi pekerjaan Allah dalam kehidupan Anda.

Sering kita dengar, "Ada dosa dalam kehidupanmu, karena itu Allah bersembunyi
darimu." Sungguh taktik cerdik dari setan agar umat Allah tinggal dalam ketakutan dan
hidup dalam ikatan! Anehnya, banyak sekali anak-anak Allah meyakinkan dirinya bahwa
karena dosa mereka, maka Allah marah terhadap mereka atau menghindar dari mereka,
atau paling sedikit, menahan jawaban doa.

Tetapi bukankah Alkitab berkata, "Dosa-dosamu memisahkan kamu dari Allah,


menyebabkan Dia menyembunyikan wajah-Nya darimu?" Ya, memang betul dalam
Perjanjian Lama sebelum penebusan Kristus, sebelum pencurahan darah Kristus bagi
penebusan gratis atas semua dosa isi dunia.

Bagaimana mungkin Allah menyembunyikan wajah-Nya karena dosa-dosa yang sudah


dibayar lunas dengan darah anak-Nya? Dan bila kita berdosa, Kristus adalah Pembela
yang akan mengampuni kita dari dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan.

Bila Anda sungguh-sungguh mengakui dosa-dosa Anda kemarin, maka Anda sudah
diampuni karena darah penebusan Kristus. Semuanya tidak dituntut lagi dari Anda!

Bagi orang-orang Kristen yang dosa-dosanya telah dihapuskan, doa-doa yang tertunda
jawabannya, penderitaan, pencobaan, pengujian, seringkali justru merupakan hajaran
Bapa yang penuh kasih terhadap anak-Nya dalam proses pengudusan dan bukan dosa.
Alkitab berkata, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa
mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya" (Amsal 13:24).

"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada
anak-anak: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus
asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-
Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di
manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi jikalau kamu bebas
dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-
anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala
roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek
sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan
kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran
pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian
ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah..." (Ibrani 12:5-
12)

Ada juga orang yang berkata, "Ya, Tuhan memang memproses kita agar kita menjadi
kudus dan Dia mendidik serta mengkoreksi kita. Tetapi bukan dengan cara penderitaan
dan kesakitan. Allah tidak ingin melakukan hal seperti itu. Iman sejati tidak membiarkan
hal seperti ini terjadi."

Ah, kalau kita menyimak dengan baik, kebenaran yang kita peroleh sepanjang sejarah
sampai hari ini, menunjukkan bahwa umat Allah mengalami penderitaan, juga pada masa
sekarang ini. Menolak hal ini berarti menolak kebenaran. Paulus menceritakan tentang
penderitaan orang-orang Kristen mula-mula. Apakah kita bisa menuduh bahwa mereka
kurang iman? Tidak!

Kebenarannya adalah bahwa umat kudus masa kinipun ada yang hidup menderita kanker,
bisul, rematik, sakit jantung dll... Aku ngeri mendengar orang-orang berkata,
"Sebenarnya mereka tidak perlu sakit. Seharusnya tidak perlu begitu. Iman mereka
lemah."
Tidak seorangpun dari orang-orang kudus yang telah menderita ini ingin menggantikan
tempat serta pengalaman mereka ini dengan orang lain. Oh, pada saat-saat seperti ini,
dalam penderitaan dan sebagai akibat / hasil dari penderitaan, mereka memahami betapa
dalamnya kasih Allah, dan kerohanian mereka bertumbuh. Mereka menemukan nilai-
nilai yang sejati, dan kembali menata prioritas hidupnya. Orang-orang yang belum
pernah menderita bersama Kristus adalah orang-orang yang dangkal, berpusat pada diri
sendiri, kehilangan kasih dan belas kasihan yang hanya akan muncul ketika seseorang
bertemu dengan Tuhan di tengah api pencobaan. Ada sifat angkuh yang tidak disadari
pada orang-orang yang tidak pernah menderita bersama Kristus.

Dulu aku menolak ungkapan "dipilih untuk menderita". Ketika itu aku dibuat ngeri
dengan gagasan bahwa Allah mengijinkan orang-orang tertentu menderita lebih daripada
yang lain, dengan tujuan agar mereka lebih mengenal-Nya, atau dengan perkataan lain,
agar pengetahuan mereka akan Tuhan lebih dalam. Namun bila kuamati mereka yang
menderita ini dengan lebih saksama, seringkali mereka justru adalah orang-orang yang
paling setia, percaya dan mengasihi Allah, lebih daripada anak-anak Allah yang lain.
Mereka benar-benar bejana-bejana yang dipilih.

Aku yakin beberapa orang akan tersinggung dengan apa yang baru saja kuungkapkan.
Semua itu karena kita telah tersasar jauh dari realita Injil Kristus. Kita amat dimanja
dan memanjakan diri, kita lupa bahwa panggilan Kristus bagi kita adalah untuk
dipisahkan, diuji, melewati pencobaan, ya, bahkan melewati penderitaan. Buktinya? Ya!
Sangat terbukti!

Tetapi Firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu
untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-
orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan
yang harus ia tanggung oleh karena namaKu" (Kisah Para Rasul 9:15-16).

Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena
ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara
menikmati kesenangan dari dosa (Ibrani 11:24-25).

Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan
juga untuk menderita untuk Dia. (Filipi 1:29).

Kesimpulan
1.Bila Anda tidak dapat mempersembahkan iman yang sempurna kepada Allah,
persembahkanlah kasihmu kepada-Nya. Kasih yang sempurna melenyapkan semua
ketakutan.

Bukan iman yang sempurna, tetapi kasih yang sempurna. Kasih yang sempurna adalah
semua yang Allah miliki bagi umat-Nya. Dia ingin kita berteduh dalam kasih-Nya,
mempercayai Dia akan selalu datang menolong kita seperti seorang ayah datang
menolong anaknya yang terluka. Semua ini juga terjadi meskipun iman kita tidak cukup
kuat.

Berhentilah mengkaji-kaji dan menghitung-hitung / mengukur tingkat iman Anda.


Hentikan juga usaha Anda mencoba memahami iman. Alkitab berkata, "Demikianlah
tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di
antaranya ialah kasih. Kejarlah kasih itu..." (1 Korintus 13:13; 14:1)

Bila Anda cenderung mulai 'mengutamakan' suatu hal, ingatlah Alkitab berkata
bahwa iman bekerja melalui kasih. Tanpa kasih, semua iman menjadi sia-sia belaka.

2.Bila Allah tidak menjawab doa-doa tertentu yang Anda minta, yakinlah bahwa
Allah mempunyai alasan-alasan yang agung untuk hal itu. Allah melihat jauh
sampai dengan kekekalan.

Timbul masalah begini: Allah memiliki segala kuasa dan Dia dapat melakukan segala
sesuatu. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Dia berjanji untuk menjawab setiap doa
dalam nama Kristus. Jadi kita harus meminta, dengan keyakinan iman yang penuh dan
berharap akan jawabannya. Namun, bila Allah menunda jawaban itu, atau memilihkan
hal lain bagi kita, maka tentunya Dia memiliki alasan yang baik untuk tindakan yang
diambil-Nya itu. Dan kita harus percaya bahwa apapun yang Allah ijinkan terjadi dalam
kehidupan kita, suatu ketika semua itu akan nyata demi kebaikan kita.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Bapa kita yang di surga tahu persis kemana kita akan pergi, apa saja yang kita perlukan,
dan Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita, pada waktu yang tepat diatur oleh Roh
Kudus.

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang
meminta kepada-Nya. (Matius 7:11).

Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan
Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu
pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan
engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-
Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung,
kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap
kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit
sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di
waktu petang.
Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan
membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan
menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan
memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan
Kuperlihatkan kepadanya keselamatan daripadaKu. (Mazmur 91:1-6; 14-16)

Sumber: Wilkerson, David. 1984. "The Truth about Faith" Kode: LD#54. Lyndale,
Texas: Last Days Ministries.

Menggarap Lahan Hati


oleh: Charles Grandison Finney

Artikel ini ditujukan kepada orang Kristen yang mengalami kesulitan dalam
memperoleh damai sejati yang seharusnya ada bersama pertobatan. Bagi anda yang
frustrasi karena terus-menerus bergumul dengan dosa dan kelemahan, artikel ini
diharapkan membantu menjawab doa anda. Charles Finney menyaksikan pertobatan
sejati dari puluhan ribu orang pada masa belum ada radio, televisi atau media massa
lainnya. Kita bersyukur kepada Allah yang masih mengurapi dan memakai tulisan-
tulisan beliau untuk Gereja masa kini. Ribuan orang telah ditolong ketika membaca
artikel ini sehingga mereka memperoleh pengampunan Allah yang amat mulia.

Sementara anda membacanya, camkanlah baik-baik satu hal ini: Allah amat
mengasihi anda, dan Dia menanti anda untuk membentuk anda menjadi orang yang
sungguh-sungguh disucikan oleh anugerah-Nya melalui pertobatan.

"Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari


Tuhan, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan..."
(Hosea 10:12).

Dulu bangsa Yahudi merupakan bangsa yang hidup dari bercocok tanam, sehingga
merupakan hal yang lumrah bila dalam Alkitab, Allah menggunakan istilah-istilah
pertanian dari kehidupan sehari-hari mereka untuk memberikan gambaran yang bisa
dimengerti dengan baik. Hosea menyebut mereka sebagai bangsa yang murtad dan
mengungkapkannya dengan menggunakan istilah-istilah pertanian dan peternakan yang
mereka kenal baik. Hosea menegur penyembahan berhala yang mereka lakukan dan
dengan keras memperingatkan mereka akan penghakiman Allah yang segera akan datang.

Tanah baru yang dimaksud dalam ayat ini adalah tanah garapan yang suatu saat pernah
dibajak, namun kini mengeras dan dibiarkan terbengkalai. Tanah seperti ini perlu digarap
lagi agar gembur kembali dan siap menerima benih-benih yang akan ditaburkan. Bila
anda bermaksud menggarap tanah hati anda, maka anda harus memulainya dengan
memperhatikan hati anda, memeriksa keadaan pikiran anda dengan saksama dan melihat
bagaimana keadaan anda kini. Banyak orang bahkan tidak pernah memikirkan masalah
ini. Mereka tidak peduli keadaan hatinya, dan tidak pernah peduli apakah dalam
perjalanan hidupnya dengan Tuhan mereka berlaku baik atau tidak, apakah kehidupan
mereka berbuah atau tidak menghasilkan buah sama sekali. Saat ini anda harus
memalingkan perhatian anda dari hal-hal lain dan merenungkan satu hal ini dengan
saksama! Kerjakan urusan pertobatan ini dengan cermat, jangan tergesa-gesa.

Memeriksa diri mencakup melihat kehidupan anda, menyimak motivasi-motivasi dan


tindakan-tindakan anda... menggali kembali masa lalu anda dan melihat sifat-sifatnya
yang sebenarnya. Kembalilah menatap sejarah masa lalu anda. Galilah dan ambillah
dosa-dosa pribadi itu satu demi satu dan tataplah dosa-dosa itu. Maksudnya bukan hanya
sekadar mengingatnya sebentar, melihat bahwa masa lalu itu penuh dosa, lalu datang
kepada Allah dan membuat pengakuan yang bersifat umum serta memohon
pengampunan. Pengakuan dosa secara umum tidaklah cukup. Dosa-dosa itu anda lakukan
satu persatu; dan sebisa mungkin, dosa-dosa itu diingat kembali satu persatu dan anda
menyatakan pertobatan atasnya satu persatu juga. Lebih baik bila anda menggunakan
pena dan menuliskannya pada secarik kertas sementara anda mengerjakan hal ini di
hadapan Allah. Tuliskanlah semua dosa yang muncul kembali dalam pikiran anda.

Kerjakanlah dengan hati-hati seperti seorang pedagang yang sedang memeriksa buku-
buku laporan keuangannya. Begitu satu dosa muncul dalam ingatan anda, tuliskanlah itu!
Marilah kita mulai dengan golongan dosa yang disebut dosa kelalaian yaitu hal-hal yang
tidak anda lakukan, padahal seharusnya anda lakukan.

1. Tidak bersyukur (tidak berterima kasih). Ambil dosa ini, dan tuliskan di
bawah 'judul' ini setiap peristiwa yang bisa anda ingat. Saat-saat anda menerima
berkat dan hal-hal yang menyenangkan dari Allah dan untuk hal-hal itu anda
belum menyatakan terima kasih anda kepada-Nya. Berapa banyak kasus yang bisa
anda ingat? Ada peristiwa-peristiwa di mana perlindungan yang luar biasa telah
menghindarkan anda dari kecelakaan dan menyelamatkan hidup anda, ada
kejadian-kejadian ajaib yang menyelamatkan anda dari kehancuran. Tuliskanlah
peristiwa-peristiwa di mana kebaikan Allah diberikan kepada anda pada saat anda
masih hidup dalam dosa, sebelum pertobatan anda, yaitu sebelum anda menerima
Kristus sebagai Juruselamat pribadi. Dan untuk hal-hal itu anda belum cukup
berterima kasih; juga untuk belas kasihan-Nya yang tak terhitung jumlahnya yang
anda terima sejak anda bertobat. Anda akan menemukan betapa panjangnya daftar
"peristiwa yang berlalu tanpa ucapan syukur" ini sehingga mungkin anda akan
menutupi muka karena malu! Berlututlah dan akuilah satu-persatu kepada Allah,
dan mintalah Ia mengampuni anda. Begitu anda mengakui semua ini, maka segera
akan muncul hal-hal lain dalam ingatan anda... tuliskanlah juga semua itu.
Kerjakan hal seperti ini kira-kira tiga sampai empat kali, dan anda akan melihat
betapa banyaknya peristiwa di mana Allah memberikan belas kasihan-Nya bagi
anda tanpa anda pernah berterima kasih atau bersykuur kepada-Nya untuk hal-hal
itu!
2. Kurang kasih kepada Allah. Bayangkan betapa sedih dan cemasnya anda bila
tiba-tiba anda sadar betapa berkurangnya kasih pasangan anda atau putra-putri
anda kepada anda. Betapa sedihnya anda bila hati, pikiran dan waktu mereka kini
tercurah kepada seseorang yang lain. Keadaan seperti ini mungkin membuat anda
cemburu setengah mati. Allah menyebut diri-Nya sebagai Allah yang cemburu.
Apakah anda pernah mengasihi yang lain sehingga membuat Allah amat
tersinggung dan sedih?
3. Mengabaikan Alkitab. Ambil kasus-kasus di mana mungkin selama berminggu-
minggu atau lebih, Firman Allah bukan merupakan kesenangan bagi anda. Ada
orang-orang yang memang tetap membaca pasal-pasal Alkitab, tetapi bila ditanya,
maka mereka tidak dapat menceritakan apa yang dibacanya. Bila anda juga seperti
mereka, maka tidak heran bila kehidupan anda tidak memiliki arah, dan hubungan
pribadi anda dengan Allah dalam keadaan yang sungguh menyedihkan.
4. Tidak percaya. Mungkin tidak secara langsung anda menuduh Allah itu
pendusta. Tetapi melalui ketidakpercayaan anda terhadap janji-janji dan
pernyataan-pernyataan Allah, sebenarnya anda menuduh Allah sebagai
pembohong. Ungkitlah kembali peristiwa di mana anda secara semu menuduh
kebenaran Allah sebagai dusta. Bila anda tidak percaya atau tidak berharap
untuk menerima berkat-berkat yang jelas Allah janjikan, maka anda
menganggap Allah sebagai pendusta.
5. Kurang berdoa. Pikirkan kembali saat-saat di mana anda mengabaikan doa
pribadi, doa bersama keluarga, pertemuan kelompok doa; atau anda berdoa
dengan cara yang menyedihkan dan menyakiti hati Allah sehingga sebenarnya
lebih baik bila anda tidak berdoa, misalnya karena yang anda ungkapkan
sebenarnya hanya luapan kepahitan hati anda.
6. Mengabaikan persekutuan ibadah. Saat di mana anda mengijinkan diri anda
untuk mereka-reka alasan remeh dan konyol sehingga anda tidak hadir dalam
pertemuan ibadah. Saat di mana anda mengabaikan pertemuan ibadah bersama
orang-orang kudus dan mencela persekutuan orang-orang kudus hanya karena
anda "tidak suka gereja"!
7. Tindak-tanduk yang sekadar kewajiban rohani. Coba simak kembali saat-saat
di mana anda berbicara tentang Allah tanpa perasaan dan tanpa iman, yaitu waktu
anda berbicara dalam bingkai pemikiran yang duniawi, sehingga kata-kata anda
tidak lebih baik daripada ocehan orang pahit hati yang tidak layak didengar Allah
sama sekali. Saat anda berlutut dan "mengucapkan doa" tanpa perasaan dan
seenaknya sehingga bila anda harus bersumpah tentang hal itu lima menit
kemudian, maka anda tidak mampu mengucapkan apa yang anda doakan tadi.
8. Tidak ada kasih terhadap jiwa-jiwa. Pandanglah teman-teman dan kerabat-
kerabat di sekitar anda dan pikirkan betapa kecil belas-kasihan di hati anda
terhadap mereka. Anda berdiri berpangku tangan saja menyaksikan mereka
melangkah langsung ke neraka, seolah-olah anda tidak mempedulikannya sama
sekali. Berapa hari anda sia-siakan tanpa peduli kemalangan mereka yang dalam
ancaman api neraka? Bahkan kemalangan mereka itu tidak membangkitkan
sepatah ucapan doa yang tulus dan serius anda panjatkan bagi mereka? Atau tidak
adanya tindakan nyata dari kerinduan akan keselamatan jiwa mereka?
9. Tidak ada perhatian terhadap orang-orang miskin dan terhilang di negara
asing / daerah terpencil. Barangkali anda tidak cukup peduli sehingga anda
bahkan tidak pernah berusaha untuk mengetahui keadaan mereka. Apakah anda
menjauhkan diri dari membaca majalah-majalah misi / penginjilan? Seberapa
dalam sebenarnya anda mengetahui atau memperhatikan tentang umat yang
terhilang di dunia ini? Ukurlah kerinduan anda akan keselamatan mereka dengan
praktek penyangkalan diri anda dalam memberi harta milik anda bagi usaha
pemberitaan Injil. Apakah anda sudah menyangkal diri untuk hal-hal yang
merugikan diri anda seperti dalam hal rokok dan alkohol? Apakah anda masih
mempertahankan standar hidup anda? Apakah anda mau menderita "tidak enak"
demi menyelamatkan mereka yang terhilang? Apakah sehari-hari anda
mendoakan mereka dalam persekutuan pribadi anda? Apakah anda menyisihkan
harta anda di perbendaharaan surgawi ketika anda pergi beribadah (seperti kisah
seorang janda dalam Markus 12:41-44)? Bila jiwa anda tidak ikut menderita bagi
umat papa dan terhilang di dunia ini, lalu mengapa anda begitu munafik dengan
berpura-pura menjadi orang Kristen? (lihat Matius 25:31-46).
10. Mengabaikan kewajiban keluarga. Renungkan bagaimana cara hidup anda di
tengah keluarga, bagaimana anda berdoa, teladan apa yang anda tampilkan dalam
keluarga anda. Apakah ada usaha-usaha yang secara langsung biasa anda lakukan
demi kesejahteraan rohani keluarga anda?
11. Tidak menjaga kesaksian hidup. Berapa kali anda gagal mengawasi secara
serius kata-kata dan tindakan anda? Berapa seringkah anda sama sekali tidak
peduli akan tindakan dan ucapan anda, dan karena tidak lagi mengendalikan diri,
maka anda berbuat dosa di mata dunia, gereja dan di hadapan Allah!
12. Mengabaikan perhatian terhadap saudara seiman. Berapa sering anda
melanggar perjanjian dengan Tuhan bahwa anda akan memperhatikan dan
menjaga saudara-saudara seiman? Seberapa sedikit anda mengetahui atau
mempedulikan kondisi jiwa dan kerohanian mereka? Padahal anda benar-benar
wajib memperhatikan mereka. Apa usaha yang sudah anda lakukan untuk
mengenal mereka lebih baik? Berapa kali anda melihat mereka jatuh dalam dosa
dan anda membiarkan mereka? Dan anda berpura-pura mengasihi mereka?
Apabila anda melihat pasangan anda atau anak anda celaka atau jatuh ke dalam
api, apakah anda akan berpangku tangan?
13. Mengabaikan penyangkalan diri. Banyak orang yang mengaku dirinya Kristen
memiliki kerinduan untuk melakukan hal apapun dalam agama asalkan untuk
mengerjakannya tidak diperlukan penyangkalan diri. Mereka berpendapat
bahwa mereka telah melakukan banyak hal bagi Allah serta semua yang layak
dikehendaki-Nya. Namun mereka tidak ingin menyangkal diri dengan
menyerahkan hal-hal yang enak dan menyenangkan diri sendiri sekalipun demi
melayani Tuhan. Mereka tidak akan rela menderita celaan demi nama Kristus.
Mereka juga tidak akan merelakan kemewahan / kenikmatan hidupnya berkurang
demi menyelamatkan jiwa-jiwa dari neraka. Pengertian bahwa penyangkalan diri
merupakan syarat untuk menjadi pengikut Kristus merupakan hal yang asing dan
jauh dari pikiran mereka! Mereka tak pernah sungguh-sungguh menyangkal diri
untuk hal yang paling kecil pun demi Kristus dan Injil. Ada juga orang-orang
yang memberi dari kelimpahan dan kemakmuran hartanya. Secara kuantitas
mereka memberi dalam jumlah besar, dan mereka bahkan mengomeli orang lain
yang tidak memberi lebih banyak lagi. Padahal mereka tidak memberi sesuatu
yang masih mereka perlukan untuk diri mereka, atau sesuatu yang masih bisa
mereka nikmati sebagai milik mereka. Mereka hanya memberi dari
kelimpahan mereka! (bandingkan lagi dengan kisah janda dalam markus 12:41-
44).

Sekarang kita sampai ke masalah dosa tindakan atau dosa perbuatan...

1. Cinta terhadap benda atau milik. Bagaimana sikap hati anda terhadap harta
benda yang anda miliki di dunia ini? Apakah anda menganggap harta milik anda
itu sepenuhnya milik anda, artinya boleh anda gunakan atau anda buang sesuka
hati anda? Jika ya, tuliskanlah! Jika anda cinta harta dan berusaha mengejar harta
demi dirimu sendiri, atau demi memuaskan ambisi, maka anda telah berdosa. Jadi
anda harus bertobat.
2. Memamerkan diri. Berapa kali anda lebih lama mempersiapkan penampilan
anda ketika akan pergi ke gereja daripada mempersiapkan hati dan pikiran anda
untuk menyembah Allah di bait-Nya? Anda lebih mempedulikan penampilan
jasmani anda di hadapan orang banyak daripada mempedulikan sikap hatimu di
mata Allah. Saat anda membuyarkan perhatian orang-orang yang khusuk
menyembah Allah dengan menarik perhatian jemaat terhadap dandananmu yang
elok. Dan anda berpura-pura tidak peduli bahwa orang-orang sedang menatap
anda? Jujurlah. Apakah anda akan berusaha berdandan seelok itu seandainya
setiap orang yang hadir dalam kebaktian itu buta?
3. Iri. Perhatikan kasus-kasus di mana anda iri terhadap orang yang lebih tinggi
kedudukannya. Atau mungkin anda iri terhadap mereka yang lebih berbakat dan
lebih berguna daripada anda. Tidak pernahkah anda iri terhadap seseorang,
sehingga anda merasa sakit hati bila mendengar orang itu dipuji? Bukankah anda
lebih senang ketika mereka bertindak keliru ketimbang ketika mereka berlaku
baik; atau lebih senang atas kegagalan mereka ketimbang kesuksesan mereka.
Jujurlah terhadap diri anda sendiri! Bila anda masih menyimpan roh celaka ini,
maka bertobatlah sungguh-sungguh di hadapan Allah.
4. Kepahitan. Cobalah mengingat-ingat kembali peristiwa di mana anda
menyimpan kepahitan atau dendam terhadap seseorang. Atau saat-saat anda
mempergunjingkan saudara seiman, tanpa ketulusan dan tanpa kasih. Kasih
"mengharapkan segala sesuatu", namun anda bimbang dalam kesia-siaan, dan
curiga sampai ke hal-hal yang paling buruk.
5. Fitnah (gosip) / umpat. Pikirkan kembali peristiwa-peristiwa di mana anda
membicarakan seseorang ketika orang itu tidak hadir. Ya, berbicara tentang
kesalahan-kesalahannya (yang sebenarnya maupun sekadar prasangka anda),
tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Inilah finah. Anda tidak perlu
membohongi diri terhadap rasa bersalah yang muncul di hati karena sudah
menfitnah seseorang. Menceritakan hal yang sebenarnya namun dengan maksud
untuk menyakiti seseorang juga adalah umpatan. Anda harus bertobat bila
demikian.
6. Kesembronoan (humor berlebihan). Berapa seringkah anda membuat lelucon di
hadapan Allah, padahal anda tidak akan berani melakukan hal sembrono ini di
hadapan orang yang terpandang atau atasan anda di dunia ini? Anda bersikap
seolah-olah anda seorang atheis, atau lupa bahwa Allah ada dan hadir. Atau lebih
besar sikap dan rasa hormat anda ketika seorang hakim hadir di depan anda
ketimbang sikap hormat anda terhadap Dia dan kehadiran-Nya?
7. Dusta. Mengertilah apa yag disebut dusta. Segala bentuk penipuan yang
direncanakan adalah dusta. Bila anda memberi kesan tertentu yang berbeda dari
kebenaran sejati, maka anda berdusta. Tuliskanlah semua kasus yang bisa anda
kumpulkan kembali. Jangan sebut dengan nama yang lebih halus. Allah
menyebutnya sebagai dusta dan menuntut hal itu sebagai dusta, jadi anda perlu
menilai diri anda dengan benar! Pikirkan semua ucapan, cara memandang dan
tindakan yang anda rencanakan untuk memberi kesan yang berlawanan dengan
kebenaran, yang anda lakukan demi kepentingan diri sendiri.
8. Menipu. Tuliskan semua kasus di mana anda memperlakukan orang lain dengan
cara yang anda sendiri benar-benar tidak suka bila orang lain memperlakukan
anda seperti itu. Itulah menipu. Yesus berkata, "segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka" (Matius 7:12). Inilah hukum Allah. Dan bila anda tidak mentaatinya,
maka anda adalah seorang penipu. Allah tidak berkata bahwa sebaiknya anda
melakukan sesuatu yang anda harapkan orang lain perbuat terhadap anda, karena
hukum seperti ini memungkinkan terjadinya bermacam-macam kejahatan dalam
tindakan kita. Hukum itu berkata, perbuatlah apa yang anda ingin orang lain
perbuat terhadap anda! (Apakah anda menipu pemerintah? Misalnya dalam hal
pembayaran pajak dan iuran-iuran wajib. Atau tunjangan-tunjangan yang anda
dapatkan dengan menipu?)
9. Munafik. Sebagai contoh, dalam doa dan pengakuan dosa anda kepada Allah,
tuliskanlah semua kasus yang bisa anda ingat mengenai saat-saat anda berdoa
untuk sesuatu yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh anda inginkan. Berapa
sering anda mengakui suatu dosa kepada-Nya tanpa sungguh-sungguh bermaksud
untuk berhenti melakukannya? Ya, anda telah mengakui dosa itu dalam doa ketika
anda tahu bahwa anda masih menginginkannya, dan mengulangi dosa itu serta
sangat berhasrat menikmatinya.
10. Merampok Allah. Pikirkan kembali semua peristiwa di mana anda
menyalahgunakan waktu yang anda miliki, menghamburkan waktu yang
sebenarnya merupakan waktu yang Allah berikan untuk melayani-Nya dan
menyelamatkan jiwa-jiwa. Waktu-waktu berharga yang terbuang percuma untuk
hiburan dan obrolan-obrolan tak berguna, untuk membaca novel-novel duniawi,
atau bahkan untuk tidak berbuat apa-apa; kasus-kasus di mana anda
menyalahgunakan bakat-bakat dan kemampuan berpikir yang anda miliki.
Pikirkan juga peristiwa-peristiwa di mana anda menghamburkan uang Allah
(karena sebagai pengikut Kristus, segala milik kita adalah milik-Nya) demi
menuruti keinginan nafsu atau menggunakannya untuk sesuatu yang tidak benar-
benar anda perlukan, untuk hal-hal yang sama sekali tidak menyokong kesehatan,
kebaikan dan manfaat. Coba renungkan mengenai orang-orang yang mengaku
sebagai orang percaya, namun menggunakan uang Allah untuk meracuni dirinya
dengan tembakau, minuman keras dan obat-obat terlarang dll.
11. Naik pitam melulu. Barangkali anda pernah memukul atau menyiksa istri, putra-
putri, kerabat, pegawai atau tetangga anda. Tuliskanlah semuanya!
12. Menghalangi orang lain menjadi orang yang berguna. Anda bukan saja pernah
merampok Allah dalam hal menahan pengembangan talenta-talenta anda sendiri,
namun juga "mengikat tangan orang lain". Sungguh jahat hamba yang bukan
hanya membuat dirinya tak berguna, namun juga menghalangi hamba lainnya
sehingga tak berguna juga! Hal seperti ini dilakukan melalui cara seperti menyita
waktu mereka padahal waktu mereka tidak anda perlukan. Jadi anda sedang
menjadi boneka yang didalangi setan. Bukan hanya sedang membuktikan diri
sebagai gelandangan yang menganggur, namun sekaligus anda menghalangi
orang lain bekerja.
13. Berhala dan agama lain. (Ketika aku sendiri juga menuliskan dosa-dosa yang
bisa kuingat, aku menyadari bahwa ada banyak jenis dosa yang kini dianggap
sebagai suatu hal yang lumrah, yang pada masa Finney hidup merupakan hal yang
bahkan tak pernah disebutkan. Di antaranya adalah percabulan dan dosa-dosa
seksual, pornografi, segala jenis damai palsu yang dihasilkan oleh obat bius,
keterlibatan dalam dunia okultisme, termasuk astrologi, sihir, ramal, meditasi,
yoga, dan segala tingkatan agama dan filsafat Timur, dsb. - Keith).

