Mungkin anda pernah mendengar komentar yang berkata, “Bunda Maria itu
hanya manusia biasa seperti kita… Tuhan hanya ‘meminjam’ tubuhnya saja
untuk melahirkan Yesus.” Benarkah? Sesungguhnya, tidak sesederhana itu.
Sebab, semakin kita membaca dan merenungkan Kitab Suci dan tulisan dari
para Bapa Gereja, kita akan semakin menyadari, bahwa meskipun Bunda Maria
itu manusia ‘biasa’ sesungguhnya ia sangat istimewa. Ia tidak mungkin sama
dengan kita, justru karena perannya sebagai Ibu Tuhan Yesus. Dibutuhkan
kerendahan hati untuk mengakui, bahwa seberapapun dekatnya seseorang
dengan Yesus, tidak ada yang melebihi kedekatan Bunda Maria dengan Yesus.
Kenyataannya, semua gen sifat-sifat Yesus sebagai manusia diperoleh dari
Bunda Maria. Maria mengandung Yesus, menyusui-Nya, membesarkan-Nya.
Selama 30 tahun Maria hidup bersama Yesus yang menghormatinya sebagai
Ibu-Nya. Bunda Maria mendampingi Yesus dengan setia sampai wafat-Nya di
kayu salib. Di tengah derita-Nya di salib, Tuhan Yesus memikirkan nasib Bunda
Maria yang akan ditinggalkan-Nya, sehingga Ia memasrahkan ibu-Nya itu kepada
murid yang dikasihiNya. Selanjutnya, setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus ke
surga, Maria menyertai Gereja; sampai saat ia-pun diangkat ke surga hingga saat
ini, ia menyertai kita semua. Tulisan berikut ini merupakan sekilas renungan
tentang Maria sebagai Bunda Allah, yang mengambil sumber utama dari surat
ensiklik Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater (Bunda Penyelamat) dan
tulisan para Bapa Gereja.
Kesimpulan
Bunda Maria berdiri di pusat misteri Keselamatan, seperti dikatakan oleh Paus
Yohanes Paulus II, “sebab menjadi keajaiban alam yang luar biasa, ia
mengandung Pencipta-nya” –for to the wonderment of nature, she bore her
Creator. Betapa istimewanya peran Bunda Maria dalam perwujudan rencana
Keselamatan Allah kepada umat manusia, sebab ia dipercaya untuk
mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendampingi Kristus Sang Putera
sampai kesudahan-Nya di salib Golgotha. Selanjutnya Bunda Maria hadir di
sepanjang segala abad untuk membantu Gereja, dan semua umat Kristen, di
dalam pergumulan antara kebaikan dan kejahatan, untuk memastikan agar
mereka tidak terjatuh, dan jika mereka terjatuh, ia membantu mereka untuk
bangkit kembali. ((Cf. Redemptoris Mater, 51,52.))
Renungan Hari Santa Maria Bonda Allah
Hari pertama di tahun 2022. Hari pertama di mana orang masih meraba-raba, menebak apa
yang akan terjadi dan dialami sepanjang tahun ini. Para peramal juga laku keras karena
mereka meramal tentang masa depan seseorang dan orang yang diramal itu sungguh
percaya. Ada yang rasa percaya dirinya naik karena ramalannya bagus, ada juga yang
langsung hilang rasa percaya dirinya karena ramalan tentangnya tidak bagus. Ada rasa
senang dan takut dalam diri banyak orang mengawali tahun ini.
Secara liturgis, Gereja Katolik mengawali tahun baru dengan merayakan Hari Raya Santa
Maria Bunda Allah. Segenap anggota Gereja mau diingatkan untuk memandang Yesus yang
lahir dari rahim Bunda Maria. Santo Paulus mengatakan Allah mengutus AnakNya yang lahir
dari seorang perempuan. Ya, Yesus sebagai Putera Allah, Sabda yang menjelma menjadi
manusia dan tinggal bersama setiap pribadi. Mengawali tahun baru ini dengan harapan
banyak orang adalah sebuah dunia yang damai, dunia yang dihuni oleh orang-orang yang
berkenan pada Allah.
Sabda Tuhan pada hari ini memberikan semangat positif bagi setiap pribadi yang
mendengarnya. Setiap pribadi kadang-kadang mengalami ketidakpastian. Pada saat-saat
seperti itu kita butuh Tuhan yang menjanjikan berkat dan jaminan keselamatan. Dalam
Bacaan Pertama dari Kitab Bilangan, Tuhan berfirman kepada Musa untuk mengatakan
kepada Harun dan anak-anaknya untuk memberkati orang Israel: “Tuhan memberkati
engkau dan melindungi engkau. Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi
engkau kasih karunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau
damai sejahtera.” (Bil 6:24-26). Nama Tuhan menguasai orang Israel dan Tuhan pun
memberkati mereka.
Tuhan senantiasa menunjukkan kasihNya yang tiada batasnya kepada manusia. Kasih yang
paling agung adalah ketika Ia mengutus Putera-Nya ke dalam dunia dan semua orang yang
percaya kepadaNya memperoleh hidup kekal (Yoh 3:16). Hal senanda diungkapkan juga
oleh Paulus dalam Bacaan II bahwa Tuhan Yesus datang kedunia untuk menebus umat
manusia. Sebelum mengalami penebusan, manusia adalah hamba atau budak. Tetapi
ketika dijamah oleh Tuhan dan mereka terbuka kepada-Nya maka mereka pun menjadi
anak-anak Allah.
Penginjil Lukas mengingatkan kembali malam penuh sukacita di mana Yesus dilahirkan ke
dunia. Para gembala yang sederhana datang ke Bethlehem untuk menyembah Dia. Di
Bethlehem, mereka menemukan Maria, Yusuf dan Bayi yang terbaring dalam palungan.
Para gembala menceritakan pengalaman mendengar warta sukacita dari malaikat dan
membuat semua orang takjub. Tetapi Bunda Maria memilih untuk diam. Ia menyimpan
semua perkara di dalam hati dan merenungkannya. Para gembala juga bersukacita kepada
Tuhan atas pengalaman yang indah ini. Semua pengalaman mereka sungguh nyata. Yesus
kemudian diantar oleh orang tuanya untuk disunat dan diberi nama Yesus.
Kedua, Kita memulai tahun ini dengan sapaan Tuhan bagi kita sebagai Anak dan ahli waris.
Ini merupakan pengalaman iman yang luhur. Kita bukan lagi hamba yang setingkat dengan
orang kafir tetapi orang merdeka karena penebusan berlimpah dari Tuhan. Status sebagai
anak Allah merupakan hadiah yang sangat berharga dari Tuhan.
Ketiga, Bunda Maria adalah model bagi para Keluarga khususnya para ibubapa. Ia
menunjukkan teladan selalu bersama Yusuf dan Yesus. Kehadiran Maria dalam keluarga
menginspirasikan para orang tua untuk senantiasa hadir dalam kehidupan anak dan menjadi
pendidik bagi mereka. Orang tua yang mampu menyimpan segala perkara di dalam hatinya.
Tiga pesan rohani ini akan membuat hati damai. Mengapa damai? Karena Tuhan
memberkati dan menerangi serta menganugerahi kasih karunia supaya kita menjadi anak-
anak Allah. Berbahagialah dan bersyukurlah karena anugerah istimewa ini.