Beberapa Petunjuk Penting


1. Bila anda menyadari ternyata anda telah melakukan sesuatu kesalahan terhadap
orang lain, dan orang ini masih bisa anda jangkau, maka datanglah kepadanya dan
akuilah segera serta bereskanlah persoalan anda dengannya. Bila mereka menetap
di tempat yang terlampau jauh sehingga anda tidak mungkin mengunjunginya,
maka tuliskanlah sepucuk suarat (atau teleponlah mereka), akuilah bahwa anda
telah melukai hati mereka. Bila anda telah merugikan seseorang dalam bentuk
materi, bayarlah uang sebagai ganti rugi, dalam jumlah penuh berikut
bunganya..
2. Ketika anda menelusuri daftar jenis dosa ini, lakukanlah dengan kepastian bahwa
anda menyelesaikan dan memperbaiki masalah dengan segera, menyeluruh dan
tuntas. Ketika menemukan suatu kesalahan, berjanjilah pada dirimu sendiri saat
itu juga, dalam kekuatan Allah, untuk tidak berbuat dosa itu lagi. Tak ada
gunanya anda memeriksa diri bila anda tidak mengambil keputusan untuk berubah
dalam setiap aspek yang anda ketahui keliru, baik dosa dalam hati, sifat maupun
tindakan.
3. Jangan kepalang tanggung! Lakukan sekarang juga! Jangan menundanya, karena
hanya akan memperburuk masalah. Akuilah kepada Allah semua dosa yang anda
lakukan terhadap Allah, dan kepada manusia semua dosa yang anda lakukan
terhadap manusia. Bila anda menghadapi sebuah batu merintangi jalan di depan
anda, janganlah mencari jalan mudah dengan mondar-mandir mengitarinya atau
sekadar mencari jalan pintas. Singkirkanlah batu penghalang itu dari jalan anda.
Dalam menggemburkan lahan hati, anda harus menyingkirkan semua penghalang.
Akan ada hal-hal yang tersisa bila anda menganggapnya sebagai hal yang sepele,
dan anda akan bingung mengapa anda tidak memiliki damai dengan Allah di hati
anda. Bisa juga penyebabnya adalah keangkuhan dan pemikiran duniawi yang
menutupi sesuatu yang sebenarnya Allah ingin anda akui dan singkirkan.
Bila anda tidak menelusuri dosa-dosa anda dengan cara ini, serta menyimaknya dengan
teliti, satu demi satu, maka anda tidak akan menyadari jumlah, besar serta bobot dosa itu
sebenarnya. Anda seharusnya menelusuri daftar ini secara menyeluruh dan saksama,
dengan hati-hati dan sungguh-sungguh seperti halnya anda sedang mempersiapkan diri
untuk menghadap Tahta Pengadilan Terakhir! (1 Korintus 11:31).

Sumber: Finney, Charles. G. 1979. "Breaking Up the Fallow Ground". Disunting dan
disadur oleh Keith dan Melody Green. Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. (Kode
LD#01)

Muslihat Terselubung
Bagaimana Menghadapi Pencobaan

oleh Hannah Whitall Smith


Masalah pencobaan merupakan topik yang pelik. Banyak orang bertanya - Berdosakah
bila aku terkena pencobaan? Bisakah benar-benar kuatasi? Apakah aku akan berhenti
dicobai? Kuharapkan artikel ini memberi petunjuk-petunjuk sehingga masalah yang
penting ini menjadi jelas bagi anda.

Hannah Whitall Smith adalah seorang wanita yang beriman; beliau mempraktekkan apa
yang disampaikannya dalam khotbahnya. Beliau seorang pekerja organisasi Quaker
(organisasi Kristen yang anti perang dan anti sumpah), penulis buku dan juga melayani
khotbah. Hannah juga salah seorang pendiri "Keswick Movement" di Inggris yang
memulai gerakan kudusnya di Keswick pada tahun 1874. Hannah memiliki tujuh orang
anak, namun hanya tiga di antaranya yang mencapai usia dewasa. Beliau lahir di
Philadelphia pada tahun 1832 dan pindah ke Inggris bersama suaminya pada tahun
1888. Hannah meninggal pada tahun 1911 pada usia 79 tahun. Artikel ini disunting dan
disadur oleh Melody Green dari Bab 10 buku klasiknya "The Christians' Secret of a
Happy Life" yang telah dicetak sebanyak lebih dari satu juta buku.

Banyak kekeliruan besar terjadi sekitar masalah "apakah pencobaan". Yang pertama,
banyak orang berpikir bahwa setelah dia menjadi Kristen maka pencobaan akan berhenti
"mendatanginya". Mereka berpikir bahwa Allah menjanjikan kelepasan bagi kita
sehingga kita bukan saja "tidak menyerah" terhadap pencobaan, tetapi juga kita "tidak
dicobai" lagi atau "terhindar" dari "kunjungan" pencobaan.

Kesalahan berikutnya yang sering dibuat adalah keliru menganggap pencobaan sebagai
dosa. Mereka mengutuk diri karena timbulnya "usul-usul jahat" dalam pikiran mereka,
padahal mereka jijik terhadap hal-hal jahat ini. Akibatnya mereka terbawa ke perasaan
terhukum karena menganggap dirinya telah berbuat dosa, dan mereka menjadi kecil hati.
Pada keadaan hati seperti ini mudah sekali orang ini menjadi mangsa dosa. Akibatnya dia
jatuh dalam dosa justru akibat "takut jatuh".
Apakah Orang Kristen Sejati Masih Dicobai?
Kesalahan konsep ini perlu diselesaikan dengan melihat ayat-ayat Alkitab yang
menyatakan bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang penuh peperangan.
Kenyataannya semakin dalam kita memasuki kehidupan kristiani, pencobaan bukannya
semakin berkurang, malah sebaliknya; dan pencobaan umumnya justru membuat
kekuatan rohani kita bertambah berlipat ganda. Itulah sebabnya kita dipanggil untuk
bertempur melawan musuh-musuh rohani yang ketangguhannya dan ketrampilannya
dalam mencobai kita itu jauh lebih hebat ketimbang musuh-musuh manapun yang pernah
kita hadapi sebelumnya. Tetapi seberapa banyakpun pencobaan yang mendatangi kita dan
apapun jenis pencobaan itu, tidaklah seharusnya menyebabkan kita berpikir bahwa kita
tidak sungguh-sungguh bersekutu dengan Kristus.

Pencobaan-pencobaan yang kuat seringkali lebih menunjukkan adanya anugerah yang


besar, bukan yang kecil. Ketika menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah tidak
membawa mereka berjalan melewati negeri orang Filistin, meskipun jalur ini merupakan
jalan tersingkat. "Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi
peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir" (Keluaran 13:17). Kemudian hari
ketika mereka telah cukup belajar untuk bisa lebih percaya kepada Allah, maka Allah
mengijinkan musuh menyerang mereka. Meskipun demikian, dalam perjalanan di padang
belantara mereka hanya berjumpa dengan musuh yang tidak banyak jumlahnya; dan juga
pertempuran yang harus mereka jalani tidak banyak dibandingkan dengan pertempuran-
pertempuran yang mereka harus hadapi di Tanah Perjanjian. Justru di Tanah Perjanjian
mereka harus bertempur dengan tujuh bangsa besar, dan 31 raja harus mereka kalahkan.
Mereka juga harus menghadapi kota-kota berbenteng dan raksasa-raksasa penduduk asli.

Bangsa Israel tidak bisa bertempur dengan musuh-musuhnya kalau mereka tidak
memasuki daerah tempat tinggal musuh. Karena itu, hai orang Kristen, kuatnya
pencobaan-pencobaan yang anda hadapi barangkali merupakan salah satu bukti bahwa
anda memang sedang berada di "tanah perjanjian" yang ingin anda masuki.

Terkena Pencobaan = Berdosa?


Kesalahan konsep yang kedua tidaklah mudah kita atasi. Rupanya sukar dan tak ada
gunanya bila aku sekadar mengatakan bahwa dicobai bukanlah dosa. Banyak kesukaran
dan bencana timbul akibat salah penafsiran mengenai hal ini. Salah tanggap terhadap hal
ini meracuni orang Kristen yang dicobai itu sehingga ia merasa ngeri dan merasa jauh
dari Allah karena memiliki pikiran-pikiran seperti itu dalam benaknya.

Gambarannya seperti seorang perampok yang membongkar rumah; ketika dia tertangkap
basah oleh pemilik rumah yang mengusirnya, maka dia berbalik dan menuduh si pemilik
sebagai perampok. Cara ini memang jebakan dan tipu muslihat musuh. Si musuh, setan,
datang dan membisikkan hal-hal jahat kepada kita seperti keraguan, kutukan, cemburu, iri
hati, kecongkakan. Setelah itu si musuh berkata, "Betapa jahatnya kamu sehingga bisa
berpikir seperti itu! Jelas kamu tidak percaya kepada Allah. Bila kamu percaya kepada
Allah, maka tak mungkin hal-hal senajis itu masuk ke dalam hatimu". Alasan si musuh
terasa amat bisa dipercayai, dan kita sering menerimanya sebagai hal yang benar. Lalu
semua itu membuat kita merasa terhukum karena rasa bersalah, menjadi kecut hati / kecil
hati. Si musuh tahu bahwa ketika kita kecil hati, maka pencobaan mudah berkembang
menjadi benar-benar dosa.

Salah satu hal paling fatal dalam kehidupan iman adalah kecil hati. Hal paling menolong
kita dalam kehidupan iman adalah keyakinan. Dalam mengatasi pencobaan, keyakinan
adalah hal yang amat penting! Itulah sebabnya Tuhan sering berfirman kepada Yosua,
"...kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati...
Janganlah kecut dan tawar hati..." (Yosua 1:7,9). Karena alasan yang sama, Dia juga
berfirman kepada kita, "Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes 14:27).
Pencobaan makin kuat ketika hati kita makin redup. Si musuh memahami hal ini dengan
baik, dan dia selalu memulai serangannya dengan membuat kita kecil hati sebisanya.

Kerendahan Hati yang Sejati


Rasa kecil hati yang menghinggapi kita seringkali timbul dari "rasa sedih" dan "rasa jijik"
terhadap diri sendiri. Kita terkejut karena pikiran seperti itu bisa mencobai kita. Padahal
sebenarnya rasa aib ini timbul dari kenyataan bahwa kita (secara tersembunyi) bermegah
diri, percaya selera kita benar-benar murni serta pemisahan kita dari hal-hal duniawi
sudah amat sempurna sehingga tak mungkin hal-hal seperti itu mencobai kita. Kita kecil
hati karena kita mengharapkan adanya "sesuatu" pada diri kita, dan ternyata "sesuatu" itu
tidak ada. Rasa aib dan kecil hati ini boleh jadi tampak seperti kerendahan hati yang
sejati; padahal sebenarnya keadaan ini merupakan keadaan yang jauh lebih buruk
daripada pencobaan itu sendiri. Sesungguhnya hal ini merupakan hasil dari tergoresnya
cinta kita terhadap diri sendiri. Dalam kerendahan hati yang sejati, kita bisa melihat dan
menghadapi tersingkapnya kelemahan dan kebodohan kita karena kita tidak
mengharapkan sesuatu dari diri sendiri. Dalam kerendahan hati yang sejati kita tahu
bahwa dalam Allah terletak harapan kita. Karena itu ketimbang menjadi kecil hati dan
jiwa kita menjadi tak percaya, malahan harus kita sadari bahwa penyingkapan ini
sebenarnya mendorong kita agar semakin dalam dan besar percaya kita kepada-Nya.
Kerendahan hati palsu yang dihasilkan oleh cinta diri (atau kesombongan)
menjerumuskan jiwa kita ke rasa kecil hati yang dalam sehingga kita tidak beriman lagi,
dan bisa mendorong kita ke dalam dosa yang justru kita sedang gumuli.

Gambaran kiasan ini menjelaskan hal ini dengan baik: Iblis mengadakan rapat bersama
hamba-hambanya mengenai bagaimana caranya agar manusia yang saleh jatuh ke dalam
dosa. Satu setan berkata, "Kutunjukkan kepadanya kesenangan dosa. Kukatakan
kepadanya enaknya dosa dan kekayaan yang bisa diperolehnya dengan dosa itu." Iblis
menjawab, "Tidak akan berhasil." Setan lain berkata, "Kukatakan kepadanya bahwa
kebajikan dan kebaikan yang dilakukannya malah menimbulkan kesakitan dan kesedihan
yang merugikan dirinya. Tak ada enaknya berbuat kebajikan, juga tak ada pahalanya."
"Cara itu juga tak akan berhasil," teriak iblis. "karena orang yang berjalan dalam
kebajikan mengerti bahwa jalan hikmat adalah 'jalan penuh bahagia, segala jalannya
sejahtera semata-mata' (Amsal 3:17)" Lalu satu setan lain berkata, "Kubuat dia berdosa
dengan membuatnya kecil hati". Iblis berseru, "Ah, itu cara yang bagus!!! Pasti berhasil.
Kita bisa mengalahkan dia sekarang!!"

Seorang penulis zaman dulu berkata, "Segala macam rasa kecil hati berasal dari setan".
Aku ingin setiap orang Kristen menjadikan pernyataan ini sebagai motto. Aku ingin
setiap orang Kristen menyadari bahwa dia harus lari dari rasa kecil hati sama seperti lari
dari dosa. Bila kita tidak mengerti apa sebenarnya pencobaan, maka lari dari rasa kecil
hati memang tidak mungkin. Alkitab berkata, "Berbahagialah orang yang bertahan
dalam pencobaan" (Yakobus 1:12) dan "anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila
kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan" (Yakobus 1:2). Jadi jelas bahwa
mengalami pencobaan bukanlah dosa.

Tanggung Jawab Kita


Jadi bukan merupakan dosa bila kita mendengar bisikan-bisikan setan dalam hati / pikiran
kita, seperti halnya kita tidak berdosa karena mendengar ucapan-ucapan / obrolan-
obrolan kotor dari orang-orang bejat sementara kita melewati mereka di jalanan. Dosa
terjadi ketika kita berhenti berjalan dan bergabung dalam obrolan mereka. Bila
kita terus-menerus menyimak bisikan-bisikan setan ini, berulang-ulang mengucapkannya
dengan lidah kita, memikirkan serta menaruh sedikit minat seolah-olah hal itu adalah
halal, maka kita berdosa. Namun bila saran-saran jahat itu muncul dalam pikiran kita dan
seketika itu kita menolaknya, seperti kita segera menjauh dari perbincangan kotor di
pingir jalanan itu, maka kita tidak berdosa. Boleh jadi pencobaan memikat kita seribu kali
sehari, namun bisa saja kita sama sekali tidak berbuat dosa. Namun jika kita mulai
berpikir bahwa hal-hal memikat ini merupakan dosa, maka kita sudah setengah kalah
dalam pertempuran itu, dan dosa bisa memperoleh kemenangan sempurna.

Kisah Kemenangan
Seorang wanita yang anggun mengunjungiku. Dia sedang dalam keadaan tertekan karena
dia tidak mengerti apa sebenarnya pencobaan. Dia puas dengan kekristenannya dan
merasa bebas dari pencobaan sehingga dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah dicobai
lagi. Tiba-tiba dia diserang oleh bentuk pikiran aneh yang mencobainya dan hal ini
membuatnya ngeri. Ketika dia mulai berdoa, maka segala pikiran-pikiran buruk
menbanjiri pikirannya. Sebelumnya hidupnya amat terlindung dalam moral yang ketat.
Karena dia hidup sebagai orang baik-baik dan karena hal-hal yang membanjiri pikirannya
amat jahat, maka dia merasa dirinya benar-benar orang berdosa yang amat jahat. Menurut
pendapatnya, hanya orang yang amat jahat yang bisa memiliki pikiran sejahat itu. Dia
mulai meragukan apakah dia sungguh-sungguh sudah lahir baru, dan akibatnya jiwanya
merana. Kukatakan kepada wanita ini bahwa pikiran-pikiran yang menyerangnya itu
adalah pencobaan, dan dia tidak bersalah karena dicobai; seperti halnya dia tidak bersalah
ketika mendengar orang bejat mengumpat-umpat di hadapannya. Aku menjelaskan agar
dia mengerti bahwa semua itu adalah pencobaan. Karena itu segera pencobaan datang,
dia harus segera membawa dan menyerahkannya kepada Tuhan. Kujelaskan bahwa si
musuh mendapat keuntungan yang besar dengan membuatnya berpikir bahwa semua itu
adalah pikirannya sendiri. Cara berpikir demikian telah menjerumuskannya sehingga dia
merasa tersiksa oleh rasa bersalah dan kecil hati. Kuyakinkan dia bahwa kemenangan
akan cepat diperolehnya bila dia tidak mempedulikan pikiran-pikiran yang muncul ini,
mengabaikannya, dan... mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.

Dia memahami kebenaran yang kusampaikan ini. Saat berikutnya pencobaan datang, dia
berkata kepada si musuh, "Aku sudah mengerti apa sebenarnya kamu. Kamulah yang
menyodorkan pikiran-pikiran yang menjijikkan dan mengerikan ini. Pikiran seperti ini
tidak ada kaitan apapun denganku. Tuhan adalah penolongku. Jadi bawalah pikiran-
pikiran begini kepada-Nya dan dalam kehadiran-Nya." Si musuh yang tertangkap basah
tipu muslihatnya itu segera lari kebingungan. Dia mengalami jiwanya terbebas sempurna.

Jika orang Kristen mengenali sodoran pikiran jahat ini berasal dari si musuh, maka Iblis
mengerti bahwa orang itu akan membuangnya lebih cepat daripada bila orang itu
menganggap hal tersebut sebagai hal yang berasal dari pikirannya sendiri. Bila setan
memulai pencobaan dengan kata pembukaan "Akulah setan, musuh bebuyutanmu; aku
datang agar kamu berbuat dosa", maka kita pasti tidak akan menaruh minat pada godaan-
godaan yang diajukan setan. Dia bersembunyi agar jeratnya memikat kita. Kemenangan
atas pencobaan jauh lebih mudah kita capai bila kita tidak mengabaikan jeratnya dan
segera menyadari taktik tersebut sejak awal pencobaan itu datang.

Memikul Pencobaan: Menghasilkan Kekuatan


Kita keliru bila berpikir bahwa waktu yang habis untuk melawan pencobaan adalah
waktu yang tersia-sia atau terbuang percuma. Ya, jam-jam berlalu dalam pertempuran
dan seolah-olah tak ada kemajuan yang kita capai. Namun seringkali pada saat-saat
seperti ini kita melayani Allah lebih sungguh-sungguh ketimbang pada saat-saat kita
bebas dari pencobaan. Saat bertempur melawan pencobaan, kita sebenarnya sedang
bertempur dalam peperangan Tuhan. Karena itu jam-jam itu merupakan saat yang
berharga. Kita tahu ayat berikut, "berbahagialah orang yang bertahan dalam
pencobaan..." (Yakobus 1:12). Aku percaya bahwa maksudnya juga bertahan dalam
pencobaan yang berkesinambungan serta dalam pemunculan-pemunculan kejadiannya
berulangkali.

Tak ada yang dapat memperbesar kesabaran anda lebih daripada pencobaan. Tak ada
yang dapat lebih mendorong jiwa kita sehingga semakin bergantung penuh kepada Tuhan
Yesus lebih daripada kesinambungan pencobaan. Dan akhirnya, tak ada yang
mendatangkan pujian dan kemuliaan bagi Tuhan lebih daripada pengujian iman kita yang
diakibatkan oleh pencobaan berlipat ganda. Bukti dari iman kita "lebih daripada emas
tua... yang diuji dengan api". Dan kita yang bertahan dalam memikul pencobaan akan
menerima pahala "mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia" (1 Petrus 1:7; Yakobus 1:12). Jadi seharusnya kita tidak heran dengan
dorongan dalam surat Yakobus, "anggap sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh
(masuk) ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap
imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang
matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun"
(Yakobus 1:2-4). Allah dapat membalik pencobaan serta menggunakannya sebagai alat
untuk membuat kita sempurna. Akibatnya, seperti sebuah bumerang, senjata dosa kini
menghujam kejahatan, dan kita akan melihat bagaimana segala sesuatu, bahkan
pencobaan sekalipun, dapat bekerja bersama-sama untuk kebaikan orang yang mengasihi
Allah (Roma 8:28).

Jalan Menuju Kemenangan


Jalan menuju kemenangan atas pencobaan adalah jalan iman. Iman memang merupakan
dasar kehidupan Kristen kita. Tema hidup kita haruslah "kita bukan apa-apa. Kristuslah
segalanya". Ketika kita menyadari ketidakberdayaan kita, maka kita belajar bahwa satu-
satunya jalan untuk mengatasi pencobaan adalah dengan menyerahkannya kepada Tuhan
serta mempercayai Dia bertempur untuk kita. Namun bila kita menyerahkannya ke dalam
tangan-Nya, maka kita harus meninggalkannya sepenuhnya dalam tangan-Nya. Hal ini
kurasa merupakan hal yang paling sulit bagi kita. Seringkali kita tak bisa percaya bahwa
Tuhan dapat atau mau menanggulangi pencobaan kita itu tanpa campur tangan kita,
khusunya kala pencobaan itu tidak segera lenyap. Dengan sabar "bertahan" dalam
pencobaan-pencobaan yang berkesinambungan tanpa menyerah kepada pencobaan atau
menarik kembali penyerahan diri kita kepada-Nya sebenarnya merupakan kemenangan
ajaib atas tabiat alami kita yang tidak sabar. Kemenangan ini harus kita raih bila kita
ingin menyenangkan hati Allah.

Penyerahan diri kita kepada Tuhan dalam rangka mengatasi pencobaan haruslah sama
dengan penyerahan diri kita pertama kali ketika memohon pengampunan-Nya dalam
pertobatan. Kita harus menyerahkan diri secara total. Ribuan orang Kristen telah
melewati pencobaan dan kini mereka dapat bersaksi tentang kemenangan ajaib atas
pencobaan yang tak terhitung banyaknya. Mereka telah menjadi "lebih daripada
pemenang" karena Dia yang mengasihi mereka. Dan Dia juga mengasihi anda.

Aku sangat rindu orang-orang Kristen dibebaskan dari belenggu akibat kesalahpahman
mengenai arti sejati dan manfaat dari pencobaan. Bila kita tahu pasti yang mana
pencobaan dan yang mana dosa, maka kita dapat segera berkata, "Enyahlah, setan!"
Sekalipun musuh menyerang kita sederas banjir, namun Tuhan bersama kita senantiasa.
Dalam kehidupan ini kita dapat berjalan dengan Tuhan serta berperang melawan
pencobaan dengan serangan langsung yang paling agresif terhadap si musuh sekaligus
dalam seruan damai sejahtera karena Tuhan kita ***

Sumber: Smith, Hannah Whitall. 1988. "Lies in Disguise - Battling with Temptation".
Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#97.
OTORITAS ROHANI
Bagaimana Anda Mengetahui kalau Anda
Memilikinya?
oleh: Wick Nease

Anda terpukau dengan karunia-karunia rohani? Jika anda mendengar seseorang menyanyi
dengan suara malaikat, apakah anda berkata, "Wah, pelayanan yang hebat!" Jika anda
mendengar seorang pengkhotbah berbakat mengucapkan rangkaian kata-kata membentuk
kalimat yang rapi cermat tersusun, apakah anda berpikir, "Wah, sungguh seorang
penginjil yang penuh kuasa!" Ya... semua itu memang hebat... dan merupakan karunia
Allah. Namun otoritas rohani bukanlah sekadar karunia!

Otoritas rohani ialah karunia Allah yang berkombinasi dengan kehidupan yang saleh;
dan hanya timbul dari kehidupan yang taat kepada Tuhan. Hal ini hanya menjadi nyata
melalui kehidupan doa dan kehidupan yang rendah hati. Bila anda memiliki karunia dari
Tuhan dan mempunyai kehidupan yang mulia, maka Allah bebas mencurahkan kuasa-
Nya atas kehidupan anda.

Salah satu ciri utama dari orang yang memiliki otoritas rohani adalah kehidupan doanya.
Dalam Markus 9:29 Yesus menyatakan bahwa doa dan otoritas rohani adalah hal yang
tidak dapat dipisahkan. Setelah para murid-Nya gagal mengusir setan-setan dari seorang
anak, Yesus berkata "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa".

Mengucapkan Doa
Apakah doa anda sekadar rangkaian kata-kata bagus, ataukah doa yang disertai kuasa
Roh Allah karena anda berjalan dalam otoritas rohani-Nya? Keduanya berbeda bagaikan
langit dan bumi. Kita tentu dapat mengucapkan doa yang kata-katanya bagus, namun
apakah kita berdoa dalam kuasa Allah? Manakah yang anda inginkan? Janganlah anda
puas dengan doa yang kata-katanya bagus, karena itu bukanlah yang terbaik. Kala anda
berdoa dalam nama Tuhan Yesus, apakah surga... dan neraka mengakui adanya otoritas
Allah dalam kehidupan anda?

Firman Allah berkata bahwa apa yang kita ikat di bumi akan terikat di surga, namun hal
ini tidak terjadi dengan sekadar mengucapkan kalimat dengan kata-kata khusus di dalam
doa seperti mengucapkan sebuah mantera atau jampi. Merumuskan doa dengan kata-kata
yang tepat tidaklah menghasilkan otoritas rohani. Memang ada pengajaran yang
menyatakan bahwa bila kita mengucapkan kata-kata yang tepat, maka kita akan
memperoleh hasil yang kita harapkan. Sungguh mengherankan! Yang penting bukan
sekadar rangkaian kata yang kita ucapkan, tetapi otoritas di balik ucapan itu... dan
semuanya itu hanya datang dari Allah ketika Ia menganugerahkannya kepada kita.
Salah satu contoh terbaik mengenai orang-orang yang mencoba mengucapkan kata-kata
yang tepat namun tanpa otoritas Allah dapat kita jumpai dalam Kisah Para Rasul 19:11-
16. "Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang
membawa sapu tangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya
atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat."

Itulah yang disebut kuasa! Otoritas Allah yang bekerja dalam kehidupan dan pelayanan
Paulus ini menarik bagi ketujuh putra imam Yahudi. Mereka ingin meniru Paulus. "Juga
beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut
nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya 'Aku
mengusir kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus'" (Kisah Para Rasul
19:13).

Tukang-tukang jampi itu memperhatikan bila Paulus mendoakan orang sakit maka
terjadilah mujizat yang luar biasa. Orang-orang disembuhkan dan setan-setan terusir
keluar. Mereka memperhatikan terus... sampai akhirnya mereka dapat merumuskan cara
melakukannya, jadi mereka berkata, "Wah, sekarang kami tahu caranya agar mujizat-
mujizat terjadi!" Rasanya amat sederhana - hanya dengan 'menggunakan' nama Tuhan
Yesus.

Jadi mereka menggunakan kata-kata yang tepat ini dan hasilnya... bencana bagi mereka.
"Tetapi roh jahat itu menjawab, 'Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu,
siapakah kamu?'" (Kisah Para Rasul 19:15).

Anda melihat disini bahwa mereka memiliki "rumusan"nya... tetapi mereka tidak
memiliki otoritas rohani dalam kehidupan mereka! Mereka tidak bertindak dalam
ketaatan terhadap panggilan Allah dan Firman-Nya dalam kehidupan mereka.

Karena tidak hidup bagi Tuhan, maka mereka tidak memiliki sifat-sifat ilahi. Kuasa Allah
tidak dapat mengalir dan bekerja melaLui mereka. Kenyataannya penyalahgunaan nama
Yesus membawa hasil sebaliknya. Orang yang dirasuk setan itu menerjang dan
menyerang mereka sehingga "mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan
luka-luka" (Kisah Para Rasul 19:16).

Peristiwa memalukan ini tersebar ke seluruh kota. "Hal itu diketahui oleh seluruh
penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka
semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus" (Kisah Para Rasul 19:17).

Kita sering mengutip ayat dalam Matius 16:19: "...apa yang kau ikat di dunia ini akan
terikat di surga..." Dengan perkataan kita ini, kita ingin mengikat iblis dan ... iblis
bertanya, "Siapakah kamu di dunia ini?"

Memiliki otoritas rohani lebih daripada sekadar mengetahui bagaimana cara


mengucapkan kata-kata yang benar. Juga bukan sekadar memiliki karunia-karunia. Ada
orang yang telah menerima dari Tuhan karunia-karunia yang ajaib, karunia kesembuhan,
karunia nubuat, dan... di kemudian hari mereka mulai hidup bergelimang dosa. Mereka
mungkin saja masih mampu mempraktekkan karunia-karunia rohani tsb, namun otoritas
rohani tidak ada lagi pada mereka. Otoritas rohani timbul dari kehidupan yang taat
kepada Allah. Ya... muncul ketika dalam kehidupan ini kita mencari wajah-Nya, hidup
dalam kerendahan hati dan terus-menerus berusaha untuk tumbuh dalam sifat-sifat rohani
sehingga semakin "seperti Kristus". Bila kita menjalani kehidupan yang demikian, maka
kita akan melihat kekuatan dan kuasa Allah memancar dalam kehidupan kita dan
melalui kehidupan kita.

Otoritas rohani. Yesus memilikinya. Para rasul juga memilikinya. Apakah anda
memilikinya dalam kehidupan anda? Aku percaya Allah ingin mencurahkannya bagi
anda.

Dalam Matius 7:29 dicatat tentang Yesus demikian: "sebab Ia mengajar mereka sebagai
orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka."

Orang-orang yang duduk mendengarkan Yesus dibuat takjub. Apa yang menyebabkan
mereka kagum dan takjub? Apa yang mengikat perhatian mereka sehingga mereka
demikian terpikat? Mungkin pengupasan dari Yesus tidak jauh berbeda dibandingkan
dengan apa yang disajikan oleh para ahli Taurat. Isinya mungkin tidak terlalu berbeda.
Perbedaannya adalah Yesus mengajar mereka sebagai orang yang memiliki otoritas.
Orang banyak itu menyadari adanya kuasa Allah dalam kehidupan-Nya.

Yesus tidak hanya mengajar dengan otoritas rohani. Ia hidup dalam otoritas Bapa. Allah
juga ingin memberikannya dalam kehidupan anda, agar ketika anda berbicara, berdoa
atau berkhotbah, maka semuanya hanya dengan kuasa-Nya.

Penghormatan Datang dari Allah


Otoritas rohani tidak anda peroleh dari gelar kesarjanaan. Setiap orang, seperti para ahli
Taurat, boleh jadi memiliki pelbagai gelar, namun belum tentu memiliki kuasa Allah
dalam kehidupannya. Bila anda memilikinya, tentu orang-orang akan menyadarinya,
tidak perlu anda memberitahukan hal ini sama sekali.

Suatu hari seorang pemuda datang kepadaku, "Pak Nease, anda menghalangi kemajuanku
dalam pelayanan". Tentu aku berpikir bahwa hal itu tidak benar. Meskipun demikian aku
berdoa kepada Allah karena tuduhan ini serius dan cukup membuatku gelisah.

Aku merasa bahwa Tuhan berkata kepadaku, "Bukan kau yang menghalangi... tetapi
Aku". Alkitab berkata dengan amat jelas mengenai masalah penghormatan. "Sebab
bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian
itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang
lain" (Mazmur 75:7-8).

Peninggian tidak datang dari manusia melainkan dari Allah! Bekerjanya kuasa Allah oleh
manusia hanya menunjukkan otoritas rohani yang sudah ada dalam kehidupan orang
itu! Jika anda memang berjalan dalam kuasa Allah, tak seorangpun di muka bumi ini
dapat menahan Allah bekerja dan berkarya dalam kehidupan anda.

Tak ada manusia ataupun setan neraka yang dapat menghentikan pengurapan tangan
Allah atas hidup anda. Mereka mungkin bisa mengecohkannya untuk sementara waktu
namun tak pernah bisa menghentikan berkat Allah! Dan jika dalam kehidupan pribadi
anda, anda berjalan dalam otoritas rohani... Allah akan menempatkan anda dalam posisi
yang lebih luas dan umum sehingga anda menjadi berkat bagi lebih banyak orang.

Kehidupan Yusuf merupakan teladan mengenai hal ini. Yusuf mengalami kuasa Allah
bekerja dalam kehidupannya meskipun saat itu ia hidup sebagai budak, difitnah, dan
dibuang ke penjara dengan semena-mena. Namun tak seorangpun dapat menghentikan
kuasa Allah bekerja dalam kehidupannya karena ia berjalan dalam ketaatan dan
kerendahan hati di hadapan Allah. Prinsip yang sama ini berlaku bagi anda.

Ijinkanlah Allah menempatkan anda pada posisi yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
dan pengertian anda. Jangan memaksakan diri mengejar posisi yang anda tahu di luar
jangkauan rohani anda, karena hanya akan mencelakakan anda dan orang yang anda
bimbing. Ingatlah Yusuf. Karena Yusuf melewati masa-masa sulit dengan sikap yang
benar, maka pencobaan-pencobaan yang dialaminya justru mempersiapkannya untuk
menerima otoritas Allah yang lebih besar bekerja dalam kehidupannya.

Yesus, Teladan Kita


Dalam kehidupan Yesus, otoritas rohani datang melalui ketaatan-Nya, dan bukan sekadar
karena karunia. Yesus memiliki kuasa rohani bukan hanya karena Ia Anak Allah, namun
karena sebagai Anak Allah, Ia mengosongkan diri-Nya dan tidak menggunakan
keilahian-Nya, serta hidup dalam ketaatan. Ketaatan dan kuasa rohani adalah hal yang
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam Yohanes 17:4 Yesus berkata tentang Bapa, "Aku telah mempermuliakan Engkau
di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk
melakukannya". Apa yang Yesus lakukan ketika Ia berada di muka bumi ini? Ia
melakukan kehendak Bapa. Otoritas rohani selalu berjalan bersama dengan ketaatan.

Yesus berkata, "...sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak"
(Yohanes 5:19b). Dapatkah anda berkata bahwa anda mengerjakan apa yang dikerjakan
Bapa? Anda berkata-kata apa yang dikatakan-Nya? Begitulah jalur menuju kuasa rohani.
Allah akan selalu mengurapi kehidupan yang taat. Ia akan selalu mengurapi orang yang
mencari wajah-Nya - orang yang mendengar dan melakukan Firman-Nya. Memang
dengan mata jasmani tidak selalu kita dapat melihat apakah orang ini memiliki kuasa
rohani. Namun ingatlah, Allah melihat hati.

Sebagai contoh, aku ingin menceritakan mengenai khotbah terkenal yang tidak langsung
diambil dari Alkitab tetapi merupakan bagian prinsip dari Alkitab. Khotbah ini berjudul
"Orang-orang Berdosa dalam Tangan Murka Allah" yang disampaikan oleh Jonathan
Edwards dalam tahun 1700-an. Tercatat sebuah peristiwa luar biasa terjadi ketika beliau
menyampaikan khotbah ini. Tahukah anda bagaimana beliau menyampaikannya?

Jonathan Edwards bukan seorang pengkhotbah yang hebat, juga sama sekali bukan
pembicara yang fasih. Karena penglihatan matanya buruk, maka beliau harus
mendekatkan catatan khotbah ke matanya agar bisa membacanya dan... beliau
membacanya, bukan mengkhotbahkannya. Beliau hanya membaca kalimat-kalimat yang
telah ditulisnya. Apakah cara penyampaian khotbah yang demikian dapat disebut hebat?

Tetapi Roh Allah bekerja di tempat itu. Kuasa Allah sedemikian kuat sehingga jemaat
tersungkur memeluk tonggak-tonggak dan pilar-pilar ruangan itu dan meratap karena
mereka merasa seperti akan jatuh ke neraka! Mereka berteriak dan menangis karena
mereka betul-betul merasa jilatan api neraka di lantai tempat mereka berpijak!
Penyampaian khotabah yang bagus tidak akan menghasilkan pengurapan seperti itu!
Khotbah itu disampaikan dalam kuasa yang demikian hebat karena khotbah itu berasal
dari seorang yang berjalan dalam kuasa rohani... kuasa Allah.

Ada orang yang berpendapat bahwa bila berbicara dengan suara keras, maka kita
memiliki kuasa yang lebih besar, Namun seringkali orang-orang berbicara lebih keras
bukan karena mereka memiliki kuasa yang lebih besar. Orang-orang berbicara lebih keras
karena mereka memiliki kuasa rohani yang kecil! Kekuatan suara bukanlah otoritas.
Kefasihan berbicara juga bukan. Otoritas itu muncul dan bekerja melalui kehidupan yang
saleh... kehidupan yang bersedia mentaati setiap perintah Allah yang diberikan kepada
anda.

Seberapa Tingkat Otoritas Rohani Anda?


Sedikit saja orang yang mencapai tingkat kuasa rohani seperti yang Allah kehendaki
untuk kita, karena kita sudah puas dengan bakat dan karunia yang ada pada kita. Kita
puas dengan kejelian dan bakat kita. Kita puas dengan gaya kita. Apakah anda mau puas
dengan sesuatu yang baik atau... anda menginginkan yang terbaik yang Allah ingin
berikan dalam kehidupan anda?

Allah pernah memakai orang-orang sederhana untuk mempermalukan orang-orang


berhikmat duniawi dan Ia tetap akan melakukannya lagi. Apakah di zaman ini anda salah
seorang dari mereka yang sederhana dan rendah hati... yang dipakai oleh-Nya?

Apakah ini doa anda? Ya, Tuhan, berikan kepadaku kuasa rohani dan kemampuan
untuk menyentuh kehidupan manusia meskipun tidak seorangpun di muka bumi
ini mengetahuinya! Bila ini bukan doa anda, maka anda harus menjadikannya sebagai
doa anda. Kita perlu terikat kasih dengan Yesus dalam jalinan kasih yang dalam sehingga
kita melakukan apapun yang Ia perintahkan. Kita harus rendah hati dan taat secara
mutlak, sehingga Allah dapat mengurapi serta memberkati kehidupan kita dalam kuasa
Roh Kudus.
Dalam Matius 20:20-30, kita membaca pengajaran Yesus sendiri mengenai otoritas
rohani dari Allah.

"Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu
sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus, "Apa yang kau
kehendaki?" Jawabnya, "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di
dalam kerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah
kiriMu". Tetapi Yesus menjawab, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah
kamu meminum cawan yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya, "Kami dapat".
Yesus berkata kepada mereka: "CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk
di sebelah kananKu dan di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan
diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya."

Kedua anak Zebedeus meminta kedudukan yang berotoritas kepada Tuhan Yesus karena
orang yang paling berkuasa dalam sebuah kerajaan pasti adalah orang yang duduk di
sebelah kiri atau sebelah kanan rajanya. Tetapi Yesus sendiri tidak dapat memberikan
posisi otoritas ini kepada mereka. Mengapa? Karena dengan jelas Ia berkata, "...Aku
tidak berhak memberikannya..."

Dalam tatanan dunia, para penguasa memperoleh kedudukan (tingkat kekuasaan) melalui
kekuatan dan kemampuannya, atau bahkan dengan cara menguasai orang-orang yang
dipimpinnya. Namun kerajaan Allah tidaklah demikian. Kuasa rohani tidak didapatkan
dengan kekuatan. Kuasa sejati datang dari kerendahan hati dan pelayanan.

Pemuda yang kuceritakan tadi sebenarnya bukan berkata bahwa aku menghambatnya.
Sebenarnya ia ingin berkata bahwa aku tidak memberinya kedudukan dalam pelayanan
kami. Hal ini bukan hakku. Tugasku hanyalah menangkap isyarat tentang karunia dan
kuasa yang Allah berikan bagi seseorang dan meneruskannya!

Tahukah anda apa yang kucari dari seseorang untuk penempatan dalam suatu posisi
kepemimpinan? Aku mencari apakah ada kerendahan hati padanya? Apakah ia memiliki
hati seorang hamba, artinya mau melayani? Bobotnya sama dengan bakat kepemimpinan
yang tentunya memang diperlukan di sini. Pernah aku memilih sendiri seseorang untuk
ditempatkan pada suatu posisi tertentu, dan ternyata hal ini merupakan kesalahan besar.
Situasi ini mengajarku untuk membiarkan Allah yang memilih.

Jadi apa tingkat otoritas rohani anda? Apapun tingkatnya saat ini, Allah pasti ingin
menambahnya. Ia ingin membuat anda berdaya guna dalam doa dan pelayanan. Seperti
dalam kehidupan Yusuf yang semakin dipakai Allah setelah melewati proses
pembentukan, demikian juga bagi anda tidak ada jalan pintas dalam proses
pembentukan ini.

Satu-satunya cara memiliki otoritas rohani adalah melalui kehidupan yang saleh.

Tentang penulis: Wick Nease bergabung dengan Youth With A Mission (YWAM) sejak
tahun 1971. Beliau adalah Direktur untuk Amerika Serikat bagian tengah. Beliau sering
mengajar di sekolah-sekolah pelatihan LDM, juga mengajar tenaga pelayan kami secara
ekstensif di Amerika Pusat dan Amerika Selatan serta Karibia. Wick, istrinya Jan dan tiga
orang anaknya tinggal di Lindale, Texas, USA.

Sumber: Nease, Wick. 1989. "Spiritual Authority, How Do You Know If You Have It?"
Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#110.

Pentas Pikiran Anda - Apa yang Tampil?


oleh Denny Gunderson
"...berubahlah oleh pembaharuan budimu (pikiranmu)" Roma 12:2

Kebanyakan orang Kristen, paling sedikit dalam pikirannya, memiliki pengertian bahwa
tidak ada yang mustahil di dalam Kristus... atau segala sesuatu dimungkinkan di dalam
Dia. Kita tahu bahwa Ia memberikan kepada kita kuasa untuk hidup berkemenangan, dan
kita percaya bahwa semua yang lama sudah berlalu... yang baru sudah terbit... segalanya
menjadi baru. Namun, setelah pengalaman pertobatan, dan setelah 'digodok' dalam
seminar-seminar Kristen, kebaktian kebangunan rohani dan program-program
pemahaman Alkitab, banyak di antara kita yang menemukan bahwa kehidupan-pikir kita
masih saja seperti sebelumnya... penuh dengan pikiran-pikiran kotor, berdosa dan nista.

Kita membandingkan apa yang kita ketahui tentang bagaimana seharusnya kehidupan
kita dengan keadaan diri kita sebenarnya... dan akibatnya kita tertekan... lalu kita
akhirnya percaya bahwa praktek dosa dalam kehidupan ini adalah hal yang tidak bisa
dielakkan dan bahwa kehidupan berkemenangan memang merupakan gagasan yang hebat
namun hanya dimungkinkan kelak di surga... atau suatu ketika di masa yang akan
datang... entah kapan...

Aku ingin Anda mencamkan hal ini dengan baik: Bagaimanapun kehidupan yang
semakin berkemenangan atas dosa adalah hal yang bisa dialami dan seharusnya dialami
dalam kehidupan kita baik dalam pikiran, ucapan ataupun tindakan kita. Yesus datang
ke dunia ini, lalu mati dan bangkit kembali untuk mematahkan kuasa dosa sekali tuntas
untuk selamanya. Anugerah untuk mengalahkan dosa pertama-tama harus bekerja dalam
pikiran kita, kemudian kemenangan barulah bisa terwujud dalam tindakan kita sehari-
hari.

Proses Pembaharuan
Dalam Roma 12:2 Paulus berkata, "janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu..." Kata "pembaharuan" menunjukkan
adanya suatu proses. Ketika kita bertobat, Allah memberikan kepada kita roh yang baru,
namun hal itu bukan berarti pada saat itu kita segera dewasa dalam Tuhan. Saat itu kita
diselamatkan dan diberi roh yang baru, namun bukan berarti kita langsung dewasa. Lalu
bagaimana? Pada saat itu Roh Allah berinteraksi dengan roh kita dalam rangka
membangun tabiat Kristus dalam diri kita. Dimulailah suatu perkembangan tabiat ilahi...
sebagai suatu proses yang akan berlanjut terus sepanjang hidup kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita terus-menerus memakai kehendak dan pikiran kita
dalam mengambil keputusan dan menanggapi suasana-suasana kehidupan. Urutannya
yang umum kira-kira seperti ini: Kita berpikir tentang suatu hal - pikiran-pikiran itu
membentuk sikap kita terhadap fokus kita itu - pikiran-pikiran itu plus sikap kita
menghasilkan tanggapan emosional - lalu kita bertindak berdasarkan apa yang telah kita
pikirkan.

Allah menciptakan kita sedemikian hingga tindakan-tindakan kita mengikuti pikiran-


pikiran kita. Banyak ayat dalam Alkitab yang memaparkan prinsip ini. Contohnya
Yeremia 11:8 berkata, "mereka tidak mau mendengarkan ataupun memperhatikannya,
melainkan mereka masing-masing mengikuti kedegilan hatinya yang jahat." Dalam ayat
ini Allah sedang berkata tentang suatu bangsa yang memberontak. Ia menyatakan bahwa
mereka bertindak mengikuti apa yang mereka bayangkan dalam pikiran mereka. (Dalam
bahasa Ibrani maupun Yunani, kata "hati" selalu berhubungan dengan fungsi pikiran).

Beban Pertanggungjawaban
adalah Masalah Batiniah
Dalam Amsal 23:6-7 terdapat pernyataan yang lebih jelas, "Jangan makan roti orang
yang kikir, jangan ingin akan makanannya yang lezat. Sebab seperti orang yang
membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." Sungguh sebuah amsal
yang bijaksana yang memaparkan inti dari tindakan-tindakan luar dengan
menyingkapkan bahwa seperti apa pikiran kita maka seperti itulah diri kita.

Kita teramat sering menilai kekudusan seseorang dengan melihat bagaimana tindak-
tanduknya di gereja. Namun setiap orang tentunya dapat terlihat kudus dalam acara
kebaktian penyembahan dan doa. Bobot "kekudusan" kita akan lebih tepat terukur ketika
kita berbaring sendirian di tempat tidur pada tengah malam dalam kegelapan... kala kita
sendirian dengan pikiran-pikiran kita. Apa yang kita pikirkan kala tidak ada seorangpun
di sekitar kita yang bisa membaca kesan tentang diri kita? Kemana khayalan-khayalan
kita membawa kita pada saat itu? Apakah kita terlena dalam angan-angan yang sensual
atau demi kepuasan diri sendiri? Apakah pikiran kita melaju dalam kritik dan rencana
balas-dendam terhadap sesama? Apakah kita merindukan kedudukan atau harta milik
yang Allah tidak kabulkan? Bila ya,maka kita sedang membawa driri kita berjalan
menuju kekalahan.

Terjebak dalam Alur Pikiran


Kegagalan mendisiplin pikiran akhirnya akan membuat kita terikat pada kebiasaan-
kebiasaan berpikir dan bertindak yang buruk. Pikiran-pikiran keliru yang kita nikmati
selama kurun waktu tertentu selanjutnya akan lebih mudah menempati pikiran / imaginasi
kita.

Bayangkanlah seorang petani menyetir traktornya pada jalan tanah. Ketika tanahnya
masih baru dan permukaannya rata, petani bisa menyetir traktornya melintas bebas dari
sisi yang satu ke sisi yang lain dengan mudah. Namun bila petani itu terus-menerus hilir-
mudik menapak tempat yang sama, maka akan terbentuk alur pada permukaan jalan itu
sehingga ia akan semakin sulit untuk menyetir traktornya dengan bebas. Akhirnya jalan
itu tidak akan rata, dan lekukan akan semakin dalam sehingga ban traktor akan terselip
mengikuti alur tersebut dengan sendirinya.

Seperti halnya gambaran di atas, bila seseorang terus-menerus berkubang dalam pola-
pola pikiran berdosa, maka segera ia akan lebih mudah membiarkan pikirannya "jatuh ke
dalam alur"... dan lebih sulit baginya untuk membawa pikirannya ke jalan yang benar.
Jika seseorang tidak mempedulikan keyakinan yang diberikan Roh Kudus dalam hatinya
dan terus-menerus membiarkan pikirannya berkelana dalam kubangan dosa, maka ia akan
menuai akibat-akibat dari kebiasaan kedagingannya.

Pelarian yang Gampang


Beberapa tahun yang lalu aku membimbing seorang pemuda yang ditolak oleh kedua
orang tuanya sebab ia lahir karena "kecelakaan". Sejak lahir, ungkapan yang diterimanya
selalu bernada penolakan, "Kami tidak menginginkan kamu". Kehidupannya dipenuhi
oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga ia berlari dari
kenyataan dengan hidup dalam dunia fantasi yang diciptakan oleh imaginasinya sendiri.

Dalam dunianya ini ia adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa. Ketika menanjak
dewasa, gairah seks memasuki dunia fantasinya. Pada titik ini, kehidupan berpikirnya
beranjak ke dunia dusta yang penuh kenikmatan seks. Pemuda ini menghabiskan
mayoritas waktunya dengan mencekoki pikirannya dengan gambaran-gambaran pikiran
yang bersifat seksual. Akhirnya ia mencoba memuaskan nafsunya dengan pornografi.
Seperti petani yang menyetir traktor, baginya smakin mudah untuk membiarkan
pikirannya mengikuti alur-alur itu daripada membawa pikirannya keluar dari pikiran-
pikiran itu. Kebiasaannya menghasilkan ikatan / belenggu.

Setiap minggu aku berbincang-bincang dengan orang-orang Kristen yang, seperti halnya
pemuda tadi, juga amat sulit mengendalikan pikirannya. Ada yang dikejar ketakutan, dan
terus-menerus dicekam oleh pikiran-pikiran kuatir. Mereka kuatir terhadap kemungkinan
menghadapi tindakan kriminal, kuatir terhadap penolakan, takut kalau-kalau gagal, kuatir
ancaman nuklir...

Yang lain terbius oleh kepahitan karena menfokuskan pikiran kepada seseorang yang
pernah mengkhianati atau menghalangi keinginan mereka. Pikiran balas dendam
menghasilkan perasaan yang pahit. Seperti dikatakan oleh para dokter ahli, orang seperti
ini mungkin akan lebih mudah terjangkit penyakit karena kebenciannya, juga menjadi
tawanan kecurigaan dan iri hati. "Antena emosi" mereka selalu mencari "berita-berita"
yang menegaskan kecurigaannya.

Berpikirlah sebelum Bertindak


Titik permasalahannya adalah: Kehidupan berpikir merupakan fondasi dimana tindakan-
tindakan kita dibangun. Inilah prinsip di balik ucapan Yesus dalam Matius 5:27-28,
"Kamu telah mendengar firman: jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
dalam hatinya." Di hadapan Tuhan, menikmati pikiran perzinahan dengan sendirinya
merupakan suatu bentuk perzinahan. Membiarkan pikiran Anda berkelana ke arah yang
salah akan menuntun kehidupan Anda ke jalan yang salah.

Bila tiba pada masalah mendisiplin pikiran, tampak adanya sikap apatis di antara orang
Kristen. Orang-orang tertentu lebih suka terjun ke hal-hal yang "lebih rohani" dalam
kehidupan Kristen dan membungkam / meniadakan pembahasan mengenai
mengendalikan pikiran ini karena menganggapnya sebagai tipu daya sejenis cara berpikir
positif. Ada juga orang-orang yang menganggap bahwa pikiran-pikiran kita bukanlah hal
yang terlalu penting selama Anda sanggup mengikuti petunjuk "mana yang boleh" dan
"mana yang terlarang" dalam tindakan-tindakan luar kita. Orang yang beranggapan
seperti ini sebenarnya sedang membodohi diri sendiri. Kegagalan mengendalikan pikiran-
pikiran kita mengakibatkan kehidupan yang kosong dan tidak stabil, dan kehidupan yang
berkemenangan serta penuh sukacita tidak akan pernah terwujud.

Tidak Ada Tempat untuk Bersembunyi


Jadi apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan demi
pikiran kita? Pertama, aku ingin menunjukkan sebuah fakta yang jelas: Allah dapat
membaca pikiran kita. "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat
dan cita-cita..." (1 Tawarikh 28:9). "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia"
(Mazmur 94:11). Tak ada yang tersembunyi. Tak ada yang rahasia. Ada Satu Pribadi
yang selalu melihat. Sungguh suatu pemikiran yang bijaksana dan seharusnya
meyakinkan kita bahwa apa yang kita pikirkan dapat merupakan hal yang menyenangkan
hati Allah atau menyedihkan Dia. Apa tanggapan hati Allah Bapa terhadap pikiran-
pikiran Anda?

Sudah Berlalukah Masa Silam Anda?


Konsep inti lainnya kita temukan dalam Matius 6:34. Yesus berkata, "Jangan kamu
kuatir akan hari esok." Pikiran kita paling banyak terfokus ke masa silam atau masa
depan kita. Orang yang kuatir terus-menerus berpikir tentang kemungkinan kegagalan
atau kerugian di masa mendatang. Kehidupan berpikirnya terpusat pada "apa yang akan
terjadi bila..." Orang yang berkubang dalam masa silamnya sering mengisi pikirannya
dengan kenangan-kenangan manis atau pengalaman-pengalaman pahit masa lampau.
Bila kita menjamu atau menjejali pikiran kita dengan gambar-gambar atau kenangan-
kenangan kepahitan masa silam, maka emosi kita akan mulai mengalami kepahitan
pengalaman tsb. Masa silam akan mengikat kita... ya, mempengaruhi dan menodai
hubungan dalam pergaulan kita sekarang meskipun pengalaman pahit itu terjadi empat
puluh tahun yang lalu.

Ketakutan yang bersifat kekuatiran dan keraguan adalah musuh-musuh iman yang juga
menghambat pertumbuhan rohani. Yesus tahu kehancuran yang diakibatkannya atas
kehidupan seseorang. Tepat sebelum memperingatkan tentang kekuatiran, Ia berkata,
"carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya" (Matius 6:33). Kerajaan Allah
adalah subjek / pokok yang layak Anda pikirkan. Subjek pikiran Anda bukan kekuatiran.

Masuk - keluar Hanyalah Sampah!


Kawula muda yang berjam-jam tenggelam dan mengisi pikirannya dengan musik yang
tidak merawat jiwanya sebenarnya sedang membodohi diri bila ia berkata bahwa ia tidak
mendengarkan liriknya, hanya iramanya. Mengapa? Karena memang tidak mungkin.
Sekali Anda mendengar, beritanya dikirimkan ke otak dan direkam dalam memori Anda.
Coba simak kejadian ini. Anda mendengar musik komersil atau iklan suatu ketika di
suatu tempat. Anda menyimaknya sepintas... lalu empat jam kemudian tanpa disadari
Anda bersenandung dan menggumamkan iklan yang sama.

Segala yang masuk ke dalam pikiran kita benar-benar mempengaruhi kita, meskipun saat
itu kita tidak menyadarinya. Pikiran kita seperti busa. Apa yang diserap oleh busa akan
keluar bila busa itu diperas. Yang masuk sampah, maka yang keluar sampah juga. Yang
masuk kebenaran, maka yang keluar kebenaran!

Kita tahu dalam pernikahan hal seperti ini merupakan kasus tragis. Seorang suami
berkata kepada isterinya, "Aku cinta kepadamu, sayang.", namun ia tetap berkubang
dalam pikiran-pikiran menyeleweng. Bila ia mengijinkan pikiran-pikiran ini masuk dan
bercokol, maka ia akan merasakan semakin meningkatnya dorongan untuk benar-benar
melaksanakan ketidaksetiaannya dalam wujud nyata. Mungkin memakan waktu
bertahun-tahun. Namun pada saat mengalami tekanan atau pencobaan, maka tindakan-
tindakannya akan tepat sejalan dengan pikiran-pikirannya. Tekanan, krisis, pencobaan
merupakan cara memerah. Saat itulah semua yang terpendam akan tercurah keluar.

Pergumulan Batin
Dalam membahas mengenai pencobaan, marilah kita melihat sejenak dalam Yakobus
1:14-15, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan
dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila
dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Selama pencobaan selalu ada waktu untuk berhenti dan berpikir tentang konsekuensinya,
baik konsekuensi bila kita menyerah kepada Allah, maupun konsekuensi bila kita
menyerah kepada keinginan sendiri. Seringkali pencobaan melintas dalam pikiran kita
ketika kita hanya ingin bersenang-senang tanpa hasrat untuk berbuat dosa. Pencobaan
sendiri bukan dosa, namun bila kita berhenti dan merenungkannya, seringkali kita
mengakhirinya dengan memaklumi dosa dengan merasionalisasinya. Kita mulai "dipikat"
(dalam bahasa Yunani arti kata ini adalah "ditipu"). Namun perhatikanlah: kita dipikat
oleh keinginan / nafsu kita sendiri. Kata keinginan / nafsu sendiri ini pengertiannya
sederhana: keinginan yang kuat. Pentas pencobaan sudah siap bila keinginan-keinginan
kita akan hal-hal yang tidak diperkenanNya sudah kuat.

Setan memang cukup pandai sehingga ia mencobai kita kala kita lemah. Setan bukanlah
pencipta; sebaliknya ia adalah perusak. Ia pandai memanfaatkan apa yang ada dan
memutarbalikkan fungsinya dengan tepat. Dosa yang tidak dibereskan mengijinkan si
musuh menjejakkan kakinya sehingga ia dapat memusatkan serangan-serangannya.
Dalam menghadapi pencobaan, tanggapan kita seharusnya meliputi tiga unsur ini:
1).Tunduk kepada Allah (Yakobus 4:7a) dengan menanggapi keyakinan tentang dosa
yang diberikan dalam hati kita. 2).Lawanlah iblis (Yakobus 4:7b) dengan mengambil
otoritas atas iblis, dan 3). Larilah / hindarilah pencobaan dan kejarlah kebenaran
(1Timotius 6:11; 2 Timotius 2:22).

Yang perlu kita ingat: kita tidak dapat lari dari sesuatu yang masih kita simpan dalam
pikiran kita. Anda tidak bisa sekadar mengosongkan pikiran itu atau bergumul melawan
pikiran itu. Anda perlu mengganti pikiran atau gambaran yang dipentaskan dalam
imaginasi Anda dengan pemikiran-pemikiran yang akan merawat jiwa Anda serta
mengangkatnya makin dekat dengan Allah. Contohnya: mengingat ayat Alkitab atau lagu
favorit, atau menyampaikan doa syukur yang spontan... ya, syukur atas setiap kebaikan
yang bisa Anda ingat.

Makanan bagi Pikiran Anda


Dalam Firman Allah ada sejumlah perintah yang menuntun kita dalam rangka
mendisiplin pikiran kita. Filipi 4:8 berkata, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu." Anda tidak harus memaksa pikiran Anda, tetapi biarkanlah pikiran Anda
merenungkan / menyimak semua itu. Ayat ini meringkas standar ilahi mengenai
kehidupan berpikir kita dengan memberikan delapan segi "acuan-pikir" sbb:

1. Kebenaran, kecermatan, ketepatan


2. Mulia, agung, jujur
3. Adil, benar
4. Suci, murni, bersih
5. Manis, indah, menyenangkan
6. Enak didengar, reputasi baik, terpuji
7. Baik, bijak
8. Patut dipuji
Allah merancang pikiran kita sehingga pikiran kita tumbuh dan berkembang bila pikiran
kita diberi makan dengan hal-hal yang tepat dan benar. Namun bila kita membuat pikiran
kita jenuh dengan pemikiran-pemikiran yang tidak memenuhi standar Allah yang mulia,
maka pikiran kita mulai bereaksi merugikan. Pikiran kita memang tidak dirancang untuk
menampung sampah.

Membuang Sampah
Tiap hal yang kita alami terekam dalam memori kita. Bila sehari-harinya pengalaman
hidup kita ini negatif dan hanya memuaskan diri, maka timbunan memori ini dapat
memiliki pengaruh yang kuat atas keadaan kita sekarang. Jadi berusaha menghapuskan
efek-efek dari pengalaman-pengalaman seperti itu merupakan hal yang penting.

Salah satu cara untuk mendukung proses ini kita sebut sebagai prinsip penipisan atau
pencairan. Misalnya sebuah truk yang mengangkut bahan beracun mengalami kecelakaan
di jalan bebas hambatan. Seorang petugas khusus dipanggil untuk membersihkan racun
dari daerah itu. Agar dapat membersihkan seluruhnya dari kontaminasi, maka segala
sesuatu yang terkena racun termasuk kotoran dan debu di jalan itu harus diangkut bersih.
Lalu sebagai gantinya, di daerah yang terkontaminasi racun itu disemprotkan cairan
untuk menipiskan pengaruh racun dan menetralkan bahayanya.

Sejalan dengan hal di atas, kita dapat menangkal / melawan efek-efek beracun dari masa
lalu kita dengan cara "mencairkan" dan menutupnya dengan Firman Allah. Dalam Efesus
5:26 dikatakan bahwa Yesus menyucikan Jemaat, "...Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman..." Kala kita merenungkan Firman Allah dan
bertindak sesuai denan apa yang kita pelajari, maka kita akan menerima pembersihan dan
pemurnian. Disiplin merenungkan Alkitab dan menghafalkan ayat-ayat merupakan cara
penting yang bukan hanya membawa pemurnian dan pembersihan, tetapi juga membantu
kita untuk tetap hidup sebagai orang Kristen dengan sepenuh hati.

Tetapkan Hati Anda


untuk Meraih Kemenangan
Petunjuk kuat lainnya terdapat dalam 1 Petrus 1:13, "Sebab itu siapkanlah akal budimu,
waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih-karunia yang
dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus." Bersiap-siaga!
Seseorang yang akan terlibat dalam perang tidak terjun ke kancah perang dengan iseng-
iseng dan pasif saja. Ia mengusahakan persiapan dirinya sebaik mungkin agar bisa meraih
kesempatan untuk menang secara maksimal. Mempersiapkan pikiran mencakup
kewaspadaan. Artinya dalam pikiran kita siap siaga menetapkan hati dengan gigih.
Jangan puas hati dengan meraih sebagian kemenangan.

Petrus juga berkata, "...letakkan pengharapanmu seluruhnya atas kasih-karunia yang


dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus." Ibrani 12:2 berkata,
"...dengan mata yang tertuju kepada Yesus..." Menetapkan hati dan pikiran artinya
memusatkan atau mengarahkan hati dan pikiran. Aku percaya bahwa cara utama untuk
mendisiplin pikiran kita adalah dengan belajar memusatkan pikiran kita kepada Allah dan
FirmanNya. Dari Firman-Nya kita mengenal Allah, jalan-jalan-Nya dan sifat-sifat-Nya.
Semakin Anda merenungkan firman-Nya, maka Anda akan semakin ditarik dekat
dengan-Nya. Kala hati kita semakin dekat serta terarah kepada Kristus serta semakin jauh
dari keakuan diri sendiri, maka semakin besar ketidakpuasan dalam diri kita bila ada hal-
hal yang mengalihkan pandangan kita dari Dia.

Tebaskan Pedang Anda


Inti masalahnya adalah: Ada peperangan demi memenangkan pikiran kita, dan kita tidak
dapat hanya menjadi pengamat pasif dengan menganggap bahwa Allah akan mengurus
semuanya dan sementara itu kita tidak mengerjakan apapun. Allah sedang mengerjakan
bagian-Nya dalam meyakinkan kita, menyingkapkan pikiran serta membawa kesembuhan
bagi kita. Ia memberikan diri-Nya demi membawa kita kepada kemenangan bila kita
mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Inilah saatnya kita berperang dalam aksi yang agresif.

2 Korintus 10:5 menyatakan bahwa kita harus "menawan segala pikiran dan
menaklukkannya kepada Kristus..." Firman Allah tidak memberi kita ijin untuk tidak
membaharui pikiran. Persenjataan-persenjataan rohani tersedia bagi kita. Persenjataan itu
tidak ada artinya bila tidak kita gunakan. Kemenangan akan diraih dengan kita
menyerahkan diri kepada Firman Allah dan Roh-Nya. Allah maha mampu mengatasi
setiap taktik musuh yang ditujukan untuk menyerang kita. Apakah kini Anda mau
menanggapi ketentuan-Nya dengan meraih persenjataan Anda dan menetapkan hati untuk
berperang hingga mencapai kemenangan demi Yesus? ***

Denny Gunderson adalah direktur Youth with a Mission untuk daerah Amerika Serikat
Barat Laut. Beliau mengajar di Amerika Serikat, Amerika Selatan, Asia dan Eropa.
Denny, istrinya Dodie dan putri mereka Tanya tinggal di Tacoma, Washington.

Sumber: Gunderson, Denny. 1985. "The Theatre of Your Mind, What's Showing".
Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#73.
Pertobatan Sejati dan Palsu
disunting dan disadur dari karya Charles G. Finney oleh Melody Green
dan Martin Bennett
"Sesungguhnya, kamu semua yang menyalakan api dan yang
memasang panah-panah api, masuklah ke dalam nyala apimu, dan ke
tengah-tengah panah-panah api yang telah kamu pasang. Oleh
tanganKulah hal itu terjadi atasmu: kamu akan berbaring di tempat
siksaan (Yesaya 50:11).

Dalam ayat ini nabi Yesaya sedang berbicara kepada mereka yang menyebut dirinya
beragama. Mereka menyombongkan diri sendiri dengan pemikiran bahwa mereka telah
selamat. Tetapi kenyataannya harapan mereka hanyalah nyala api yang mereka nyalakan
sendiri, obor-obor api yang mereka pasang sendiri. Sebelum aku membahas lebih lanjut
mengenai pertobatan yang sejati dan pertobatan yang palsu, aku ingin menyatakan bahwa
pembahasan ini hanya akan berguna bagi anda, bila dengan jujur anda menerapkannya
dalam kehidupan anda. Bila anda berharap untuk mendapatkan sesuatu secara
menyeluruh dari apa yang hendak aku katakan, maka anda harus mengambil keputusan
untuk menerapkannya secara pribadi dengan setia. Bersikaplah jujur seolah-olah anda
sedang berdiri di hadapan Tuhan. Bila anda melakukannya, harapanku adalah menolong
anda menemukan keadaan anda sebenarnya di hadapan Tuhan. Bila kini anda dalam
keadaan tertipu, harapanku adalah mengarahkan anda ke jalan yang benar, yaitu jalan
keselamatan. Namun bila anda tidak jujur, pembahasanku tidak akan berguna, dan sia-sia
anda membacanya.

Aku ingin memperlihatkan perbedaan antara pertobatan sejati dan palsu dalam
urutan sebagai berikut:

I.Memperlihatkan keadaan alami manuisa adalah egois, semata-mata hanya


mementingkan dirinya.

II.Memperlihatkan bahwa sifat orang Kristen adalah bajik yaitu memilih kebahagiaan
orang lain.

III.Menunjukkan bahwa kelahiran baru dalam Kristus tercapai dalam perubahan dari sifat
egois menjadi menyukai kesejahteraan sesama.

IV.Menunjukkan orang-orang kudus dan orang-orang berdosa, atau petobat-petobat sejati


dan petobat-petobat palsu, mempunyai persamaan dalam beberapa hal dan perbedaan
dalam hal-hal yang lain.

V.Menjawab beberapa pertanyaan.

VI.Menyimpulkan dengan disertai beberapa penekanan penting.


I. KEADAAN DAN SIFAT ALAMI MANUSIA SEBELUM PERTOBATAN
ADALAH EGOIS MURNI

Mementingkan diri sendiri atau egois adalah usaha menempatkan kebahagiaan diri
sendiri di atas segalanya dan mencari kebaikan bagi diri sendiri karena akan
menguntungkan bagi dirinya. Orang yang egois menempatkan kebahagiaan dirinya di
atas semua hal lain bahkan di atas hal yang lebih mulia seperti kemuliaan Allah dan
kesejahteraan umat manusia. Jelas keadaan setiap orang sebelum pertobatan memang
demikian. Hampir setiap orang mengetahui bahwa dirinya bergaul dengan sesamanya
demi kepentingan dirinya sendiri. Bila seseorang memandang sesamanya dengan tidak
egois, maka orang-orang akan menganggap orang yang tidak egois ini sebagai orang
yang bodoh.

II. SIFAT ORANG KRISTEN ADALAH BAJIK

Kebajikan adalah menyukai kebahagiaan orang lain, atau lebih suka memilih
kebahagiaan orang lain. Inilah sifat Allah. Kepada kita diajarkan bahwa Allah adalah
kasih; maksudnya Dia bajik.

Kebajikan adalah keseluruhan sifat-Nya. Semua pernyataan sifat-Nya diungkapkan dalam


bentuk yang berbeda namun semuanya berasal dari sifat-Nya yang bajik ini. Setiap
pribadi yang bertobat bersifat seperti Allah dalam hal ini. Aku tidak bermaksud
mengatakan bahwa sesorang belumlah bertobat bila belum murni dan sempurna dalam
kebajikannya seperti Allah. Walaupun demikian pilihan utama seorang yang bertobat
haruslah kebajikan. Dengan tulus ia mengusahakan kebaikan orang lain demi orang itu,
dan bukannya karena hal ini akan membuat dirinya sendiri berbahagia pada akhirnya.

Sifat Allah adalah bajik murni, tidak mementingkan diri-Nya sendiri, Ia tidak
membahagiakan umat manusia demi kebahagiaan-Nya, tetapi karena Dia suka umat
manusia berbahagia. Ia bukan tidak berbahagia ketika memberkati mereka, namun
kebahagiaan bagi diri-Nya bukan tujuan-Nya. Orang yang tidak egois mendapatkan
kegembiraan ketika ia erbuat baik. Kebajikan sangat bernilai baginya dan ia suka
melakukannya, namun semua itu bukan demi memperoleh kebahagiaan bagi dirinya
sendiri.

Kebajikan adalah kekudusan. Kekudusan dituntut oleh hukum Allah. "Kasihilah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37-39).
Ketika seorang petobat mentaati hukum Allah, ia bajik seperti Allahnya.

III. PERTOBATAN YANG SEJATI ADALAH PERUBAHAN DARI SIFAT YANG


EGOIS MENJADI SIFAT YANG MENYUKAI KESEJAHTERAAN ORANG
LAIN.

Pertobatan sejati adalah perubahan dalam tujuan yang sedang anda cari, bukan hanya
perubahan cara anda dalam mencapai tujuan itu. Tidaklah benar bahwa orang yang telah
bertobat dan orang yang belum bertobat mempunyai tujuan yang sama, dan berbeda
hanya dalam cara yang mereka gunakan untuk mencapainya. Hal itu analogi dengan
mengatakan bahwa malaikat Jibrail dan Setan sama-sama berusaha demi kebahagiaan diri
sendiri, hanya mereka mencapainya dengan cara yang berbeda. Padahal Jibrail taat
kepada Allah bukan demi kebahagiaan dirinya.

Seseorang mungkin saja mengubah cara-caranya, namun kebahagiaan diri masih


merupakan tujuannya. Ia mungkin tidak percaya Yesus, atau kekekalan, tetapi ia melihat
bahwa dengan berbuat kebaikan maka ia akan mendapatkan keuntungan di dunia ini dan
meraih bagi dirinya banyak keuntungan temporer.

Misalkan saja orang ini akhirnya benar-benar percaya adanya realitas kekekalan dan
menerima agama sebagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kekekalan. Kita
tahu bahwa usaha ini sia-sia. Sebab dengan demikian ibadah dan pelayanan orang ini
bukanlah untuk mempersembahkan pujian bagi-Nya. Orang ini melayani Allah karena
alasan-alasan pribadi.

Petobat sejati menjadikan kemuliaan Allah dan kesejahteraan kerajaan-Nya sebagai


tujuan. Ia memilihnya demi kemuliaan Allah, karena ia memandang hal ini lebih baik
daripada sekadar demi kebahagiaan pribadinya. Hal ini bukan karena ia tidak peduli
terhadap kebahagiaan dirinya, tetapi ia lebih suka kemuliaan Allah karena kemuliaan
Allah lebih bik. Ia melihat kebahagiaan setiap pribadi menurut kepentingan mereka
(sejauh ia mampu menilai), dan memilih yang terbaik sebagai tujuan tertinggi.

IV.SEKARANG AKU INGIN MEMPERLIHATKAN BEBERAPA HAL DALAM


KEHIDUPAN ORANG-ORANG KUDUS SEJATI DAN ORANG-ORANG
TERTIPU, MUNGKIN MEREKA MEMPUNYAI PERSAMAAN, NAMUN
DALAM BEBERAPA HAL MEREKA BERBEDA.

1.Mereka mungkin sama-sama setuju dalam menjalani kehidupan moral yang


ketat. Perbedaannya terletak pada motif mereka. Orang kudus sejati menjalankan
kehidupan moral yang ketat karena ia mencintai kekudusan, sedangkan orang yang
tertipu menjalaninya karena pertimbangan-pertimbangan demi kepentingan diri. Ia
menggunakan moral sebagai cara yang akhirnya bertujuan untuk meraih kebahagiaan
dirinya.

2.Mereka mungkin sama-sama suka berdoa, khususnya bila dilihat secara lahiriah.
Perbedaannya terletak pada motif mereka. Orang kudus sejati mencintai doa, sedangkan
orang yang tertipu berdoa karena ia mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu dari doa.
Orang kudus sejati mengharapkan sesuatu dari doa, tetapi hal ini bukan motif utamanya.
Petobat palsu berdoa tanpa motif apapun selain bagi kepentingan pribadinya.

3.Mereka mungkin sama-sama bersemangat dalam agama. Petobat sejati memiliki


semangat yang besar karena semangatnya berdasarkan pengetahuan dan kerinduannya
yang tulus untuk melayani Tuhan demi Dia. Petobat palsu mungkin memperlihatkan
semangat yang sama besar, tetapi semuanya itu agar ia lebih yakin akan keselamatannya;
dan karena ia takut ke neraka bila ia tidak bekerja bagi Tuhan. Mungkin ia melayani
Allah untuk menenteramkan hati nuraninya, bukan karena ia sungguh-sungguh mengasihi
Allah.

4.Mereka mungkin sama-sama menyukai hukum Allah; orang kudus sejati suka
karena hukum-hukum Allah luar biasa, kudus, adil dan indah, petobat palsu menyukainya
karena ia berpikir bahwa hukum-hukum Allah akan membuatnya bahagia kalau ia
menyukainya.

5.Mereka mungkin sama-sama setuju terhadap penghukuman; orang percaya sejati


setuju dan menerapkannya terhadap diri sendiri karena ia sadar bahwa Allah adil bila Ia
membuang dirinya ke neraka. orang tertipu menghormatinya karena ia berpikir hukum-
hukum Allah benar. Tetapi ia juga berpikir bahwa dirnya aman dari bahaya neraka.

6.Mereka mungkin sama-sama menyangkal diri dalam banyak hal. Penyangkalan


diri tidak terbatas hanya pada orang-orang kudus sejati. Perhatikan penyangkalan diri
para peziarah yang pergi berziarah ke tempat-tempat suci mereka. Perhatikan pula
disiplin dan penyangkalan diri orang yang tersesat dalam berbagai pemujaan dan agama
timur. Orang-orang kudus sejati menyangkal diri demi melakukan hal-hal yang lebih baik
bagi orang lain. Ia tidak melakukannya untuk mendapatkan penghargaan diri atau
kepentingan pribadi. Orang-orang tertipu mungkin melakukan penyangkalan diri dalam
taraf yang sama, tapi semuanya hanya berasal dari motif mementingkan diri sendiri.

7.Mereka mungkin sama-sama rela mengalami penderitaan sebagai martir. Bacalah


kehidupan para martir dan anda akan menemukan kenyataan bahwa beberapa dari mereka
rela menderita karena gagasan yang salah yaitu mengharapkan pahala sebagai martir.
Banyak yang bergegas menuju kehancuran karena mereka yakin bahwa ini adalah jalan
yang pasti menuju kehidupan kekal.

8. Mereka mungkin sama-sama menghormati kebenaran; petobat sejati karena ia


mencintai apa yang benar; dan petobat palsu mencintainya karena ia tahu bahwa ia tidak
akan selamat bila ita tidak berbuat benar. Ia mungkin jujur dalam bisnisnya, tetapi bila ia
tidak memiliki motif yang lebih tinggi, maka ia tidak memiliki pahala apapun dari Allah.

9.Mereka mungkin sama-sama memiliki kerinduan-kerinduan ini:

Mereka mungkin sama-sama setuju dalam kerinduan untuk menjadi orang-orang


yang berguna; petobat sejati merindukannya demi kegunaan itu, sedangkan orang yang
tertipu karena ia tahu bahwa begitulah caranya mendapatkan perkenan dari Allah.

Mereka mungkin sama-sama merindukan pertobatan jiwa-jiwa; petobat sejati


merindukannya karena hal ini memuliakan Allah, sedangkan bagi orang-orang yang
tertipu karena ia ingin agar Allah suka kepada dirinya. Ia dimotivasi ketika ia
memberikan uangnya. Setiap orang tahu bahwa seseorang dapat memberikan uangnya ke
suatu lembaga Alkitab atau badan penginjilan dari sekadar motif mementingkan diri
sendiri yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan, pujian orang-orang atau karena ia ingin
mendapatkan perkenan Allah. Demikian juga ia mungkin merindukan pertobatan jiwa-
jiwa dan bekerja serta memberitakan hal ini. Namun semuanya bertitik tolak dari motif-
motif yang bersifat sepenuhnya mementingkan dirinya.

Mereka mungkin rindu memuliakan Allah; orang kudus sejati karena ia suka melihat
Allah dimuliakan, sedangkan orang yang tertipu memuliakan Allah karena menurutnya
itulah cara agar ia selamat. Petobat sejati menetapkan hati demi kemuliaan Allah. Petobat
palsu merindukannya sebagai sesuatu keuntungan bagi dirinya.

Mereka mungkin sama-sama ingin bertobat. Petobat sejati membenci dosa karena
dosa menyakiti Allah dan mencemarkan dirinya karena itu ia ingin bertobat. Petobat
palsu bertobat karena ia tahu bahwa bila ia tidak bertobat maka ia akan dihukum.

Mereka mungkin sama-sama ingin mentaati Allah. Orang kudus sejati menaati Allah
karena ia ingin menjadi semakin kudus. Petobat palsu mentaati Allah karena ia
menginginkan pahala ketaatan.

10.Mereka mungkin juga sama dalam beberapa hal yang mereka sukai atau cintai:

Mereka sama-sama mencintai Alkitab; orang kudus sejati mencintainya karena Alkitab
adalah kebenaran Allah. Ia suka ketika membacanya dan jiwanya diisi oleh-Nya. Orang
yang tertipu menyukai Alkitab karena ia berpikir bahwa Alkitab akan menguntungkan
dirinya, dan ia memandang Alkitab dalam kerangka memenuhi harapan-harapannya.

Mereka mungkin sama-sama mencintai Allah; petobat sejati mencintai Allah karena
sifat Allah yang indah dan penuh kasih dan ia mengasihi-Nya demi Dia; petobat palsu
mencintai Allah karena ia berpikir bahwa Allah adalah teman istimewa yang akan
membuatnya bahagia selamanya, dan ia menghubungkan pemikiran tentang Allah dengan
kepentingan pribadinya.

Mereka mungkin sama-sama mencintai Kristus; petobat sejati karena ia mencintai


sifat-sifat-Nya sedangkan orang yang tertipu berpikir bahwa Dia akan menyelamatkan
dirinya dari neraka dan memberikan kehidupan kekal kepadanya... jadi mengapa ia tidak
mencintai-Nya?

Mereka mungkin sama-sama mencintai orang-orang Kristen; petobat sejati karena


dalam diri orang Kristen ia melihat gambar Allah, dan ia menikmati pertobatan mereka.
Orang tertipu mencintai orang-orang Kristen karena mereka anggota dari denominasinya,
atau karena mereka berada pada pihaknya. Ia juga suka berbincang-bincang tentang
kesukaan dalam kekristenan dan harapan-harapan tentang kepergiannya ke surga kelak.

Mereka mungkin sama-sama suka menghadiri kebaktian; petobat sejati karena


hatinya menyukai penyembahan, doa, pujian dan mendengarkan Firman Allah,
sedangkan petobat palsu berpikir bahwa pertemuan ibadah adalah tempat yang baik untuk
menopang harapan-harapannya.
Mereka mungkin sama-sama menemukan kesenangan dalam doa pribadi; petobat
sejati karena ia mendekatkan diri dengan Allah dan menemukan kenikmatan dalam
persekutuan dengan-Nya. Orang yang tertipu mendapatkan sejenis kepuasan tentang
pembenaran diri yang memuaskan dirinya dalam tindakan doa ini, karena ia merasa doa
pribadi adalah suatu kewajiban.

Mereka mungkin sama-sama menyukai doktrin anugerah; petobat sejati karena


doktrin ini amat memuliakan Allah, petobat palsu berpikir doktrin-doktrin ini sebagai
jaminan keselamatan dirinya.

11.Mereka mungkin membenci hal-hal yang sama.

Mereka mungkin membenci imoralitas seksual dan menentangnya dengan keras.


Petobat sejati membencinya karena hal ini menjijikkan dan melawan Allah, dan petobat
palsu karena hal ini bertentangan dengan pandangan dan pendapatnya sendiri.

Mereka mungkin sama-sama membenci dosa; petobat sejati karena dosa merupakan
kejijikan bagi Allah sedangkan orang-orang tertipu membencinya karena dosa menyakiti
dirinya. Merupakan hal yang umum kita jumpai bahwa orang-orang membenci dosa-
dosanya, tetapi masih juga tidak meninggalkannya.

Mereka mungkin sama-sama menentang orang-orang berdosa. Bagi orang-orang


kudus penentangan ini berlandasan kasih. Mereka melihat bahwa sifat dan tindakan orang
berdosa sebagai hal yang meruntuhkan kerajaan Allah. Petobat palsu menentangnya
karena orang-orang berdosa ini menentang agama mereka atau karena mereka tidak di
pihaknya.

Dalam semua kasus ini, motif petobat sejati berlawanan dengan motif petobat palsu.
Perbedaaannya terletak pada pemilihan tujuan. Yang satu memilihnya demi kepentingan
dirinya sendiri, sedangkan yang lain memilih kepentingan Allah sebagai tujuan utama.

V.KINI AKU INGIN MENJAWAB BEBERAPA PERTANYAAN UMUM.

1.Jika kedua kelompok orang ini mirip dalam banyak hal, bagaimanakah caranya
kita dapat mengetahui sifat diri kita yang sebenarnya, atau bagaimanakah kita
dapat mengetahui dalam kelompok yang manakah kita berada? Kita tahu bahwa
"betapa liciknya hati manusia, lebih licik daripada segala sesuatu" (Yeremia 17:9). Lalu
bagaimanakah kita dapat mengetahui apakah kita mengasihi Allah dan kekudusan-Nya
karena hakekat-Nya; atau apakah kita sedang mencari perkenan Allah dan mengharapkan
Surga untuk kepentingan diri kita?

Jika kita sungguh-sungguh bajik, maka hal ini akan tampak dalam kehidupan kita
sehari-hari. Jika dalam hubungan kita dengan orang lain kita bersikap egois maka kita
juga akan bersikap egois terhadap Allah. "Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang
dilihatnya, tidak mungkin ia mengasihi Allah yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Orang Kristen tidak hanya harus mengasihi Allah tetapi ia harus juga mengasihi
sesamanya. Jika dalam kehidupan kita sehari-hari kita masih memperlihatkan sifat egois,
maka berarti kita belum bertobat. Layakkah seseorang disebut Kristen padahal ia tidak
mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri?

Jika anda tidak egois, maka tanggung jawab rohani tidak merupakan beban bagi
anda. Beberapa orang melakukan perintah Allah seperti seorang sakit meminum obat. Ia
menginginkan hasil-hasil yang ia sukai. Ia melakukan perintah Allah karena ia merasa
membutuhkannya, kalau tidak maka ia akan binasa. Ia tidak akan melakukan peirntah
Allah bila tidak disuruh.

Jika anda seorang egois, maka kebahagiaan anda akan tergantung pada seberapa
kuat pengharapan anda terhadap surga. Jika anda merasa pasti akan ke surga maka
anda menikmati kehidupan Kristiani. Kebahagiaan anda tergantung pada pengharapan
anda, dan bukan pada cinta anda kepada hal-hal yang anda harapkan. Aku tidak berkata
bahwa petobat sejati tidak menikmati pengharapan mereka, tetapi pengharapan mereka
tidaklah menjadi yang terutama bagi mereka. Mereka hampir-hampir tidak memikirkan
tentang pengharapan-pengharapan mereka karena pikiran mereka sudah terpikat oleh hal-
hal yang lebih mulia.

Jika anda seorang egois, maka kenikmatan yang anda alami berasal dari antisipasi
anda saja. Petobat sejati menikmati damai dari Allah dan baginya surga sudah dimulai
dalam hatinya. Ia tidak perlu menunggu sampai meninggalkan dunia ini untuk menikmati
kesenangan-kesenangan surgawi. Kesukaan yang ia alami sejalan dan sebanding dengan
kekudusan hidupnya, dan bukan sejalan dan sebanding dengan pengharapannya.

Orang yang tertipu hanya taat bila mempunyai tujuan pribadi, sedangkan petobat
sejati memiliki keinginan / kesukaan untuk taat. Perbedaan ini sangat penting. Aku
khawatir banyak orang tidak memperhatikan hal ini. Petobat sejati sungguh-sungguh
menyukai ketaatan dan dalam hatinya memilih ketaatan. Karena itu baginya ketaatan
adalah hal yang mudah dilakukan. Petobat palsu berikhtiar menjadi suci, karena ia
mengetahui bahwa itulah satu-satunya cara untuk memperoleh kebahagiaan. Petobat
sejati memilih kekudusan demi kekudusan itu sendiri dan ia tahu bahwa ia memang
kudus karena telah dikuduskan.

Iman petobat sejati berbeda dengan iman petobat palsu. Petobat sejati mempunyai
kepercayaan teguh terhadap sifat Allah sehingga ia menyerahkan hati sepenuhnya kepada
Allah. Iman terhadap janji-janji khusus dari Allah tergantung pada sejauh mana
kepercayaan kita terhadap sifat-sifat-Nya. Hanya ada dua prinsip yang mendasari
ketaatan manusia terhadap pemerintahan (duniawi maupun surgawi), yaitu ketakutan dan
iman. Segala macam ketaatan berasal dari salah satu prinsip ini. Dalam prinsip yang
pertama, seseorang berlaku taat karena mengharapkan imbalan atau takut menerima
hukuman. Dalam prinsip kedua, seseorang menyerahkan dirinya karena percaya kepada
sifat pemerintahan yang didasari oleh kasih. Seorang anak mungkin taat kepada orang
tuanya karena ia mengasihi dan percaya kepada mereka, sedangkan anak yang lain
memperlihatkan ketaatan secara lahiriah karena dimotivasi oleh harapan-harapan dan
ketakutan-ketakutannya. Petobat sejati memiliki iman atau keyakinan penuh kepada
Allah yang menyebabkan ia mentaati Allah dengan kasih. Ini adalah ketaatan berdasarkan
iman.

Orang yang tertipu mempunyai iman dan penyerahan diri yang rapuh. Iblis juga
mempunyai iman yang rapuh. Ia percaya dan gentar kepada Allah. Seseorang mungkin
saja percaya bahwa Kristus datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan
berdasarkan hal itu ia menyerahkan dirinya untuk diselamatkan oleh-Nya. Tetapi ia tidak
menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam otoritas Kristus secara mutlak, atau ia tidak
mengijinkan-Nya menguasai dan mengatur kehidupannya. Ia menyerahkan dirinya agar
ia dapat diselamatkan. Ia tidak dapat mengatakan "Jadilah kehendakMU" dengan
sungguh-sungguh berdasarkan imannya kepada Allah. Agamanya adalah agama yang
berdasarkan hukum-hukum. Petobat sejati mempunyai iman Injili. Petobat palsu bersifat
egois, sedangkan petobat sejati bersifat bijak. Di sini terletak perbedaan yang sangat
tajam antara kedua kelompok petobat. Agama petobat palsu bersifat lahiriah dan
munafik, sedangkan agama petobat sejati berasal dari hati yang kudus dan berkenan
kepada Allah.

Jika anda egois, maka anda akan bersukacita karena pertobatan orang-orang
berdosa hanya apabila anda terlibat di dalamnya. Anda tidak seberapa bersukacita
bila ada orang bertobat melaui pemberitaan rekan anda. Orang egois bersukacita jika ia
berpikir bahwa ia akan mendapatkan pahala. Tetapi ia akan iri hati bila ada orang lain
yang berhasil dalam membawa seseorang kepada Kristus. Petobat sejati sungguh-
sungguh bergembira melihat orang-orang lain dipakai Allah, dan bersukacita melihat
orang-orang bertobat melalui rekan-rekannya sama seperti bila ia juga ikut ambil bagian
dalam hal itu.

2.Apakah aku tidak boleh memperhatikan kebahagiaanku? Sesuai dengan nilainya


tentu boleh saja anda memperhatikan kebahagiaan anda. Namun ukurlah kebahagiaan itu
dibandingkan dengan kemuliaan Allah dan demi kebaikan umat manusia. Lalu anda
tentukan penilaian yang wajar. Hal inilah yang dilakukan Allah. Dan hal inilah yang ia
maksudkan ketika Ia memerintahkan Anda untuk mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri. Ada hal lain yang cukup mengherankan, yaitu apabila anda semakin sedikit
memperhatikan kebahagiaan anda maka semakin bahagialah anda. Kebahagiaan sejati
bersumber dari perbuatan-perbuatan yang tidak egois. Jika anda melakukan sesuatu
kebajikan demi kebajikan itu sendiri maka anda berbahagia sesuai dengan kebajikan yang
anda lakukan. Tetapi jika anda melakukan tindakan kebajikan untuk mempertahankan
kebahagiaan maka anda akan gagal. Anda akan menjadi seperti seorang anak yang
mencoba mendahului bayangannya. Tentu ia tidak akan pernah mendahuluinya, karena
bayangan selalu jauh di hadapannya.

3.Apakah Kristus tidak mempedulikan kebahagiaan yang ditawarkan kepada-Nya?


Kristus memang membenci malu yang Ia derita dan pikul di kayu salib. Ia memang
mempedulikan kebahagiaan yang ditawarkan kepada-Nya. Sebenarnya apakah yang
membahagiakan Dia? Bukan keselamatan Diri-Nya, bukan kebahagiaan bagi diri-Nya,
tetapi kebahagiaan yang dapat Ia berikan kepada dunia yaitu keselamatan umat manusia.
Kebahagiaan umat manuisa adalah tujuan-Nya. Membahagiakan umat manusia adalah
kebahagiaan-Nya... dan Ia telah memperolehnya.

4.Tidakkah Musa mengharapkan pahala? Betul! Musa mengharapkannya. Tetapi


apakah pahala yang ia harapkan itu untuk kepentingan pribadinya? Tidak! Yang ia
harapkan adalah keselamatan bangsa Israel. Suatu ketika Allah berniat membinasakan
bangsa Israel dan menjadikan Musa sebagai bapak bangsa-bangsa. Jika ketika itu Musa
egois maka pasti ia berkata, "Ya Tuhan, biarlah kehendakMu jadi terhadap hambaMu ini
sesuai dengan FirmanMu." Tetapi apakah tanggapan Musa? Hatinya terpaut pada
permohonan bagi bangsanya sehingga ia tidak memikirkan hal-hal yang lain. Sebaliknya
ia menjawab. "Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika
tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari kitab yang telah Kau tulis " (Keluaran 32:32).
Jawaban ini bukan jawaban seorang egois..

5.Bukankah Alkitab mengatakan bahwa kita mengasihi Allah karena Allah


mengasihi kita lebih dahulu? Ayat Alkitab yang mengatakan "Kita mengasihi (Allah),
karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (1 Yohanes 4:19) dapat memiliki dua
pengertian" 1).Kasih-Nya memungkinkan kita mengasihi-Nya. Kasih-Nya membuat kita
mampu mengasihi-Nya. 2).Kita mengasihi-Nya karena kebaikan dan berkat kasih yang Ia
berikan kepada kita. Pengertian yang kedua ini jelas tidaklah benar karena Yesus Kristus
sendiri memberikan pengajaran-Nya dalam Khotbah di Bukit sebagai berikut, "Dan
jikalau engkau mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-
orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka" (Lukas 6:32).
Jika kita mengasihi Allah bukan karena sifat-Nya dan pribadi-Nya tetapi karena berkat-
berkat yang Ia berikan kepada kita, maka kita tidak lebih baik daripada orang yang belum
bertobat.

6.Bukankah Alkitab menjanjikan kebagahiaan sebagai imbalan / upah kebajikan?


Alkitab berkata bahwa kebahagiaan adalah akibat kebajikan, tetapi Alkitab tidak penah
menyuruh kita melakukan kebajikan sebagai alasan untuk memperoleh kebahagiaan.

7.Mengapa Alkitab terus-menrus menyinggung masalah ketakutan dan


pengharapan umat manusia, jika perhatian kita untuk memperoleh kebahagiaan
bukanlah merupakan motif yang benar untuk mendasari tindakan-tindakan kita?
Secara alamiah manusia takut terhadap musibah, dan kita tidak bersalah apabila kita
berusaha menghindarinya. Kita diperbolehkan memikirkan kebahagiaan diri kita sendri
dalam batas-batas yang wajar. Manusia juga sudah sedemikian terbius oleh dosa sehingga
Allah tidak dapat menarik perhatian mereka agar mereka mempertimbangkan sifat-Nya
dan alasan-alasan untuk mengasihi-Nya. Allah dapat menarik perhatian manusia hanya
apabila Ia menunjukkan harapan-harapan mereka dan hal-hal yang menakutkan mereka.
Segera setelah mereka sadar, Ia menyodorkan Injil kepada mereka. Jika seorang pendeta
telah mengkhotbahkan tentang kedahsyatan dan murka Allah sehingga pendengarnya
menjadi sadar dan tertegun, maka ia harus membeberkan sifat Allah di hadapan mereka,
agar hati mereka diarahkan kepada-Nya untuk mengasihi-Nya demi diri-Nya.
8.Benarkah Injil menyodorkan pengampunan sebagai motif penyerahan diri? Jika
maksud anda adalah bahwa seorang berdosa diminta untuk bertobat berdasarkan bahwa ia
pasti diampuni, maka Alkitab tidak mendukung pendapat anda. Alkitab tidak
memberikan hak kepada orang-orang berdosa untuk mengatakan "Aku akan bertobat jika
Engkau mengampuniku". Tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab yang membenarkan hal
ini.

VI. BEBERAPA CATATAN PENUTUP

1.Beberapa orang lebih bersemangat membawa orang-orang menuju pertobatan


dibandingkan dengan melihat Gereja dikuduskan dan Allah dimuliakan oleh
pekerjaan hamba-hamba-Nya.

Banyak di antara mereka ingin melihat orang-orang diselamatkan, bukan karena


kehidupan orang-orang berdosa itu menyakiti dan menghina Allah, tapi karena mereka
merasa kasihan kepada orang-orang berdosa itu dan mereka tidak ingin melihat mereka
masuk ke neraka. Petobat-petobat sejati terganggu oleh dosa karena perbuatan dosa
menghina Allah. Tetapi mereka lebih terganggu lagi apabila mereka melihat orang-orang
Kristen melakukan dosa, karena Allah sangat dihina. Cukup banyak orang bersikap masa
bodoh terhadap kondisi Gereja. Mereka sudah puas melihat pelayanan penginjilan
terlaksana. Bagi mereka, "kesuksesan" penginjilan adalah kesuksesan gereja. Mereka
tidak sungguh-sungguh merindukan Allah dimuliakan. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka tidak didorong oleh kasih sejati kepada Allah dan kekudusan, tetapi mereka
didorong hanya oleh perasaan-perasaan dan emosi menusiawi terhadap orang-orang
berdosa.

2.Dari semua yang aku utarakan maka kita dapat melihat mengapa begitu banyak
orang-orang Kristen mempunyai pandangan-pandangan yang berbeda mengenai
Injil. Beberapa orang memandang Injil hanya sebagai 'jalan pintas' di mana Allah tidak
setegas ketika Ia memberikan hukum-hukum Taurat. Mereka berpikir bahwa kita
diperbolehkan hidup secara duniawi, dan Injil akan menyempurnakan kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan mereka dan kemudian menyelamatkan mereka. Di
lain pihak, ada orang-orang yang memandang Injil sebagai anugerah ilahi dari Allah yang
mempunyai tujuan utama untuk menghancurkan dosa dan meningkatkan kekudusan.
karena itu mereka lebih menegaskan kehidupan yang kudus dibandingkan dengan
hukum-hukum kehidupan yang terdapat di dalam hukum Taurat. Mereka percaya bahwa
nilai Injil terletak pada kuasa Injil yang membuat kehidupan orang percaya menjadi
kudus.

"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!
Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu?
Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji" (2 Korintus 13:5). ***

Sumber: Finney, Charles G. 1983. "True and False Conversion" (LD#47). Disunting dan
disadur oleh Melody Green dan Martin Bennett. Lindale, Texas, USA: Last Days
Ministries.
Catatan penyunting: Aku percaya bahwa melalui artikel ini Allah hendak berbicara
kepada banyak orang yang telah tersesat dalam tipuan rohani. Janganlah takut
mengetahui kebenaran tentang diri anda dan hubungan anda dengan Tuhan. Jika anda
benar-benar sudah diselamatkan, maka anda tidak perlu kuatir. Jika anda belum
diselamatkan, maka Allah, karena kasih-Nya yang sangat besar, hendak membukakan
masalah itu kepada anda. Jika kehidupan anda tidak sesuai dengan firman-Nya, maka
lebih baik anda mengetahui hal ini sekarang juga, ketimbang anda mengetahuinya ketika
Hari Penghakiman, yaitu ketika sudah terlambat untuk berbuat sesuatu. Karena perkenan
Allah, maka anda masih mempunyai waktu untuk merendahkan diri di hadapan-Nya dan
mencari-Nya dengan hati yang sungguh-sungguh. "...karena Ia menghendaki supaya
jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2
Petrus 3:4).

SIAPA YANG KAU SANGKAL?

Dirimu atau Tuhanmu?


Oleh : John Wesley

John Wesley hidup di tahun 1700-an. Beliau mungkin merupakan penginjil dan
pengkhotbah bangsa Inggris yang paling terkenal. Karya tulis, khotbah dan pelayanan
hidupnya berdampak luar biasa atas Gereja secara keseluruhan. Artikel ini diangkat dari
"The Complete Works of John Wesley" yang diterbitkan oleh Baker Book House. Kami
ingin anda membacanya dengan doa dan hati yang terbuka kepada Allah seperti juga
dorongan John Wesley.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
setiap hari dan mengikut Aku" (Lukas 9:23).

Menyangkal diri dan memikul salib bukanlah hal sepele. Untuk menjadi murid Yesus dan
tetap menjadi murid-Nya, hal ini mutlak perlu bagi kita. Jika kita tidak mempraktekkan
penyangkalan-diri, kita bukanlah murid-Nya. Tidak ada gunanya berusaha mengikut Dia
yang tersalib tanpa memikul salib kita sendiri setiap hari. Kecuali kita menyangkal-diri,
tidaklah mungkin kita tidak menolak Tuhan.

Sudah banyak buku yang membahas mengenai penyangkalan-diri (bahkan ada yang
sampai berjilid-jilid). Namun rupanya banyak penulis tidak benar-benar mengerti pokok
ini. Mungkin mereka tidak dapat menjelaskannya, atau mereka tidak tahu lebih dalam,
atau mereka tidak memahami bahwa hal ini mutlak perlu.

Ada juga yang membahasnya dengan cara yang mistik dan ruwet, sehingga orang awam
tidak mengerti maksudnya.

Penulis lain menyatakan dengan jelas perlunya penyangkalan-diri, namun tidak


membahasnya secara spesifik sampai ke hal apa yang dilakukan dalam penyangkalan-
diri. Dan bila ada yang membahasnya betul-betul spesifik, maka mereka hanya mengupas
hal-hal yang jarang menimpa orang-orang di zaman ini karena hampir tidak pernah
terjadi dalam kehidupan umum. Mereka berbicara tentang bertahan dalam penjara dan
siksa, menyerahkan rumah atau ladang, suami atau istri, anak-anak mereka dan bahkan
jiwa-raga mereka. Tetapi rupanya kebanyakan dari kita tidak dipanggil untuk
menanggung hal seperti itu demi Injil, kecuali Allah mengijinkan terjadinya
penganiayaan publik.

Suatu Pendakian
Apa makna seseorang "menyangkal-diri dan memikul salibnya setiap hari"? Hal ini
teramat sangat penting untuk kita mengerti, karena banyak lawan kuat yang menentang
doktrin Kristen ini lebih daripada menentang aspek kehidupan rohani lainnya. Seluruh
perasaan alami kita bangkit untuk melawan segala bentuk penyangkalan-diri dan segera
mencari alasan untuk 'memaafkan' diri kita agar kalau bisa, kita tidak melakukannya.
Mereka yang mencintai dunia benar-benar membenci doktrin ini. Dan musuh terbesar
jiwa kita, yang tahu benar-benar betapa pentingnya hal ini, terus berusaha
meruntuhkannya.

Tetapi itu belum semuanya. Bahkan orang-orang yang pernah digoncang beban berat dari
setan, yakni mereka yang hatinya peka terhadap pekerjaan Allah, juga rupanya tidak tahu
banyak tentang doktrin ini. Ada juga yang benar-benar mengabaikannya seolah-olah
tidak ada ayat dalam Alkitab tentang hal ini. Namun penyangkalan-diri adalah hal yang
didesak oleh Tuhan kita.

Ada juga orang yang bahkan menyimpang lebih jauh karena telah menerima pelajaran
yang membuat mereka memiliki prasangka yang kuat sehingga menentang doktrin ini.
Mereka menerima gagasan ini dari orang-orang 'Kristen' yang pudar, yakni mereka yang
suka hidup gampangan, dan mereka yang tidak menginginkan kesalehan tetapi
menginginkan kuasa.

Seorang pelayan Injil tidak cukup hanya tidak melawan doktrin penyangkalan-diri ini.
Jika ia ingin bebas dari menanggung darah orang-orang, maka ia harus sering membahas
dan menunjukkan perlunya hal ini dengan cara yang jelas dan kuat. Dapatkah anda
melihat bagaimana anda berada dalam bahaya yang tetap ini: dibodohi, ditipu dan
dianggap aneh karena perintah Yesus yang penting ini, baik oleh guru-guru palsu maupun
oleh orang-orang percaya yang palsu?

Pemahaman yang baik mengenai apakah sebenarnya penyangkalan-diri mutlak


diperlukan sekarang ini. Dan segera anda mengetahui maknanya, maka anda perlu belajar
mempraktekkannya sebagai jalan hidup anda.

Segala hal yang menahan kita dari hidup benar di hadapan Allah dan tumbuh dalam
Tuhan dapat membuat kita menjadi: kita tidak mau menyangkal-diri, atau kita tidak mau
memikul salib kita. Biarlah doa yang sungguh-sungguh dipanjatkan sebelum, selama dan
sesudah anda membaca artikel ini, sehingga semua ini terukir di hati anda oleh jari-jemari
Allah, dan tidak pernah terhapus lagi!

Aku akan berusaha memperlihatkan 2 hal. Pertama, apa maksud seseorang menyangkal-
diri dan memikul salibnya. Kedua, memperlihatkan bahwa bila seseorang tidak
sepenuhnya menjadi murid Kristus, hal itu selalu karena ia tidak mau menaati perintah
Yesus yang satu ini.

I. Penyangkalan - Diri
Apakah penyangkalan-diri? Bagaimana kita menyangkal-diri sendiri? Penyangkalan-diri
adalah dengan sederhana kita menyangkal atau menolak untuk mengikuti keinginan kita
sendiri, dan hal ini berasal dari suatu keyakinan bahwa keinginan atau kehendak Allah
adalah satu-satunya jalan yang benar.

Alasan pertama, mengapa Allah seharusnya secara total berhak atas hidup kita (dan
bukan kita yang berhak) adalah karena Dialah yang mencipta kita. "Dialah yang
menjadikan kita dan punya Dialah kita" (Mazmur 100:3).

Jadi sebenarnya hal ini merupakan akibat atau hasil alamiah dari persekutuan antara
manusia dengan Penciptanya. Jalan Allah adalah jalan yang benar dalam segala hal, baik
hal besar maupun hal kecil, maka hal berikutnya yang pasti adalah kita seharusnya tidak
berjalan menurut jalan kita sendiri dalam segala hal. Penyangkalan-diri berlaku atas
malaikat-malaikat Allah di sorga sama seperti atas manusia karena sama-sama kudus
ketika dicipta oleh tangan Pencipta.

Alasan kedua mengapa Allah secara total berhak atas hidup kita adalah karena kondisi
umat manusia sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Keinginan kita sendiri bersandar
pada menuruti keinginan atau gairah atau nafsu alamiah kita. Tetapi rencana dan
keinginan Allah adalah agar kita melawan dan mengalahkan pencobaan itu, bukan pada
suatu saat atau atas suatu hal tertentu saja, namun pada segala waktu dan segala hal.

Cobalah menyimak gambaran berikut ini. Kehendak Allah seperti sebuah jalan yang
menuntun kita menuju Allah. Kehendak manusia, yang suatu ketika pernah sejajar
dengan kehendak Allah, sekarang sudah merupakan jalan dengan arah yang berlawanan.
Jalan ini adalah jalan yang menuntun menjauhi Allah. Jika kita berjalan pada jalan yang
satu, maka kita harus meninggalkan jalan yang lain. Kita tidak dapat berjalan pada kedua
jalan itu pada saat yang sama sekaligus. Jadi manusia tidak mengkin mengikuti
keinginannya sendiri dan mengikuti keinginan Allah. Anda harus memilih salah satu:
menolak kehendak Allah demi mengikuti keinginan anda sendiri, atau menolak kehendak
anda demi mengikuti kehendak Allah.

Tidak dapat diragukan lagi bahwa untuk sementara akan lebih menyenangkan bila anda
mengikuti kehendak dan kerinduan anda. Namun dengan mengikuti kerinduan kita dalam
segala hal, maka kita memperkuat pemberontakan di hati kita. Sama seperti makan
sesuka hati makanan yang kita gemari sering menambah penyakit bagi tubuh kita.
Memuaskan cita-rasa kita, namun sekaligus membuat kita semakin berpenyakit.
Membawa kesenangan, tetapi juga membawa maut.

Jadi secara keseluruhan, penyangkalan-diri artinya menyerahkan kehendak kita,


sekalipun betapa besar keinginan kita atas jalan kita, bila hal ini tidak sejalan dengan
kehendak Allah. Yakni menolak kesenangan-diri yang tidak berasal dari Allah atau
menuntun kepada Allah.

Memikul Salib Anda


Dalam kehidupan sehari-hari, apa maksudnya "memikul salib" anda? Kita perlu
memahami hal ini karena setiap orang yang ingin mengikut Kristus bukan hanya harus
menyangkal dirinya, tetapi juga harus memikul salibnya. Memikul salib kita maksudnya
melakukan apa saja yang berlawanan dengan apa yang ingin kita pilih untuk kita lakukan.
Jadi memikul salib kita sedikit lebih berat daripada menyangkal-diri. Jadi lebih sulit bagi
kedagingan kita. Meskipun sering berat bagi kita untuk menyerahkan atau melepaskan
kesenangan atau kenikmatan kita, namun hal ini lebih mudah daripada memikul
kesukaran dan menjalani penderitaan bila kita tetap tidak mau memikul salib kita.

Sekarang, dalam rangka menghadapi "lingkungan di sekitar kita" agar kita tetap hidup
sesuai dengan kehendak Allah, sering ada salib menghalangi jalan kita. Salib itu adalah
sesuatu yang bukan hanya membawa ketidaksenangan, tapi juga berupa beban atau
kesakitan. Menerima salib kita bukan hanya menolak sesuatu yang menyenangkan, tapi
juga mengijinkan sesuatu yang tidak menyenangkan masuk dalam kehidupan kita. Apa
yang kita lakukan untuk menghadapinya? Pilihannya jelas: memikul salib kita, atau
keluar dari jalan Allah.

Dalam rangka membawa kehidupan kita kembali sejalan dengan yang Tuhan maksudkan
atas kita semula, sering kita perlu "mencungkil mata" atau "memotong tangan kanan"
kita. Kita sudah sedemikan melekat pada kebiasaan-kebiasaan berdosa kita sehingga kita
tidak pernah dapat berpisah darinya tanpa kesakitan yang parah. Lalu Tuhan memurnikan
kita seperti api pandai logam membakar semua ketidakmurnian atau kotoran kita.
Memang benar menyakitkan dan haruslah demikian, karena jiwa tidak dapat melewati api
tanpa kesakitan.

Dokter yang Baik


Bila Allah menempatkan kita melewati suatu kesusahan, maka hal ini terjadi hanya dalam
rangka menyembuhkan kita. Yesus adalah Dokter Agung kita dan Ia memotong apa yang
terinfeksi atau membusuk dengan tujuan mempertahankan bagian yang sehat. Bila kita
rela memilih kehilangan kaki-tangan daripada kehilangan seluruh tubuh kita, betapa kita
seharusnya lebih memilih, secara gambaran, untuk "memotong tangan kita", daripada
seluruh jiwa kita dibuang ke neraka!
Ketika Tuhan berkata kepada orang muda yang kaya itu "pergilah, juallah apa yang kau
miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin", (tahu bahwa hal ini satu-satunya
jalan untuk menyembuhkan dia dari penyakit tamak), perintah ini tepat menusuk sasaran
dan menyakitkan dia, sehingga "ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih" (Markus
10:21-22). Ia rela mengoyak pengharapan sorgawinya demi hartanya di bumi. Ini adalah
kesakitan yang ia tidak mau tanggung. Salib yang tidak mau dipikulnya. Dan seperti
gambaran kisah ini pula setiap pengikut Kristus pasti harus memilkul salibnya setiap hari.

Memikul salib kita setiap hari bukanlah secara harafiah melukai tubuh kita, memakai
baju yang tidak enak, agar kita merasa menggigil kedinginan atau kepanasan sekali, atau
melakukan sesuatu yang merusak kesehatan tubuh kita. Memikul salib artinya merangkul
kehendak Allah meskipun kehendak-Nya berbeda total dengan apa yang kita inginkan.
Maksudnya memilih hal yang baik meskipun berupa obat yang pahit. Artinya rela
menerima kesusahan / pencobaan dan kesakitan apapun dalam jalur jalan kita menuju
kehidupan yang kekal.

II. Kegemaran Diri Sendiri


Pada bagian kedua ini, aku ingin menunjukkan bahwa karena tidak menyangkal-diri, atau
tidak memikul salib, maka orang tidak dapat sepenuhnya mengikut Yesus dan menjadi
murid-Nya. Ijinkan aku menyelaskannya dengan beberapa contoh berikut ini:

Lima Macam Manusia


1.Jenis pertama adalah orang yang mendengar firman yang menyelamatkan jiwanya. Ia
suka pada apa yang didengarnya, mengakui kebenaran dan hatinya disentuh, namun tetap
saja ia mati dalam dosa, tidak peka dan tidak insaf. Mengapa? Karena ia tidak mau
berpisah dari dosa yang disukainya, meskipun ia kini tahu bahwa dosanya amat dibenci
Tuhan. Ia datang untuk mendengar, namun tetap penuh gairah nafsu dan kenajisan, dan ia
pergi dari kebaktian dengan keadaan yang sama seperti ketika ia datang, tanpa perubahan,
karena ia tidak mau menyangkal-diri atas hal-hal ini. Orang ini tidak juga bangun
meskipun terompet ditiup di dekat telinganya.

2.Jenis kedua adalah orang yang mulai sadar, dan matanya mulai sedikit terbuka. Ia
diyakinkah oleh Roh Allah dan menerima kebenaran. Namun ketika kebenaran berlalu
dari telinganya, maka matanya tertutup lagi. Mengapa ia kembali tertidur dalam
kebinasaan? Karena ia terus-menerus menyerahkan diri kepada dosa yang disukainya. Ia
kembali minum racun yang menyukakan hati. Meskipun ia mulai insaf namun
keyakinannya tidak cukup dalam. Jadi tidak mungkin penggarapan atas dirinya dapat
dilakukan dalam kehidupannya karena ia tidak mau menyangkal diri.

3.Jenis ketiga adalah orang yang benar-benar terbangun. Apa yang Allah perlihatkan
kepadanya tidaklah pudar berlalu. Kesannya dalam dan tetap. Namun ia tetap tak pernah
merasa damai dengan Allah, meskipun ia benar-benar merindukannya. Mengapa hal ini
terjadi? Karena ia tidak menghasilkan buah dalam memelihara kehidupan pertobatannya.
Ia tidak "berhenti berbuat jahat" dan "belajar berbuat baik" sesuai anugerah yang telah
diterimanya.

Orang-orang seperti ini tidak sepenuhnya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan berdosanya,


dan mereka terus menghindar dari hal baik yang mereka tahu seharusnya mereka
lakukan, karena hal ini adalah hal yang mereka tidak mau lakukan. Jadi mereka tidak
pernah sampai pada titik iman keselamatan, karena mereka tidak mau menyangkal-diri,
atau memikul salib mereka.

4.Jenis keempat adalah orang yang telah merasakan anugrah sorgawi dan kuasa-Nya
hadir dalam kehidupannya. Damai yang melampaui segala akal memenuhi hati dan
pikirannya, dan kasih Allah tercurah di hatinya oleh Roh Kudus. Namun kini ia lemah. Ia
kembali mengasihi dunia dan kerinduan-kerinduan duniawi lebih daripada pengharapan
yang tidak kelihatan. Mata hikmatnya kembali tertutup, sehingga ia tidak dapat melihat
Dia yang tidak kelihatan. Cintanya semakin dingin, dan damai Allah tidak lagi
memerintah hatinya. Hal ini tidak mengherankan, karena ia kembali memberikan tempat
bagi si jahat dan mendukakan Roh Allah. Ia berbalik kembali kepada beberapa jenis dosa
yang disukainya, meski tidak tampak dalam tindakan, hanya dosa dalam hatinya. Ia telah
memberi tempat di hati untuk keangkuhan, amarah, nafsu, kehendak-diri dan keras
kepala.

Ia tidak lagi menggerakkan karunia Allah yang ada dalam dirinya. Ia memberi jalan bagi
kemalasan rohani dan tidak ambil pusing dengan "berdoa setiap waktu dan berjaga-
jagalah di dalam doamu..." (Efesus 6:18). Jadi ia membuat kandas imannya karena tidak
menyangkal-diri dan memikul salibnya setiap hari.

5.Jenis kelima adalah orang yang tidak membuat imannya kandas secara total. Ia masih
memiliki Roh Kudus dalam suatu takaran, yang tetap bersaksi bersama rohnya bahwa ia
adalah anakAllah. Meskipun demikian ia tidak sedang "berjalan menuju kesempurnaan".
Ia tidak seperti dulu lagi. Ia kini tidak lagi lapar dan dahaga akan kebenaran, seperti rusa
yang merindukan air. Kini ia letih-lesu mental, terombang-ambing antara hidup dan mati.

Mengapa ia sampai pada keadaan seperti ini? Karena ia lupa firman Allah. "Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerja
sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna" (Yakobus 2:21-22).

Jadi ia tidak lagi rajin melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah. Ia tidak lagi hidup dan
tinggal dalam doa, baik secara pribadi maupun dalam kelompok doa, dalam
berkomunikasi dengan Yesus, bermeditasi atas Firman Allah, berpuasa, dan tetap
berbakti dan bersekutu dengan saudara seiman. Mengapa ia tidak terus hidup dalam doa?
Karena pada saat-saat gersang, doa merupakan hal yang menyusahkan dan
menyibukkannya.
Atau kini ia tidak lagi bersemangat dalam menolong sesama. Ia tidak lagi penuh
semangat dalam melayani Tuhan yang wujud nyatanya adalah pelayanan untuk sesama,
dengan melakukan hal-hal yang baik semampunya bagi jiwa maupun jasmani mereka. Ia
tidak lagi menyerahkan diri kepada Allah dalam segala kesempatan, karena ia lebih suka
tidur atau karena udara di luar terlalu dingin, atau gelap, atau hujan. Bagaimana ia dapat
memberi makan bagi mereka yang lapar dan memberi pakaian bagi mereka yang
telanjang? Karena ia harus melakukannya dengan mengorbankan pakaiannya sendiri, atau
mesti makan makanan yang lebih murah atau lebih tidak enak. Selain itu mengunjungi
orang-orang sakit dan narapidana dalam penjara akan melibatkan dirinya dalam segala
bentuk lingkungan yang tidak enak. Demikian juga dengan hampir semua karya rohani
yang melibatkan belas-kasihan seperti menegur orang yang bersalah dan membina
mereka.

Ia tidak mau menolong sesama dengan menegur orang yang bersalah karena malu, dan
kadang-kadang karena takut. Ia mungkin akan mmbuat dirinya rikuh atau terjebak dalam
suasana lebih buruk. Ketika mempertimbangkan hal seperti ini, akhirnya ia memutuskan
untuk mencoret beberapa (jika tidak semua) pekerjaan belas-kasihan dari kehidupannya.

Kemudian akibatnya imannya tidak semakin tumbuh sempurna, dan ia tidak menjadi
dewasa, karena ia tidak menyangkal-diri dan memikul salibnya setiap hari. Karena lelah
memikul salib, ia berhenti mengejar tujuan agung, yakni berlari meraih panggilan
sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Kesimpulan
Kita dapat melihat bahwa selalu karena seseorang tidak mau menyangkal-diri atau
memikul salibnya, maka ia tidak dapat sepenuhnya mengikut Tuhannya. Karena alasan
inilah ia tidak dapat sepenuhnya menjadi murid Kristus. Ini adalah alasan nyata mengapa
banyak orang yang suatu ketika pernah menyala dan bercahaya dalam Tuhan, di
kemudian hari mereka kehilangan terang dan panasnya. Mereka tidak menghargai betapa
besar nilai penyangkaan-diri, atau juga karena mereka tidak mau menerima kesusahan
dalam memprakatekkan penyangkalan-diri.

Yang terakhir, bercerminlah untuk diri anda sendiri. Renungkanlah hal ini ketika anda
sendirian. Selidikilah hati anda dengan cermat! Bukan hanya sekadar memahaminya
dengan lengkap, tapi ingatlah hal ini sampai akhir hayat anda! Berteriaklah memohon
kekuatan kepada Dia yang Perkasa agar segera setelah anda memahaminya, maka anda
langsung mempraktekkannya! Janganlah melepaskannya, tetapi segeralah
mempraktekkannya saat ini juga! Praktekkanlah dalam setiap peristiwa dan kesempatan
yang terjadi sepanjang hidup anda! Praktekkanlah setiap hari tanpa membolos, mulai saat
anda mengulurkan tangan untuk menerimanya, dan bertahanlah memikulnya sampai pada
akhirnya, ketika roh anda kembali kepada Tuhan.

Sumber:
Wesley, John. 1984. "Who Will You Deny? Yourself or the Lord" disunting dan disadur
oleh Martin Bennett. Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode : (LD#60).

"...tapi tak dapat kuampuni diriku"


oleh Melody Green

Kita semua tentu pernah melakukan hal-hal yang kemudian kita sesali. Ada kalanya
ketika menyadari kesalahan, kita masih dapat memperbaikinya. Pada saat lain kita tidak
memiliki kesempatan seperti itu. Semua telah terlanjur. Kehancuran sudah terjadi.
Kenangan dan tuduhan membanjiri pikiran kita dan kita terus-menerus dibayangi atau
dihantui rasa bersalah dan berkata, "Seandainya saja..."

Kadang-kadang kita tenggelam dalam keputusasaan. Beban dosa kita benar-benar


mencekik. Sebagai orang Kristen, kita tahu tentang pengampunan dari Yesus Kristus.
Namun kadang kita menerima kebenaran itu hanya di pikiran kita. Jauh di lubuk hati kita
memendam keraguan yang menyerang kita dengan sejuta kebimbangan dan tanya:
Apakah pengampunan masih berlaku untuk keadaanku ini?

Apakah yang anda lakukan dengan perasaan bersalah? Apakah rasa bersalah ini berasal
dari Allah atau dari iblis? Apakah anda benar-benar diampuni atau hanya membohongi
diri? Mungkin anda sedang berjuang melawan kegagalan atau kesalahan sikap dan
tindakan yang berlangsung terus-menerus sampai sekarang. Atau mungkin keadaan anda
sangat berat, sehingga anda berpikir, "Bahkan jika Allah mau mengampuniku dan telah
mengampuniku, aku tidak akan mengampuni diriku!"

Surat berikut ini dikirimkan kepadaku tanpa nama pengirim, menceritakan hal umum
yang kita pahami dengan baik:

Dalam bulan Juni 1982 aku mengetahui bahwa aku hamil. Usiaku ketika itu 18 tahun
dan sudah dua bulan aku keluar kuliah. Teman priaku seorang Kristen karena kebiasaan
seperti juga aku. Kami memilih aborsi (pengguguran kandungan) karena kami tidak
ingin menghadapi kesulitan dari keluarga dan teman-teman kami. Kami mengambil
jalan keluar yang "mudah".

Setelah aborsi terjadi, aku terus-menerus menghadapi rasa sedih yang dalam. Aku
sering menangis dan menyesali keputusan yang kami pilih itu. Sampai hari ini aku
masih sering berlutut dan menangis meminta Tuhan mengasihani aku dan mengampuni
aku karena aku tahu bahwa aku sudah sangat bersalah.

Aku bergumul dan berharap jika saja Allah memberiku kesempatan kedua. Dia adalah
Allah yang mengasihi dan aku percaya dengan sepenuh hati bahwa Dia adalah Allah,
tetapi aku masih saja selalu merasa berdosa. Aku merasa bahwa Allah telah
meninggalkan aku dan aku sangat kecil hati karena masa laluku itu. Apakah Allah telah
mengampuniku? Aku percaya Dia mengampuniku, tetapi aku masih saja merasa dosa ini
teramat besar."
Beban Rasa Bersalah
Anda mungkin berpikir bahwa dosa-dosa anda terlalu besar dan terlalu mengerikan untuk
diampuni oleh Allah, sehingga tak ada harapan lagi bagi anda. Aku tidak hanya sedang
berbicara mengenai dosa aborsi. Ada banyak hal lain yang menggoreskan rasa bersalah
yang amat dalam di hati kita.

Mungkin anda dihinggapi rasa bersalah karena hal-hal yang anda lakukan di masa
lampau, seperti perzinahan atau persundalan, homoseksualitas, menjadi germo, prostitusi
atau pelacuran, atau hubungan seks yang tidak wajar, Mungkin anda pernah melakukan
perbuatan kriminal atau kejahatan seperti memperkosa, menganiaya, atau 'incest'
(hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri). Mungkin anda pernah menjadi
pencuri, anggota geng, pecandu obat bius, narkoba dll, atau bahkan pembunuh. Banyak
dari anda menjadi penyebab atau kurban perceraian yang menyakitkan. Anda menyakiti
orang lain secara emosional melalui kata-kata yang kasar dan kejam; atau melukai orang
lain dengan siksaan badani, mungkin terhadap suami / istri anda atau anak-anak anda
sendiri. Mungkin juga anda membawa perasaan bersalah dan terhukum yang tidak
seharusnya anda tanggung karena sebenarnya anda menerima akibat dari keputusan keliru
yang diambil oleh orang lain.

Mungkin juga anda seorang yang ceroboh, egois, tidak taat, jauh dari Allah, dan sekarang
kerusakan yang diakibatkannya sedang terjadi. Kehancuran dapat dihindarkan seandainya
saja anda bertindak lain. Tetapi sekarang anda atau seseorang lain sudah terluka atau
menjadi cacat... atau mungkin seseorang telah kehilangan nyawanya. Barangkali masalah
anda tidak seberat yang disebutkan di atas, tetapi anda merasakan keputusasaan dan
kegagalan yang sama beratnya. Apapun keadaan anda, bila anda merasakan tekanan rasa
bersalah, ketahuilah bahwa pengampunan dari Yesus Kristus dapat anda alami.

Anugerah yang Mengagumkan


Mengampuni diri sendiri hanya memiliki makna setelah kita menerima pengampunan
dari Allah. Satu alasan mengapa anda tidak dapat mengampuni diri sendiri yakni karena
Allah belum mengampuni anda. Dan jika Allah belum mengampuni anda, tentunya
karena anda belum pernah membawa kesalahan dan perbuatan anda yang memalukan itu
ke hadapan-Nya. Yesus Kristus satu-satunya yang dapat membersihkan hati anda dari
kesalahan. "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke
dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita,
yaitu pengampunan dosa" (Kolose 1:13-14). Alkitab penuh berisi kebenaran ini.

Menghampiri tahta anugerah Allah dengan rendah hati adalah langkah pertama untuk
menerima pengampunan. Tidak sekadar "maju ke altar dan mengucapkan suatu doa",
tetapi mengakui kesalahan anda, tanpa membuat alasan-alasan, dan dengan sepenuh hati
berbalik dari hal-hal yang menghancurkan hati Allah. Tindakan ini merupakan tindakan
penyerahan di mana anda memberikan kepada Allah pengendalian sepenuhnya atas
kehidupan anda. Anda tidak dapat lagi menjadi tuan atas diri anda sendiri. Yesus Kristus
merindukan kehidupan yang akrab dengan anda. Ia menanti anda datang kepada-Nya.
Mungkin saja anda mendapatkan "obat" sementara bagi rasa bersalah anda. Namu
ketahuilah, tidak ada kedamaian abadi ataupun kesembuhan sejati di luar Yesus Kristus.

Bila kita melihat dosa-dosa kita dari sudut pandang Allah, maka kita mengerti kenajisan
kita, dan kita tidak akan dapat memahami mengapa kita masih bisa diampuni. Tetapi
begitulah keindahan dan mujizat anugerah-Nya. Kita menerima pengampunan yang
sebenarnya tidak layak kita terima. Kita berutang segala sesuatu kepada-Nya. Dia tidak
berutang apapun kepada kita, tetapi memberikan segalanya bagi kita. Itulah yang
membuat anugerahnya benar-benar mengagumkan.

Hubungan Kasih
Mungkin anda sudah memiliki pengetahuan tentang Tuhan dengan baik. Bahkan
mungkin anda rutin pergi ke gereja, tetapi bagi anda hal itu hanya sekadar agama dan
bukan suatu hubungan pribadi dengan Allah. Yesus tidak menghargai kesalehan lahiriah
yang hanya di luar. Dia melihat hati kita. Jangan mencoba mencari pengampunan hanya
untuk bagian tertentu dari kehidupan anda tanpa menyerahkan seluruh hidup anda
kepada-Nya. Kita tidak dapat hanya mengirimkan dosa kita ke kaki salib; kita perlu
membawa diri kita juga seutuhnya ke sana. Anugerah Allah bukanlah balutan bagi suatu
kehidupan yang tidak bersih. Yang pertama diperlukan adalah pembersihan
menyeluruh, dan ini hanya dapat anda terima melalui penyerahan hidup anda seutuhnya
kepada Yesus Kristus.

Adakah dosa yang terlalu busuk untuk diampuni oleh Allah? Hanya ada satu yang
kuketahui, yakni penolakan terhadap Anak Allah, Yesus Kristus. Penolakan kita terhadap
kehidupan dalam hubungan kasih dengan-Nya menghalangi kita tidak hanya untuk
menerima pengampunan, tetapi juga menghalangi kita untuk memasuki kehidupan kekal
bersama Dia. Segala sesuatu yang dilakukan melawan Allah dan manusia masih dapat
diampuni karena Yesus telah mencurahkan darah-Nya untuk pengampunan bagi kita,
asalkan kita mau datang kepada-Nya dan memohon ampun. "Kamu juga, meskipun
dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah
dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala
pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat utang, yang oleh ketentuan-ketentuan
hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakannya dengan memakukannya
di kayu salib" (Kolose 2:13-14).

Allah atau Iblis?


Namun seringkali masalahnya bukan karena anda tidak mengenal Allah. Anda justru
mengenal Dia. Anda mengasihi Dia dan berusaha untuk menjadi semakin serupa dengan
Dia. Anda mengerti bahwa Raja Daud mungkin berkata mengenai dosa perzinahan dan
pembunuhan yang dilakukannya ketika ia berkata, "sejauh timur dari barat, demikianlah
dijauhkan-Nya dari kita pelanggaran kita" (Mazmur 103:12). Tetapi untuk dosa-dosa
tertentu yang anda lakukan, pengertian itu tidak menolong anda untuk merasa diampuni.
Jika anda telah datang ke salib Kristus, tetapi masih juga anda merasa berdosa maka
mungkin iblislah yang menuduh anda. Salah satu taktik yang disukai iblis adalah
mengingatkan dosa-dosa dan kegagalan-kegagalan masa lalu anda. Iblis tahu semua ini
akan membuat anda merasa diri anda busuk. Dan dia berbicara kepada anda dalam nada
dan bahasa rohani sehingga anda mengira bahwa suara itu adalah suara Allah. Dia
mengemukakan masa lalu anda sebagai 'bukti kejadian' yang tidak sepenuhnya diampuni.
Ia berkata bahwa anda adalah orang Kristen kelas dua, bahwa anda seharusnya puas
dengan hanya sedang dalam proses diampuni dan diselamatkan karena anda tidaklah
layak untuk dipakai oleh Allah untuk suatu hal yang berarti.

Tentu saja kita tahu dengan baik bahwa tidak seorangpun dari kita layak menerima
anugerah Allah. Kita perlu terus-menerus menjaga hati kita melawan keangkuhan dan
kecenderungan untuk berjalan dengan kekuatan sendiri. Namun di sini aku tidak sedang
berbicara mengenai kebutuhan kita untuk mengenal kebesaran Allah yang mengagumkan
dan kegagalan kita di hadapan-Nya. Aku sedang berbicara mengenai serangan musuh
yang membuat kita tetap melihat ke dalam diri kita dan membuat kita tidak melihat ke
atas, dan akibatnya kita hidup penuh dengan rasa bersalah bukan penuh damai, hidup
menanggung beban dan bukan hidup dalam kebebasan.

Keyakinan dari Roh Kudus atau Penghukuman?


Kadang-kadang kita tidak yakin siapakah sesungguhnya yang berbicara kepada kita.
Kalau yang berbicara adalah Allah, tentu kita tidak ingin melawan. Tetapi kita harus
waspada dan tidak dikacaukan oleh serangan musuh yang meniru suara Allah. Lihatlah
siapa yang berbicara, apa yang dikatakannya dan motif atau alasan apa yang mendasari di
balik semua itu.

SIAPA : Pertama tuangkan atau rumuskan perasaan anda dengan tepat. Berikan
kesempatan kepada diri anda untuk merangkumkannya dalam beberapa kalimat dan
katakan dengan suara keras kepada diri anda sendiri atau kepada seorang teman. Apakah
suara seperti ini seperti suara Allah? Apakah cocok dengan sifat-sifat-Nya? Apakah itu
sesuatu yang tergolong dosa? Apakah berdasarkan Alkitab? Apakah sejalan dengan
prinsip Alkitab?

APA: Teguran Allah biasanya bersifat khusus. Ia akan membuat anda mengerti. "Kau
mengatakan dusta" atau "Aku ingin kau lebih bertanggungjawab dalam rumah tangga".
Khusus atau spesifik. Di sisi lain, tuduhan / penghukuman yang berasal dari si jahat
biasanya lebih umum. Si musuh mungkin berkata seperti ini, "Kau orang Kristen yang
buruk", "Mengapa kau tidak menyerah kalah saja", atau "Allah tidak akan
mengampunimu karena hal itu".

Hal seperti ini dapat berupa perasaan yang tidak jelas, bahwa segala sesuatunya serba
salah, tetapi anda tidak dapat menunjuk pada sesuatu yang jelas. Contohnya, anda
mungkin merasa bahwa anda munafik. Jika benar, katakanlah, "Tuhan, jika hal ini dari
Engkau, tolong tunjukkan kepadaku perkataan atau perbuatan manakah itu, sehingga aku
tahu." Jika memang dari Allah, dan jika anda terbuka untuk dikoreksi, maka Ia pasti akan
memberitahu anda.

MENGAPA: bila aku bertindak mendisiplin anakku, maka aku akan mengatakan dengan
jelas dan khusus apa yang menyebabkan aku menegur mereka. Aku ingin mereka belajar,
sehingga dapat bertindak lebih baik di masa mendatang. Aku ingin mereka tumbuh
menuju kedewasaan yang sehat dan tidak gagal dalam hidup ini. Jika aku menghukum
anakku, secara khusus aku akan berkata, misalnya, "Ibu menghukummu karena kamu
memukul adikmu". Aku tidak akan menangkap dia dan berkata, "Kamu dihukum karena
kamu bertingkah laku tidak seperti anak ibu. Kamu anak bobrok. Mungkin kamu tidak
akan bisa dididik menjadi baik!"

Seringkali Allah berbicara kepada kita dengan kata-kata keras. Disiplin-Nya mungkin
menyakitkan untuk jangka waktu tertentu, tetapi alasan yang mendasarinya selalu kasih.
Dokter bedah memotong kanker dengan hati-hati, tetapi perampok melukai kita di jalanan
tanpa peduli apa akibat pisaunya. Ada orang yang menggunakan pisau dengan tujuan
menyembuhkan, namun ada pula yang menggunakannya untuk tujuan merusak. Amatilah
hasil yang ingin dicapai. Tujuan hukuman / teguran Allah adalah membawa kita lebih
dekat kepada-Nya agar kita hidup menghasilkan buah yang baik. Hukuman dari iblis
dirancang untuk membawa kita jauh dari Allah, tidak berbuah, hidup tanpa harapan.
Setan ingin kita hidup menyerah dan mandah saja. Allah ingin kita menjadi semakin baik
dan indah.

Patokan Ganda?
Anda dapat mengujinya dengan cara sbb. Jika seorang rekan lain berada dalam situasi
seperti yang anda alami, dan ia datang kepada anda untuk meminta nasihat, maka saran
apa yang akan anda berikan kepadanya? Apakah bagi anda lebih mudah untuk meraih
pengampunan Allah bagi orang lain daripada mempercayai pengampunan untuk diri
anda sendiri? Mungkin anda lebih keras terhadap diri sendiri daripada terhadap orang
lain.

Ingatlah bahwa Allah tidak membedakan seorang dengan yang lainnya. Mempercayai
suatu hal berlaku untuk orang lain, namun hal itu tak berlaku bagi anda sendiri
sebenarnya tidak konsisten. Kepercayaan / keyakinan seperti itu berdasarkan pada
perasaan dan bukan pada kebenaran. Kadang-kadang, bila aku sedang "meledak", maka
aku merasa amat terluka dan kecewa dalam diri ini sehingga sulit untuk menerima
pengampunan. Namun dengan tegas aku akan memberitahu orang lain yang berada pada
posisiku untuk berpegang teguh pada kebenaran Alkitab. Sebenarnya dengan kerendahan
hati barulah kita bisa menerima pengampunan Allah, seperti Yakobus mengingatkan kita,
"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati"
(Yakobus 4:6). Kesombongan haruslah disingkirkan bila kita ingin menerima sesuatu
yang tidak pantas kita terima. Jika Allah telah mengampuni kita, dan kita menolak
anugerah pengampunan-Nya itu, maka sebenarnya kita menempatkan diri kita lebih
tinggi dalam kecongkakan kita. Aku harus belajar kebenaran yang sama ini dan berwelas
asih terhadap diriku, barulah aku dapat memberikannya atau meneruskannya dengan
cuma-cuma kepada orang lain.

Menerima pengampunan
Berikut ini adalah sebuah contoh tentang seorang yang diampuni namun tidak
mempercayainya. Si Budi kecil yang berusia tiga tahun menjatuhkan anting-anting
mutiara milik ibunya ke tempat cuci piring bersama dengan mainannya. Budi menangis
menyatakan penyesalan dan ibunya meyakinkan dia bahwa dia telah dimaafkan. Namun
Budi merasa sangat tidak enak dengan apa yang telah terjadi sehingga ia tidak mau
makan siang dan esok harinya ia berkata, "Ibu, aku tidak akan makan hari ini sebab aku
pikir ibu masih marah padaku". Bagaimana jadinya bila orang tuanya tidak dapat
meyakinkan Budi bahwa mereka tidak marah lagi kepadanya. Bagaimana jadinya jika
mereka tidak dapat membujuknya untuk makan!

Jika Budi adalah putra anda, maka anda tentu akan melakukan apa saja untuk
meyakinkan Budi bahwa ia telah dimaafkan. Anda akan menyatakan kepadanya bahwa
Budi lebih berharga bagi anda ketimbang sepasang anting-anting mutiara, atau milik anda
yang lainnya. Anda akan merasa kuatir dan sedih ketika anda memintanya dengan sangat
untuk makan, sebelum ia jatuh sakit!

Seperti halnya Budi, bila anda tidak mau menerima pengampunan Allah, maka anda akan
sakit secara rohani. Seluruh kehidupan Kristen anda akan lumpuh. Ketidakyakinan anda
akan pengampunan dari Tuhan tidak mengubah fakta bahwa anda telah diampuni,
namun semua ini menghalangi anda untuk mencapai kemerdekaan dan kemenagan yang
sebenarnya memang merupakan milik anda di dalam Yesus Kristus.

Kesalahan yang Terus-menerus


Anda sudah berulangkali menyesali kemarahan anda, sikap egois, kesombongan, tidak
bertanggungjawab, ketidaksabaran, ketidakdewasaan, rasa tidak aman, ketakutan dst.
Anda kembali menghadap hadirat Allah dan berpikir bahwa Ia akan berkata, "Kau lagi?
Sikap buruk apalagi? Kau berkata bahwa kau akan berubah, tetapi ternyata tidak. Itulah
sebabnya tidak ada lagi pengampunan bagimu." Mungkin anda pernah mengalami
perlakuan seperti itu dari orang lain, sehingga ketika anda merendahkan diri datang ke
hadirat-Nya, maka anda berpikir bahwa anda akan menerima perlakuan yang sama.
Padahal Allah tidaklah demikian.

Kadang-kadang kita memiliki pengertian yang salah tentang kekristenan. Kita berpikir
bahwa sekali kita mencapai kedewasaan dalam Tuhan, maka semua konflik dan
perjuangan atau pergumulan kita akan berakhir. Hal seperti itu akan terjadi di surga,
bukan di sini. Allah sedang membentuk kita. Ia sedang mengikis kita dan membentuk
sifat-sifat kita sehingga semakin sesuai dengan gambar diri-Nya. Berhentilah berpikir
tentang adanya cara yang lebih mudah dalam hidup ini. Sadarilah bahwa menjalani
kehidupan seringkali amat sulit, bahkan juga ketika kita berjalan bersama Yesus.
Jika saja anda melihat kegagalan anda sebagai kesempatan untuk bertumbuh... maka
anda akan bertumbuh. Bila anda jatuh, bangkitlah berdiri, bersihkan diri anda dari debu
dan kembalilah naik ke atas kuda. "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun
kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana" (Amsal 24:16). Mungkin anda
takut akan jatuh lagi. Tujukanlah pandangan mata anda kepada Yesus "yang berkuasa
menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda
dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya" (Yudas 24). Ingatlah bahwa anda
sedang dilatih, jika anda jatuh, bawalah diri anda ke dalam anugerah Allah dan cobalah
bangkit dengan kekuatan yang disediakan-Nya. Untuk itulah anugerah-Nya disediakan
bagi kita semua.

Apakah Aku Sungguh-sungguh Menyesal?


Pertobatan adalah perubahan hati, suatu perubahan pemikiran mengenai dosa. Pertobatan
bukan hanya sekadar minta maaf. Dalam pertobatan, dengan jujur anda berkata, "Jika aku
memiliki kesempatan untuk kembali ke masa lalu itu, maka aku akan bertindak lain. Aku
akan bertindak dalam takut akan Allah dan menghormati Dia". Itulah pertobatan. Alkitab
berkata, "(jika) umatKu, yang atasnya nama-Ku disebut, MERENDAHKAN DIRI,
BERDOA dan MENCARI WAJAHKU, lalu BERBALIK dari jalan-jalannya yang jahat,
MAKA Aku akan mendengar dari sorga dan MENGAMPUNI DOSA MEREKA..." (2
Tawarikh 7:14). Mungkin anda seorang pembunuh massal atau anda orang baik-baik.
Siapapun anda, tetap anda harus datang kepada Allah dan berbalik dari kehidupan di luar
Allah, maka anda dapat yakin bahwa pengampunan-Nya diberikan bagi Anda, entah anda
merasa diampuni ataupun tidak merasakannya (1 Yohanes 1:9).

Jika anda masih sulut untuk merasakan pengampunan, tanyalah Allah dalam doa anda,
kalau-kalau ada hal yang Ia ingin anda lakukan. Seringkali ada seseorang yang perlu anda
ampuni atau ada seseorang yang kepadanya anda perlu minta diampuni. Jika anda telah
mencuri buku dari perpustakaan, maka anda tidak akan merasakan kedamaian selama
buku itu masih ada di rak buku anda. Apakah anda perlu mengganti kerugian seseorang?
Mintalah Allah menunjukkan segala sesuatu yang belum anda lakukan dan perlu anda
lakukan.

Konsekuensi dan Kompensasi


Walaupun banyak keputusan-keputusan keliru yang kita ambil menyebabkan kita
mengalami akibat yang sama sekali tidak menyenangkan, namun hal ini tidak berkaitan
dengan fakta bahwa kita tidak diampuni. Di antara anda mungkin ada yang sedang
mendekam dalam penjara akibat dari apa anda lakukan di masa lalu. Jika anda pernah
menggugurkan kandungan, maka anda harus menghadapi kenyataan bahwa bayi anda
telah mati. Kuncinya terletak pada apakah anda menjalani kehidupan anda dalam syukur.
Bersyukurlah untuk keselamatan jiwa anda dan semua hal yang telah Allah lakukan bagi
anda. Allah telah melimpahkan banyak kebaikan bagi anda yang mungkin anda telah
lupakan dan semua itu lewat begitu saja tanpa ucapan syukur sepatah katapun. Yesus
memandang seorang bekas pelacur dan mengatakan bahwa ia sebagai orang yang besar
utangnya; ketika diampuni ia juga memiliki kasih yang lebih besar kepada-Nya. Sungguh
suatu janji indah yang memberikan pengharapan bagi kita (Lukas 7:42-48).

Allah itu adil. Jika anda harus hidup di tengah lingkungan yang sulit, maka Ia
mengkompensasinya dengan cara-cara yang tak pernah dialami oleh kebanyakan orang
pada umumnya. Saat-saat yang paling akrab dengan Allah biasanya kita alami dan
pahami pada saat-saat ketika kita melewati api. Kita dapat memilih menjadi keras dan
pahit karena rasa sakit yang kita alami, atau kita dapat memilih menjadi lebih dekat
dengan Allah dan mempersilakan Dia menata hati kita sehingga kelembutan kasih mulai
mengalir dari hati kita. Dalam kehancuran, justru kita dapat menghibur orang lain.
Mungkin karena situasi serupa yang kita alami, maka kita dapat menyalurkan kasih dan
penghiburan Allah yang telah diberikan-Nya. kepada kita (2 Korintus 1:4). Kita
memperoleh pengertian yang baru mengenai anugerah Allah yang merupakan minyak
yang membalur luka orang lain. Allah ingin kita memanfaatkannya.

Memperbaharui Pikiran Anda


Memperbaharui pikiran atau akal budi amatlah penting. Menjadi ciptaan baru bukanlah
sekadar dongeng bahwa Allah menolong kita agar merasa lebih suka terhadap diri kita.
Pembaharuan pikiran merupakan kebenaran rohani. Alkitab tidak berdusta.

Paulus berkata, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah terbit: (2 Korintus 5:17). Ketika
anda datang kepada Yesus, saat itu terjadilah sesuatu yang ilahi. Anda menjadi manusia
yang baru, pribadi yang baru. Tubuh anda, juga tangan dan kaki anda tetaplah sama, dan
bahkan pakaian anda juga sama dengan yang anda pakai ketika masih menjadi orang
berdosa. Namun ada sesuatu yang berbeda, anda adalah CIPTAAN BARU.

Dalam kitab Yehezkiel, Allah bersabda, "Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,
yang akan MENTAHIRKAN kamu." Ia tidak berkata bahwa kamu mungkin tahir atau
aku harap kamu akan tahir, tetapi Ia berkata bahwa kamu akan tahir. "Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari SEGALA
kenajisanmu dan dari SEMUA berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu
akan Kuberikan HATI YANG BARU, dan ROH YANG BARU di dalam batinmu dan Aku
akan MENJAUHKAN (mengangkat) dari tubuhmu hati yang keras dan KUBERIKAN
kepadamu hati yang taat. ROHKU AKAN KUBERIKAN DIAM DI DALAM BATINMU
dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang
pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya" (Yehezkiel 36:25-27).

Allah telah memberikan kepada kita hati dan roh yang baru. Kita perlu berjalan dalam
kehidupan yang baru ini. "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan
Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan HIDUP DALAM
HIDUP YANG BARU. Karena kita tahu, bahwa MANUSIA LAMA KITA TELAH TURUT
DISALIBKAN, supaya tubuh dosa kita HILANG KUASANYA, agar JANGAN kita
MENGHAMBAKAN DIRI lagi kepada dosa" (Roma 6:4,6-7).
Anda adalah Ciptaan Baru
Berjalan dalam kehidupan yang baru mencakup melatih pikiran kita untuk menerima
pembaruan itu, dan tidak menolak pembaruan itu. Baru-baru ini aku mendengar
seseorang berkata, "Aku adalah manusia baru dalam Kristus, aku mendapatkan hati dan
roh yang baru. Satu-satunya masalahku adalah bahwa aku memiliki otak yang lama."
Ada peperangan dalam pikiran kita dan kita perlu terus-menerus mengisi pikiran kita
dengan kebenaran Firman Allah yang merupakan makanan bagi pikiran kita, serta
menyingkirkan semua rongsokan-rongsokan yang ada sebelumnya. Semua ini merupakan
proses dan anda perlu menerapkannya pada diri anda dengan tekun. "...meninggalkan
MANUSIA LAMA... DIBAHARUI DI DALAM ROH DAN PIKIRANMU" (Efesus 4:22-
23).

Paksalah pikiran anda untuk bertindak dan disiplinlah pikiran anda. "Karena keinginan
daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera" (Roma
8:6). Berikut ini beberapa langkah praktis yang bisa anda terapkan untuk memulai
pembaharuan pikiran anda.

KATAKANLAH KEBENARAN: Menghargai diri sendiri adalah topik yang populer


dibahas di zaman ini. Dunia mengatakan, "Berbanggalah dengan dirimu", yang
merupakan pemikiran yang berlawanan dengan Alkitab. Namun tanggapan kristiani
bukanlah anggap dirimu rendah dengan terus-menerus mengucapkan kata-kata yang
meremehkan dirinya dan mempercayainya sebagai kerendahan hati yang alkitabiah.
Sebenarnya bukanlah demikian. Kita perlu melihat diri kita melalui sudut pandang Allah,
maksudnya dalam terang Alkitab. Kita harus jujur tentang diri kita, mengakui yang baik
maupun yang buruk. Jika kita benar-benar jujur, maka kita pasti menjadi seorang yang
rendah hati di hadapan Allah.

PIKIRKANLAH KEBENARAN: "...semua yang benar, semua yang mulia, semua


yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Filipi 4:8). Renungkan
ayat Alkitab khusus yang Allah berikan kepada anda berkenaan dengan pengampunan
bagi anda, tentang kekuatan anda dalam Yesus, tentang hati anda yang baru, dan tentang
semua kekayaan dalam Kristus. Tuliskan semua itu pada tempat yang sering terlihat,
misalnya cermin di kamar mandi, agar anda dapat melihatnya dan mengingatnya. Garis
bawahi ayat-ayat itu dan hafalkanlah. Semuanya itu adalah kebenaran dan "kebenaran itu
akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32).

HIDUPLAH DALAM KEBENARAN: "tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman


dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri"
(Yakobus 1:22). Jangan membangkitkan hasrat dan perasaan lama. Jika anda tidak ingin
bergumul melawan nafsu, jangan menonton film yang merangsang gairah nafsu anda.
Waspadalah terhadap pengaruh yang anda terima melalui televisi, buku, majalah dan
media massa lainnya. Lakukan hal sederhana yang Allah tunjukkan kepada anda dalam
rangka membangun kembali kehidupan anda dan anda tidak akan menyedihkan hati
Allah serta melakukan kesalahan yang sama lagi. "...dan mengenakan manusia baru,
yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya" (Efesus 4:24).

Mengampuni Diri Sendiri


Setelah Allah mengampuni anda maka anda harus mengampuni diri anda. Mengampuni
diri sendiri membebaskan diri anda sehingga anda dapat berjalan dalam kepenuhan
Kristus. Setan senang mengatakan bahwa anda belum berubah, bahwa darah Kristus
tidak berguna untuk menyucikan dosa anda itu. Semua itu tipuan belaka. Sekali anda
memberikan hidup anda kepada Allah dan meletakkan dosa-dosa anda di kaki salib untuk
dihapuskan oleh darah-Nya, maka anda telah diampuni. Tuntas! Anda harus percaya
pada kebenaran ini jika anda ingin mendapatkan suka cita dalam kehidupan Kristen anda.
Anda telah diikat oleh rantai musuh dan Yesus ingin memerdekakan anda saat ini juga.
Berserulah seperti Daud, "Keluarkanlah aku dari dalam penjara untuk memuji namaMu"
(Mazmur 142:8). Pintu terbuka lebar. Berjalanlah memasukinya dengan penuh
keyakinan! Pergilah sendirian ke suatu tempat dan katakanlah dengan suara keras,
berbicaralah kepada diri anda sendiri, kepada Allah dan kepada iblis.

"Aku TIDAK SAMA seperti dulu lagi. Aku TIDAK AKAN MELAKUKAN hal yang
sama bila kesempatan / keadaan itu terulang lagi. Aku bukan hanya sekadar minta maaf.
Aku percaya bahwa ALLAH TELAH MENGAMPUNIKU dan aku akan hidup dalam
pengampunan-Nya. Aku akan MENGATAKAN dan MEMIKIRKAN kebenaran tentang
diriku dan tentang Allah. Aku MENOLAK TIPU MUSLIHAT iblis. Dan aku
MENGAMPUNI DIRIKU". Katakan dengan lebih keras: "AKU MENGAMPUNI
DIRIKU". Sisipkan nama anda di sini dan katakanlah, "________________, AKU
MENGAMPUNIMU!!" Sekarang berikan waktu untuk mengucapkan syukur kepada
Yesus Kristus untuk permulaan baru yang Ia berikan kepada anda.

Ada beberapa hal yang harus dipakukan di kayu salib sekali dan untuk selamanya.
Jangan ambil daftar kesalahan, kegagalan dan dosa itu serta mengkajinya kembali. Yesus
ingin melakukan hal-hal yang baru dalam kehidupan anda. Anda perlu mempersilakan
Dia melakukannya. Inilah waktunya untuk melangkah maju dalam kehidupan anda dan
mengambil kesempatan dan tantangan yang terletak di hadapan anda. Anda akan
kehilangan hal ini jika tetap menoleh ke belakang. Yesus ingin memakai anda. Ia
mengasihi anda dan ingin melihat anda terlepas dari semua itu dan mulai menjadi seperti
yang Ia kehendaki bagi anda. Lupakan semua yang di belakang dan pandanglah ke depan,
melangkahlah ke depan dalam hikmat dan kekuatan Allah. Yesus tidak hanya
memberikan masa depan bagi anda. Ia juga memberikan harapan! "Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah
Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11). ***

Sumber: Green, Melody. 1985. "...but I can't forgive myself". Texas, USA: Last Days
Ministries. Kode : (LD#67)
MEDITASI
- Harta Karun Kita yang Hilang -

oleh Fran Paris

Selama ribuan tahun usaha mencari harta yang hilang atau harta terpendam telah menjadi
perangkap umat manusia. Di masa lalu, dalam usaha mencari emas, permata dan perak,
orang-orang meninggalkan rumah dan keluarga untuk berkelana menjelajahi dunia. Tidak
ada garansi bahwa harta yang mereka cari itu pasti akan ditemukan, namun daya pikat
kekayaan yang berlimpah-ruah ini rupanya layak dibandingkan dengan risiko dalam
pencarian harta terpendam itu. Mereka rela mengorbankan dirinya dengan harapan
mendapatkan kemakmuran, keamanan dan kesempatan hidup "berlimpah harta".

Harta yang mereka cari adalah harta duniawi. Suatu saat, keuntungannya akan berakhir
dalam kehidupan ini karena sama sekali bukan sesuatu yang kekal. Manusia rela mati
demi harta sementara, - padahal bagi kita tersedia harta kekal yang hanya tinggal diraih,
namun harta ini tetap tersembunyi dan terabaikan!

Mana yang bisa membuat anda lebih bergairah: menemukan emas di pekarangan
belakang rumah anda, ataukah menemukan kekayaan Tuhan yang tersembunyi dalam
Alkitab? Allah telah berjanji akan memberi kita harta yang lebih bernilai dibandingkan
dengan harta yang dapat diberikan oleh dunia ini, namun harta ini tidak jatuh begitu saja
dari langit ke telapak tangan kita. Alkitab berkata bahwa kekayaan ini tersimpan bagi
mereka yang mencarinya dengan rajin.

"Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan
Aku dengan segenap hati" (Yeremia 29:13). Aku percaya bahwa salah satu ayat paling
sederhana namun paling diabaikan penerapan rohani adalah ayat tentang praktek
meditasi. Praktek sederhana membaca Alkitab dan tinggal dalam kebenaran dan hikmat
yang tersimpan dalam Firman Allah. Dan ketika kita melaksanakan praktek meditasi ilahi
ini, Firman Allah akan meledak dengan memancarkan kekayaan hikmat dan api
rohaninya dalam jiwa kita.

Meneliti Alkitab
Sering kita hanya terdorong untuk mencari Allah kalau sedang terjepit masalah. Kita
meneliti Alkitab - namun hanya saat kita mempunyai masalah dan memerlukan
penghiburan ilahi. Bukannya mengejar pengenalan akan Allah sebagai prioritas utama
dan terpenting, kita malahan menunggu diri kita masuk dalam dilema dan kemudian baru
berseru kepada Tuhan memohon jalan keluar.

Kita perlu makan dan minum Firman setiap hari agar kita memiliki bejana hikmat ilahi
tersimpan dalam hati dan pikiran kita. Jadi ketika kita menghadapi masalah, sebagai ganti
berteriak-teriak dengan putus asa dalam pencarian akan pimpinan Tuhan pada jam
sebelas malam, kita akan dapat tinggal menimba dari bejana besar berisi hikmat dan
pengenalan akan Tuhan yang sudah tersimpan dalam diri kita.

Dalam kitab Amsal berulang-kali Allah meminta dengan sangat agar kita mencari
kekayaan Firman-Nya: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada
petunjuk-petunjukku maka engkau akan hidup. Perolehlah hikmat; perolehlah
pengertian!... kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya... Junjunglah dia, maka
engkau akan ditinggikannya; Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di
kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu... Bila engkau berjalan
langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung"
(Amsal 4:4-12).

Seperti halnya untukku, membaca ayat-ayat hebat yang merupakan janji Allah sendiri
menyebabkan sesuatu timbul dalam diri anda... suatu semangat dan harapan! Namun
mungkin anda memikirkan keadaan aktual kehidupan rohani anda saat ini, sehingga bagi
anda janji ini bagaikan ban tua usang yang sudah kempis.

Pernahkah anda mencoba membaca Firman Allah atau berdoa dan anda hanya mendengar
suara keraguan di dalam kepala anda yang berkata, "Jika aku seorang Kristen, mengapa
kehidupan rohaniku seperti ini? Mengapa tekanan hidup sehari-hari membuatku amat
terkuras dan kosong? Mengapa aku tidak bertumbuh, - menjadi semakin berbuah dalam
pelayananku bagi Tuhan?"

Aku percaya bahwa rahasia pertumbuhan rohani yang kita rindukan terletak pada praktek
meditasi ilahi. Suatu praktek sederhana namun sangatlah penting, yang sedemikian
berdaya-guna sehingga setan berusaha menghancurkan konsep "meditasi" ini dengan
membanjiri mayarakat dengan pelbagai pemalsuan rohani.

Bahaya: Pemalsuan!
Di masa sekarang kebanyakan orang Kristen langsung merasa tegang ketika mendengar
kata "meditasi". Tentu alasannya baik! Ketika pada tahun 1960-an diperkenalkan
meditasi transendental Timur kepada dunia modern, bentuk-bentuk tiruan meditasi terus-
menerus berkembang pesat di pelbagai tempat.

Jaringan toko-toko menjual pita-pita kaset audio yang dirancang untuk memanipulasi
alam bawah sadar anda dan mengisinya dengan pesan-pesan subliminal. Para tokoh
Gerakan Zaman Baru (New Ager) dan nabi-nabi palsu menyatakan keajaiban meditasi
sehingga anda dapat menemukan "allah di dalam batin" anda. Baru-baru ini aku
menemukan sebuah buku yang ditulis oleh seorang doktor yang merekomendasikan
meditasi atas nomor tertentu dalam rangka mengurangi tekanan jiwa, tekanan darah
tinggi dan problem-problem jantung.

Memang benar meditasi seperti ini menurunkan Allah (yang menyatakan diri dalam
Alkitab) dari tahta-Nya. Manusia bukanlah "allah" dan meditasi tidaklah membuat
manusia menjadi Allah seperti yang mereka ajarkan. Meditasi dapat menurunkan tingkat
'stress' dan meningkatkan kesehatan anda, dan hal ini memang hasil sampingannya! Kita
perlu mencari damai batin dari Pencipta surga dan dunia - bukan sekadar mencarinya
untuk meredakan tekanan fisik dengan mempraktekkan suatu resep atau formula!

Namun semua percekcokan sekitar masalah meditasi ini mengungkapkan suatu hal:
Meski mereka rupanya hanya menginginkan keuntungan-keuntungannya dan bukan
menginginkan Allah yang memberikan meditasi kepada kita, namun orang-orang ini
menuju kepada sesuatu.

Kebenaran yang hakiki dalam hal ini adalah meditasi merupakan praktek sederhana yang
berdaya-guna yang Allah berikan bagi kita. Meditasi atas Firman Allah adalah cara yang
kita pakai dalam memperoleh kebenaran hidup yang Ia berikan ke dalam inti jiwa kita
dan mengalir ke tiap tempat di mana keputusan-keputusan vital kita dibuat setiap hari.

Meditasi adalah cara kita menggali tambang harta-karun dalam Firman Allah. Ini
merupakan cara agar Firman Allah masuk dan tersimpan dalam hati kita, sehingga kita
dapat terus menimba kekayaannya. Seperti Mazmur 119:11 berkata, "Dalam hatiku aku
menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau."

Karena meditasi sedemikian penting, tidak heran bila ada banyak pemalsuan. Seperti
dikatakan oleh Loren Cunningham, pendiri Youth With A Mission, "Tidak pernah orang
mau memalsukan sesuatu yang tidak berharga, atau, hanya sesuatu yang berhargalah
yang akan dipalsukan." Dengan kata lain, bila ada "teknik-teknik" meditasi yang
membawa kita jauh dari Allah, maka mutlak penting bagi kita untuk mengerti bagaimana
agar kita semakin dekat dengan Allah dengan bermeditasi atas jalan-jalan-Nya.

Bukan dari Roti saja


Ketika Yesus berpuasa di padang gurun, dalam keadaan fisik yang semakin lemah, Setan
mencoba membawa-Nya melanggar peran Bapa, yakni mengganti rencana Allah dengan
apa yang dibuat oleh-Nya sendiri. Namun ketika Setan mencobai-Nya untuk mengubah
batu menjadi roti, Yesus menjawab, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari
setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Matius 4:4). Ucapan ini membungkam si
pencoba, sekaligus memberi kita pelajaran pertama mengenai meditasi ilahi yang sejati.

Seperti halnya makanan memberi gizi bagi tubuh anda, demikian juga Firman Allah
merupakan gizi rohani sejati. Mirip dengan macam-macam vitamin, mineral, protein dan
karbohidrat! Tanpa makanan, anda akan kekurangan gizi dan sakit. Bahkan akhirmya
mati. Dan sejalan dengan itu, bila anda tidak memiliki praktek sehat dan teratur menimba
Firman Allah bagi jiwa anda, maka anda akan mengalami akibat yang sama dalam
kehidupan rohani anda.

Meditasi adalah suatu proses dimana Firman Allah mengalir dari kepala anda lewat
menuju hati dan roh anda, dan dari roh dan hati anda inilah kuasa Firman akan
dipancarkan. Seperti dinyatakan Campbell McAlpine dalam bukunya, "Alone with God"
bahwa "Meditasi adalah organ pencernaan jiwa kita". Meskipun Yesus secara fisik
kekuatan-Nya terkuras setelah 40 hari berpuasa, namun pada saat itu Ia sedemikian kuat
dalam roh sebagai hasil mencari wajah Allah dan bermeditasi atas Firman Allah sehingga
Ia memegang janji Firman-Nya dan menggunakan sedikit kata-kata, namun kata-kata-
Nya merupakan senjata berdaya-guna untuk mengalahkan si musuh itu.

Nabi Yeremia mengerti akan kekuatan meditasi. Ia berkata, "Apabila aku bertemu
dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; Firman-Mu itu menjadi
kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku..." (Yeremia 15:16). Apakah roh anda
bergembira-ria karena diberi makan dengan makanan pemberi hidup yang sejati, ataukah
anda "salah makan"?

Apakah Saat Teduh dengan Tuhan merupakan suatu suka cita atau sekadar kewajiban?
Firman Allah bukanlah sesuatu yang anda baca untuk sekadar memenuhi "kewajiban"
harian. Atau bukan juga untuk memperlihatkan kepada-Nya bahwa anda seorang Kristen
yang tertib dalam menjalankan kewajiban ibadah. Saat Teduh benar-benar bermakna,
artinya Saat Teduh merupakan cara untuk membawa kebahagiaan batin dalam jiwa anda
yang akan "menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu" (Amsal 3:8).

Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita membaca tentang para pria dan wanita
yang tahu bagaimana menimba Firman Allah dan memasukkannya ke dalam hati mereka,
dan dari hati mereka ini tercetus api hikmat, pengertian, kuasa, dan penglihatan nubuat.
Orang-orang seperti Daud, para nabi dan para rasul tahu bahwa kuasa dan sukacita ilahi
datang dari pesta jiwa atas Firman Allah.

Ijinkan aku mengajukan sebuah pertanyaan kepada anda: Makanan apa yang anda
berikan untuk jiwa anda?

Pisahkan Diri Anda


Mudah saja kita berpikir bahwa Allah memilih orang-orang "istimewa" secara acak,
menjepit tengkuk mereka dengan tangan-Nya (seperti anda menjepit tengkuk kucing
ketika mengangkatnya) dan mengoles mereka dengan "urapan"-Nya. Lalu mereka
membuka mulut dan mengucapkan firman Allah dengan cara yang luar biasa dan penuh
kuasa. Benarkah demikian?

Salah!! Orang-orang seperti Yeremia menyediakan waktu untuk memisahkan diri dari
dunia. Mereka menetapkan hati untuk mencari wajah Allah. "Tidak pernah aku duduk
beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda-gurau, karena tekanan tangan-
Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram" (Yeremia
15:17).

Yeremia bukanlah orang yang memadamkan suka-ria. Hanya ia tahu bahwa ia harus
memisahkan diri agar tidak terpengaruh oleh orang-orang duniawi yang jiwanya berpesta
ketika berkumpul dengan teman-teman dan bukan berpesta atas Firman Allah.
Akibatnya? Ia berkata, "karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian." Yeremia telah
memilih sumber sukacita yang berbeda, yakni sukacita karena pengaruh Firman Allah.
Dan hasilnya, ia memiliki pandangan yang berbeda total dibandingkan dengan orang-
orang segenerasinya.

Catherine Booth, mitra pendiri Bala Keselamatan adalah orang yang juga berbeda
pandangannya secara radikal dibandingkan dengan orang-orang sezamannya. Semasa
kanak-kanak, Catherine invalid. Ia sedemikian lemah sehingga tidak dapat mengikuti
sekolah umum bersama anak-anak sebaya dengannya sehingga ibunya mendidik
Catherine di rumah dan mengajarnya dengan membaca Alkitab secara bersuara. Ketika
berusia sepuluh tahun, ia dan ibunya telah membaca seluruh Alkitab (secara bersuara)
sebanyak delapan kali! Tak heran bila anak ini memiliki nilai-nilai yang berbeda total
dibandingkan dengan anak-anak lain yang segenerasi dengannya.

Sebagai remaja, akibat penyakitnya, Catherine terhalang dari memiliki kehidupan sosial -
jadi ia membaktikan dirinya untuk mempelajari Alkitab. Tekadnya amat kuat, sehingga
Catherine menjadi wanita muda dengan keyakinan yang amat kokoh dan dalam. Ia benar-
benar tidak mau berkompromi atas apa yang diketahuinya benar. Keyakinan seperti ini
hanya dapat timbul bila anda membenamkan diri dalam Firman Allah.

Kebalikannya, generasi kita sekarang dilanda wabah tidak memiliki keyakinan. Sebagai
ganti dipengaruhi Firman Allah, kita dipengaruhi televisi, radio, bioskop, musik
kontemporer, (keasyikan dengan sinetron televisi, internet game online, face book, dll -
red). Aku ingin anda melihat lebih dekat akan akibat-akibat jangka panjang dari bentuk-
bentuk "hiburan" sekuler ini pada masyarakat kita. Pertama, jelas bahwa hal terbanyak
yang kita lihat dan dengar di zaman ini dari media benar-benar tidak mencerminkan
pandangan Allah atau standar-standar-Nya. Kenyataannya, media memperoleh
kemudahan dalam mendorong pemberontakan dan merosotnya nilai-nilai ilahi, dan itu
hanya satu dari sekian banyak pengaruhnya yang terlihat jelas.

Kerinduan kita untuk terus "dihibur" juga menyebabkan kita menjadi generasi yang
malas. Apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan berita dari TV, pertunjukan,
bioskop atau nyanyian? Tidak ada. Kita cuma duduk (atau berbaring), dan berita-berita
datang di depan kita, atau pergi dari kita. Dan tidak satupun yang kita lakukan.

Namun mencari Allah melalui Firman-Nya tidak sama dengan menonton televisi. Perlu
usaha! Metoda meditasi dari Allah mensyaratkan anda untuk menyingkir dari pengaruh-
pengaruh dunia. Anda harus sendirian dan bertenang diri di hadapan Allah. Begitu anda
membaca Firman-Nya, dan berulang mengkajinya dalam pikiran anda, maka Firman-Nya
akan mulai menelanjangi tempat-tempat gelap dan remang-remang di hati anda. Firman
Allah dapat mengungkapkan sejauh mana anda bersandar pada dunia untuk memperoleh
penerimaan dan persetujuan. Dan yang terpenting, suara kebenaran Allah mampu
menopang kita karena kita setiap hari menghadapi tantangan dunia yang keras yang tidak
selalu mencerminkan kebenaran Firman Allah.
Roti Hidup
Di zaman kita ini ada orang-orang Kristen yang salah menafsirkan pernyataan-pernyataan
Daud dalam Mazmur 119. Menurut mereka, meditasi hanya bagi umat Allah di masa
Perjanjian Lama. "Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari"
(Mazmur 119:97). Mungkin anda berkata, "Kita tidak hidup di bawah hukum Taurat. Kita
hidup di bawah kasih-karunia. Bukankah meditasi hanyalah bentuk "praktek agama" yang
menempatkan kita di bawah kuk legalistik?"

Bukan! Ya, bukan, bila anda memikirkan beberapa instruksi penting yang diberikan
Yesus kepada kita. Yohanes 1:1 memperkenalkan Yesus sebagai Firman yang bersama
Allah dan adalah Allah. Sebagai Firman, Dialah yang mengajarkan para murid-Nya,
"karena roti yang datang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi
hidup kepada dunia. Akulah roti yang hidup yang telah turun dari surga... Sama seperti
Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barang siapa
yang memakan Aku akan hidup oleh Aku" (Yohanes 6:33,51,57)

Apa maksud Yesus ketika berkata "memakan Aku"? Ia berkata mengenai menyerap
kebenaran Firman-Nya dan mengenai arti hidup-Nya. Biarlah hal ini sungguh-sungguh
merombak pikiran kita sehingga menjadi bagian dari diri kita - dan kita menjadi bagian
dari-Nya.

Dan karena pikiran kita diperbaharui (Roma 12:1-2), maka kita mendengar / menaati Dia
dan menghargai ucapan-Nya lebih daripada kita menghargai pengaruh-pengaruh lain.
Kita menerapkan perkataan-perkataan-Nya atas hidup kita. Dalam proses pikir aktif dan
tinggal dalam Firman Allah inilah pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan kita
diubah secara alami, mulai dari manusia batiniah kita lalu ke tindakan-tindakan luar kita.
Hal ini benar-benar sebaliknya dari sekadar memenuhi acuan yang legalistik atau
"bergumul" untuk berbuat benar demi Allah. Ini merupakan hubungan vital yang
memberi kita kebebasan melalui Roh Kudus.

Meditasi membuat jelas janji Yesus yang lain: 'kamu memang sudah bersih karena
Firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah jikalau kamu tidak
tinggal d dalam aku" (Yohanes 15:3,4). Demikian juga dalam Efesus 5:26, Paulus berkata
tentang disucikan dengan "memandikannya dengan air dan Firman."

Berikut ini aku ingin membagikan enam prinsip yang sederhana namun penting yang aku
pakai untuk memperdalam dan memperkaya meditasi atas Firman Allah:

1. Mintalah atau mohonlah Allah memberi anda penyataan ketika anda belajar
Firman-Nya, dan ucapkan terima kasih karena Ia akan memberikannya.
Seringkali kita mulai Saat Teduh kita dalam Firman-Nya dengan sikap yang
kalah, yakni dengan berpikir, "Aku merasa tidak rohani hari ini. Aku merasa
benar-benar jauh dari Allah. Rasanya akan sulit berdoa, dan kupikir aku tidak
akan mendapatkan apa-apa bila kubaca Alkitab". Tentu saja tidak. Sikap ini
merupakan sikap yang tidak konsisten karena kebenaran Allah sama baiknya
kemarin, hari ini dan selamanya, dan Ia selalu ingin mengarahkan kita dalam
jalan-Nya. Ia ingin berkata-kata dengan kita. Amsal 2:6,7 berkata, "karena
Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur". Melalui
meditasi, Ia ingin memberi kita wawasan-wawasan pengertian! Penting sekali kita
mengerti fakta ini agar kita tidak terus membiarkan perasaan dan emosi kita
menghalangi kita dalam Saat Teduh kita dengan Tuhan. Boleh jadi anda
"berjuang" untuk kasus yang "sia-sia" ini namun Allah tidak pernah! Meditasi
bukan sekadar duduk, membaca suatu ayat, dan kemudian memikirkannya. Bukan
hanya itu! Allah semesta alam sedang terlibat dalam meditasi anda, jadi mintalah
Ia mengisi anda dengan penyataan-Nya - dan ucapkanlah syukur sebelumnya.
Jangan lupa melakukannya! Banyak orang mengeluh bahwa mereka tidak
menerima apa-apa dalam bermeditasi. Kebanyakan hal ini karena mereka gagal
dalam memulainya dengan prinsip ucapan syukur ini.
2. Baca dengan lambat dan "bayangkanlah" ayat-ayat yang anda baca. Dunia
modern kita adalah dunia yang berisik dan banyak dari kita berpikir bahwa
mendapatkan sesuatu dengan kerja cepat lebih berharga daripada sesuatu yang
memerlukan waktu. Namun mendapatkan penyataan dari Allah bukanlah hal yang
diperoleh dengan tergesa-gesa. Anda harus menenangkan diri ketika bermeditasi
atas Firman Allah. Tak ada cara lain untuk mengalami kekayaan Alkitab. Berikut
ini teknik yang dulu biasa kupakai untuk menenangkan diri dan untuk benar-benar
menikmati bagian ayat yang sedang kubaca: Baca ayat-ayat itu berulangkali
sampai anda dapat "melukiskannya" dalam pikiran anda. Anda tidak perlu
menjadi benar-benar "seniman" untuk melakukannya. Caranya hanya betahlah
pada ayat-ayat tersebut sampai Tuhan mulai memenuhi pikiran anda dengan suatu
gambaran. Alkitab penuh dengan penjelasan-penjelasan yang indah, kisah-kisah
yang menakjubkan, dan perumpamaan-perumpamaan yang mengandung hikmat
yang agung. Tak ada buku lain di dunia ini yang dapat membuat roh dan hati anda
menyala demikian ajaibnya! Jadi luangkanlah waktu untuk benar-benar
membayangkannya, dan fokuskan baik-baik apa yang sedang anda baca.
3. Tuliskan ayat-ayat tersebut dalam buku catatan atau jurnal anda. Aku sering
bermeditasi hanya atas satu atau dua ayat Alkitab setiap kali, dan tidak pernah
satu pasal penuh. Kadang-kadang Allah menarikku untuk bermeditasi atas
beberapa pokok spesifik, kemudian aku mencari beberapa ayat lain dengan pokok
yang sama dan bermeditasi (merenungkan ) semua ayat tsb. Menuliskan apa yang
kita baca memerlukan usaha yang disiplin dan semakin anda disiplin, semakin
besar kesempatan yang anda berikan kepada Roh Kudus untuk berbicara kepada
anda. Ketika menuliskan suatu hal maka anda cenderung akan berpikir mengenai
hal itu secara lebih mendalam. Anda menganalisanya secara lebih hati-hati dan
pikiran anda lebih menyerapnya.
4. Tuliskan apa yang anda mengerti dari ayat-ayat tsb. Pada titik ini mungkin
anda berpikir, "Tak ada pemikiran yang baru , tak ada yang luar biasa. Mengapa
harus sedemikian peduli dengan menuliskannya? Aku akan menunggu sampai
terpikir olehku sesuatu yang benar-benar tidak biasa". Namun bila anda berbuat
demikian maka pikiran anda akan mulai mengambang ke pokok yang lain. Jadi
tuliskan pemikiran-pemikiran anda, bahkan buah pikiran yang bagi anda amat
besar dan dalam saat itu. Anda akan menemukan bahwa satu buah pikiran akan
diikuti oleh buah pikiran lainnya. Sampai suatu saat anda akan terkejut pada suatu
hal yang Allah tunjukkan kepada anda mengenai suatu ayat! Contohnya, aku
sedang bermeditasi pada ayat-ayat yang kukenal baik dan sudah sering kukutip,
misalnya Yohanes 3:16 atau Mazmur 23. Meskipun aku ragu-ragu apa lagi yang
mungkin kupelajari dari ayat terkenal ini, aku tetap setia menuliskan semua yang
muncul dalam pikiranku, dan Tuhanlah yang memberiku wawasan yang lebih
besar yang sebelumnya tidak kumiliki! Ingatlah, jangan mengkritik atau
meng'edit' buah pikiran anda, tugas anda hanya menuliskannya! Anda mungkin
akan terkejut bagaimana Tuhan dapat memunculkan pola yang indah dari
sejumlah buah pikiran yang acak itu!
5. Terapkan pengertian itu dalam kehidupan anda. Ketika anda terus
bermeditasi, Tuhan mungkin akan mulai mengisi anda dengan wawasan yang luar
biasa tentang sifat-Nya dan kasih-Nya. Ketika anda menerima "serpih emas" ini
dalam hati anda, janganlah hanya bersantai dan berpuas diri menyimpannya, tapi
mulailah menerapkannya dalam kehidupan anda! Tanyalah diri anda sendiri:
Bagaimana seharusnya aku menghadapi situasi tertentu ini dalam sudut pandang
apa yang Allah tunjukkan kepadaku? Lalu landasi tindakan-tindakan anda atas
penyataan yang anda terima mengenai sifat Allah itu. Ketika anda mulai dibaharui
dan diubah oleh kebenaran Allah, anda mungkin mulai dapat melihat adanya
beberapa tindakan dan hubungan anda yang mulai akan berubah.
6. Berikan respon atau tanggapan kepada Allah. Sembilan puluh persen
kepastian bahwa meditasi akan membawa anda ke titik di mana anda akhirnya
penuh dengan respon yang baru kepada Allah. Misalnya anda akan melihat
sesuatu mengenai Tuhan, yang belum pernah anda lihat sebelumnya, dan
penyataan baru ini membuat anda ingin menaikkan pujian dan penyembahan.
Jangan kehilangan saat-saat seperti ini karena terburu-buru! Raihlah kesempatan
ini dengan menanggapi Allah sepenuh hati! Mungkin Tuhan akan memberi anda
pengenalan yang lebih baik akan suatu keadaan yang sedang menyulitkan anda.
Sekali lagi, jangan lepaskan kesempatan untuk menanggapi. Berdoalah untuk hal
itu saat itu juga! Atau mungkin Allah akan memberi anda lagu baru untuk anda
nyanyikan mengenai ayat yang sedang anda renungkan. Ya, bernyanyilah!
Berikan respon kepada Tuhan dari meditasi anda itu. Respon anda akan membuat
meditasi anda lebih hidup, dan akan membuat hubungan anda dengan Allah lebih
dari sekadar sebuah latihan pelajaran intelektual untuk mengisi otak.

Carilah Hikmat
Bermeditasi dan menerima pengertian dari Tuhan bukanlah sekadar aktivitas yang sepi
dan pasif. Kita bukan hanya duduk dengan Alkitab terbuka sementara Tuhan mengisi kita
sampai penuh! (seperti mengisikan air ke gelas), sebaliknya dalam bermeditasi Tuhan
ingin agar kita aktif. Ia terus mendorong kita dalam Amsal untuk "Mintalah
pengertian..." "Carilah hikmat seperti mencari perak dan harta terpendam..."
"Condongkan hatimu pada pengertian..." "Simpan perintah-perintah-Nya seperti
menyimpan harta..." "Kalungkan pada lehermu..." "Tuliskan pada loh hatimu". Apakah
hal seperti ini merupakan hal pasif? Bukan. Semua itu adalah peringatan yang mendesak
bagi kita untuk secara aktif mencari hikmat ilahi.

Mengapa Allah demikian tidak mau menyerah untuk hal ini? Mengapa Tuhan memberi
desakan yang kuat agar kita bermeditasi dalam Firman-Nya? Karena Ia tahu bahwa orang
yang "makan dan minum" secara mendalam atas Firman-Nya akan menemukan harta
terbesar yang pernah dikenal umat manusia. Suatu harta yang lebih berharga dari harta
apapun yang terkubur di pulau gersang atau terpendam di reruntuhan budaya yang hilang.

Dan anda tidak perlu mendaki gunung tertinggi atau mencarinya di kedalaman samudera
untuk memperolehnya. Harta itu dapat anda temukan tanpa berkelana lebih jauh daripada
pekarangan rumah anda. Ya, harta satu-satunya yang tidak akan berkurang, sekalipun
anda memakainya. Semakin anda mengenyam kesenangan dari harta ini, semakin besar
pula pertambahannya!

Karena harta ini adalah harta kekal dari Firman Allah dan inilah janji-Nya bagi mereka
yang rajin mencari hikmat dan pengertian ilahi, "Berbahagialah orang yang mendapat
hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi
keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga daripada permata;
apapun yang kau inginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan
kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh
bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi
orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia"
(Amsal 3:13-18) .

Tentang penulis:

Frans Paris melayani sebagai asisten direktur basis YWAM Twin Oaks Ranch di Tyler,
Texas. Ia aktif di YWAM selama 20 tahun. Fran mempunyai banyak tugas termasuk
melayani sebagai direktur eksekutif baik pada "Living Alternatives" di Tyler maupun
dalam pelayanan perkotaan YWAM di New Orleans. Beliau adalah teman dan pengajar
tetap di sekolah pelatihan LDM. Fran tinggal di Lindale, Texas bersama suaminya Leland
dan tiga orang anak mereka.

Sumber: Paris, Fran. 1990. "Meditation, Our Lost Treasure". Lindale, Texas, USA: Last
Days Ministries. Kode LD#121.

Anda mungkin juga menyukai